Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN IKAN PELAGIS DI LAUT FLORES BAGIAN BARAT Donwill Panggabean; Rauzatul Nazzla
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.28.2.2022.%p

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi distribusi dan kelimpahan ikan pelagis di Laut Flores bagian barat dengan metode akustik. Metode yang digunakan dalam penelitian dikategorikan sebagai bagian dari exploratory survey. Terdapat dua bentuk hasil analisis data: 1) analisis akustik di stasiun-stasiun sampling dengan teknik stationery; dan 2) analisis data akustik sepanjang transek antar stasiun. Hasil deteksi cercah gema pada stasiun stationery 1 menunjukkan kelimpahan ikan pelagis sangat rendah, terdistribusi pada layer 3 di malam hari dan diduga adalah jenis pelagis besar dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Kejadian ini diketahui dengan melakukan justifikasi terhadap ukuran target strength (TS) ikan pelagis yang terdeteksi,dan diketahui target tersebut adalah ikan ukuran besar (TS = -30 dB), identik ikan pelagis besar, dengan jumlah sedikit. Hasil deteksi pada stasiun stationery 2 dan stasiun stationery 3 relatif sama, menunjukkan kelimpahan yang relatif lebih tinggi dibanding stasiun stationery 1. Sejalan dengan hasil analisis pada 3 stasiun stationary, hasil analisis pada transek antar stasiun menunjukkan kondisi yang hampir sama, dimana pada transek antar stasiun 1-2, 2-3, 3-4, dan 4-5 yaitu mulai dari perairan Dewakang hingga perairan bagian timur Takarewataya. Hasil analisis memperlihatkan kelimpahan ikan pelagis yang terdeksi sangat rendah, di sepanjang transek hanya terdeteksi target ikan tunggal saja dan tidak terdeteksi schooling ikan. Pada transek antar stasiun 5-6, kelimpahan sangat rendah dan tidak signifikan dengan nilai rata-rata kelimpahan sebesar 0,5 ekor/1000 m3 dan terdeteksi pada layer 4 (150-200 m). Pada transek antar stasiun 6-7, kelimpahan tidak terlalu tinggi, kelompok ikan (schooling) cenderung berada di bawah layer 1 (di bawah kedalaman 50 m). Nilai rata-rata kelimpahan paling tinggi terdeteksi pada layer 3 sebesar 10,8 ekor/1000 m3 dan pada layer 4 sebesar 7 ekor/1000 m3. Pada transek antar stasiun 7-8, merupakan kelimpahan yang paling tinggi dari semua transek, schooling terdeteksi cenderung di bawah layer 1 (di bawah kedalaman 50 m), nilai rata-rata kelimpahan paling tinggi terdeteksi pada layer 3 sebesar 20,3 ekor/1000 m3 dan pada layer 2 sebesar 17,8 ekor/1000 m3. Pada transek antar stasiun 8-9, kelimpahan terdeteksi tidak terlalu tinggi, schooling terdeteksi cenderung berada pada seluruh layer, nilai rata-rata kelimpahan paling tinggi yang terdeteksi pada layer 4 sebesar 1,3 ekor/1000 m3This study aims to estimate the distribution and abundance of pelagic fish in the western Flores Sea with acoustic analysis. The method used in this study was an exploratory survey. There are two forms of data analysis results: 1) acoustic analysis at sampling stations with stationery techniques; and 2) analysis of acoustic data along transects between stations. The echo traces in station 1 showed that the abundance of pelagic fish was very low, distributed at layer 3 at night, which was suspected to be a big pelagic with not too much. The dynamics of echo traces in stations 2 and 3 are relatively the same, indicating a higher abundance than in station 1. In line with the echo traces dynamic of 3 stations, the analysis of the transects between stations shows almost the same conditions. The transects between stations 1-2, 2-3, 3-4, and 4-5, starting from the sub-area of Dewakang to the eastern part of Takarewataya, show the abundance of pelagic fish is very low. Only a single fish target was detected along the transect, and no schooling fish was detected. In inter-station transects 5-6, abundance is very low and insignificant. The average abundance value of only 0.5 fish/1000 m3 is detected at layer 4 (150-200 m). In inter-station transects 6-7, the abundance is low. Schooling tends to be below layer 1 (below a depth of 50 m), in which the highest average value of abundance is detected at layer 3 by 10.8 fish/1000 m3 and layer 4 by 7 fish/1000 m3. In inter-station transects 7-8, it is the highest abundance of all transects, schooling is detected tending to be below layer 1 (below a depth of 50 m), the highest average value of abundance is detected at layer 3 by 20.3 fish/1000 m3 and layer 2 by 17.8 fish/1000 m3. In inter-station transects 8-9, abundance is detected relatively not too high, schooling tends to be on the entire layer, and the highest average value of abundance detected at layer 4 is 1.3 fish/1000 m3. 
MENENTUKAN SWIMMING LAYER DAN DISTRIBUSI IKAN PELAGIS DI LAUT FLORES BAGIAN BARAT DENGAN DETEKSI AKUSTIK Donwill Panggabean; Rauzatul Nazzla
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 11 No. 2 (2020): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jmf.v11i2.44046

Abstract

The purpose of this study determined the swimming layer and distribution of pelagic fish in the waters west of the Flores Sea through acoustic detection. Experimental fishing is a method used with two data analyses: 1) analysis of acoustic data at sampling stations with stationery techniques; and 2) analysis of acoustic data along transects between stations. The detection results at stationery 1 showed a very low abundance of pelagic fish, distributed at layer 4 (150-200 m) at night and suspected to be a large pelagic type of tuna with a small amount. The detection results on stationery 2 and stationery 3 are relatively the same, showing a relatively higher abundance compared to stationery 1. Detection results for transects between stations 1-2, 2-3, 3-4, and 4-5 starting from Dewakang waters to east of Takarawataya waters did not detect schooling fish but only single fish. On transects between stations 5-6 very low abundance, the highest mean abundance of 0.5 fish/1000 m3 was detected at layer 4 (150-200 m). On transects between stations 6-7 the abundance was not too high, the highest mean abundance was detected at layer 3 of 10.8 fish/1000 m3. The transect between stations 7-8 is the highest abundance of all transects, the highest abundance average value detected at layer 3 is 20.3 fish/1000 m3. On transects between stations 8-9 the abundance was not too high, schooling tended to be present in all layers, and the highest mean abundance was detected at layer 4 of 1.3 fish/1000 m3. The results of the study concluded that the abundance of pelagic fish in the western Flores Sea is distributed in layers 3 and 4 (100-200 m). Keywords: Acoustic, distribution, pelagic fish, Flores Sea, layer
UKURAN PERTAMA KALI TERTANGKAP DAN RASIO POTENSI PEMIJAHAN UDANG DOGOL MENGGUNAKAN JARING ARAD DI PERAIRAN BREBES Donwill Panggabean; Mario Limbong; Riena F. Telussa; Desi Fatmawati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 15, No 1 (2023): (APRIL) 2023
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.15.1.2023.25-32

Abstract

Keterbatasan data yang tersedia di Kabupaten Brebes menyebabkan sulitnya menduga potensi dan status stok sumber daya udang. Upaya yang dapat dilakukan untuk menduga status sumber daya udang dan strategi pengelolaannya adalah dengan pendekatan aspek biologi dan rasio potensi pemijahan. Sampel udang dogol yang ditangkap menggunakan jaring arad diambil di Kabupaten Brebes selama 2 bulan. Panjang karapas udang dogol yang diukur berjumlah 1.004 ekor dengan menggunakan jangka sorong. Penelitian dilakukan untuk melihat komposisi hasil tangkapan, ukuran pertama kali tertangkap, serta rasio potensi pemijahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan jaring arad di perairan Brebes didominasi hasil tangkapan sampingan (80,10%), hasil tangkapan utama (16,98%), dan hasil tangkapan lainnya yang dibuang ke laut (discard) sebanyak 2,92%. Hasil tangkapan utama yang paling banyak tertangkap adalah udang dogol dengan kisaran panjang karapas sekitar 30,1 – 56,0 mmCL. Ukuran karapas pertama kali tertangkap udang dogol berada di atas ukuran pertama kali matang gonad. Selektivitas alat tangkap jaring arad yang digunakan untuk menangkap udang dogol sekitar 40,87 mmCL. Status sumber daya udang dogol berdasarkan nilai rasio potensi pemijahan tergolong baik sehingga penangkapan udang dogol dengan jaring arad masih berkelanjutan.
USAHA KULINER KEKINIAN: OTAK-OTAK MERCON DAN CHEESE MILK Rinda - Noviyanti; Lula Nadia; Donwill Panggabean; Umi Salamah
KOMMAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4, No 2 (2023): KOMMAS: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : KOMMAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Semakin ketatnya persaingan dalam usaha kuliner membuat para pelaku bisnis usaha sekarang ini harus pintar membuat terobosan dan inovasi baru agar tetap terdepan dalam berbisnis kuliner. Budaya masyarakat kita yang konsumtif, termasuk dalam hal kudapan memberikan geliat usaha kuliner makin ramai. Setelah melakukan pengamatan di kampung Maruga Ciater Rt01 Rw08 Kelurahan Ciater, kecamatan Serpong, Tangerang Selatan, maka salah satu usaha kuliner yang berpeluang untuk bisa dikembangkan adalah otak-otak dengan tingkat kepedasan yang tinggi dan susu yang diberi campuran keju (cheese milk). Pemilihan kedua jenis kudapan ini didasarkan juga atas kandungan gizinya, dimana bahan dasar otak-otak adalah ikan yang banyak mengandung protein, begitu juga dengan cheese milk. Faktor-faktor yang menjadiperhatian untuk memajukan usaha ini adalah pengolahan dan pengemasan, penentuan harga yang terjangkau oleh masyarakat, dan strategi pemasaran yang kekinian. Pengolahan dan pengemasan ditingkatkan kualitasnya dengan cara menggunakan peralatan yang lebih modern. Harga terjangkau yang ditawarkan adalah Rp.7.000,- untuk 1 pouch otak-otak netto 150 gram, dan Rp.12.000,- untuk 1 botol cheese milk ukuran 250 ml. Pemasaran yang saat ini digencarkan adalah melalui sosial media: IG, Facebook, dan Twitter. Kegiatan bazaar juga dilakukan guna menjaring konsumen pencinta otak-otak dan cheese milk. Hasil usaha ini belum ada kenaikan yang signifikan, tetapi dengan semangat dan kerja keras yang konsisten, usaha ini akan sukses dan berkelanjutan
Analisis Kebijakan Zona Inti Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil di Kepulauan Seribu Muliadi, Adi; Adiwibowo, Soeryo; Yonvitner, Yonvitner; Panggabean, Donwill; Saleha, Eha; Noviyanti, Rinda; Hotman, Jan
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 14, No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jksekp.v14i1.12789

Abstract

Zona inti Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) dapat menghadapi ancaman antropogenik alami maupun karena dampak kebijakan dan ego sektoral. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji aspek ekologi, sosial, dan ekonomi di kawasan konservasi Kepulauan Seribu sehingga dapat menghasilkan skenario terbaik setelah terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2021 tentang perubahan zona inti KKP3K. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan empiris. Data primer diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara serta data sekunder dari studi dokumentasi dengan skenario menggunakan analisis trade-off. Hasil penelitian menunjukkan skenario terbaik (rata-rata 57) adalah skenario B (zona inti digunakan untuk ekowisata berkelanjutan) karena mengedepankan asas keberlajutan lingkungan sebagai salah satu aset dalam mendorong pariwisata. Skenario A (zona inti tidak perlu dirubah) menjadi alternatif kedua karena pembatasan aktifitas melalui sistem zonasi positif terhadap keberlanjutan ekologi lingkungan, sedangkan skenario C (zona inti digunakan untuk ekonomi) menggambarkan perubahan aspek ekologi, ekonomi dan sosial yang berdampak negatif terhadap ekologi dan hanya berimplikasi positif terhadap aspek ekonomi dan sosial. Dasar legalitas dari perubahan zona inti yang digunakan untuk proyek strategis nasional akan menimbulkan dampak sosial dan ekologi, oleh karena itu perubahan terhadap zona inti mestinya tidak perlu dilakukan kecuali dapat memberikan alternatif yang bermuara pada penyelarasan dan peningkatan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial pada kawasan tersebut. Title: Policy Analysis of Core Zone in Marine Conservation Areas, Coastal and Small Islands in Seribu Island The core zone of the Coastal Marine Protected Area and Small Islands (KKP3K) can face anthropogenic, natural threats, as well as due to the impact of sectoral policies and egos. The purpose of this study is to examine the ecological, social, and economic aspects of the Thousand Islands conservation area so that it is expected to produce the best scenario related to the issuance of Government Regulation Number 27 of 2021 concerning changes in the KKP3K core zone. This research uses quantitative methods with an empirical approach and uses primary data obtained through Focus Group Discussion (FGD) and interviews as well as secondary data from documentation studies screened with scenarios using trade-off analysis. The results showed that the best scenario (average 57) was scenario B (core zone used for sustainable ecotourism) because it prioritized the principle of environmental sustainability as one of the assets in encouraging tourism. Scenario A (core zone does not need to be changed) is the second alternative because restrictions on activities through the zoning system positivelly on the sustainability of environmental ecology, while scenario C (core zone is used for economics) describes changes in ecological, economic and social aspects that can produce negative impacts on ecology and only have positive implications for economic and social aspects. The legality basis of changes to core zones used for national strategic projects will have social and ecological impacts, therefore changes to core zones should not be necessary unless they provide alternatives that lead to alignment and improvement of ecological, economic, and social aspects of the region. 
Estimation of Fishing Ground Based on Distribution of Fishing Vessels and Oceanographic Factors in WPPNRI 573 Panggabean, Donwill; Sudarmo, Agnes Puspitasari; Anwar, Kasful; Jalil, Jalil; Nazzla, Rauzatul
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 6, No 1 (2023): (Juni, 2023)
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpt.v6i1.12752

Abstract

Fisheries Management Area of Republic of Indonesia (FMARI) 573 has great potential and needs to be supported by complete and accurate information, especially fishing ground locations so that the fisheries sector can become better. This study aims to estimate the location of the fishing ground in the western of FMARI 573 based on the movement of fishing vessels carrying out fishing operations, as well as sea surface temperature (SST) conditions and chlorophyll-a concentrations. The data used is a 10 year time series of AQUA-MODIS and SNPP-VIIRS satellite images. Analysis of chlorophyll-a and SST using ArcGis, while estimation of fishing ground locations with overlay techniques between ship distribution with SST conditions and chlorophyll-a concentrations. The results showed that the average SST value was relatively higher during Transitional Season I compared to the other three seasons. The average seasonal chlorophyll-a concentration fluctuates, the maximum value occurs in the Western Season and the minimum in the East Season. The concentration and distribution of fishing vessels indicate fishing ground areas in Pangandaran waters and along the coast of Binuangeun waters and Palabuhan Ratu Bay. 
FISHING GROUND DAN POLA DISTRIBUSI SPASIAL TEMPORAL IKAN PELAGIS KECIL DI JMF TRIANGLE Panggabean, Donwill; Wiryawan, Budy; Monintja, Daniel Rudolph Oktavianus; Jaya, Indra; Atmadipoera, Agus Saleh
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 15, No 3 (2023): (DESEMBER) 2023
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.15.3.2023.147-162

Abstract

Potensi perikanan pelagis di JMF triangle (Java sea-Makassar strait-Flores sea) salah satu yang terbesar di Indonesia, untuk itu perlu didukung informasi akurat mengenai lokasi fishing ground dan pola distribusinya agar stakeholder perikanan dapat mengelola dan memanfaatkan lebih baik. Penelitian ini bertujuan memetakan fishing ground dan pola distribusi ikan pelagis kecil di JMF triangle. Data yang digunakan: 1) hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan perikanan Pekalongan, Paotere dan Batu Licin; 2) citra satelit AQUA-MODIS dan SNPP-VIIRS. Analisis klorofil-a dan SPL menggunakan ArcGis, uji korelasi dan regresi sederhana untuk mengetahui hubungan sebaran ikan pelagis kecil dengan SPL dan klorofil-a, selanjutnya dipertajam dengan teknik overlay untuk menentukan pola sebaran. Informasi disajikan dalam peta tematik spasial-temporal dan info grafis. Hasil penelitian menunjukkan tangkapan ikan pelagis kecil menurut jumlahnya adalah Layang dengan total 77.288,16 ton (54,48 %), Lemuru 32.612,77 ton (22,99 %), Banyar 25.339,36 ton (17,86 %), dan Bentong 6.619,22 ton (4,67 %). Pola distribusi pada Musim Barat menunjukkan ikan pelagis kecil tersebar dengan konsentrasi tinggi di Lumu-lumu, Matasiri dan Aura yang didominasi Layang dan Lemuru, pada Musim Peralihan I masih tersebar dengan konsentrasi tinggi di Lumu-lumu dan Aura yang didominasi Lemuru, pada Musim Timur tersebar dengan konsentrasi tinggi di Matasiri yang didominasi Layang, dan pada Musim Peralihan II masih tersebar dengan konsentrasi tinggi di Matasiri dengan dominasi Layang. Lokasi fishing ground di JMF triangle tergambar dari lokasi yang paling tinggi sebaran ikan dan yang paling dominan menghasilkan tangkapan, yaitu Matasiri, Lumu-lumu dan Aura.
Identifikasi Alat Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan di Perairan Batam Devina, Almira Marsha; Panggabean, Donwill
Jurnal Laut Khatulistiwa Vol 7, No 1 (2024): February
Publisher : Dept. Marine Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lkuntan.v7i1.66898

Abstract

Operasi penangkapan ikan menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan serta dapat menyebabkan overfishing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis alat tangkap ikan berdasarkan indikator ramah lingkungan di perairan Kota Batam dan sekitarnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2023, dan penelitian ini menggunakan metode survei melalui pendekatan studi kasus, responden ditentukan secara purposive, dan menggunakan analisis deskriptif dan expert choice. Pengumpulan data primer melalui observasi langsung di lapangan dan wawancara kepada stakeholder, data sekunder diperoleh melalui literatur dari berbagai sumber. Dari hasil penelitian ini didapatkan 7 jenis alat penangkapan ikan utama, yaitu pancing (dengan skor 33), bubu lipat (35), purse seine (27), jaring tangkul/jaring karang (28), rawai (34), gillnet (30), dan kelong (18). Alat penangkapan ikan yang termasuk kategori sangat ramah lingkungan adalah pancing, bubu lipat, jaring tangkul/karang rawai, dan gillnet. Sedangkan yang termasuk kategori ramah lingkungan adalah purse seine, yang tidak ramah lingkungan adalah kelong.
Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Mangrove di Desa Alang-Alang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi Junwalki Junwalki; Donwill Panggabean; Albert Gamot Malau
Ranah Research : Journal of Multidisciplinary Research and Development Vol. 7 No. 2 (2025): Ranah Research : Journal Of Multidisciplinary Research and Development
Publisher : Dinasti Research

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38035/rrj.v7i2.1272

Abstract

Sustainable mangrove management requires community efforts and participation. Where positive community perceptions of the existence of mangroves will increase community participation in mangrove management activities. Several factors that encourage the community to participate are both internal and external factors. This study aims to see the perception and participation of the community towards the mangrove forest ecosystem and recommend sustainable mangrove forest management strategies. The study was conducted from August to September 2024 using qualitative research methods by collecting descriptive data in written or oral form, which were then interpreted descriptively holistically, contextually using researchers as the main instrument for collecting data. To formulate a mangrove management strategy for the sustainability of the mangrove ecosystem, a SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Treaths) analysis was carried out. The results of the study showed that the Alang-Alang Village community had a good and positive perception of the existence of the mangrove forest ecosystem, but their participation was still passive (participating if there was someone to accommodate and not yet their own initiative) in the management and preservation of mangrove forests. Where good community perception and community participation also influenced the good ecology of the Alang-Alang Village mangrove forest, including the area and density of good mangroves. However, there are still individuals from other villages who sometimes still cut down mangrove trees and added high waves and strong tidal currents also damage the existing mangrove forest ecosystem. For the management of the mangrove forest ecosystem, Alang-Alang Village is in quadrant I, where the strategy that can be applied in this condition is to support an aggressive strategy or aggressive growth policy (Growth oriented strategy) by utilizing existing strengths and opportunities
The State of the Art of Cyber-Physical System for Monitoring and Tracking in Maritime and Fisheries Sectors Nazzla, Rauzatul; Jaya, Indra; Rahmat, Ayi; Panggabean, Donwill; Panggabean, Yuniar Endri; Handoko, Dadang
Journal of Coastal and Deep Sea Vol 2 No 2 (2024): Journal of Coastal and Deep Sea
Publisher : Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jcds.v2i2.15309

Abstract

This article presents the state of the art of research and publications regarding cyber-physical systems which include theory and working systems as well as applications in the maritime and fisheries fields. The literature collection method is based on keywords sourced from books, dissertations and theses, scientific articles, and website pages. The results presented in the form of descriptions and illustrations based on work systems that include construction, communication, computation and control. This review is important to increase a comprehensive understanding of the concept and implementation of cyber-physical systems in the maritime and fisheries sector.