Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Pelatihan Pembuatan Kompos Limbah Mawar di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Ellis Nihayati; Moch. Dawam Maghfoer; Muhammad Roviq; Aldila Putri Rahayu; Nunun Barunawati; Deffi Armita; Akbar Saitama; Koesriharti Koesriharti; Titiek Islami; Tatik Wardiyati; Anna Satyana  Karyawati
JAPI (Jurnal Akses Pengabdian Indonesia) Vol 8, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/japi.v8i1.4528

Abstract

Aplikasi pupuk anorganik merupakan hal yang wajar dalam praktek budidaya tanaman. Begitu pula yang dilakukan oleh para petani mawar yang ada di Desa Gunungsari, Kota Batu. Namun aplikasi yang dilakukan sering kali melebih dosis yang ditentukan. Sehingga perlu adanya upaya untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik agar dapat meningkatkan nilai guna mawar. Tujuan kegiatan ini yaitu untuk mengedukasi petani mengenai kelebihan dan kekurangan pupuk organik dalam rangka mengurangi bahan kimia sintetik dalam budidaya tanaman serta demonstrasi pembuatan pupuk organik dari limbah sisa panen mawar sebagai pengganti pupuk kimia sintetik. Kegiatan dilakukan secara luring mulai dari Mei hingga Desember 2022.  Kegiatan diawali dengan diskusi dan penyuluhan mengenai pengenalan pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia sintetik, kemudian dilanjutkan dengan praktik lapang pembuatan kompos dan evaluasi keberhasilan program. Penyuluhan mengenai pupuk telah dijelaskan dengan baik dan meningkatkan minat para petani untuk mengolah limbah sisa panen mawar menjadi pupuk kompos. Pembuatan pupuk kompos dari limbah sisa panen mawar dapat memberikan manfaat terhadap petani berupa berkurangnya biaya pupuk, keuntungan produksi yang lebih tinggi serta berukurangnya limbah. Para petani berharap perlu adanya sosialisasi dan pelatihan yang berkala untuk dapat memantau perkembangan dan pengolahan pupuk dari limbah sisa panen mawar.
Aplikasi Pupuk Organik Pada Budidaya Mawar Di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Anna Satyana Karyawati; Aldila Putri Rahayu; Akbar Saitama; Andi Kurniawan; Deffi Armita; Ellis Nihayati; M. Roviq M. Roviq; Nunun Barunawati; Titiek Islami; M. Dawam Maghfoer
JAPI (Jurnal Akses Pengabdian Indonesia) Vol 9, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/japi.v9i1.5790

Abstract

Proses budidaya bunga mawar memerlukan penerapan sistem pertanian konvensional dengan penggunaan pupuk, pestisida, dan herbisida berbahan kimia sintetik masif dilakukan oleh petani. Dalam jangka panjang, kondisi ini secara tidak langsung akan mempengaruhi kesuburan tanah secara fisik, kimiawi ataupun biologis. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan contoh di lapang tentang manfaat dan hasil yang diperoleh dari penggunaan pupuk organik (kompos) sisa panen bunga mawar dan perbandingannya dengan penggunaan pupuk kimia serta ditinjau dari segi efisiensi usaha tani. Kegiatan ini dilakukan dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Desember 2022 bertempat di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Kegiatan di awali dengan dilakukanya survei lahan mawar di kota tujuan, dilanjutkan dengan 3 kegiatan utama, meliputi: 1) pertemuan diskusi dan penyuluhan dengan petani di ikuti dengan pembagian kuesioner, 2) praktik lapang aplikasi kompos, dan 3) evaluasi keberhasilan program melalui pengambilan data kuesioner dari petani. Aplikasi pupuk kompos limbah mawar adalah sebagai salah satu upaya untuk memaksimalkan hasil panen mawar untuk dapat menambahan nilai jual dan kebermanfaatan produk. Penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bibit mawar. Di saat yang bersamaan, konversi limbah mawar menjadi pupuk organik dapat menambah pemasukan bagi petani dan secara tidak langsung akan dapat menekan biaya produksi dalam budidaya mawar. Hasil penyuluhan menunjukkan bahwa lebih dari 70 % petani yang ikut kegiatan menyatakan telah mengetahui dampak negatif pupuk kimia, serta telah mengetahui apa itu pupuk organik dan aplikasinya pada tanaman. Terlebih lagi, sebagian besar petani juga telah menerapkan pupuk organik dalam budidaya mawar, meskipun diberikan secara bersamaan atau berselang dengan pupuk anorganik.
Analisa Perubahan Iklim dan Pengaruhnya pada Produktivitas Tanaman Padi di Kabupaten Malang Akbar Hidayatullah Zaini; Akbar Saitama
Plantropica: Journal of Agricultural Science Vol. 8 No. 2 (2023)
Publisher : Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpt.2023.008.2.08

Abstract

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki suhu rata - rata sebesar 27-30oC, suhu yang sangat sesuai untuk di budidayakan berbagi jenis komoditas pertanian. selanjutnya, kondisi itu telah berubah disebabkan adanya perubahan iklim yang mempengaruhi pergeseran musim dan perubahan pola distribusi curah hujan yang memiliki pengaruh secara langsung terhadap produksi tanaman pangan terutama padi. Dampak yang terlihat akibat dari perubahan iklim pada sektor tanaman padi adalah menurunnya hasil produksi tanaman padi karena perubahan iklim yang tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman padi. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan cara penelitian survei. Pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan pengamatan di Kabupaten Malang untuk mendapatkan data primer dan data sekunder. Pemilihan dua lokasi tersebut dikarenakan Kecamatan Wajak dan Gondanglegi merupakan sentra produksi padi di Kabupaten Malang yang dapat dikatakan mempengaruhi sebagian besar produksi padi di Kabupaten Malang. Dari hasil perhitungan tipe iklim, iklim di Kabupaten Malang dalam 2 dekade tidak terlihat adanya perubahan iklim yang signifikan yang mempengaruhi produktivitas tanaman padi. Kabupaten Malang memiliki tipe iklim C3 yang berarti hanya dapat ditanam padi 1 kali dalam kurun waktu setahun dan selanjutnya ditanami oleh tanaman palawija. Pada uji korelasi unsur-unsur iklim, curah hujan dan hari hujan memiliki keeratan hubungan dengan produktivitas tanaman padi di Kabupaten Malang. Selanjutnya berdasarkan hasil regresi linier berganda unsur iklim curah hujan dan hari hujan menentukan produktivitas tanaman padi di Kabupaten Malang.
Acceleration of Organic Compost Supply Using Microbial Consortium Formulation on Various Organic Wastes and their Effect on Sweet Corn: Acceleration of Organic Compost Supply Using Microbial Consortium Formulation Tyasmoro, Setyono Yudo; Saitama, Akbar; zulfikar, Aji
Journal of Tropical Life Science Vol. 14 No. 2 (2024)
Publisher : Journal of Tropical Life Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/jtls.14.02.12

Abstract

Organic waste, primarily originating from agricultural sources, remains underutilized in Indonesia, despite its substantial potential as an organic fertilizer. Consequently, it is imperative to comprehend the technology capable of efficiently decomposing organic matter and yielding high-quality compost. This study aimed to investigate the impact of a microbial consortium comprising Bacillus sp., Pseudomonas sp., Trichoderma sp., and Aspergillus sp. on the decomposition of organic waste derived from rice, sugarcane, corn and as well as to examine its application to sweet-corn (Zea mays var. saccharata). The study used a factorial randomized block design, featuring two primary factors, compost types and their respective doses. This design in total of nine treatments, each replicated three times, thus resulting in a sum of 27 experimental units. The treatments were RSC: Rice straw compost; SLC: Sugarcane leaves compost; CHC: Corn husk compost; D7.5: Compost dose of 7.5 t ha-1; D15: Compost dose of 15 t ha-1; D22.5: Compost dose of 22.5 t ha-1.  Moreover, an essential fertilizer, NPK, was applied at a rate of 200 kg/ha. The findings demonstrated a substantial impact of both compost types and doses on maize growth parameters, which encompassed plant height, leaf area, chlorophyll contentand dry weight. These effects were observed individually, without any interactions between the two factors. Furthermore, these treatments exhibited a discernible influence on corn yield. The highest to lowest yields were recorded as follows: CHC (9.29 t ha-1), RSC (8.72 t ha-1), and SLC (8.00 t ha-1). Combining organic compost with chemical fertilizer effectively prevented nutrient loss through denitrification and evaporation, facilitating nutrient retention and controlled release over time.
Land use changes effect by slash and burn cultivation to understory diversity composition and soil degradation Setiawan, Adi; Pamungkas, Bayu Aji; Ito, Satoshi; Ramadhan, Varotama Putra; Lestariningsih, Iva Dewi; Khumairoh, Uma; Arifin, Syamsul; Wicaksono, Karuniawan Puji; Udayana, Cicik; Kurniawan, Yani; Tyasmoro, Setyono Yudo; Saitama, Akbar; Permanasari, Paramyta Nila; Syib'li, Muhammad Akhid; Aini, Luqman Qurata
Journal of Degraded and Mining Lands Management Vol. 11 No. 4 (2024)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15243/jdmlm.2024.114.6153

Abstract

This study contributes to understanding ecological changes in land use following slash-and-burn land clearing. This study aimed to compare the richness and density of plant species and soil fertility in farmland cultivated for one year (1 Y), three years (3 Y), and five years (5 Y) after slash-and-burn, with the conditions in the secondary forest (SF) in Berau Regency of East Kalimantan. Understory plant taxon types, numbers, and soil organic matter were measured in each region using a series of nested plots. The size of each observation plot was 20 x 100 m. Data on understory vegetation composition was collected using 1 x 1 m mini plots at 20 sampling points and divided into five blocks, with a 10 m spacing between sampling points on each property. Understory vegetation species and cover percentage, litter cover percentage, open soil percentage, and soil fertility were measured for each observation plot. The results showed that the land cover percentage increased each year during the 5 years transition from secondary forest to farmland. Furthermore, within the 5 years, there was a change in understory species, particularly the presence of grasses and sedges at 3 and 5 years after the land use change. However, the transition from secondary forest to farmland within 5 years did not alter soil organic matter and total nitrogen.