Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

KOMPOSISI VEGETASI GULMA PADA TANAMAN TEBU KEPRASAN LAHAN KERING DI DATARAN RENDAH DAN TINGGI Saitama, Akbar; Widaryanto, Eko; Wicaksono, Karuniawan Puji
Jurnal Produksi Tanaman Vol 4, No 5 (2016)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/310

Abstract

Persaingan gulma dalam memperebutkan unsur hara, air, cahaya matahari dan ruang akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman pokok. Pengamatan untuk musim kemarau diamati pada 30, 45, dan 60 hari setelah kepras, dan musim hujan diamati pada 15, 30, dan 45 hari hujan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei kuadrat.  Petak tebu seluas 100 m2 pada setiap ketinggian yang telah dikepras dibiarkan tidak dirawat selama pengamatan. Hasil penilitan di jumpai 35 spesies gulma. Nilai SDR pada musim kemarau dataran tinggi 1,34-60,86 dan 2.91-100 pada setiap pengamatannya.  Pengamatan musim hujan menunjukan  pada lokasi dataran tinggi tebu yang dikepras kemarau nilai SDR berkisar antara 0,34-29,35 dan pada tebu keprasan musim kemarau dataran rendah pada lokasi dataran rendah  berkisar antara 2,02-29,20 dan dataran rendah berkisar 7,0-65,96. Pengamatan pada lahan tebu yang di kepras awal musim hujan di dataran tinggi  1,56-35,52. Nilai koefisien komunitas pada lokasi penelitian berkisar antara 1,4%-6,81%  yang berarti terdapat perbedaan diatas 75%. Indeks Keanekaragaman (H’) berkisar 0,64-2,75. Indeks Dominansi (C) berkisar antara 0,10-0,69.
Uji Pertumbuhan Enam Aksesi Kencur (Kaempferia galanga L.) di Bawah Tegakan Jati Setiawan, Wiga Tegarmas; Widaryanto, Eko; Saitama, Akbar; Zaini, Akbar Hidayatullah
PLANTROPICA: Journal of Agricultural Science Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpt.2020.005.2.5

Abstract

Tanaman Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan tanaman temu – temuan yang hidup di bawah pepohonan atau tidak banyak membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi, tanaman secara umum membutuhkan cahaya untuk kebutuhan fotosintesis dengan tujuan bertumbuh dan berproduktifitas melalui proses metabolisme di dalam sel tanaman. Produksi, mutu dan kandungan bahan aktif di dalam rimpang kencur ditentukan oleh varietas yang digunakan, cara budidaya dan lingkungan tempat tumbuhnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan 6 aksesi kencur yang berasal dari dataran rendah Jawa Timur pada naungan tegakan Jati dan tanpa naungan. Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi dengan tiga ulangan yang sesuai denah penelitian. Petak utama (main plot) merupakan dua tingkat naungan yaitu tingkat naungan (N0) dan naungan tegakan Jati (N1). Anak petak (sub plot) berupa enam aksesi kencur dari Kab. Banyuwangi (A1), Sumenep (A2), Mojokerto (A3), Gresik (A4), Pacitan, (A5) dan Nganjuk (A6). Bedasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa kencur dapat beradaptasi baik dengan adanya naungan maupun tidak ada naungan, secara umum pada fase pertumbuhan tanaman, naungan tidak mem- berikan respon terhadap jumlah daun, luas daun, persentase luas tajuk dan panjang akar. Sedangkan selama pengamatan pertumbuhan aksesi memberikan respon nyata terhadap pertumbuhan tanaman, aksesi Kab. Sumenep dan Kab. Nganjuk menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan aksesi.
Pengaruh Aplikasi Pupuk Kalium pada Tanaman Kencur yang ditanam di Berbagai Tingkat Naungan Mustika, Della Maya; Saitama, Akbar; Zaini, Akbar Hidayatullah; Widaryanto, Eko
Jurnal Produksi Tanaman Vol 9, No 10 (2021)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/1589

Abstract

Kencur (Kaempferia galangal L) merupakan tanaman obat yang cocok dibudidayakan diberbagai daerah tropis di Indonesia. Kencur memiliki kegunaan yang sudah dikenal masyarakat sebagai salah satu bumbu masak, ataupun sebagai pengobatan. Pemberian naungan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman dan untuk penggunaan pupuk kalium berfungsi untuk memacu translokasi asimilat dari sumber (daun) ke bagian organ penyimpanan (sink), selain terlibat dalam proses membuka dan menutupnya stomata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya interaksi antara pengaplikasian dosis pupuk kalium dengan berbagai tingkat naungan tanaman kencur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2020 hingga Mei 2021 yang bertempat di ATP Jatikerto, Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Rancangan uang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan rancangan petak terbagi (RPT) dengan tiga ulangan pada setiap perlakuan sesuai denah penelitian. Petak utama (main plot) merupakan dua tingkat naungan yaitu naungan 25% (N25) dan naungan 50% (N50). Anak petak (sub plot) berupa empat dosis pupuk kalium yaitu 0 kg ha-1 K2O, 120 kg ha-1 K2O, 180 kg ha-1 K2O dan 240 kg ha-1 K2O. berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa kencur dapat beradaptasi dengan adanya naungan 25% dan naungan 50%, secara umum pada fase pertumbuhan tanaman, naungan memberikan respon terhadap jumlah daun, luas daun dan volume akar. Sedangkan selama pengamatan pertumbuhan dosis pupuk tidak memberikan respon terhadap pertumbuhan tanaman. Selain itu berdasarkan hasil panen tanaman kencur produktivitas tanaman kencur pada naungan 25% dan naungan 50% memiliki nilai tertinggi pada pemberian dosis pupuk 120 kg ha-1.
Yield response of ten varieties of sweet potato (Ipomoea batatas L.) cultivated on dryland in rainy season Akbar Saitama; Agung Nugroho; Eko Widaryanto
Journal of Degraded and Mining Lands Management Vol 4, No 4 (2017)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.465 KB) | DOI: 10.15243/jdmlm.2017.044.919

Abstract

Sweet potato is a tuber commodity and one of alternative crops in Indonesia. The demand of sweet potato in Indonesia continues to increase. However, the supply of sweet potatoes for consumption estimated is 2020 in Indonesia will be deficit. Low production of sweet potato is basically due to the decrease of land area as cultivation production and also sweet potatoes have a low yield when planted in rainy season. Based on the high utilization of sweet potato make demand for this commodities continues to increase.Therefore, several strategies to increase crop yields of sweet potato needs to be done. This study aimed to elucidate various sweet potato varieties that can cultivated on dry land in the rainy season. This study was conducted from November 2016 until March 2017 using a randomized block design with treatments of  ten varieties of sweet potato consisting of (V1) Papua Solossa variety, (V2) Jago variety, (V3) Kidal variety, (V4) Antin-1variety, (V5) Sari variety, (V6) Sawentar variety, (V7) Beta-2variety, (V8) Antin-2variety, (V9) Antin-3 variety, (V10) Beta-1variety. The results showed different responses of each variety.The vegetative growth was high as shown by the LAI value of 7.23 at 90 days after planting. In conclusion, the sweet potato leaves had to be prune to boost the agronomic yield. Yields of  ten varieties of sweet potato crops ranged from 8.86 to 44.76 t/ha. Some varieties such as Sari, Papua Salosa and Beta-2 varieties showed high yield although they were planted in moorland conditions in the rainy season.
Pyraclostrobin effect for nitrogen fertilizer efficiency on maize Setyono Yudho Tyasmoro; Karuniawan Puji Wicaksono; Paramyta Nila Permanasari; Akbar Saitama; Akbar Hidayatullah Zaini
Journal of Degraded and Mining Lands Management Vol 6, No 4 (2019)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15243/jdmlm.2019.064.1857

Abstract

Maize is one of the food crop commodities that can take a role in the development of the agricultural sector. The purpose of this research was to know the effect of pyraclostrobin and nitrogen on the maize plant. The experimental design used in this study was a factorial completely randomized block design with three replications. The first factor was pyraclostrobin (P) that consisted of P0 = no pyraclostrobin application, and P1 = foliar spray of pryraclostrobin 400 mL/ha. The second factor was nitrogen application (N) that consisted of N0 = without N fertilizer, N30 = 30 kg N/ha, N60 = 60 kg N/ha, N90 = 90 kg N/ha, and N120 = 120 kg N/ha. The data was focused on the plant height, flowering and earing age, protein and amylose content of the seed, respectively. Data were analyzed by variance analysis followed by. analysis of the least significant difference (LSD) at the level of 5%. Nitrogen application increased protein content but reduced amylose content. Pyraclostrobin application that significantly increased the amylose content even in the high nitrogen application dosage
Inovasi Tanaman Refugia Dan Pupuk Hijau Di Kebun Sayur Cantewa Kelurahan Mojolangu, Kota Malang Karuniawan Puji Wicaksono; Paramyta Nila Permanasari; Akbar Saitama; Frelyta Ainus Zahro; Yohana Avelia Sandy; Setyono Yudo Tyasmoro; Husni Thamrin Sebayang; Eko Widaryanto
JAPI (Jurnal Akses Pengabdian Indonesia) Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.82 KB) | DOI: 10.33366/japi.v7i2.3236

Abstract

Pemakaian pestisida maupun pupuk kimia secara terus menerus pada tanaman akan memberi dampak negatif terhadap lingkungan, tanaman bahkan manusia. Dampak lainnya yaitu tingginya biaya yang dikeluarkan oleh petani dan dapat membunuh organisme yang berperan sebagai musuh alami bagi hama tanaman. Tujuan kegiatan ini yaitu meningkatkan pemahaman kelompok tani perkotaan untuk penerapan tanaman Refugia dan Pupuk Hijau pada budidaya tanaman pangan maupun hortikultura. Kegiatan ini dilakukan secara luring dan daring pada bulan September Tahun 2021. Kegiatan ini dimulai dengan menyebarkan kuisioner untuk pengambilan data primer, dilanjutkan dengan penyuluhan dan diskusi bersama, serta yang terakhir yaitu pembagian modul untuk bahan materi. Pengendalian OPT dengan cara pemanfaatan tanaman refugia akan dapat memberikan teknologi yang ramah lingkungan, ekonomis, dan dapat memperindah lahan tanaman budidaya pertanian khususnya pada kegiatan ini adalah tanaman sayuran di Kebun Sayur Cantewa Kelurahan Mojolangu, Kota Malang. Tanaman refugia sangat memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan, cara peenggunaanya relatif murah, mudah dan sederhana. Pembuatan dan perbanyakan Tanaman Refugia diharapkan menjadi sebuah alternatif bahan pengendalian OPT pada tanaman pangan. Kemudian dapat segera dikembangkan rumah pupuk untuk pembuatan pupuk hijau di Kebun Sayur Cantewa untuk memperbaiki tanah serta dapat memberika nnutrisi bagi tanaman dengan mengurangi penggunaan pupuk anorganik atau kimia.
Analisa Daya Simpan Rimpang Kencur Aksesi Blitar dan Banyuwangi pada Budidaya di Bawah Naungan 50% dengan Pemupukan MgSO4 Alifia Rizky Dalilah; Akbar Saitama; Akbar Hidayatullah Zaini; Eko Widaryanto
PLANTROPICA: Journal of Agricultural Science Vol 8, No 1 (2023)
Publisher : Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpt.2023.008.1.1

Abstract

Kencur (Kaempferia galanga L.) salah satu tanaman obat yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena memiliki khasiat yang banyak untuk mengobati atau mencegah penyakit. Pada penelitian yang sebelumnya telah dilakukan yaitu melihat pertumbuhan pada beberapa aksesi di Jawa Timur salah satunya adalah aksesi Kab. Blitar dan aksesi Kab. Banyuwangi dengan perlakuan pemberian naungan tanaman jati dan tanpa naungan, perlakuan naungan tanaman jati menghasilkan pertumbuhan yang optimal namun intensitas yang didapatkan oleh tanaman kencur masih kurang optimal sehingga perlu diberikannya naungan 50% agar intensitas yang masuk tidak terlalu tinggi maupun rendah.  Pupuk sulfur dapat digunakan untuk membantu tanaman kencur mengalami penyusutan yang lebih rendah pada rimpang selama masa penyimpanan dan dapat meningkatkan bobot tanaman kencur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk MgSO4 terhadap penyusutan bobot rimpang pada dua aksesi kencur  Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan petak utama adalah aksesi Kab. Bitar dan aksesi Kab. Banyuwangi dan anak petak adalah dosis pupuk sulfur 0, 60, 90 dan 120 kg ha-1.  Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa dengan pemberian dosis pupuk sulfur pada kedua aksesi akan menghasilkan penyusutan sebesar 13% hingga 19% dan apabila tanpa pemberian pupuk sulfur sebesar 34%, dengan pemberian dosis pupuk sulfur 90 kg ha-1 mengalami penyusutan yang lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya.   
Penggunaan Media Tanam Limbah Baglog pada Budidaya Tanaman Basil (Ocimum basilicum) Descha Giatri Cahyaningrum; Akbar Saitama; Hanif Fatur Rohman; Fandyka Yufriza Ali
AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian Vol 11, No 1 (2023): Agriland: Jurnal Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Islam sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/agr.v11i1.6939

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan media tanam limbah baglog dan kompos limbah baglog terhadap kualitas tanaman basil. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 9 perlakuan media dan 3 ulangan, yaitu 100% tanah, 100% Limbah Baglog Jamur, 100% Kompos Limbah Baglog Jamur, 50% Tanah + 50% Limbah Baglog Jamur, 50% Tanah + 50% Kompos Limbah Baglog Jamur, 25% Tanah + 75% Limbah Baglog Jamur, 25% Tanah + 75% Kompos Limbah Baglog Jamur, 75% Tanah + 25% Limbah Baglog Jamur dan 75% Tanah + 25% Kompos Limbah Baglog Jamur. Hasil dari penelitian menunjukkan penambahan media tanam limbah baglog serta kompos limbah baglog memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan bobot segar terbaik pada media 75% Tanah + 25% kompos limbah baglog jamur
PENGARUH VARIETAS DAN WAKTU PANEN TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS MINYAK NILAM Akbar Hidayatullah Zaini; Didik Hariyono; Onny C. Pandu Pradana; Septiana Septiana; Akbar Saitama
Agrika Vol 17, No 1 (2023)
Publisher : Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31328/ja.v17i1.4605

Abstract

ABSTRAKMinyak nilam (Pogostemon cablin (Blanco) Benth.) merupakan salah satu minyak esensial alami penting yang digunakan untuk memberikan karakter basa dan wangi yang awet dalam industri wewangian. Sembilan puluh persen permintaan minyak nilam di dunia dipasok oleh Indonesia. Kendala yang sering dihadapi petani di Indonesia dalam budidaya tanaman nilam adalah rendahnya rendemen minyak nilam yaitu kurang dari 3%. Hal ini di antaranya karena para petani melakukan pemanenan sebelum waktunya. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai varietas dan umur panen nilam. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2022 hingga February 2023 di lahan percobaan Agrotechno Park Universitas Brawijaya. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor, faktor pertama yakni varietas dengan 3 taraf yaitu V1: Varietas Sidikalang, V2: Varietas Patchoulina 1, V3: Varietas Patchoulina 2. Faktor yang kedua yaitu umur panen dengan 2 taraf yaitu U1: 4 BST dan U2: 6 BST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas Sidikalang lebih tinggi nilainya dibanding Varietas Patchouli 1 dan Varietas Patchouli 2 pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang sekunder. Umur panen 6 BST mengakibatkan parameter pertumbuhan yang lebih tinggi/besar dibanding umur panen 4 BST. Ketiga varietas yang diamati yang dipanen pada 6 BST semuanya memiliki rendemen atsiri lebih dari 3% dan kadar patchoulina  alkohol sebesar 30% dan mendekati 30%, sementara nilam yang dipanen 4 BST memiliki rendemen atsiri kurang dari 3% dan kadar patchoulina alkohol kurang dari 30%.ABSTRACTPatchouli oil (Pogostemon cablin (Blanco) Benth.) is one of the most important natural essential oils used to provide a base character and lasting fragrance in the perfumery industry. Ninety percent of the world's demand for patchouli oil is supplied by Indonesia. The obstacle often faced by farmers in Indonesia in cultivating patchouli plants is the low yield of patchouli oil, which is less than 3%. This is partly because the farmers harvest prematurely. Therefore, research was conducted on varieties and harvesting age of patchouli. The research was carried out from October 2022 to February 2023 at the Agrotechno Park experimental site, Universitas Brawijaya. The study used a randomized block design (RBD) arranged in a factorial manner with 2 factors, the first factor was varieties with 3 levels, namely V1: Sidikalang variety, V2: Patchoulina variety 1, V3: Patchoulina variety 2. The second factor was harvest age with 2 levels. i.e. U1:4 BST and U2:6 BST. The Sidikalang variety had a higher score than the Patchouli 1 and Patchouli 2 varieties on the parameters of plant height, number of leaves, and number of secondary branches. Harvesting age of 6 BST resulted in higher/bigger growth parameters compared to harvesting age of 4 BST. The three observed varieties that were harvested at 6 BST all had an essential oil of more than 3% and a patchoulina alcohol content of 30% and close to 30%, while patchouli harvested at 4 BST had an volatile yield of less than 3% and a patchoulina alcohol content of less than 30%.
Analisis Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Akibat Pengaturan Jarak Tanam Akbar Hidayutallah Zaini; Didik Hariyono; Onny Chrisna Pandu Pradana; Septiana Septiana; Akbar Saitama
Planta Simbiosa Vol 5 No 1 (2023)
Publisher : Politeknik Negeri Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25181/jplantasimbiosa.v5i1.2934

Abstract

Patchouli (Pogostemon cablin Benth.) is one of the essential oil-producing plants which is Indonesia's leading export commodity so that it can contribute foreign exchange for the country. Patchouli production nationally is still fluctuating and the productivity of patchouli oil is still relatively low. Therefore, proper patchouli cultivation techniques are needed. Plant distance is an important factor in determining the quality and quantity of production. In addition, the use of superior varieties is also a technology that aims to increase the productivity, yield and quality of patchouli oil. This study aims to determine the interaction and analyze the growth and yield of three varieties of patchouli (Pogostemon cablin Benth.) at different plant distance. This research was conducted in October 2021 – March 2022 at the Experimental Garden of Agrotechno Park, Universitas Brawijaya, Jatikerto Village, Kromengan, Malang, East Java. The tools and materials used in this study were tractors, ovens, LAM, scales, hoses, alphaboard, polybags, stationery, cameras, patchouli seeds of Sidikalang variety, Patchoulina 1 variety, Patchoulina 2 variety, planting media, rainfall data, manure, fertilizer. Urea, KCL fertilizer, SP36 fertilizer, raffia rope and water. The design used in this study was the Randomized Block Design which was arranged in a factorial manner consisting of 6 treatment combinations and 4 replications, namely: V1J1: Sidikalang variety + 75 cm x 40 cm plant distance; V1J2: Sidikalang variety + 60 cm x 50 cm plant distance; V2J1: Patchoulina 1 + plant distance 75 cm x 40 cm; V2J2: Patchoulina 1 variety + 60 cm x 50 cm plant distance; V3J1: Patchoulina 2 variety + 75 cm x 40 cm plant distance; V3J2: Patchoulina 2 variety + 60 cm x 50 cm plant distance. The results showed that the treatment of varieties and plant distance had a significant effect on the components of patchouli plant growth. While the yield component of patchouli shows the interaction between varieties and plant distance. The conclusion of this study is that there is an interaction between the treatment of varieties and plant distance on the increase in fresh weight, dry weight and productivity of patchouli. The Sidikalang variety with a plant distance of 60 × 50 cm had the highest yield and oil quality compared to other treatments. The Sidikalang variety also had the highest growth compared to the Patchoulina 1 and Patchoulina 2 varieties. Likewise, the 60 cm x 50 cm plant distance treatment had the highest growth compared to the 75 cm x 40 cm plant distance.