Katarak merupakan suatu kondisi kelainan pada lensa mata, yaitu terjadi kekeruhan yang dapat memengaruhi kualitas penglihatan pada penderitanya. Selain faktor usia dan penyakit metabolik seperti diabetes melitus, penggunaan steroid baik sistemik maupun lokal telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting terjadinya katarak, khususnya katarak subkapsular posterior (PSC). Steroid merupakan agen terapeutik yang umumnya digunakan untuk mengobati gangguan alergi dan inflamasi, juga untuk menekan sistem imun tubuh yang tidak diinginkan atau tidak tepat. Steroid diduga memengaruhi ekspresi gen epitel lensa, menurunkan kemampuan sel mempertahankan homeostasis, dan menyebabkan akumulasi protein abnormal yang mengganggu kejernihan lensa. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara penggunaan steroid dengan kejadian katarak melalui tinjauan literatur. Metode yang digunakan adalah literature review dengan pencarian artikel ilmiah pada basis data Google Scholar, PubMed, ScienceDirect, dan jurnal nasional maupun internasional terbitan tahun 2017–2025, menggunakan kata kunci “steroid”, “katarak”, “katarak subcapsular posterior”. Artikel yang dipilih berbahasa Indonesia atau Inggris dan relevan dengan topik penelitian. Diperoleh 11 artikel memenuhi kriteria inklusi dan dianalisis lebih lanjut. Hasil kajian menunjukkan bahwa penggunaan steroid jangka panjang, baik oral, topikal, maupun inhalasi berhubungan dengan peningkatan risiko katarak yang tergantung dari dosis dan durasi pemberian. Secara umum, semakin lama penggunaan steroid, semakin besar pula risiko terjadinya katarak subcapsular posterior. Pada steroid sistemik, tingkat keparahan lebih jelas terlihat dibandingkan steroid topikal. Kesimpulannya, penggunaan steroid harus disertai pemantauan rutin tekanan intraokular dan kondisi lensa untuk mencegah komplikasi visual jangka panjang.