Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Evaluasi Penggunaan Heparin dan Enoxaparin Sebagai Antikoagulan Profilaksis pada Pasien COVID-19 Rosnarita, Intan Adevia; Zaimatuddunia, Irma; Yasin, Nanang Munif; Ikawati, Zullies
Majalah Farmaseutik Vol 19, No 4 (2023)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v19i4.89846

Abstract

Koagulopati merupakan kondisi yang kerap dialami oleh pasien positif COVID-19. Kondisi ini berhubungan dengan resiko terjadinya trombosis serta kematian pada pasien COVID-19. Data penggunaan kedua antikoagulan profilaksis yakni heparin dan enoxaparin didapatkan di RSUD dr. Loemnono Hadi Kudus, dengan melihat nilai laboratorium yakni kadar D-dimer pasien sebagai evaluasi terkait efektivitas penggunaan obat, dan episode kejadian perdarahan sebagai evaluasi terkait profil keamanan kedua obat tersebut. Penelusuran data dilakukan secara retrospektif yakni pasien COVID-19 yang mendapatkan perawatan di rumah sakit mulai tahun 2020 hingga 2022. Metode penelitian ini adalah kohort observasional menggunakan 127 sampel yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi, dengan 55 data pada kelompok heparin dan 72 pada enoxaparin. Analisis efektivitas menggunakan uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat penurunan kadar D-dimer yang signifikan pada pasien yang menggunakan antikoagulan enoxaparin  (p-value < 0.05) sedangkan pada pasien yang mendapatkan heparin tidak menunjukkan penurunan yang signifikan (p-value > 0.05). Berdasarkan evaluasi keamanan penggunaan kedua antikoagulan, enoxaparin juga memiliki insidensi kejadian perdarahan yang lebih kecil (33.3%) dibandingkan heparin (40.0%). Kondisi perdarahan yang paling sering dialami pasien COVID-19 yang menerima antikoagulan profilaksis adalah batuk darah atau hemoptisis (6.3%). Namun secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kejadian perdarahan antar kedua kelompok obat (p-value > 0.05).
Safety evaluation of Oral NSAID Treatment on Blood Pressure in Osteoarthritis Patients: Preventive study to Cardiovascular Events Rosnarita, Intan Adevia; Khudzaifi, Muhammad; Priswa, Nindya
Majalah Farmaseutik Vol 21, No 1 (2025)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v21i1.103508

Abstract

Osteoarthritis (OA) is a degenerative joint disorder primarily affecting weight-bearing joints, causing pain, stiffness, and reduced mobility. Although there is no cure, symptom management focuses on pain relief and inflammation reduction, often through the use of nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs). However, NSAIDs are known to increase blood pressure, which poses concerns for long-term use, especially in patients with pre-existing cardiovascular risk factors. Given the chronic nature of OA and the common prescription of long-term NSAID therapy, it is important to assess their impact on blood pressure and cardiovascular health. This study aimed to evaluate the safety of oral NSAID therapy in terms of its effects on blood pressure in osteoarthritis patients at Dr. Moewardi Surakarta Regional General Hospital. An observational descriptive design was used with purposive sampling, analyzing data retrospectively from 35 OA patients receiving outpatient treatment for three months. The Wilcoxon signed-rank test was applied to assess changes in blood pressure, with statistical significance set at p<0.05. Results showed a significant increase in both systolic (11.3 ± 7.9 mmHg, p<0.05) and diastolic blood pressure (8.9 ± 7.0 mmHg, p<0.05) following NSAID use over the 3-month period. These findings highlight the need for careful monitoring of blood pressure in OA patients on long-term NSAID therapy, particularly those at higher cardiovascular risk. Long-term safety assessments are essential when considering NSAID treatment, and alternative therapeutic options should be considered for high-risk patients.
PENINGKATAN KESEHATAN HOLISTIK MELALUI EDUKASI PEMBUATAN SIROP HERBAL “SiHebat” KEPADA MASYARAKAT Fadel, Muhammad Nurul; Besan, Emma Jayanti; Rosnarita, Intan Adevia; Yuliasari, Aulia Wahyu; Besan, Ulfa Nabila
Jurnal Abdi Insani Vol 12 No 2 (2025): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v12i2.2093

Abstract

The diversity of herbal plants around us is a potential that has not been optimally utilized. The Nasyiatul Aisyiyah Branch Leadership for the 2024 period requires socialization and education related to health as part of filling the routine monthly religious study activities. This community service program aims to provide education to the Nasyiatul Aisyiyah group in Getas Pejaten, Kudus Regency, regarding the production process and utilization of "SiHebat" herbal syrup based on local plants such as ginger, turmeric, temulawak, and lemongrass, which have various health benefits. Educational activities are carried out through the delivery of material using power point presentation media, with a participatory method that includes a pre-test, material presentation, presentation of herbal syrup making material, and a post-test. The results of the activity showed a significant increase in participants' understanding of the use of herbal plants for health, as indicated by an increase in the average post-test score compared to the pre-test. In addition to providing education, this program also aims to encourage community independence in utilizing local natural resources and opening up business opportunities based on herbal products, in addition it can be used by the community as a reference for developing a product that can increase independence, especially in entrepreneurship. The success of the program is measured through the enthusiasm of the participants, increased knowledge, and the ability to instill the making of herbal syrup, from the results of the Pre-test and Post-test, an increase in community knowledge was obtained in understanding starting from raw materials, efficacy and how to make and rules for using efficacious herbal syrup. From the results of community service in making efficacious herbal syrup, it can provide information and benefits to the community in developing innovations in making herbal preparations, especially in making herbal syrup and in the future this program can be further developed through product diversification and joint research to optimize the benefits of herbal plants for public health.
ANALISIS KUALITAS HIDUP DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK Rengganis, Mutiara; Etikasari, Ria; Rosnarita, Intan Adevia
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.48341

Abstract

Penyakit gangguan jiwa menjadi masalah kesehatan karena dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Beberapa jenis gangguan jiwa adalah depresi, bipolar dan schizofrenia. Faktor yang dapat menyebabkan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa diantaranya adalah dukungan keluarga, kepatuhan minum obat, kualitas hidup dan pengalaman hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kualitas hidup dengan tingkat kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan kohort retrospektif untuk pencarian data klinis di rekam medis dan cross sectional untuk mendapatkan data kualitas hidup menggunakan kuesioner EQ-5D-5L. Penelitian ini dilakukan di Poli Jiwa RSUD Sunan Kalijaga Demak pada bulan Maret-April 2025. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria inklusi yaitu pasien terdiagnosis gangguan jiwa, berusia >15 tahun, dan pasien atau keluarga pasien yang bersedia menjadi responden serta bersedia mengisi kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi-Square. Diperoleh subyek penelitian sejumlah 100 pasien dengan diagnosis skizofrenia (91%), depresi (8%) dan bipolar (1%). Kualitas hidup pasien menunjukkan hasil yang tinggi pada dimensi kemampuan berjalan, perawatan diri, dan kegiatan yang biasa dilakukan serta hasil yang rendah pada dimensi rasa nyeri dan rasa cemas. Mayoritas pasien (55%) memiliki kualitas hidup yang rendah dengan tingkat kekambuhan yang tinggi (54%). Status pernikahan menjadi faktor yang berpengaruh pada kualitas hidup pasien. Hubungan kualitas hidup dan tingkat kekambuhan diperoleh nilai p value = 0,000. Terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dan tingkat kekambuhan pasien gangguan jiwa.
ANALISIS BIAYA COST-EFFECTIVINESS ANTARA OBAT OMEPRAZOL DAN RANITIDIN PADA PASIEN GASTRITIS RAWAT INAP DI RS AISYIYAH KUDUS TAHUN 2024 Fairus, Mustika; Muslim, Ahmad Suriyadi; Rosnarita, Intan Adevia
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.49313

Abstract

Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang bersifat akut, kronis, difus, atau lokal, ditandai dengan anoreksia, kembung, mual, muntah, dan rasa tidak nyaman pada ulu hati atau perut bagian atas. Peradangan pada dinding lambung merupakan penyebab terjadinya gastritis. Pemilihan terapi yang tepat dan efektivitas biayanya sangat penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya berdasarkan efektivitas biaya omeprazol dan ranitidin pada pasien gastritis yang dirawat inap di Rumah Sakit Aisyiyah Kudus tahun 2024. Penelitian ini menggunakan metode analisis efektivitas biaya untuk membandingkan biaya dan efektivitas kedua obat tersebut. Hasil penelitian diperoleh data karakteristik pasien gastritis sebagian besar merupakan lansia akhir dengan rentang usia 56-65 tahun yaitu berjumlah 15 pasien dengan persentase 36,6%. Berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih banyak menderita gastritis yaitu sebanyak 22 pasien (53,7%), sedangkan pasien laki-laki menderita gastritis sebanyak 19 pasien (46,3%). Berdasarkan penelitian, hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi pengobatan yang paling umum digunakan adalah omeprazol sebanyak 23 pasien (56,1%), sedangkan ranitidin sebanyak 18 pasien (43,9%). Rata-rata lama pengobatan pasien yang menggunakan omeprazol adalah 3,3 hari, sedangkan pasien yang menggunakan ranitidin selama 3,1 hari. Nilai ACER (Average Cost Effectiveness Ratio) untuk terapi omeprazol adalah Rp. 1.045.399, sedangkan nilai ACER untuk terapi ranitidin adalah Rp. 1.016.255. Berdasarkan analisis efektivitas biaya (CEA) antara omeprazol dan ranitidin, dapat disimpulkan bahwa ranitidin lebih efektif biaya dibandingkan terapi omeprazol.
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS CEFOTAXIME DAN CEFTRIAXONE PADA PASIEN RAWAT INAP PEDIATRI DENGAN PNEUMONIA Rosnarita, Intan Adevia; Akhyasin, Akhtyasin; Dewi, Sintia Kusuma
IJF (Indonesia Jurnal Farmasi) Vol 9, No 1 (2024): IJF (Indonesia Jurnal Farmasi)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26751/ijf.v9i1.2425

Abstract

The prevalence of pneumonia for pediatrics in Indonesia is quite high. This condition is a concern for clinicians, especially pharmacists in handling the treatment of pneumonia in pediatrics. Treatment of pneumonia for pediatrics needs antibiotic therapy such as cefotaxime and ceftriaxone. This study aims to compare the effectiveness of the use of antibiotics cefotaxime and ceftriaxone in pediatric pneumonia patients at the inpatient installation of RSI Sunan Kudus Period February-April 2021. This study is a non-experimental research study with an observational analytic character, with purposive sampling, statistical analysis was carried out To compare the effectiveness of using cefotaxime and ceftriaxone based on duration of use and clinical symptoms, SPSS was performed using Paired T-Test. Based on the average duration of use for antibiotics cefotaxime 5 days and ceftriaxone 4.41 days. There was no difference in the average use of cefotaxime and ceftriaxone based on clinical symptoms such as cough, retractions, fever, shortness of breath and sore throat. The results of statistical analysis showed that ceftriaxone was more effective than cefotaxime in pediatric pneumonia, while there was no significant difference between ceftriaxone and cefotaxime (α) 0.05. The use of ceftriaxone is more effective in treating pediatric pneumonia than cefotaxime.
Efektivitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Bronkopneumonia Pediatri Di Instalasi Rawat Inap Rsud dr. Loekmono Hadi Kudus Amalia, Shofia; Amalia, Ria; Rosnarita, Intan Adevia
Majalah Farmaseutik Vol 21, No 4 (2025): in press
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v21i4.109143

Abstract

Bronkopneumonia menjadi salah satu faktor penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian pada anak balita, terutama di negara-negara dengan status perkembangan rendah hingga menengah, sehingga memerlukan terapi antibiotik yang tepat agar perbaikan kondisi klinis pasien dapat tercapai secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi profil penggunaan antibiotik pada pasien bronkopneumonia pediatri serta mengevaluasi efektivitas penggunaannya berdasarkan penurunan suhu tubuh, nilai respiratory rate (RR), jumlah leukosit, dan perbaikan gejala klinis (batuk, sesak, dan pilek). Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan kohort retrospektif menggunakan data rekam medis pasien periode Juni–Desember 2024. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Wilcoxon, Mann-Whitney, dan Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibiotik yang paling banyak digunakan adalah ampicillin-sulbactam (61,4%), diikuti oleh ceftriaxone (35%). Penggunaan antibiotik efektif dalam menurunkan suhu tubuh, nilai RR, jumlah leukosit, serta memperbaiki gejala klinis pasien. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara ceftriaxone dan ampicillin-sulbactam dalam menurunkan suhu tubuh (p = 0,411), nilai RR (p = 0,974), jumlah leukosit (p = 0,496), serta pada durasi perbaikan gejala batuk (p = 0,649), sesak (p = 0,767), dan pilek p = 0,188. Dapat disimpulkan bahwa profil penggunaan antibiotik pada pasien bronkopneumonia pediatri di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus didominasi oleh ampicillin-sulbactam, dan penggunaannya efektif dalam memperbaiki kondisi klinis pasien, serta tidak terdapat perbedaan efektivitas yang signifikan antara ceftriaxone dan ampicillin-sulbactam.