Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

THE MAQASIDI APPROACH IN ISLAMIC LEGISLATION ACCORDING TO IBN 'ASHUR IN AL-TAHRIR WA AL-TANWIR Zubairin, Achmad; Muid N, Abd.; Musa, Kamal Fiqry
ILMU USHULUDDIN Vol. 11, No. 1, July 2024
Publisher : Peminat Ilmu Ushuluddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/iu.v11i1.41648

Abstract

This study aims to reveal the crystallization of Islamic law by the Prophet Muhammad SAW who used the maqashidi method which emphasizes the maqashid of Islamic law and the maqashid of the Qur'an. This study uses library research and thematic interpretation methods. This research method uses aspects of library research with data sources of literacy related to manhaj maqashidi and tafsir tahrir wa tanwir as well as works around maqasid sharia and maqasid Al-Qur'an. This study reveals the crystallization of Islamic law by the Prophet Muhammad SAW using the interpretation of Tahrir wa Tanwir, including: 1) protecting religion, 2) protecting the soul, 3) protecting reason, 4) protecting descendants, 5) protecting property. The maqasidi method used by the Prophet Muhammad SAW in crystallizing Islamic law emphasizes the oneness of Allah, the sanctity of man, and human civilization.
Kesetaraan Seksual Perspektif Al-Qur’an: Solusi Atas Dominasi Seksual Mahdi, Imam; Muid N, Abd.; Tamam, Badru
Blantika: Multidisciplinary Journal Vol. 2 No. 11 (2024): Special Issue
Publisher : PT. Publikasiku Academic Solution

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57096/blantika.v2i11.239

Abstract

Dalam konteks gender, dominasi seksual masih menjadi masalah signifikan di banyak masyarakat. Hal ini sering kali mengarah pada kekerasan terhadap perempuan, termasuk kekerasan seksual dalam pernikahan. Teks-teks agama, khususnya al-Qur’an, sering kali ditafsirkan secara tidak adil, mengakibatkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam relasi seksual. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsep kesetaraan seksual dalam perspektif al-Qur’an dan memberikan solusi terhadap dominasi seksual yang terjadi dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode tafsir maudhu’i dengan pendekatan kualitatif. Data diambil dari teks-teks al-Qur’an dan literatur terkait untuk membangun argumen yang mendukung kesetaraan seksual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa al-Qur’an menekankan kesetaraan dalam hak-hak seksual antara suami dan istri. Terdapat lima aspek kesetaraan seksual yang diidentifikasi, termasuk hak atas integritas tubuh, pertimbangan kesehatan biologis dan mental, serta etika dalam relasi seksual. Penelitian ini menyimpulkan bahwa al-Qur’an memberikan landasan yang kuat untuk kesetaraan seksual, yang dapat menjadi solusi terhadap dominasi seksual. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, masyarakat dapat mengurangi kekerasan terhadap perempuan dan menciptakan hubungan yang lebih adil dan seimbang dalam pernikahan.
Konsep Negara dalam Al-Qur'an: Studi Perbandingan Pemikiran Muhammad Quraish Shihab dan Sayyid Quthb Nurfauzi, Hanifan; Muid N, Abd.; Husin Lubis, Zakaria
Blantika: Multidisciplinary Journal Vol. 3 No. 3 (2025): Reguler Issue
Publisher : PT. Publikasiku Academic Solution

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57096/blantika.v3i3.297

Abstract

Konsep negara dalam perspektif Islam masih menjadi perdebatan, dengan dua pandangan utama: integrasi antara agama dan negara serta pemisahan keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemikiran Muhammad Quraish Shihab dan Sayyid Quthb mengenai konsep negara dalam Al-Qur'an, serta membandingkan pendekatan mereka. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif melalui analisis komparatif terhadap karya-karya kedua tokoh. Data diperoleh dari tafsir, buku, dan literatur terkait yang mendukung penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Quraish Shihab menekankan nilai-nilai universal seperti keadilan dan kesejahteraan, serta melihat negara sebagai alat untuk mencapai tujuan Islam yang bersifat inklusif. Ia membuka ruang bagi dialog dan koeksistensi dalam konteks modern. Sebaliknya, Sayyid Quthb berpendapat bahwa negara harus berlandaskan syariat Islam secara eksklusif, menolak sekularisme, dan menganggap penerapan syariat sebagai jalan utama untuk mencapai keadilan dan kebenaran. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa meskipun kedua tokoh merujuk pada Al-Qur'an sebagai sumber utama, interpretasi dan implementasi konsep negara yang mereka tawarkan sangat berbeda. Pendekatan Shihab yang moderat dan inklusif dapat mendukung harmonisasi dalam masyarakat yang plural, sedangkan pandangan Quthb yang radikal dapat memicu konflik dengan sistem politik yang tidak sejalan dengan syariat. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap wacana akademis tentang konsep negara dalam Islam.
Sanlat dalam Membangun Karakter Religius Anak Prabowo, Muhammad Aras; Zuhri, Saifuddin; Umar, Nasaruddin; Raya, Ahmad Thib; Saenong, Farid F.; Hannase, Mulawarman; Ahmadi, Lusiana Putri; Hasan, Hamka; Naif, Naif; Nurhayati, Cucu; Iskandar, Syahrullah; Muid N, Abd.; Nurhidaya, Nurhidaya; Andini, Ayu
Kontribusi: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 2 (2025): Mei 2025
Publisher : Cipta Media Harmoni

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53624/kontribusi.v5i2.603

Abstract

Latar Belakang: Pesantren Kilat (Sanlat) merupakan salah satu strategi pendidikan keagamaan yang dilakukan dalam waktu singkat namun intensif, terutama pada momentum Ramadan. Program ini kerap dijadikan sarana efektif untuk membentuk karakter religius pada anak-anak sejak usia dini. Tujuan:  artikel ini  untuk menguraikan bagaimana kegiatan Sanlat mampu menjadi medium strategis dalam membentuk karakter religius anak-anak melalui pendekatan kisah-kisah dalam Al-Qur’an dan keteladanan para nabi. Penelitian ini berbasis pada kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh tim PKUMI, dengan Metode: Pendekatan deskriptif-kualitatif dan analisis data lapangan. Hasil: Pengabdian menunjukkan bahwa kegiatan Sanlat yang terstruktur, disertai narasi-narasi profetik dan metode interaktif, secara signifikan meningkatkan pemahaman nilai religiusitas seperti kejujuran, kedisiplinan, empati, dan ketauhidan pada anak-anak. Kesimpulan: Studi ini merekomendasikan penguatan kurikulum Sanlat berbasis karakter untuk program serupa di masa mendatang.
Money Politic, Gratifikasi, Dan Hadiah Perspektif Al-Isfahani Dalam Kitab Al-Mufradât Fî Gharîb Al-Qur’ân Saefudin, Asep; Muid N, Abd.; Kerwanto, Kerwanto
Jurnal Global Ilmiah Vol. 2 No. 11 (2025): Jurnal Global Ilmiah
Publisher : International Journal Labs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55324/jgi.v2i11.262

Abstract

The Qur'an condemns money politics and gratuities as reprehensible practices. These are considered to involve the wrongful use of wealth (al-akl bi al-bâthil), al-suht (consuming wealth through manipulation of the truth), al-hadiyyah (gifts that have the potential to create conflicts of interest), al-ghulûl (misuse of authority), yasytarûna bihî tsamanan qalîla (manipulating the truth for worldly gain), and al-khiyânah (abuse of power). Most interpreters associate these key terms with bribery (risywah), which differs from gifts, a practice regarded as commendable in the Qur'an. However, caution is advised as the term "gift" has long been manipulated to mean bribery.Criticism of the above practices, because they contain actions that are contrary to maqâsid shari'ah (Islamic sharia principles) such as the principle of safeguarding property (hifzh al-mâl) and safeguarding religion (hifzh al-dîn). Money politics and gratuities are a means of spreading haram money. The practice turns money, which was initially something that could help people's lives, into something that is haram to use because of prohibited transactions. Money politics and gratuities are a form of neglect of religious teachings, if done means that someone is leaving their religion.