Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

GERAKAN AKSI BERSIH PANTAI SEBAGAI WUJUD KEPEDULIAN MENJAGA LINGKUNGAN DI PULAU PANJANG KABUPATEN SERANG, BANTEN Erik Munandar; Ginanjar Pratama; Lana Izzul Azkia; Hendrawan Syafrie; Afifah Nurazizatul Hasanah; Muta Ali Khalifa; Bhatara Ayi Meata; Adi Susanto; Fahresa Nugraheni Supadminingsih; Devi Faustine Elvina Nuryadin; Desy Aryani; Fitri Afina Radityani
Jurnal Pemberdayaan Maritim Vol 6 No 2 (2024): Journal of Maritime Empowerment
Publisher : Lembaga Penelitian, Pengabdian Masyarakat, dan Penjaminan Mutu, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31629/jme.v6i2.6961

Abstract

Pulau Panjang merupakan salah satu pulau yang berada di wilayah Teluk Banten, menjadi salah satu jalur laut strategis, termasuk dalam Wilayah Zona Ekonomi Ekslusif Kabupaten Serang, dan menjadi tujuan objek wisata khususnya pantai. Sampah yang berada di pantai akan meningkat seiring dengan peningkatan kegiatan. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan pantai dengan tidak membuang sampah sembarangan ataupun membersihkan sampah kiriman. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dan mengklasifikasi jenis sampah yang ada di pulau Panjang. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah partisipatif masyarakat dalam kegiatan aksi bersih dan klasifikasi jenis sampah yang berada di Pulau Panjang. Hasil yang diperoleh yaitu peserta aksi bersih ini diikuti 60 orang peserta yang terdiri atas mahasiswa, masyarakat dan dosen, serta sosialisasi yang terselenggara dengan baik dengan indikator masyarakat yang lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. Aksi bersih pantai berhasil mengangkut sekitar 20 kantong sampah menunjukan adanya peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan pantai di Pulau Panjang.
Suitability of Rehabilitation Locations and Mangrove Growth on the Sunda Strait Coast, Case Study of Panimbangjaya Village, Pandeglang Regency, Banten Province Susanto, Adi; Nurdin, Hery Sutrawan; Khalifa, Muta Ali; Munandar, Erik; Syafrie, Hendrawan; Alansar, Toufik; Sulistyono, Bakti; Raihan, Ahmad
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 17 No. 1 (2024): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/agrikan.v17i1.2057

Abstract

The coast of the Sunda Strait is vulnerable to the impacts of climate change and tsunami disasters, such as what happened in 2018. The most severe impact of the tsunami waves was reported by the people in Panimbang District and Sumur District. The condition of mangrove forests which continues to be degraded is unable to reduce the energy of tsunami waves so the losses are even greater. This research aims to evaluate mangrove rehabilitation activities carried out in Panimbangjaya Village, Panimbang District. Determination of rehabilitation locations is based on feasibility criteria taking into account environmental parameters and water quality. In the four month phase after planting on 1 ha of land, the growth of the planted mangrove seedlings was very good with a survival rate reaching 94%. However, the long dry season due to El-Nino caused dryness in the rehabilitation area and seedling death could not be avoided. The surviving seedlings have been able to adapt and continue to grow to a height of up to 75 cm. One year after planting, the survival rate is 25%.
Suitability Analysis of location for Fish Apartement in the waters of Tunda Island, Banten Province Syafrie, Hendrawan; Susanto, Adi; Nurdin, Hery Sutrawan; Munandar, Erik; Khalifa, Muta Ali
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 17 No. 1 (2024): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/agrikan.v17i1.2102

Abstract

The decline in fish resources has a direct impact on coastal communities, such as happened in the Tunda Island region, Banten province. This condition requires the attention of the local government and one of the follow-up actions is efforts to distribute and install fish apartments. So far, the placement of fish apartments has not been studied so it could result in them being lost, damaged or even not functioning properly. The aim of this research is to analyze the condition of oceanographic factors and water quality at prospective locations for installing fish apartments, as well as determining recommendations for suitable locations for installing fish apartments on Tunda Island. The methodology used basically consist of 2 stages, namely the preparation of suitability criteria and spatial analysis to match location. The waters of Tunda Island have a temperature of between 30.1-30.5 °C with a salinity of 34 ‰; dissolved oxygen 6.3 mg/l; pH value 8.2-8.3 and brightness reaches 12 meters. The current speed is relatively slow (0.091-0.11 m/s) and includes fertile waters. The nitrate content is between 0.072-0.115 mg/l and the phosphate concentration is 0.024-0.046 mg/l. Apart from that, safety conditions and the level of community participation based on the assessment are in the safe and high category. This makes both stations highly recommended as locations for placing fish apartments.
DINAMIKA KONDISI TERUMBU KARANG SEBELUM DAN SESUDAH TSUNAMI SELAT SUNDA DI PULAU BADUL Munandar, Erik; Khalifa, Muta Ali; Susanto, Adi; Nurdin, Hery Sutrawan; Hamzah, Asep; Syafrie, Hendrawan; Budiaji, Weksi; Febrio, Eren Putra; Dewi, Inge Yulistia
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 12, No 2 (2022)
Publisher : JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/jpk.v12i2.17423

Abstract

ABSTRACTCoral reef is one of spesific tropical coastal ecosystem that has high biodivesity. Badul island is one of small island in Banten coastal that have potential coral reef for international and local tourist. Existence and diversity of coral reef depends on water condition like temperature, water current, brightness, sediment. Badul island coral reef already occured natural damage because of Sunda strait tsunami in 2018. Aims of this study to determine coral reef condition in Badul Island after tsunami and compare with the coral reef condition before tsunami. Observation conducted using Underwater Photo Transect (UPT) method and analyzed with Coral Point Count with Excel Extention (CPCe) software. Result known that coral reef ecosystem in Badul Island waters already seriously damage, in East part there is not live coral exist, in South part there is only 1.55% live coral coverage, West part only 24.77% live coral coverage and North part is only 17.47% live coral coverage. Live coral coverage already significantly decrease compare with before tsunami, almost 72.53%. On the other side, this research found 19 genera from 11 coral family. This condition higher than before tsunami, as much 13 genera. But, only 7 genera still found comparing before and after tsunami. Keywords: CPCe, Ujung Kulon, Coral reef, Tsunami, UPT ABSTRAKTerumbu karang merupakan ekosistem khas perairan tropis yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Pulau badul merupakan pulau kecil tak berpenghuni yang memiliki potensi terumbu karang yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Keberadaan dan keanekaragaman terumbu karang ditentukan oleh kondisi perairan seperti suhu, arus, kecerahan, sedimen. Akan tetapi, keberadaan ini masih dapat terjadi kerusakan secara alami akibat adanya gelombang besar atau tsunami. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kondisi terumbu karang pasca tsunami yang terjadi di selat sunda serta perbandingannya dengan kondisi pada saat sebelu terjadi tsunami. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode UPT (Underwater Photo Transect) yang dianalisis menggunakan piranti software CPCe (Coral Point Count with Excel ectention). Hasil yang peroleh terlihat bahwa kondisi terumbu karang di pulau badul mengalami kerusakan dengan persentasi tutupan karang hidup di bagian selatan sebesar 1.55 %, di bagian barat sebesar 24.77% dan di bagian utara sebesar 17.47%. Persetasi tutupan ini menurun drastis dibandingkan dengan perentasi tutupan terumbu karang pada saat sebelum tsunami yang mencapai 72.53%.  genus karang yang ditemukan terdapat 19 genus  dari 11 famili karang. Jumlah ini meningkat dibandingkan yang ditemukan pada saat sebelum tsunami yakni terdapat 13 genus. Akan tetapi, genus yang ditemukan pada sebelum dan sesudah tsunami hanya terdapat 7 genus. Kata kunci: CPCe, Ujung Kulon, Terumbu karang, Tsunami, UPT
Pengenalan Teknologi Tunnel untuk Produksi Garam di Desa Panimbangjaya Kabupaten Pandeglang Susanto, Adi; Hermawan, Dodi; Syabana, Mohamad Ana; Nurdin, Hery Sutrawan; Munandar, Erik; Khalifa, Muta Ali; Syafrie, Hendrawan; Alansar, Toufik; Sulistyono, Bakti; Komariyah, Dedeh; Solahudin, Edo Ahmad
Jurnal Abmas Negeri (JAGRI) Vol. 5 No. 2 (2024): Volume 5 Nomor 2 Desember 2024
Publisher : Sarana Ilmu Indonesia (salnesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36590/jagri.v5i2.1117

Abstract

Salah satu potensi sumber daya perikanan dan kelautan di Selat Sunda yang belum dimanfaatkan dengan optimal adalah produksi garam. Padahal kebutuhan garam di pesisir Selat Sunda khususnya di Kabupaten Pandeglang sangat tinggi, khususnya untuk kebutuhan usaha pengolahan ikan. Keterbatasan teknologi dan kapasitas masyarakat untuk dapat memproduksi garam khususnya di Desa Panimbangjaya menjadi kendala utama yang perlu diselesaikan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan introduksi teknologi tunnel untuk memproduksi garam di Desa Panimbangjaya. Introduksi teknologi tunnel garam telah dilakukan pada Bulan Juli 2024 dengan luasan tunnel 80 m² yang dibagi menjadi empat meja kristalisasi. Peningkatan kapasitas kelompok melalui penyuluhan dan pendampingan produksi garam telah dilakukan dan dalam satu siklus dapat menghasilkan garam dengan berat 12 kg per meja kristalisasi. Peningkatan kualitas air baku yang akan digunakan untuk produki garam masih diperlukan sehingga dalam satu siklus diharapkan dapat meningkatkan volume garam yang dihasilkan. Garam yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan garam pada usaha pengolahan ikan asin di Desa Panimbangjaya. Tumbuh dan berkembangnya produksi garam dengan sistem tunnel diharapkan dapat menyediakan lapangan pekerjaan, menumbuhkan pusat ekonomi baru sehingga kebutuhan garam di Desa Panimbangjaya tidak lagi bergantung pada pasokan garam dari Indramayu dan Cirebon.
The Relationship Between Water and Sediment Quality on Mangrove Growth in Panimbang District, Banten Province Fairuz, Najla Tasya; Irnawati, Ririn; Khalifa, Muta Ali; Susanto, Adi; Nurdin, Hery Sutrawan; Munandar, Erik; Syafrie, Hendrawan; Alansar, Toufik; Sulistyono, Bakti; Raihan, Ahmad
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 17 No. 2 (2024): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/agrikan.v17i2.2346

Abstract

The coastal area of Panimbang, severely impacted by the 2018 Sunda Strait tsunami, has been the focus of rehabilitation due to its vulnerability from the absence of natural barriers like mangroves, which are crucial in mitigating tsunami effects. Through the Mangrove Blue Carbon program, 10,000 mangrove seedlings were planted in Panimbang Jaya Village to restore the coastal ecosystem. This study evaluates the relationship between sediment characteristics and mangrove growth. Measurements included water quality (temperature, pH, salinity), mangrove growth indicators (height, stem diameter, branch and leaf counts), and sediment characteristics (texture, organic carbon, nitrogen, and phosphorus). Results showed water quality supported mangrove growth. Temperature increased from 30.96°C (2023) to 32.6°C (2024) due to El Niño but remained within tolerance limits. pH rose from 7.54 to 8.02 (optimal 6–9), and salinity increased from 16.66‰ to 19.34‰ (tolerance 10–30‰). Sediment texture was predominantly sandy (>90%) with low fertility, indicated by organic carbon (1.5–3.2%), nitrogen (0.2–0.6%), and phosphorus (0.01–0.04%). Mangrove growth improved significantly, with height increasing from 120–150 cm to 160–210 cm, stem diameter from 2.0–3.2 cm to 3.5–4.8 cm, branch count from 5–8 to 8–12, and leaf count from 20–35 to 35–50. Mangrove growth correlated with clay texture and carbon-rich sediment despite low fertility, while optimal water quality still supported their. This emphasizes the need for ongoing monitoring and sustainable rehabilitation efforts to ensure the success of ecosystem restoration.
Optimalisasi Edukasi Pencegahan Stunting melalui Program Sosialisasi Partisipatif di Desa Kemuning, Kabupaten Tangerang Wahyudi, Tri; Ika Arinia Indriyany; Nana Nofianti; Hendrawan Syafrie; Diqbal Satyanegara; Titania Mukti; Nufus Kanani
Jurnal Abdi Masyarakat Nusantara Vol. 3 No. 1 (2025): Jurnal Abdi Masyarakat Nusantara (JURDIASRA), Januari - Juni 2025
Publisher : Ikatan Cendekiawan Muda Akuntansi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61754/jurdiasra.v3i1.124

Abstract

Stunting remains a significant public health issue in Indonesia, particularly in rural areas. Desa Kemuning is one of the regions with a high prevalence of stunting that requires special attention. This community service activity aims to optimize stunting prevention education through a participatory socialization program involving various stakeholders, including local communities, health cadres, and village officials. The methods used include community-based active participation and focused discussions to enhance understanding, engagement, and collective commitment to preventing stunting. This activity successfully reached 50 participants, consisting of pregnant women and children in Desa Kemuning. The materials presented covered the importance of balanced nutrition, parenting practices, and environmental sanitation to support optimal child growth. The program demonstrated that a participatory approach in socialization effectively improves community understanding and awareness of stunting prevention. By involving various parties, it is hoped that the sustainability of this effort will have a significant positive impact on reducing stunting rates in Desa Kemuning.
MODIFIKASI DINDING BUBU LIPAT UNTUK MELOLOSKAN RAJUNGAN YANG BELUM LAYAK TANGKAP: Collapsoble Trap Wall Modification to Realease Under Size Blue Swimming Crab Susanto, Adi; Sutrawan Nurdin, Hery; Jayanudin; Irnawati, Ririn; Hamzah, Asep; Supadminingsih, Fahresa Nugraheni; Syafrie, Hendrawan; Azkia, Lana Izzul; Sucilawati, Mumung; Adisaputra, Divandra Yogi; Hikmatyar, Alfito Dicky
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 15 No. 1 (2024): Marine Fisheries: Journal of Marine Fisheries Technology and Management
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jmf.v15i1.49776

Abstract

Increasing of fishing pressure poses a serious threat to the sustainability of blue swimminng crab resources. Trap design modifications are needed to improve size selectivity and to release under size crabs. This study aimed to determine the type of wall modification of collapsible trap that is effective in excluding under size blue swimming crab. Laboratory observations were conducted using four escape vents treatments and three different mesh sizes. The escape gap used are rectangular, square, circular and oval respectively. Moreover, the mesh sizes used are 2.0 inches, 2.5 inches and 3.0 inches. Descriptive analysis and scoring were used to determine the most effective type of wall trap modification to be used in the blue swimming crab fishing. The results showed that the rectangular escape gap has better effectiveness than other shapes with the percentage of crabs that pass through at 86.7%. The wall modification using a 3.0-inch mesh size had better performance than the other modification types with a total score of 19. Collapsible trap with a 3.0-inch mesh wall was able to escape 86.7% of the crabs with an escape time of only 11.2 seconds and an average escaped crab carapace width of 78 mm. Keywords: Collapsible trap, escape gap, environmentaly-frendly fisheries, mesh size of trap wall