DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani dengan nomor ISSN 2541-3937 (print), ISSN 2541-3945 (online) diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta. Tujuan dari penerbitan jurnal ini adalah untuk mempublikasikan hasil kajian ilmiah dan penelitian dalam bidang ilmu Teologi Kristen, terutama yang bercirikan Injili-Pentakosta, dan bidang Pendidikan Kristiani.
Articles
350 Documents
Keutamaan Kristus dalam Karya Pemulihan-Nya: Pembacaan Kolose 1:20 Melalui Apokatastasis Balthasar dan Ware
Rommi Matheos
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 8, No 2 (2024): April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30648/dun.v8i2.1218
Abstract. This article seeks to show God's work of restoration of all things in order to restore all creation to the order of creation. Using Hans Urs von Balthasar and Kallistos Ware's thoughts on apocatastasis as a lens through which I read Colossians 1:20, I argue that this restoration of all things demonstrates God's Christocentric and comprehensive redemptive work. In Christ, this comprehensive redemption brings a memory to the goodness and beauty of God's creation and has a dimension of hope for all creatures, to be restored to become new creations.Abstrak. Artikel ini berupaya memperlihatkan karya pemulihan Allah atas segala sesuatu yang bertujuan untuk mengembalikan seluruh ciptaan kepada tatanan penciptaan. Dengan menggunakan pemikiran Hans Urs von Balthasar dan Kallistos Ware tentang apokatastasis (konsep pemulihan segala sesuatu) sebagai lensa dalam membaca teks Kolose 1:20, saya beragumen bahwa pemulihan segala sesuatu ini memperlihatkan karya penebusan Allah yang Kristosentris dan bersifat menyeluruh. Di dalam Kristus penebusan yang bersifat menyeluruh ini menghadirkan ingatan kepada kebaikan dan keindahan ciptaan Allah dan berdimensi pengharapan bagi seluruh makhluk, yaitu dipulihkan untuk menjadi ciptaan baru.
Silaturahmi dan Gandong: Rekonstruksi Eklesiologi melalui Perspektif Teologi Rahim C.S. Song
Michael Bryan;
Justitia Vox Dei Hattu
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 8, No 2 (2024): April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30648/dun.v8i2.1137
Abstract. This article is an effort to reconstruct ecclesiology by discussing the value of silaturahmi from an Islamic perspective and the Gandong system in Maluku culture with the help of Choan Seng Song's womb theology as the theological lens. This effort was motivated by the 1999 conflict on Haruku Island which began with the conflict on Ambon Island which had damaged the fraternal relations between Christians and Muslims on Haruku Island. Meanwhile, traditional ecclesiology, because it emphasizes the superiority of the church, often makes conflicts even sharper. The results of this study show that both silaturahmi and Gandong emphasize fraternarly love which is addressed both internally and externally. These two elements are also conceived in Jesus' messianic movement, thus making it to be a relevant ecclesiology for the solution to the conflict that occurred.Abstrak. Artikel ini merupakan suatu upaya untuk merekonstruksi eklesiologi dengan mendialogkan nilai silaturahmi dari perspektif Islam dan sistem Gandong dalam kebudayaan Maluku dengan bantuan teologi rahim dari Choan Seng Song sebagai lensa teologisnya. Upaya ini dilatarbelakangi oleh adanya konflik tahun 1999 di Pulau Haruku yang berawal dari konflik di Pulau Ambon yang telah merusak relasi persaudaraan umat Kristen dan umat Islam di Pulau Haruku. Sementara itu, eklesiologi tradisional oleh karena lebih menekankan pada superioritas gereja seringkali justru menjadikan konflik semakin tajam. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa baik silaturahmi maupun Gandong menekankan kasih persaudaraan yang ditujukan baik secara internal maupun eksternal. Kedua unsur ini juga terkandung dalam gerakan mesianik Yesus sehingga menjadikannya sebagai eklesiologi yang relevan bagi solusi atas konflik yang terjadi.
Evaluasi Program Sekolah Minggu Dengan Menggunakan Model Evaluasi CSE-UCLA
Desi Sianipar;
Wellem Sairwona;
Esti Regina Boiliu
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 8, No 2 (2024): April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30648/dun.v8i2.1073
Abstract. As a form of non-formal education, Sunday School should also undergo evaluation procedures like educational programs in general. The results of this evaluation are very useful as information and a basis for developing the program in the future. Currently, there are many program evaluation models that can be utilized by program managers. One of them is the CSE-UCLA model. Therefore, the aim of this research is to see the effectiveness of using the CSE-UCLA model evaluation approach to evaluate the Sunday School program. The research method used in this research is a qualitative method. The result of the research showed that the CSE-UCLA evaluation model can be effectively used to evaluate educational programs, including education that has a religious spiritual atmosphere.Abstrak. Sebagai satu bentuk pendidikan nonformal, Sekolah Minggu semestinya juga menjalani prosedur evaluasi sebagaimana program pendidikan pada umumnya. Hasil evaluasi tersebut sangat berguna sebagai informasi dan pijakan dalam pengembangan program tersebut di masa yang akan datang. Pada masa kini ada banyak model evaluasi program yang dapat dimanfaatkan oleh pengelola program. Salah satu di antaranya adalah model CSE-UCLA. Karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas penggunakan pendekatan evaluasi model CSE-UCLA untuk mengevaluasi program Sekolah Minggu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model evaluasi CSE-UCLA dapat secara efektif digunakan untuk mengevaluasi program pendidikan, termasuk pendidikan yang bernafaskan spiritual keagamaan.
Dunia yang Lestari: Eko-Eskatologi Gereja Toraja Berdasarkan Eskatologi Jürgen Moltmann
Tangirerung, Johana Ruadjanna;
Pasassa, Julianto;
Bungaran, Stepanus Ammai;
Anggui, Alfred Y R
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 8, No 2 (2024): April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30648/dun.v8i2.1339
Abstract. The Toraja Church in its confession also discusses eschatology but does not adequately explain the concept of a sustainable world. With these issues in mind, the aim of this research is to enrich the Toraja Church Confession's conversation regarding the world and the end times from Jürgen Moltmann's eschatological perspective. This research was conducted by library research approach. The result of the research showed that the concept of a sustainable world must be understood in the cosmic escatology dimension, namely a new heaven and earth in quality. There, the Church plays an active role today as an eschatological response to ecology.Abstrak. Gereja Toraja dalam pengakuan imannya juga membahas eskatologi, namun belum menjelaskan secara memadai mengenai konsep dunia yang lestari. Dengan persoalan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperkaya percakapan Pengakuan Gereja Toraja mengenai dunia dan zaman akhir dari perspektif eskatologi Jürgen Moltmann. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep dunia yang lestari harus dipahami dalam dimensi eskatologi kosmik, yaitu langit dan bumi yang baru secara kualitas. Di situ peran aktif Gereja adalah sebagai respons eskatologis terhadap lingkungan hidup.
Kerajaan Allah dan Transformasi Sosial: Dialetika Kedatangan Kerajaan Allah dan Implikasi Masa Kini
Thomas Ly
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 8, No 2 (2024): April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30648/dun.v8i2.1051
Abstract. Discourses concerning the dialectical coming of the Kingdom of God in Christian theology are debatbale, including its time and relationship to the present. This study focuses to find a connection between the dialectic of the Kingdom of God and social transformation, and its implications to the present. In reaching that goal, the Indicative-Imperative method in bibilical ethics is applied. It means that the works and the will of God become the indicative, and the God’s commands or men’s responsibilities become the the imperative. Based on this research, Christian ethics is performed not only as hope and anticipation to the coming of the Kingdom but also as respond and participaton to the Kingdom’s mission. There is a close connection between the Kingdom of God and social transformation. Therefore, the church can perform the Kingdom’s mission in the world as an agent of social transformation.Abstrak. Wacana tentang dialektika kedatangan Kerajaan Allah dalam teologi Kristen mengandung perdebatan, baik terkait waktu kedatangan maupun kaitannya dengan kehidupan saat ini. Fokus tulisan ini adalah meneliti kaitan antara dialektika Kerajaan Allah dan transformasi sosial dan implikasinya bagi kehidupan masa kini. Dalam rangka itu penulis menggunakan pendekatan Indikatif-Imperatif dalam etika Alkitab. Pendekatan ini menjadikan tindakan dan kehendak Allah sebagai indikatif, dan perintah Allah atau tanggung jawab manusia sebagai imperatifnya. Kajian ini menunjukkan bahwa etika Kristen dilakukan bukan hanya sebagai harapan dan antisipasi terhadap datangnya Kerajaan Allah, melainkan juga sebagai respons dan partisipasi terhadap misi Kerajaan Allah. Ada kaitan erat antara Kerajaan Allah dan transformasi sosial. Oleh karena itu, gereja dapat menjalankan misi Kerajaan Allah di dunia sebagai agen transformasi sosial.
Meretas Jalan Pembebasan: Hermeneutik Silang Budaya antara Cerita Rakyat Perempuan-Perempuan Pelarian dan Ratu Wasti
Ressa, Yosia Polando;
Tumbelaka-van Munster, Cindy Cecilia;
Arulangi, Ronald
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 9, No 1 (2024): Oktober 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30648/dun.v9i1.1392
Abstract. The topic discussed in this article is the issue of gender justice related to sex discrimination and violence in a patriarchal society, where women lose their inspiring voice. Christian women can look for values in the Bible, but sometimes they only find that women's voices that are very weak because of patriarchal gender bias. They can trace their path of searching for spiritual riches in their oral traditions, namely folklore. Based on this background, this article offers a cross-cultural reading of the Bible between the authority of values originating from folklore and other local wisdom, and the authority of the Bible as the basis for church teaching. The cultural context of Mamasa and the stories of “Runaway Women” will be in dialogue with the story of Queen Vashti in the book of Esther. As the result, women's struggle in seeking gender justice can be achieved if relationships and networks of empowering power are built with other women around them.Abstrak. Topik yang didiskusikan dalam tulisan ini adalah seputar persoalan keadilan gender terkait diskriminasi seks dan kekerasan dalam masyarakat yang patriarkhal, di mana perempuan kehilangan suara inspirasinya. Para perempuan Kristen dapat saja mencari-cari pijakan nilai dalam Akitab, namun terkadang hanya menemukan kenyataan bahwa suara-suara perempuan di sana sangat lemah karena bias gender yang patriarkhal. Mereka dapat menyusuri jalan pencarian mereka dalam kekayaan spiritual dalam tradisi lisan mereka, yaitu cerita rakyat. Dengan latar belakang tersebut, tulisan ini menawarkan pembacaan Alkitab silang budaya antara otoritas nilai yang bersumber dari cerita rakyat dan kearifan lokal lainnya, dan otoritas Alkitab sebagai dasar pengajaran gereja. Konteks kultural Mamasa dan cerita “Perempuan-perempuan Pelarian” akan didialogkan dengan kisah Ratu Wasti dalam kitab Ester. Hasilnya, perjuangan perempuan dalam mengusahakan keadilan gender apabila terbangun relasi dan jejaring kekuatan pemberdaya dengan perempuan lain di sekitarnya.
Paradigma Misi dalam Konteks Kemajemukan Agama: Analisis Matius 5:13-16 sebagai Teks Misi
Sensius Amon Karlau
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 8, No 2 (2024): April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30648/dun.v8i2.1053
Abstract. The former mission paradigm often displays an arrogant, triumphalistic and imperialist face. Such missions often trigger disharmony in a society characterized by religious pluralism. Therefore, this paper intended to propose a new paradigm in missions by starting from the text Matthew 5:13-16 as a mission text, and not from the text Matthew 28:18-20 which is usually used as a paradigmatic text in missions. The method used in this study was context and literary analysis of Matthew 5:13-16. The result is that the mission should aim public glory for God, and not for the main aim of increasing the number of the religion adherent, through living production that is able to salt and light the public space.Abstrak. Paradigma misi lama seringkali menampilkan wajah yang arogan, triumfalistik, dan imperialis. Misi yang demikian sering kali memantik ketidakharmonisan dalam masyarakat dengan ciri kemajemukan agama. Oleh karena itu, tulisan ini bermaksud untuk mengusulkan paradigma baru dalam misi dengan berangkat dari teks Matius 5:13-16 sebagai teks misi, dan bukan dari teks Matius 28:18-20 yang biasanya dijadikan sebagai teks paradigmatik dalam misi. Metode yang digunakan dalam kanjian ini adalah analisis konteks dan literer Matius 5:13-16. Hasilnya, bahwa misi sudah seharusnya bertujuan untuk menghasilkan kemuliaan bagi Allah, dan bukan untuk tujuan utama menambah jumlah pengikut, melalui karya hidup yang mampu menggarami dan menerangi ruang publik.
Efektivitas Bimbingan Pranikah untuk Mengantisipasi Stunting
Irene Gwindoline Hakh;
Desi Sianipar
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 8, No 2 (2024): April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30648/dun.v8i2.1295
Abstract. Since 2019, a premarital counseling program, as a form of Christian religious education at the Evangelical Christian Church in Timor (GMIT), has been implemented, specifically to provide an understanding of reproduction health and the first thousand days of life regarding stunting. This research aimed to evaluate the effectiveness of premarital counseling in anticipating stunting at GMIT Sion Kuli, Rote Ndao Regency, East Nusa Tenggara (NTT). The research method used is a qualitative method. The research result showed that the premarital counseling program has not been effective in anticipating stunting because it has not focused on anticipating stunting. Thus, it can be concluded that the church has not paid serious attention to anticipate the danger of stunting.Abstrak. Sejak tahun 2019, program bimbingan pranikah, sebagai salah satu bentuk Pendidikan Agama Kristen di Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) telah dilaksanakan, khususnya untuk memberikan pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan periode seribu hari pertama kehidupan yang menyangkut stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas bimbingan pranikah dalam mengantisipasi stunting di GMIT Sion Kuli Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program bimbingan pranikah belum efektif dalam mengantisipasi stunting karena belum berfokus pada antisipasi stunting. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gereja belum memberikan perhatian serius dalam antisipasi bahaya stunting.
The Homeless Liturgy: Meliturgikan Ratapan, Harapan, dan Transformasi Kaum Miskin
Fitry Hanna Hutagalung
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 8, No 2 (2024): April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30648/dun.v8i2.1222
Abstract. Poverty is a well-known and complex issue. Poverty has a bad impact on the poor. Thus, poverty is the duty of society, including the church. The purpose of this paper is to investigate the relationship between liturgy and poverty. The homeless liturgy is the phrase selected to describe liturgical practices in the face of poverty. This essay was conducted by socio-liturgical studies and field research. This essay suggests that the homeless liturgy is a manifestation of the church's preference for the poor, which speaks hope-lament, liberation, and promotes transformation.Abstrak. Kemiskinan adalah permasalahan klasik dan kompleks. Kemiskinan berdampak pada keberlangsungan hidup orang banyak. Untuk itu, kemiskinan bukan hanya menjadi tanggung jawab negara, melainkan juga masyarakat dan termasuk gereja. Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi relasi-interaksi liturgi dan kemiskinan. Homeless liturgy merupakan istilah yang dipilih untuk merepresentasikan praktik berliturgi di tengah-tengah kemiskinan. Melalui kajian sosio-liturgis dan penelitian lapangan, artikel ini menyimpulkan bahwa homeless liturgy merupakan wujud sikap keberpihakan gereja terhadap mereka yang miskin, yang menyuarakan harapan-ratapan, yang membebaskan dan menggerakkan transformasi.