cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota kupang,
Nusa tenggara timur
INDONESIA
Ciencias : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
ISSN : 26213087     EISSN : 26215721     DOI : -
Core Subject : Education, Social,
Ciencias : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan ini mempublikasikan hasil-hasil penelitian yang mencakup penelitian eksperimen, penelitian tindakan, penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif, dan penelitian pengembangan (model, media, dan evaluasi pembelajaran) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas serta membangun inovasi bidang pendidikan. Secara umum, artikel yang dipublikasi oleh Ciencias Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan adalah karya tulis ilmiah yang memberi kontribusi bagi pengembangan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan.
Arjuna Subject : -
Articles 98 Documents
Tuturan Ritual Be’eula dalam Upacara Kematian pada Masyarakat Desa Oetutulu Kecamatan Rote Barat Laut Kabupaten Rote Ndao Rudolof J. Isu; Temy M. E. Ingunau
Ciencias : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol 3 No 2 (2020): Juli
Publisher : Universitas Persatuan Guru 1945 NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to describe the meaning and function contained in the Ritual Speech of Be'eula in the death ceremony at the Oetutulu Village Community, North West Rote District, Rote Ndao District. Be'eula's ritual speech is the process of handing over betel nut sites from families who are grieving to parents or traditional elders who have selected the same age as those who have died after the funeral process. Attitudes to maintain cultural traditions, especially beeeula in the community of Oetutulu Village, North West Rote Subdistrict, Rote Ndao District illustrate people's obedience to ancestral heritage. The people of Oetutulu Village, North West Rote Subdistrict, Rote Ndao District are aware that Be'eula Ritual speech has meaning and function that is very important for their lives. The intended meaning and function also describe their existence or identity as a civilized society. The results of the study showed that in the ritual speech of be’eula in the death ceremony that occurred in the community of Oetutulu Village, Rote Barat Laut District, Rote Ndao District contained several meanings. The meanings meant here are (1) Religious Meaning; (2) Meaning of Togetherness; and (3) The Meaning of Affection. While the function in the ritual speech be'eula in Oetutulu Village community, North West Rote District, Rote Ndao Regency, consists of three functions, namely: (1) Poetic Function; (2) Religious functions; and (3) Function of Directive.
Pengaruh Kemandirian Belajar dan Kuriositas terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Erwinsyah, Erwinsyah; Wildan, Ahmad Chairun
Ciencias : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2022): Januari
Publisher : Universitas Persatuan Guru 1945 NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70942/ciencias.v5i1.63

Abstract

Based on preliminary observations of teachers in several Junior High Schools in the Bekasi Regency, students' achievement in science subjects was still low. The purpose of this study was to determine the effect of learning independence and curiosity both together and partially on the science learning achievement of SMPN's students in the Bekasi Regency. This research used a sample size of 93 students from the population of 1156 students of three Junior High Schools in Bekasi, selected with cluster random sampling technique. The study concluded with the following (1) there is a positive and significant relationship between learning independence and curiosity on science learning achievement, (2) there is a positive and significant relationship between independent learning and science learning achievement, and (3) there is a positive and significant relationship between curiosity and science learning achievement. Increasing students' learning independence and curiosity will result in better science learning achievement than only increasing students' learning independence or increasing student curiosity.
Speech Act Analysis in the Talk Show Hitam Putih on Trans 7 Anabokay, Yanrini Martha; Langkameng, Oce Antipas; Kale, Maneie Bengu; Fanggidae, Yenssy Mervilen
Ciencias : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2022): Januari
Publisher : Universitas Persatuan Guru 1945 NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70942/ciencias.v5i1.69

Abstract

The study aims to find out the types of speech acts and the types of speech acts are mostly used in the talk show hitam putih on Trans 7. In this research, the writer used descriptive method. The media was used in this study is the youtube video of the talk show hitam putih on Trans 7. The presenter and the guess sta stars of talk show hitam putih became the subject of the research. Then, the utterances uttered by the presenter and the guess stars became the object of this study. The criteria that were used by the writer in order to analyze the data were based on the types of speech acts given by Austin in (Levinson, 1997:236). The result of this research shows that (1) there are three types of speech acts found in the talk show hitam putih on Trans 7, namely; Illocutionary speech act, lucutionary speech act and perlocutionary speech act; (2) In this study, the illocutionary act that mostly used in talk show Hitam Putih are asking clarity and statement.
Survei Peran Guru Penjas Dalam Kegiatan Ekstrakulikuler Bulu Tangkis Di SMP Bili, Lukas Dairo; Lengo, Martina Dewi; Djami, Jolis J. A.; Tusi, Adolf A.
Ciencias : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2022): Januari
Publisher : Universitas Persatuan Guru 1945 NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70942/ciencias.v5i1.70

Abstract

Penelitian ini difokuskan pada guru penjas dalam mengembangkan ekstrakurikuler dan bertujuan untuk memecah rumusan masalah yang diangkat yaitu: apakah ada perkembangan minat dan baka siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler bulu tangkis di SMP Kristen 4 Amanatun Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana upaya guru penjas dalam mengembangkan ekstrakulikuler bulu tangkis di SMP Kristen 4 Amanatun Selatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, penelitian ini dilakukan selama 1 bulan dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Kemampuan kerja guru penjas dalam memberi arahan baik dalam roses kegiatan ekstrakurikuler, guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dalam proses kegiatan ektrakurikuler, 2) Ada program latihan yang dibuat oleh guru penjas SMP Kristen 4 Amanatun Selatan, 3) Sarana dan prasarana di SMP Kristen 4 Amanatun Selatan sangat memadai dan menunjang terlaksanannya program latihan ektrakurikuler bulu tangkis dan 4) Ada hambatan dan permasalahan dalam upaya melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler bulu tangkis yaitu SDM, sarana dan prasarana yang belum lengkap dan tingkat kepedulian orang tua, masyarakat dan pendidik masih rendah.
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Senam Lantai Guling Depan Pada SMP Nggaa, Paulus Natalis
Ciencias : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2022): Januari
Publisher : Universitas Persatuan Guru 1945 NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70942/ciencias.v5i1.72

Abstract

Peranan pendididkan jasmani olahraga dan kesehatan adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan olahraga yang dilakukan secara sisematis. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) (classroom action research), yaitu penelitian yang mengangkat masalah-masalah yang aktual yang dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran dikelas secara lebih profesional. Pada siklus I yang memiliki kategori tuntas 42,86% sebanyak 9 siswa, kategori tidak tuntas 57,14% sebanyak 12 siswa. Setelah adanya penerapan media memantul bola ke dinding terlihat peningkatan yang cukup baik pada siswa. Kesimpulan Dari hasil analisis yang diperoleh peningkatan yang signifikan dari siklus I dan siklus II. Hasil belajar Gulng depan pada siklus I dalam kategori tuntas adalah 42,86% jumlah siswa yang tuntas adalah 9 siswa. Pada siklus II terjadi peningkatan prosentase hasil belajar siswa dalam kategori tuntas sebesar 80,95%,sedangkan siswa yang tuntas.
Sejarah Terbentuknya Kefetoran Bani-Bani di Timor Tahun 1936 Kollo, Moses; Rohi, Diana
Ciencias : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2022): Januari
Publisher : Universitas Persatuan Guru 1945 NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70942/ciencias.v5i1.73

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Sejarah Terbentuknya Kefetoran Bani-Bani di Timor Tahun 1936. Lokasi penelitian ini adalah bekas wilayah Kefetoran Bani-Bani yang dipusatkan di Desa Tunbesi sekarang menjadi wilayah Kecamatan Io Kufeu di Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primerdan sumber data sekunder. Data penelitian menggunakan teknik wawancara, observasi dan telaah pustaka yang berdasarkan duaa tahap penelitian sejarah yakni heuristik dan verifikasi atau kritik sumber. Kemudian data penelitian dapat dianalisis menggunakan teknik ketiga yakni interpretasi. Sedangkan hasil penelitian dapat ditulis menggunakan teknik historiografi yang merupakan teknik keempat atau teknik terakhir dalam penelitian sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa factor yang meatarblkangi lahirnya Kefetoran Bani-Bani di Timor yakni (1) Terbentuknya kesatuan masyarakat adat yang luas yang menghendaki adanya seorang pemimpin untuk mengatur dan menciptakan perdamaian dan keseimbangan sosial; (2) Masuk dan berkembangnya pemerintahan Belanda yang ingin mempengaruhi para elit lokal dengan masyarakat untuk menerima dan melaksanakan pemerintahan belanda. Kuatnya hubungan belanda dengan para elit local tertentu untuk memperlancar kepentingan belanda,para usif diangkat menjadi raja; (3) Jumlah keturunan dari masyarakat Bani-bani yang makin lama makin bertambah untuk mengakomodir berbagai kepentingan termasuk pemberian peran maka wilayah kerajaan perlu dibagi menjadi wilayah-wilayah kecil yang kemudian dikenal dengan sebutan kefetoran; (4) Aspek pendekatan pelayanan publik pada zaman tersebut dapat memungkinkan sebab dengan melihat luasnya wilayah kerajaan maka diperlukan para pembantu raja yaitu fetor yang cakap dan bertanggung jawab untuk mengatur wilayah dan masyarakat. Kata Kunci: Sejarah, Kefetoran Bani-Bani di Timor PENDAHULUAN Kerajaan di pulau timor selain diperintah oleh raja dibantu oleh fetor yang berperan sebagai tangan kanan raja atau wakil raja di wilayah kefetoran. Sebagai tangan kanan raj, fetor berperan aktif dalam mengarahkan rakyatnya melaksanakan berbagai kegiatan kemasyarakatan untuk meningkatkan kesejahteraan. Untuk memudahkan itu koordinasi haru smenjaga keamanan kerajaan. Sebagai tangan kanan raja, maka raja dianggap sebagai kuasa bumi yang diberi hak dan wewenang untuk melaksanakan pemerintahan yang paling pnting adalah menjaga keutuhan wilayah. Rakyat yang mendiami wilayah tersebut disebut toh ana (rakyat biasa). Kekuasaan fetor ditaati oleh rakyat di wilayahnya. Sistem politik kerajaan sendiri sering di sebut patrimonial atau monarchy. Dalamhal ini raja adalah penguasa dan pengayom sama halnya bapak dalam keluarga. Sebagian besar suku dalam kabupaten belu umumnya menganut genealogis territorial. Mereka percaya bahwa seluruh warga suku sebenarnya merupakan suku asal keturunan yang memiliki budaya, bahasa dan wilayah adat tertentu (Widiyatmika,2007:32) Pengalihan wilayah adat ini menjadi wewenang pemuka adat mulai dari raja, fetor dan temukung. Berawal dari system politik belanda yang ingin menguasai timor sejak tahun 1657 karena komditi cendana yang sangat terkenal di eropa. Dimana Belanda mengunakan strategi merangkul toko adat,intervensi didalam struktur adat, dan penerapan aturan baru mengenai aturan pemerintahan desa. Adat swapraja yang yang dibentuk sesuai dengan kesatuan politik asli,namun ada juga wilayah-wilayah kerajaan kecil yang digabungkan dan ini tidak sama tergantung pada dinamika penunduk kerajaan-kerajaan tersebut. Sebuah kerajaan disebut swapraja yang dipimpin oleh seorang raja dan membawahi sejumlah distrik yang disebut dengan kefetoran. Dibawah kefetoran ada ketemukungan dan dibawah ketemukungan ada juga sejumlah kampung (Io’o). salah seseorang yang pernah menjabat sebagai fetor Bani-Bani yaitu Hendrikus Kun pada tahun 1936-1944. Kefetoran adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya yang teratur dibawah kekuasaan seorang kepala kampung atau kepala suku. Kefetoran Bani-bani memiliki peran sebagai pembantu raja yang memiliki wilayah kekuasaan. Wilayah kekuasaan itu dikenal dengan ketemukungan. wilayah ketemukungan yang dipakai seorang temukung dalam menjalni kegiatan pemerintahan diwilayah kefetoran harus melaporkan hasil kegiatan kepada fetor. Hal iniberarti wilayah ketemukungan sangat besar yang berarti dalam menata desa-desa gaya baru setelah tahun 1962, sedangkan wilayah keferotan berubah menjadi kecamatan. Demikian kerajaan berubah menjadi kabuaten yang kini dikenal dengan kabupaten Malaka. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah”Faktor apakah yang melatarbelakangi terbentuknya Kefetoran Bani-Bani di Timor Tahun 1936”. KAJIAN PUSTAKA Sejarah Sejarah adalah cerita, gambaran pada masa lampau tentang kehidupan umat manusia dan sekitarnya sebagai suatu masalah dalam kehidupan sosial yang disusun secara ilmiah yang didalamnya meliputi urutan-urutan waktu fakta-fakta pada masa tersebut dengan sejumlah tafsiran atau penjelasan yang memberi gambaran tentang apa yang telah berlalu (Gazalba, 1981: 13). Pendapat ini diperkuat oleh Tamburaka (2002:4) yang menyatakan sejarah merupakan gambaran mengenai peristiwa-peristiwa dimasa lampau,tetapi peristiwa-peristiwa dimaksud dianalisa dengan meneliti sebab akibat,kemudian dirangkum kembali kemudian dapat diperoleh pengertian dalam bentuk sistesis yang dapat memberikan penjelasan mengenai aspek-aspek: 1) bagaimana deskripsi peristiwanya, 2) mengapa peristiwa ini terjadi dan 3) kemana peristiwa itu akan terjadi selanjutnya. Tamburaka (1999:13) mengemukakan dua dalil tentang sejarah yaitu: “sejarah mempunyai arti yang cocok untuk mempelajari alam pikiran dan pengalaman-pengalaman manusia” “dan sejarah bersifat unik,langsung dan dekat”. Abdulgani (1963:174) menyatakan bahwa sejarah ialah salah satu cabang ilmu yang meneliti dan meyelidiki secara sintematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan dimasa lampau,beserta kejadian-kejadinnya, dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitian dan penyelidikan itu,untuk akhirnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penelitian dan penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa depan. Sejarah dalam pengertian itu mengadung 3 dimensi waktu yaitu masa lampau,(past), sekarang(present) , dan akan datang (future). Dari pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa sejarah ilmu yang mempelajri peristiwa atau kejadian yang terjadi pada masa lampau,serta membawa pengaruh yang besar bagi kehidupan umat manusia. Kejadian atau peristiwa ini meninggalkan bukti yang dapat dikumpulkan untuk diteliti oleh generasi sekarang ini. Kejadian atau peristiwa ini terjadi dalam ruang dan waktu. Kefetoran Menurut Parera ( 1994: 25) fetor berasal dari perkataan yaitu feitor. Dalam kamus Portugis- Inggris yang sudah usang (sekitar tahun 1990), feitor diterjemahkan dengan fector, manager, steward, farmer, husbandman, Doemaker, performer. Kefetoran adalah suatu wilayah dengan jumlah yang teratur dibawah kekuasaan seorang kepala kampung atau kepala suku. Kefetoran bani-bani memiliki peran sebagai kepala kampong yang mempunyai wilayah kekuasaan. Wilayah kekuasaan tersebut dikenal dengan sebutan Tamukung. Wouden Van (1996: 98), mengatakan bahwa terdapat tiga fungsionaris penting dalam sebuah kerajaan, yaitu raja utama,tangan kanan(fetor)dan tangan kiri(hulubalang). Sedangkan menurut Widiyatmika (2007: 76), fetor adalah pejabat yang berkuasa disamping raja. Sedangkan menurut Parera (1994:76), kata fetor berasal dari bahasa portugis yaitu “Fetor” yang dikelompokan pada bangsawan tingkat pertama dan ditulis fetor sedangkan beberapa tempat, seperti di Belu,digunakan istilah Kapitan kalau diflores dan di Sikka dikenal dengan Alvieris dan Kabu,Alvieris sebagai temukung besar dan kabu sebagai pesuruh kampug sedangkan fetor diterjemahkan dengan Victory berasal dari zaman portugis (Parera,1994: 215). Pemerintahan Bolis (1992:80) menyatakan bahwa daerah,bangsa,dan baik pemerintahan sebagai unsure pembentuk suatu Negara apabila dirawat baik semakain besar dan jayalah kerajaan atau Negara itu akan lenyap. Sitanggas (1996:23) menyatakan pemerintahan adalah suatu system dari gerakan semua fungsi yang ada di suatu masyarakat atau Negara yang mempunyai wilayah tertentu dugunakan sebagai alat kekuasaan untuk mencapai suatu tujuan dengan meliputi bidang-bidang kejasmanian dan kerohanian. Doko (1981:2) menyatakan bahwa pemerintahan pada masa lalu dapat dijalani atas dasar adat dimana seorang pemimpin (raja) adalah penguasa tunggal dalam wilayahnya. Kotten (1972:2) menyatakan pemrintahan dalah cara perbuatan untuk menyelengarakan segenap kepentingan termasuk kewajiban,tugas,dan tanggung jawab dar orang atau badan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam suatu Negara atau daerah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintahan merupakan organisasi formal pada suatu daerah dalam suatu Negara,yang didalamnya terdapat pemegang kekuasaan tertinggi untuk memerintah yang bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang sejahtera. METODE PENELITIAN Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Io Kufeu Kabupaten Malaka. Adapun alasan memilih lokasi ini karena lokasi ini merupakan bekas Kefetoran Bani-Bani sehingga diyakini dapat memudahkan peneliti dalam memperoleh data penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian historis dimana dalam proses pengumpulan data hingga penulisan hasil penelitian dilakukan secara historis. Adapun yang menjadi sumber data dalampenelitian ini terdiri dari dua yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data rimer dalam penelitian sejarah adalah sumber asli yang menyaksikan atau sumber yang ada bersamaan dengan waktu terjadinya peristiwa tersebut. Karena itu, sumber data primer dalam penelitian ini adalah catatan Fetor Hendrikus atau dokumen sejenis, pusat kefetoran (istana fetor), dan peninggalan lainnya. Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber yang dapat member informasi terkait Kefetoran Bani-Bani walaupun ia tidak turut merasakan keemimpinan Fetor Hendrikus di Kefetoran Io Kufeu Timor. Adapun teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah observasi, wawancara dan telaah pustaka yang berlandasrkan heuristik, kritik sumber dan interprtas. Sedangkan hasil penelitian ditulis menggunakan teknik historiografi yang merupakan tahap terakhir dalam langkah penelitian sejarah. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Terbentuknya Kefetoran Bani-Bani Di Timor Tahun 1936 Daerah provinsi Nusa Tenggara Timur pada masa kolonil belanda merupakan suatu keresidenan yang dinamakan Keresidenan Timor dan daerah takhluknya (De Residen Van Timor En Onder Horigheden). Diatur dalam Indische Staatblad 1916 No. 372 (Sejarah daerah NTT 1980:93) Wilayah hukum Keresidenan Timor terbagi atas tiga afdeling yaitu afdeling Flores, afdeling Timor,dan afdeling Sumba yang masing-masing diperintah oleh seorang asisten residen. Setiap afddeling terbagi atas wilayah bagi yang disebut onder afdeling yang dikepalai seorang Pamong Praja yang bergelar kontroleur, dan didalam setiap onder afdeling terdapat swapraja-swapraja. Setiap swapraja terbagi lagi atas beberapa wilayah bagian berdasarkan bentuk kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai ciri khas berdasarkan suatu lingkungan persatuan adat, yang sebutannya berbeda- beda disetiap daerah diwilayah Nusa Tenggara Timur (Memori Gubernur NTT, Buku 1958-1972 :79). Didalam badan persekutuan pemerintah adat yang dipimpin oleh tua-tua suku (kepala-kepala suku) maka lama kelamaan mulai berlaku sistem norma dan tatanan kemasyarakatan adat yang ternyata luas pengaruhnya hingga saat ini. Demikian pula adanya struktur adat dengan pembagian tugas kepada mereka yang dipilih dan ditetapkan sebagai kepala suku maupun anggota suku. Dala kehidupan suku ada juga aturan (berupa hukum adat) yang berlaku ,diakui dan tetap bertahan relative cukup lama sampai masuknya pengaruh budaya dari pihak luar. Berbagai inovasi juga harus diterima oleh semua anggota sebab telah ada arus informasi komunikasi sejalan dengan perkembangan zaman. Kehadiran suatu wilayah kefetoran pada zaman lampau erat hubungan dengan tuntutan zaman. Pergesaran-pergeseran yang terjadi dilingkungan Bani-bani ternyata mulai mengubah peta politik pemerintahan raja-raja. Daerah timor adalah daerah pulau masing-masing pulau itu mempunyai riwayatnya sendiri-sendiri apalagi riwayat-riwayat itu tidak tertulis sehingga banyak keterangan hanya berdasarkan cerita-cerita dari mulut ke mulut tetapi dapat dipercaya kebenarannya. Sejarah pembentuk kefetoran Bani-bani hubungannya erat dengan para leluhur. Para amaf-amaf,amnasit-amnasit,bersama dengan rakyat mengadakan sidang untuk dibentuknya suatu kefetoran karena dilihat dari pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Ketentuan untuk menjadi seorang pemimpin adalah bertanggung jawab,mampu mengatur dan menciptakan kedamaian serta keseimbangan social. Para amaf-amaf dan amnasit-amnasit mempercayakan seorang pemimpin kepda laki-laki besar (Sulung) untuk menjadi fetor,karena menurut adat laki-laki besarlah yang pantas untuk manjadi seorang pemimpin. Atas kesepakatan bersama Hendrikus Kun dipilih sebagai fetor di Bani-bani. Alasan para amaf,amnasit,dan masyarakat memilih Hendrikus Kun sebagai Fetor karena Hendrikus Kun memiliki pendidikan yang lebih tinggi,tegas,dapat mebaur dengan masyarakat,dan juga merupakan keturunan bangsawan. Pada masa pemerintahan dikefetoran Bani-bani banyak tantangan yang dialami dengan masuknya dan berkembangnnya pemerintahan Belanda ingin mempengaruhi masyarakat elit local. Kuatnya hubungan Belanda dengan masyarakat elit Lokal tertentu untuk memperlancar kepentingan belanda,para usif dan amaf diangkat menjadi raja oleh belanda,tetapi Karena kemapuan yang dimiliki oleh para pemimpin elit local maka kefetoran Bani-bani terbukti menjalani tugasnnya dengan baik. Dalam pelaksanaan tugas fetor dibantu oleh para amaf,amnasit,tamukung,dan rakyat diwilayahnya. Pemerintahan kefetoran merupakan dasar pemikiranyang dijadikan sebagai panduan untuk melangsukan kegiatan-kegiatan pemerintah. Dasar pemerintahan yang dimiliki oleh suatu bidang pemerintahan kefetoran Bani-bani adalah system pemerintahan adat. Semua pelaksanaan pemerintahan dan pelayanan kemasyarakatan dilakukan berdasarkan aturan-aturan adat yang berlaku. Fetor Hendrikus Kun bersama temukung-temukung dan tua-tua adat dalam melaksanakan pemerintahan adat dan kemasyarakatan secara turun temurun atau genealogis. Lahirnya kefetoran Bani-bani tentunya dilator belakangi oleh beberapa hal antara lain : Adanya kesatuan masyarakat adat yang luas menghendaki adanya seorang pemimpin untuk mengatur dan menciptakan pendamaian,dan keseimbangan social. Masuk dan berkembangnya pemerintahan belanda yang ingin mempengaruhi para elit lokal dengan masyarakat untuk menerima dan melaksanakan pemerintahan belanda. Kuatnya hubungan belanda dengan para elit local tertentu untuk memperlancar kepentingan belanda,para usif diangkat menjadi Jumlah keturunan dari masyarakat Bani-bani yang makin lama makin bertambah untuk mengakomodir berbagai kepentingan termasuk pemberian peran maka wilayah kerajaan perlu dibagi menjadi wilayah-wilayah kecil yang kemudian dikenal dengan sebutan kefetoran. Dari aspek pendekatan pelayanan publik (masyarakat) pada zaman tersebut dapat memungkinkan sebab dengan melihat luasnya wilayah kerajaan maka diperlukan para pembantu raja yaitu fetor yang cakap dan bertanggung jawab untuk mengatur wilayah dan masyarakat. Kefetoran ini merupakan salah satu komponen yang tidak terlepas dari komponen yang lain. Oleh karena itu adaya kerja sama yang dilandasi oleh dasar kekeluargaan,maka kefetoran tersebut dapat tumbuh dan berkembang sampai berkahir masa kefetoran. Suatu system kefetoran juga dilandasi oleh struktur ,dan perang yang dibebankan oleh komponen-komponen yang ada oleh karena itu guna menetapkan seorang untuk masuk dalam struktur kefetoran dibutuhkan kajian-kajian strategis,walaupun pikiran yang dikemukakan oleh penggagas pada saat itu masih terkola dengan cara berpikir tradisional terkesan masih sangat sederhana. Untuk lebih jelas tentang struktur pemerintahan kefetoran Bani-bani dapat dilihat pada struktur berikut : Dengan melihat komponen yang tertulis pada struktur di atas maka tugas setiap komponen dan segala peranannya tidak sama. Ketiksamaan tugas ini dapat dimungkinkan oleh ikat adat yang sangat kuat pengaruhnya. Disini adat sebagai hukum tidak tertulis mempunyai peran sentral dalam upaya mengatur dan menata wilayah dan masyarakat ,pemerintahan dan pembangunan. Dengan demikan sistem pemerintahan atau tugas setiap komponen kefetoran Bani-bani dapat digambar sebagai berikut : Fetor Fetor adalah pemimpin tertinggi dalam suatu kampung yang berada dalam wilayah kerajaan. Fetor dipilih dan diangkat oleh raja. Ia sebagai penghubung antara rakyat dengan raja. Adapun Tugas-tugas fetor adalah : Melaksanakan perintah-perintah yang disampingkan oleh raja Menyelesaikan perselisihan,persengkatan yang timbul dalam wilayah dan dianggap perlu diteruskan masalah tersebut kepada raja Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan raja. Temukung Temukung adalah pemimpin tertinggi dalam suatu kampong yang berada dalam wilayah kefetoran. Temukung dipilih dan diangkat oleh fetor. Ia sebagai penghubung antara rakyat dan fetor. Tugas-Tugas Temukung adalah : Melaksanakan perintah-perintah yang disampaikan oleh fetor. Membantu fetor dalam menyelesaiakan perselisihan,persengkataan,yang timbul dalam wilayah kefetoran. Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan fetor . Amnasit Amnasit merupakan gabungan dari beberapan uma(rumah) sebagai pemimpin dalam wilayah,ini ditunjukan oleh anggota-anggota keluarga yang berada dalam kelompok ini. Amnasit bertugas sebagai pendukung fetor dalam menjalankan tugasnya yaitu melaksanakan fungsi pemerintahan diwilayahnya. Apabila terjadi perselihan antara warga diwilayah maka Ia berhak menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan hukum adat. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana yang diulas tersebut maka dapat ditarik beberapa poin penting yang menjadi factor penentu terbentuknya Kefetoran Bani-Bani di Timor tahun 1936 diantaranya sebagai berikut: Adanya kesatuan masyarakat adat yang luas menghendaki adanya seorang pemimpin untuk mengatur dan menciptakan pendamaian,dan keseimbangan social. Masuk dan berkembangnya pemerintahan belanda yang ingin mempengaruhi para elit lokal dengan masyarakat untuk menerima dan melaksanakan pemerintahan belanda. Kuatnya hubungan Belanda dengan para elit local tertentu untuk memperlancar kepentingan belanda,para usif diangkat menjadi Jumlah keturunan dari masyarakat Bani-bani yang makin lama makin bertambah untuk mengakomodir berbagai kepentingan termasuk pemberian peran maka wilayah kerajaan perlu dibagi menjadi wilayah-wilayah kecil yang kemudian dikenal dengan sebutan kefetoran. Dari aspek pendekatan pelayanan public pada zaman tersebut dapat memungkinkan sebab dengan melihat luasnya wilayah kerajaan maka diperlukan para pembantu raja yaitu fetor yang cakap dan bertanggung jawab untuk mengatur wilayah dan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Abdulgani, Roeslan. (1963). Penggunaan Ilmu Sejarah. Djakarta: Prapantja. Bolis. (1992). Ilmu Negara Panduan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia. Doko, I.H. (1981). Nusa Tenggara Timur dalam Kancah Kemerekaan Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Gazalba, Sidi. (1981). Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Aneka Pustaka. Kotten, Benediktus, Kada. (1972). Sejarah Perkembangan Pemerintahan Swapraja Larantuka. Kupang: FKIP Undana. Parera , A.D.M. (1994). Sejarah Pemerintahan Raja-Raja Timor. Jakarta: Sinar Haraan Sitanggas, H. (1996). Ekologi Pemerintahan. Jakarta: Sinar Harapan Tambuka, Rustan. (1999). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Rineka Cipta. ………………. (2002). Pengantar Ilmu Sejarah (Teori Filsafat dan IPTEK). Jakarta: Rineka Cipta. Widiyatmika, Munanjar. (2007). Lintasan Sejarah Bumi Cencada. Kupang: Pusat Pengembangan Madrasah NTT. Wouden, Van, F.A.E. (1996). Klen Mitos dan Kekuasaan. Jakarta: Grafi Pers.
Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran Guna Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas IV SD Inpres Kerora Wati, Ririn Asma; Purnomo, Heru
Ciencias : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol. 5 No. 2 (2022): Juli
Publisher : Universitas Persatuan Guru 1945 NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70942/ciencias.v5i2.75

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan motivasi belajar siswa melalui peran guru bimbingan konseling kelas IV SD Inpres Kerora tahun ajaran 2021/2022. Penelitian ini merupakan metode penelitian kualitatif. Metode ini bertujuan untuk mencari, menganalisis mengorganisasikan, dan memilih data. Metode kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran bimbingan konseling dalam pembelajaran sangat dibutuhkan siswa untuk memotivasi dalam hal belajar. Penelitian ini bermaksud untuk membantu melihat gejala fenomenal-fenomenal riil di lapangan seperti fenomena siswa korban bullying, fenomena siswa yang korban broken home, dan lain-lain. Hasil dari penelitian yang diperoleh, peran guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di SD Inpres Kerora terdapat peran guru bimbingan konseling yaitu guru bk berperan sebagai pembimbing agar berjalannya proses Pendidikan dengan baik, guru bk berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan memantau absen peserta didik setiap kelasnya. Dengan berbagai macam peran guru bk, mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk lebih semangat dalam belajar.
Pengaruh Pergaulan Terhadap Pemilihan Karir Siswa SMA Negeri 1 Amarasi Lopo, Ferdinan Leonadus; Olok, Wilhelmina; Taebenu, Yulinda; Jado, Gregorius Gordianus
Ciencias : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol. 5 No. 2 (2022): Juli
Publisher : Universitas Persatuan Guru 1945 NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70942/ciencias.v5i2.78

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pergaulan terhadap pemilihan karir siswa Kelas X SMA Negeri 1 Amarasi. Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri 1 Amarasi, Kabupaten Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur”. Dengan jumlah populasi sebanyak 137 siswa. Pengambilan sampel ini berdasarkan pendapat dari Arikunto (1993: 107) bahwa populasi lebih dari 100, sampel yang diambil sebaiknya minimal 10% dari populasi yang ada. Jadi sampel dalam penelitian ini 30 siswa, (22% x 137 = 30.14Close Panel, dengan demikian dibulatkan menjadi 30). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear sederhana. Hasil penelitian adalah pergaulan pengaruh terhadap pemilihan karir siswa kelas X SMA Negeri 1 Amarasi. Karena berdasarkan hasil penelitian, F tabel 0.05 = 3.316 < F hitung 0.05 = 15189,072, maka hipotesis Ha ada pengaruh yang signifikan antara pergaulan dengan pemilihan karir siswa. Dengan adanya pengaruh pergaulan terhadap pemilihan karir siswa. Berdasarkan perhitungan statistik F hitung > F tabel. Hal ini berarti membuktikan bahwa dengan pergaulan dapat berdampak pada pemilihan karir siswa.
Perlawanan Hegemoni Kekuasaan dalam Puisi Diponegoro, Aku Tulis Pamflet Ini, Kita Pemilik Sah Republik Ini, Perlawanan, Teratai Oematan, Ricard; Fallo, John Darwis; Isu, Rudolf J.
Ciencias : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol. 5 No. 2 (2022): Juli
Publisher : Universitas Persatuan Guru 1945 NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70942/ciencias.v5i2.79

Abstract

This research is about the resistance to the hegemony of power in poetry. The problem that is realized is how to fight the hegemony of power in the five Indonesian poems. Based on the research problem formulated, the research objective is to interpret the resistance to the hegemony of power in the five Indonesian poets. The method used is an interpretive qualitative research method, using a hegemonic approach as its approach. In the research on the resistance to the hegemony of power in poetry, “Diponegoro” by: Chairil Anwar, “Aku Tulis Pamflet Ini” by: W. S. Rendra, “Kita Pemilik Sah Republik Ini” by: Taufiq Imail, “Perlawanan” by: Mansur Samin, dan “Teratai” by: Sanoesi Pane as the five Indonesian poems used as data in the study.
Pengaruh Disiplin Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X IPS Di SMA Negeri Weluli Kabupaten Belu: Indonesia Lopo, Ferdinan Leonadus; Olok, Wilhelmina
Ciencias : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol. 6 No. 2 (2023): Juli
Publisher : Universitas Persatuan Guru 1945 NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70942/ciencias.v6i2.98

Abstract

The purpose of this study was to determine the effect of discipline in attending lessons and discipline in doing assignments together on the learning achievement of Class X IPS students at SMA Negeri Weluli, Belu Regency. This study used a quantitative approach with a sample of 29 students and showed partial test results (t test), obtained that the tcount value of each independent variable (X1 = 5.201, X2 = 21.87) is greater than the ttable value (2.045). This explains that the discipline variables (taking lessons and doing assignments) partially (each) affect the learning achievement of Class X IPS students at SMA Negeri Weluli, Belu Regency. Simultaneous test results (F test), explains that Fcount (13.778) is greater than Ftable (3.37). This shows that the discipline variable (taking lessons and doing assignments) simultaneously (together) influences the learning achievement of Class X IPS students at Weluli Public High School, Belu Regency.

Page 4 of 10 | Total Record : 98