cover
Contact Name
Darwanto
Contact Email
bawal.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
bawal.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Bawal : Widya Riset Perikanan Tangkap
ISSN : 19078229     EISSN : 25026410     DOI : -
Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap dipublikasikan oleh Pusat Riset Perikanan yang memiliki p-ISSN 1907-8226; e-ISSN 2502-6410 dengan Nomor Akreditasi RISTEKDIKTI: 21/E/KPT/2018, 9 Juli 2018. Terbit pertama kali tahun 2006 dengan frekuensi penerbitan tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan April, Agustus, Desember. Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap memuat hasil-hasil penelitian bidang “natural history” (parameter populasi, reproduksi, kebiasaan makan dan makanan), lingkungan sumber daya ikan dan biota perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 388 Documents
BIOLOGI REPRODUKSI, PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning Bloch, 1791) DI PERAIRAN NATUNA Prihatiningsih Prihatiningsih; Isa Nagib Edrus; Bambang Sumiono
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 10, No 1 (2018): April (2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.235 KB) | DOI: 10.15578/bawal.10.1.2018.1-15

Abstract

Ikan ekor kuning (Caesio cuning) merupakan ikan ekonomis penting dan mendominasi hasil tangkapan bubu di perairan Natuna. Pada saat ini, produksinya merupakan dominan ke-2 setelah ikan bawal putih yaitu 2.891 ton/tahun (17,8% dari total produksi ikan). Populasi ikan ekor kuning sejak tahun 2008 menurun, diduga karena tingkat eksploitasi yang cenderung meningkat. Penelitian ini bertujuan mengkaji aspek biologi, meliputi reproduksi, pertumbuhan dan mortalitas ikan ekor kuning. Contoh ikan sebanyak 2.627 ekor dikumpulkan melalui tempat pendaratan ikan utama di Kijang, Pulau Bintan (Kepulauan Riau) dan Tanjung Pandan (Kepulauan Bangka Belitung) pada bulan Januari - Nopember 2014. Hasil penelitian menunjukkan sebaran ukuran panjang ikan ekor kuning berkisar antara 9,3-43,3 cmTL. Ikan yang tertangkap didominasi oleh belum matang gonad (immature). Musim pemijahannya berlangsung pada bulan Juni-Juli dan September-Oktober. Fekunditas telur yang matang gonad berkisar antara 13.355-151.632 butir. Panjang pertama kali ikan ekor kuning tertangkap dengan bubu adalah lebih kecil dari panjang pertama kali matang gonad (Lc<Lm), sehingga akan mengancam kelestariannya. Analisis pertumbuhan dengan uji-t diperoleh pertambahan panjang secepat pertambahan beratnya (isometrik). Aplikasi model analitik menggunakan program Electronic LEngth Frequency ANalysis-I (ELEFAN-I) diperoleh parameter pertumbuhan (=K) sebesar 0,6/tahun, panjang asimtotis (=L∞) sebesar 43,21 cmFL dan umur hipotesis ikan pada saat panjang sama dengan nol (=to) sebesar -0,24 tahun, sehingga persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy sebagai Lt = 43,21 (1–e-0,6(t-0,24)). Parameter mortalitas menunjukkan laju kematian alami (=M) sebesar 1,17/tahun, laju kematian karena penangkapan (=F) sebesar 1,21/tahun dan laju kematian total (=Z) sebesar 2,38/tahun. Berdasarkan nilai F dan Z tersebut maka diperoleh estimasi laju eksploitasi (exploitation rate) sebesar 0,58 atau dalam kondisi sudah melampaui nilai optimum (E=0,5), sehingga pengelolaannya perlu segera dilakukan agar potensi lestarinya terjaga.The yellowtail fusilier (Caesio cuning) is one of the economically important fish caught by trap nets in the Natuna waters. The production of the yellowtail fusilier in Bintan regency was a second dominant fish species after white pomfret by 2.891 tons/year (17.8% of total landed). Population of the yellowtail fusiliers is tend to decrease since 2008 due to an increase of fishing pressure to this species. This study aims to assess the biological aspects such as reproduction, growth and mortality of the yellowtail fusiliers. Monthly length frequencies data of 2.627 individual was collected through main landing place in Kijang, Bintan Island (Riau islands) and Tanjung Pandan (Bangka Belitung Islands) within January - November 2014. The results showed that the length distribution of the yellowtail fusilier ranged between 9.3 - 43.3 cmTL. The fish caught was dominated by the immature stage. The spawning seasons possibly occurred between June-July and September-October. Fecundity of mature fish ranged between 13.355-151.632 eggs. The length of first capture by trap nets was under the length at first mature (Lc<Lm), and threaten its sustainability. Based on t-test it is showed that the weight growth pattern as fast as length growth (isometric). Electronic LEngth Frequency ANalisys-I (ELEFAN-I) used, showed that the growth parameter (K) was 0.6/yr, asymtotic length (L∞) was 43.21 cmFL, and age at zero length (to) was -0.24 yr, so the Von Bertalanffy’s equation growth curve were Lt = 43.21 (1–e-0,6(t-0,24)). Mortality parameters showed the natural mortality rate (M) was 1.17/yr, fishing mortality rate (F) was 1.21/yr, and total mortality rate (Z) was 2.38/yr. Based on the values of F and Z obtained exploitation rate of 0.58 was likely exceed the optimum level (E=0.50) so that, management measures to maintain its potential yield should be applied. 
KOMPOSISI JENIS,KEPADATANDANKEANEKARAGAMAN JUVENILIKANPADAPADANGLAMUNGUGUS PULAUPARI Isa Nagib Edrus; Sri Turni Hartati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 5, No 1 (2013): (April 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4910.533 KB) | DOI: 10.15578/bawal.5.1.2013.9-22

Abstract

Penelitian tentang juvenil di padang lamun Pulau Pari pada bulan Juni 2009 bertujuan untukmengetahui komposisi jenis, kepadatan dan keanekaragaman juvenil ikan. Sampling dilakukan pada siang hari dengan menggunakan jaring arad. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis ikan yang tertangkap terdiri dari 55 jenis yang berasal dari 42 marga dan 23 suku. Sebanyak 52 jenis (98%) tergolong juvenil. Ikan dengan status penghuni tetap sebanyak 31 jenis, musiman 11 jenis, dan penghuni tidak tetap 14 jenis. Kelompok ikanmajor terdapat 34 jenis, kelompok ikan target 20 jenis dan kelompok ikan indikator 2 jenis. Kepadatan antar lokasi berkisar antara 0,05 - 0,34 indivdu/m2 dengan ratarata 0,2 individu/m2 atau setara dengan 2.000 ekor per ha. Indeks keanekaragaman (H) berkisar antara 1,3 - 2,7. Jenis jenis yang mendominasi hasil tangkapan antara lain adalah Apogon margaritophorus, A.ceramensis, Acreichthys tomentosus, Halichoeres argus, Lethrinus harax, Papilloculiceps longiceps dan Cheilodepterus quinquelineatus. Tidak terdapat korelasi antara habitat (substrat, jenis, tutupan serta jumlah tegakan lamun/m2) terhadap pola keanekaragaman juvenil ikan. Oleh karena itu perlu sampling yang lebih intensif (siang dan malamhari, saat pasang dan surut), dan sampling di pulau-pulau lainnya yang terdapat di Kepulauan Seribu.This study conducted in the seagrass beds of Pari Islands in June 2009. The aims are to assess the fish juvenile resources in terms of species diversity, stocks, composition, predominant, and group status. Data were collected using an arad net for juvenile. A total of 56 species of fish juveniles belong to 42 genus and 24 families were collected from seagrass bed of Pari Island. Those were consisted of 52 species (98%) that classified as juveniles. Among of them (31 species) were resident fishes that use seagrass in their whole live, 11 species of seasonal/traveller fishes, and 14 species of non-resident fishes. From the total 55 species of fish samples, there were 34 species belonging to target fishes, 20 species were major fishes, and 2 species were indicator fishes. The fish density ranged from 0.05 to 0.34 indivdual/m2 with an average of 0.2 individual/m2 or equivalen to 2.000 fishes per hectare. Diversity indeces (H) ranged from 1.3 to 2.7. Predominant species that prefer seagrass bed as their permanent resident habitat were Apogon margaritophorus, Apogon ceramensis, Acreichthys tomentosus, Halichoeres argus, Lethrinus harax, Papilloculiceps longiceps, and Cheilodepterus quinquelineatus. There are no relationship between habitat (substrates, seagrass species, percentage of cover, density of stems/number of stem/m2) and the diversity of fish juvenile pattern. Therefore, more intensive sampling must be done such as in the day and night time, in the high and low tide condition as well as sampling in other islands within the Seribu Islands.
PENANGKAPAN TUNA DAN CAKALANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HAND LINE) YANG BERBASIS DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN PONDOKDADAP SENDANG BIRU, MALANG Erfind Nurdin; Budi Nugraha
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 1 (2008): (April 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.565 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.1.2008.27-33

Abstract

Alat tangkap pancing ulur di Pangkalan Pendaratan Ikan Pondokdadap Sendang Biru Malang, telah ada sejak tahun 1997 di mana pada tahun tersebut Badan Pengelola Pangkalan Pendaratan Ikan Pondokdadap melakukan sosialisasi tentang rumpon laut dalam. Dengan ada rumponisasi, perkembangan pancing ulur di daerah tersebut cukup pesat. Sasaran utama tangkapan nelayan pancing ulur adalah tuna dari jenis madidihang dan mata besar. Hasil tangkapan lain yang diperoleh adalah cakalang, sunglir, dan lemadang. Produksi tuna dan cakalang pada tahun 2003 melonjak naik cukup besar dibandingkan pada tahun 2002, pada tahun 2002 produksi tuna yang didaratkan hanya 197.418 kg dan cakalang 357.524 kg, sedangkan pada tahun 2003 produksi tuna yang didaratkan 1.986.653 kg dan cakalang 2.788.746 kg. Musim penangkapan terjadi antara bulan Mei sampai dengan Oktober dengan puncak musim penangkapan terjadi pada bulan September, sedangkan musim paceklik terjadi antara bulan Nopember sampai dengan April. Sejak tahun 1998 penurunan nilai catch per unit of effort terus terjadi sampai dengan tahun 2002. Penurunan inidikarenakan jumlah armada kapal terus meningkat dengan upaya penangkapan yang cukup besar.
KEPADATAN STOK, SEBARAN PANJANG, DANHUBUNGANPANJANGBOBOT KERANGSIMPING(Amusium pleuronectes) DI PERAIRANTEGALDAN SEKITARNYA Tri Ernawati; Bambang Sumiono; Wedjatmiko Wedjatmiko
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 5 (2011): (Agustus 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.494 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.5.2011.321-327

Abstract

Kerang simping (Amusium pleuronectes) yang secara taksonomis termasuk famili Pectinidae adalah salah satujenis kerang ekonomis penting di Laut Jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmendapatkan data dan informasimengenai kepadatan stok, sebaran panjang, dan hubungan panjang bobot kerang simping. Data yang dianalisis merupakan sebagian dari hasil penelitian dengan Kapal Riset Sardinella pada tahun 2008 dan 2009. Pengambilan contoh dilakukan denganmenggunakan trawl dengan pendekatanmetode sapuan area (swept area methode). Analisis hubungan panjang bobot digunakan rumus Effendie (2002). Jumlah stasiun pengamatan 13 dengan kedalaman berkisar antara 10-40 m. Dugaan kelimpahan stok masing-masing 142,4 kg/km2 (tahun 2008) dan 22,6 kg/km2 (tahun 2009). Terdapat perbedaan distribusi laju tangkap di setiap kedalaman. Laju tangkap tertinggi terdapat pada kedalaman antara 21-30 m, yaitu 32,57 kg/jam (tahun 2008) dan 3,6 kg/jam(tahun 2009). Laju tangkap terendah 9,5 kg/jampada kedalaman 31-40m(tahun 2008) dan 0,36 kg/jampada kedalaman 11-20m(tahun 2009). Dari sebaranfrekuensi panjang teridentifikasi bahwa contoh kerang simping terdiri atas satu kelompok umur yang kuat (strong cohort) dengan modus ukuran panjang cangkang 54 mm. Berdasarkan atas sebaran persen frekuensi kumulatif 50% diperoleh ukuran pertama kali tertangkap (Lc) dari kerang simping 52mm.Melalui analisis hubungan panjang bobot kerang diperoleh nilai b yang isometrik, artinya pertambahan panjang cangkang sebanding dengan pertambahan bobotnya. Asia moon scallop (Amusium pleuronectes) that taxonomically belong to the family Pectinidae. The spesies is one of the economically important resources in the Java Sea. The research is aimed to get data and informations about stock density, length frequency, and length weight relation of asia moon scallop. Data analyzed were part of the R/V Sardinela cruise results carried out in 2008-2009. Sampling was doing by trawl net with swept area methods. The stations were 13 in number with depth between 10-40 m. The estimated stock density of the scallop were 142.4 kgs/km2 (2008) dan 22.6 kgs/km2 (2009), respectivelly. The highest catch rate was 32.57 kgs/hour (2008) and 3.6 kgs/hour (2009) in depth of 21-30 m. The lowest catch rate was 9.5 kgs/hour in depth of 31-40 m (2008) and 0.36 kgs/hour in depth 11-20 m (2009). From the overall length frequency distribution it is likely that the population of the asia moon scallop consisted of one strong cohort, with the modus of 54 mm. From the cumulative percent frequencies distribution it was also observed that 50%of the distribution can be assummed as equal to the length of first capture, Lc= 52 mm. Length weight analysis indicated that b isometry.
PARAMETER POPULASI DAN TINGKAT PENGUSAHAAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PERAIRAN ASAHAN, SELAT MALAKA Andina Ramadhani Putri Pane; Heri Widiyastuti; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.467 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.2.2017.93-102

Abstract

Tingginya permintaan pasar terhadap rajungan mengakibatkan aktivitas penangkapannya berlangsung secara intensif. Selat Malaka merupakan salah satu daerah penangkapan rajungan yang penting di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi parameter populasi dan tingkat eksploitasi rajungan (Portunus pelagicus) di perairan Asahan dan sekitarnya. Pengumpulan data bulanan dilakukan pada bulan Juni 2015 sampai dengan Nopember 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musim penangkapan berlangsung sepanjang tahun dengan puncak pada bulan Juli dan Oktober, puncak pemijahan terjadi pada bulan Januari dan Agustus. Ukuran lebar karapas pertama kali tertangkap dengan gillnet (Lc) dan ukuran pertama kali matang gonad (Lm) masing-masing sebesar 109,6 mm dan 104,1 mm. Laju pertumbuhan (K) sebesar 1,38/tahun dan lebar karapas asimtotik (L) sebesar 183,10 mm. Laju kematian total (Z) rajungan sebagai 4,31 per tahun, laju kematian karena penangkapan (F) dan laju kematian alami (M) masing-masing 2,96 per tahun dan 1,35 per tahun; laju eksploitasi (E) diestimasi sebesar 0,69. Tingkat pemanfaatan rajungan di perairan Asahan diduga telah melewati optimal, sehingga perlu dilakukan pengelolaan melalui pengurangan jumlah unit gillnet rajungan sebanyak 38% dari kondisi saat ini. Blue swimming crab faced intensive fishing pressure due to the high market demand. The Malacca Strait is one of important fishing area for blue swimming crab. The research aims to estimate the population parameters and exploitation rate of blue swimming crab (Portunus pelagicus) in the Asahan and adjacent waters. A monthly data were collected from June 2015 to November 2016 that caught by Gillnet. The results showed that the fishing season takes place throughout the year with peaks in July and October, meanwhile peak of spawning season in January and August. The carapace width at first capture (Lc) and first mature (Lm) were 109.6 mm and 104.1 mm, respectively. The growth rate (K) was 1.38 / year and the asymptotic length (L) was 183.10 mm. Total mortality rate (Z) was 4.31 per year, fishing mortality rate (F) and natural mortality rate (M) were 2.96 per year and 1.35 per year respectively; Exploitation rate (E) was estimated at 0.69. It means that the exploitation rate of swimming crab in the Asahan waters found exceed the optimum level, therefore the management measures needs to reduce effort (unit) of gillnet by a 38% of actual level. 
SEBARAN UKURAN PANJANG DAN NISBAH KELAMIN IKAN MADIDIHANG (Thunnus albacares) DI SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR Arief Wujdi; Bram Setyadji; Budi Nugraha
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 7, No 3 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.72 KB) | DOI: 10.15578/bawal.7.3.2015.175-182

Abstract

Ikan madidihang atau tuna sirip kuning (Thunnus albacares) merupakan salah satu komoditas penting bagi industri perikanan di Indonesia dengan hasil tangkapan tertinggi dibandingkan jenis tuna lainnya. Sebagai dasar pengelolaan sumberdaya ikan yang berkelanjutan, diperlukan data dan informasi tentang komposisi ukuran layak tangkap yaitu membandingkan proporsi rata-rata ikan tertangkap (Lc) dan matang gonad (Lm), serta nisbah kelamin sebagai indikator pendugaan kemampuan memijah. Pengumpulan data dilakukanmelalui program observasi diatas kapal rawai tuna yang berbasis di Benoa, Pelabuhanratu dan Bungus dari bulan Agustus 2005 hingga November 2013. Penghitungan nisbah kelamin menggunakan uji Chi-Square (X2) dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi ukuran panjang cagak ikan madidihang berkisar antara 30-179 cm, modus ukuran 106-110 cm dan rata-rata 101,65 cm. Sebanyak 81,03% madidihang yang tertangkap berukuran lebih besar daripada Lm yang berarti telah layak tangkap. Nisbah kelamin betina:jantan adalah 1:1,45 mengindikasikan dominansi ikan jantan. Hubungan antara nisbah kelamin dengan panjang ikan menunjukkan signifikansi dimana ikan betina semakin berkurang pada ukuran 120-180 cm, serta tidak ditemukan lagi pada ukuran lebih dari 170 cm. Korelasi nisbah kelamin dan panjang cagak dapat dideskripsikan dengan persamaan regresi sebagai berikut: 1,8013 - 0,0099 FL dengan nilai R2=0,8058.Yellowfin tuna or YFT (Thunnus albacares) is one of the important commodity for the fishing industry in Indonesia because it has the highest catches compared with other tunas. In order to fisheries resources management, it was necessary to monitor the size composition compared between proportion average size captured (Lc) and maturity size (Lm) to meets the size eligibility, as well as the sex ratio as an indicator to estimate the ability of spawn. Data collected by scientific observers program which was following tuna longline operation mainly based in Benoa, Palabuhanratu and Bungus Fishing Port, from August 2005 to November 2013. Chi-Square analysis with 95%confidence level also implemented to determine sex ratio between female and male. The result indicated that YFT were caught has size ranged between 30-179 cm, size mode ranged between 106-110 cm and the mean was 101,65 cm.Mostly YFT (81,03%) was greater than its maturity size (Lm) and that’s mean have been worthy to be captured. Sex ratio of (F:M) 1:1,45 was observed which indicates male was dominant. Correlation between sex ratio and length proved to be significant where the female was diminishing in size between 120-180 cm, even female was no longer found in size more than 170 cm. Correlation between sex ratio and length can described as a regression equation=1,8013 - 0,0099 FL; R2=0,8058.
PENGGUNAAN ALAT TANGKAP YANG SELEKTIF UNTUK PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN PARI DI LAUT JAWA Subhat Nur Hakim; Agustinus Anung Widodo; Budi Iskandar Prisantoso
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 4 (2009): (April 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.866 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.4.2009.185-192

Abstract

Akhir-akhir ini FAO mempunyai kepedulian yang serius akan keberadaan sumber daya ikan Elasmobranchii. Kepedulian tersebut direfleksikan dalam bentuk dikembangkannya International Plan of Action untuk konservasi dan pengelolaan ikan cucut atau hiu (shark). Hal ini bukan tidak mungkin akan dikenakan juga bagi komoditas ikan pari (rays) di masa mendatang. Dalam rangka memperoleh informasi yang akurat untuk mendukung kebijakan penangkapan perikanan ikan pari di Laut Jawa, maka telah dilakukan penelitian melalui survei di pusat-pusat pendaratan sumber daya ikan pari di daerah pantai utara tahun 2005-2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat tangkap penting pada perikanan ikan pari antara lain jaring dogol, jaring liongbun, dan pancing senggol. Sumber daya ikan pari tertangkap jaring dogol sebagai hasil tangkap sampingan (bycatch). Adapun pada jaring liongbun dan pancing senggol, sumber daya ikan pari merupakan sasaran tangkapan. Jenis ikan pari yang teridentifikasi selama penelitian paling tidak 36 jenis yang didominansi oleh Himantura gerrardi (30,07%), Dasyatis kuhlii (18,57%), H. bleekeri (11,58%), Aetoplatea zonura (6,28%), dan H. jenkinsii (5,36%). Alat tangkap jaring liongbun dan pancing senggol bersifat selektif menangkap ikan pari, sedangkan jaring dogol tergolong sebagai alat tangkap yang tidak selektif terhadap ikan pari, karena >50% hasil tangkapannya merupakan ikan pari muda. Dari hasil penelitiantersebut, jaring liongbun dan pancing senggol merupakan alat tangkap yang dapat direkomendasikan untuk dikembangkan.
JENIS PAKAN ALAMI LARVA IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) DI PERAIRAN RAWA MONOTON DANAU BANGKAU, KALIMANTAN SELATAN Rukmini Rukmini; Marsoedi Marsoedi; Diana Arfiati; Athaillah Mursyid
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 5, No 3 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.718 KB) | DOI: 10.15578/bawal.5.3.2013.181-188

Abstract

Usaha pembenihan ikan merupakan alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan benih dalam budidaya ikan. Keberhasilan usaha pembesaran ikan betok dibatasi oleh tingkat kelangsungan hidup larva bagi pertumbuhan dan jenis pakan alami larva ikan di habitatnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan kelimpahan pakan alami yang dikonsumsi larva ikan betok di perairan rawa monoton Danau Bangkau Kalimantan Selatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011-Januari 2012. Pengambilan sampel pakan dan larva dilakukan pada dua tempat yang berbeda pada kedalaman 30 cm. Hasil penelitian menunjukkan jenis plankton yang dikonsumsi oleh larva ikan betok berubah sesuai dengan ukuran bukaan mulut ikan dan kelimpahan plankton di perairan. Jenis plakton dominan yang dimakan oleh larva betok yaitu Mougeotia sp. 265 sel/L diikuti oleh Coconeis sp. 246 sel/L, Keratella sp. 174 sel/L, Chlorococcum sp. 110 sel/L, Brachionus sp. 98 sel/L, dan Navicula sp. 47 sel/L. Jenis plakton dominan yang dimakan berubah sesuai dengan umur larva. Business seeding fish an alternative problem-solving to overcome the gap between availability and needs seeds. The success of the business of enlargement climbing fish bounded by the degree of continuity larvæ live for growth and a kind of natural fish larvae feed on their habitat. The purpose of this research was to know the type of plankton that were consumed by climbing perch fish larvae in the waters of the monotonous swamp of Danau Bangkau. The research was conducted from December, 2011- January, 2012. The sample feed and larvæ carried on two different places at the depth of 30 cm. The result showed plankton species consumed by climbing fish larvae change according to size openings mouth fish and abundance plankton in waters. A kind of plankton dominant which are eaten by the climbing larvæ  namely Mougeotia sp. 265 cells/L followed by Coconeis sp. 246 cells/L, Keratella sp. 174 cells/L, Chlorococcum sp. 110 cells/L, Brachionus sp. 98 cells/L, and Navicula sp. 47 cells/L. A kind of plankton dominant eaten changed in accordance with the age of larvæ.
SELEKTIVITAS JARING ARAD (MINI BOTTOM TRAWL) YANG DILENGKAPI JTEDs TERHADAP IKAN BELOSO (Saurida sp.) Hufiadi Hufiadi; Mahiswara Mahiswara
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 6 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.929 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.6.2009.315-322

Abstract

Hasil tangkapan sampingan dan tertangkapnya ikan target di bawah ukuran sebagai akibat dari penggunaan alat tangkap non selektif telah menjadi permasalahan dunia pada akhir dekade ini. Upaya konservasi ikan target di bawah ukuran dan hasil tangkapan sampingan melalui peningkatan selektivitas alat tangkap merupakan bagian dari code of conduct for responsible fishing yang telah dicanangkan oleh FAO. Perikanan arad yang berkembang di perairan utara Jawa merupakan alat tangkap yang efektif dalam memanfaatkan sumber daya ikan demersal. Permasalahan utama pada perikanan ini adalah banyaknya jumlah hasil tangkap sampingan berukuran kecil yang belum layak tangkap. Dalam upaya untuk mengurangi tangkapan ikan muda yang belum layak tangkap telah dilakukan observasi dan uji coba operasi penangkapan melalui penggunaan perangkat JTEDs pada alat tangkap arad yang digunakan nelayan Pekalongan. Perangkat JTEDs yang digunakan dibedakanpada ukuran jarak antar kisi-kisi, yaitu 10,0, 17,5, dan 25,4 mm. Analisis selektivitas kisi menggunakan model kurva logistik dengan bantuan solver pada Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan JTEDs pada arad dapat meloloskan ikan beloso (Saurida sp.) ukuran kecil rata-rata berkisar 10,21-63,76%. JTEDs dengan ukuran kisi-kisi 25,4 mm memiliki tingkat seleksi ikan beloso terbaik pada tingkat seleksi 50% (FL50%).
BEBERAPAPARAMETERPOPULASI IKANBAWALAIRTAWAR (Colossomamacropomum)DIWADUKCIRATA, JAWABARAT Masayu RahmiaAnwar Putri; Didik WahjuHendro Tjahjo
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 4 (2011): (April 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.157 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.4.2011.239-244

Abstract

Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) saat ini merupakan ikan konsumsi yang telah banyak dibudidayakan karena proses produksinya yang cukup singkat dan tahan terhadap serangan penyakit. Penelitian ini dilakukan untukmenduga hubungan panjang dan bobot, parameter pertumbuhan,mortalitas, dan upaya penangkapan ikan bawal air tawar. Penelitian ini dilakukan di Waduk Cirata Jawa Barat pada tahun 2008 dan 2009. Hubungan panjang dan bobot ikan bawal air tawar digambarkan dalampersamaanW=0,0365L2,7788 dengan faktor kondisi 1,07. Pendugaan parameter pertumbuhan yang diperoleh adalah L¥=29,40 cm, K=0,19 per tahun, dan t0=0,89 tahun. Nilai Z=0,82 per tahun,M=0,61 per tahun, F=0,20 per tahun, dan E=0,25, karena E<Eoptmaka diduga belumterjadilebih tangkap. Present, bawal freshwater (Colossomamacropomum) was a consumption fish that have been cultivated because the short production process and was very resistant to diseases. This study was carried out for estimating length weight relationship, growth parameter, mortality, and catching effort of bawal freshwater. This research was carried out at Cirata Reservoir, West Java on 2008 and 2009. The length weight relationship was described by the equationW=0.0365L2.7788 with condition factor 1.07. Estimating of growth parameters which obtained were L¥=29.40 cm, K=0.19 per year, and t0=0.89 year. The value of Z=0.82 per year, M=0.61 per year, F=0.20 per year and E=0.25. Because E<Eopt, then estimated, that the fish population has not over exploited.

Filter by Year

2006 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 17, No 2 (2025): Agustus 2025 Vol 17, No 1 (2025): April 2025 Vol 16, No 3 (2024): Desember 2024 Vol 16, No 2 (2024): AGUSTUS 2024 Vol 16, No 1 (2024): (APRIL) 2024 Vol 15, No 3 (2023): (DESEMBER) 2023 Vol 15, No 2 (2023): (AGUSTUS) 2023 Vol 15, No 1 (2023): (APRIL) 2023 Vol 14, No 3 (2022): (DESEMBER) 2022 Vol 14, No 2 (2022): (Agustus) 2022 Vol 14, No 1 (2022): (APRIL) 2022 Vol 13, No 3 (2021): (DESEMBER) 2021 Vol 13, No 2 (2021): (AGUSTUS) 2021 Vol 13, No 1 (2021): (April) 2021 Vol 12, No 3 (2020): (Desember) 2020 Vol 12, No 2 (2020): (AGUSTUS) 2020 Vol 12, No 1 (2020): (April) 2020 Vol 11, No 3 (2019): (Desember) 2019 Vol 11, No 2 (2019): (Agustus) 2019 Vol 11, No 1 (2019): (April) 2019 Vol 10, No 3 (2018): (Desember) 2018 Vol 10, No 2 (2018): (Agustus) 2018 Vol 10, No 1 (2018): April (2018) Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017 Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017) Vol 9, No 1 (2017): (April, 2017) Vol 8, No 3 (2016): (Desember, 2016) Vol 8, No 2 (2016): (Agustus 2016) Vol 8, No 1 (2016): (April 2016) Vol 7, No 3 (2015): (Desember 2015) Vol 7, No 2 (2015): (Agustus 2015) Vol 7, No 1 (2015): (April 2015) Vol 6, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 6, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 6, No 1 (2014): (April 2014) Vol 5, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 5, No 1 (2013): (April 2013) Vol 4, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 4, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 4, No 1 (2012): (April 2012) Vol 3, No 6 (2011): (Desember 2011) Vol 3, No 5 (2011): (Agustus 2011) Vol 3, No 4 (2011): (April 2011) Vol 3, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 3, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 6 (2009): (Desember 2009) Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009) Vol 2, No 4 (2009): (April 2009) Vol 2, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 2, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 2, No 1 (2008): (April 2008) Vol 1, No 6 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 5 (2007): (Agustus 2007) Vol 1, No 4 (2007): (April 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) More Issue