cover
Contact Name
Agus Mailana
Contact Email
agus.mailana@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
agus.mailana@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
ISSN : 24069582     EISSN : 25812564     DOI : -
Core Subject : Education, Social,
Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Quran dan Tafsir: is a peer review of a national journal published by the Tarbiyah Department of Al Hidayah Islamic High School in Bogor in an Islamic Education study program. This journal focuses on issues of Qur'anic science and interpretation.
Arjuna Subject : -
Articles 168 Documents
تقديس التفسير في باسنترين: الدراسة الاستقصائية عن المادة العنفية في مراجع تفسير باسنترين جاوى الشرقية Fawaid, Ahmad; Ayyubi, Moh. Hazmi; Masmitasari, Siti
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 6, No 01 (2021): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/at.v6i01.1365

Abstract

إن السؤال المركزي في هذا البحث العلمي يتمحور على الدراسة الاستقصائية عن مراجع التفســير بباسنترين في جاوى الشــرقة. ويستند هذا الاستطلاع على المسائل التي تجري في باسنترين بأن دراسة التفسير والقرآن فيه لا يجوز أن يستخدم الكتاب سوى مرجع واحد وهو تفسير الجلالين، مع أن فيه بعض العبارات العنفية. انطلاقا من هذه المشكلة، فإن هذه الدراسة تبحث قضيتان: لماذا توقفت مراجع التفسير في باسنترين؟ وكيف يفهم كياهي المادة العنفية الواردة في تفسير الجلالين؟. هذا البحث هو دراسة ميدانية من خلال كياهي مرجعا أساسيا وخلال مشاركة الباحث في تعليم التفسير في باسنترين. في تحليل البيانات الرئيسية، تستخدم هذه الدراسة منهج التأويل هانز جورج غادامير (Hans-Georg Gadamer). جديرا باثنتا عشر باسنترين في جاوى الشرقية، حصلت هذه الدراسة نتيجتين، وهي: (1) أن التفسير في باسنترين بني على أساس نظام السند من ناحية سلسلة المعرفة التي تشدد على سلطة كياهي؛ (2) جهد كياهي في معالجة العبارات العنفية في تفسير الجلالين بأن يترك المادة العنفية وتحويلها إلى المادة اللاعنفية على طريق العقيئد واستخذامه بقوة سلطته الكارزمية. وفي هذه القضية، اتفق الباحث على قول مارتن فان برونسن القائلين أن نظم المعرفة في جاوى الشرقية تأسس على قول كياهي، لا على ما يقرأه المجتمع.
Sains dan Al – Quran: Proses Terjadinya Gerhana Matahari Wahyuni, Wahyuni; Husna, Nuril; Mustanir, Mustanir; Sulastri, Sulastri
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 02 (2020): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/at.v5i02.936

Abstract

Sebagian orang menganggap terjadinya gerhana matahari merupakan hal yang istimewa dan mengagumkan. Sehingga fenomena gerhana sering disangkut pautkan dengan kelahiran maupun kematian, padahal kejadian ini terjadi disebabkan bulan menutup matahari, sehingga cahaya matahari tidak sampai ke bumi. Kalimat bulan menutup matahari sepertinya hal yang mustahil mengingat diameter matahari  lebih besar dari pada bulan, tetapi jika kita membandingkan jarak matahari dari bumi dengan jarak bulan dari bumi, ini bukanlah hal yang mustahil. Sehingga gerhana merupakan hal yang sederhana, kerena proses terjadinya dapat digambarkan dengan jelas. Dalam tulisan ini peneliti mencoba menggambarkan proses terjadinya gerhana matahari berdasarkan sains, QS. Al – Baqarah [2] :189, QS. Yunus [10] : 5, QS. Yasin [36] : 39 dan 40. Maka dapat disimpulkan bahwa (1) bulan baru terjadi setiap  hari, (2) Bulan sabit menjadi tanda bahwa esok merupakan bulan baru, (3) Orbit bulan berbentuk elips, sehingga jarak bulan dengan bumi tidak konstan, ini yang menyebabkan terjadinya gerhana matahari total, cincin dan sebagian, (4) bumi, bulan, matahari dan benda – benda langit lainnya bukanlah sebuah tubuh yang kaku, namun memiliki akal.
Memilih Pasangan Ideal Dalam Perspektif Tafsir Al-Misbah Fathony, Alvan; Sholeh, Moh
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 6, No 01 (2021): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/at.v6i01.1171

Abstract

Tujuan pokok penelitian ini adalah mendeskripsikan secara holistik dan mendalam tentang kriteria memilih pasangan ideal dalam kitab Al-Miṣbāḥ. Metode penelitian iniadalah kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Data penelitian berupa tafsir surat dan ayat Al-Qur’an yang menjelaskan kriteria memilih pasangan ideal. Sedangkan sumber data diperoleh kitab tafsir Al-Miṣbāḥ. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan analisis isi. Hasil penelitian menyebut, Quraish Shihab telah menjelaskan memilih pasangan ideal dalam kitab tafsirnya Al-Miṣbāḥ, yakni terdapat pada tafsir QS. Al-Nūr: 32 dan QS. Al-Nisā’: 3 berkenaan dengan fisik, dan QS. Al-Baqarah: 221 dan QS. Al-Hujarāt: 13 berkenaan dengan non fisik. QS. Al-Nūr: 32 menyebut pasangan ideal yang dipilih hendaknya yang sendiri dan mampu secara fisik dan materi. QS. Al-Nisā’: 3 menyebut untuk memilih pasangan dari anak yatim dan menikah cukup satu istri, bukan poligami. Sementara QS. Al-Baqarah: 221 menyebut untuk memilih pasangan yang beriman dan memiliki agama baik. Sedangkan QS. Al-Hujarāt: 13 menjelaskan diperbolehkan untuk memilih pasangan selain dari golongan, suku, ras, dan bangsanya agar saling mengenal.Kata Kunci: pasangan; tafsir; Al-Miṣbāḥ.
Pemaknaan Ma’na Cum Maghza Atas Qs. (6): 108 Dan Implikasinya terhadap Toleransi Antar Umat Beragama Haitomi, Faisal
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 02 (2020): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/at.v5i02.976

Abstract

Beberapa tahun belakangan kasus penodaan agama atau diskriminasi agama kian marak terjadi. Salah satu penyebabnya adalah pandangan yang berbeda terhadap teks agama, serta adanya pihak yang merasa lebih unggul dibandingkan dengan pihak lain. Ini membuat penulis mencoba untuk melihat bagaimana al-Qur’an merespon isu tersebut yang termanifestasikan di dalam Qs. 06: 108. Hasil dari diskusi ini menunjukkan bahwa al-Qur’an dari jauh- jauh hari telah melarang pemeluknya untuk menjelek atau menghina sesembahan orang lain, karena selain berakibat pada hilangnya rasa toleransi antar umat beragama, ia juga berakibat pada umpatan melampaui batas yang dilakukan oleh orang non muslim. Nabi Muhammad  juga mengajarkan untuk saling menghormati orang yang berbeda keyakinan dengan kita sebagaimana hal itu termanifestasi di dalam piagam Madinah.Kata Kunci: Penodaan Agama, Toleransi.
Manhaj Tafsīr Ayāt al-Aḥkām min Al-Qur’an al-Karīm Karya Abul Fadhal sebagai Tafsir Kotemporer Sakinah, Fatihatus
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 6, No 01 (2021): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/at.v6i01.416

Abstract

Tafsīr Ayāt al-Aḥkām min Al-Qur’an al-Karīm karya Abul Fadhal, sebagai salah satu produk tafsir nusantara yang disuguhkan kepada peminat dan pembaca kajian tafsir Al-Qur’an di Indonesia. Sebagai kumpulan modul pembelajaran tafsir untuk pelajar tingkat SLTA, tafsir ini hadir dengan penyajian yang mudah untuk dikonsumsi. Kajian ini menunjukkan bahwa Tafsīr Ayāt al-Aḥkām min Al-Qur’an al-Karīm mengusung bentuk mauḍu’i, dengan mensistematiskan penafsirannya berdasarkan bab fikih. Karena tafsir ini belum tuntas sehingga Tafsīr Ayāt al-Aḥkām min Al-Qur’an al-Karīm hanya memuat 20 bab fikih mulai dari bab Aṭ-Ṭahārah hingga Qismah al-Mīrāth wa I’ṭātuhu al-Mustaḥaqah. Dari 20 bab tersebut tercatat ada 76 ayat yang ditafsirkan Abul Fadhal untuk menjelaskan setiap hukum yang termuat dalam setiap bab. Namun setelah ditinjau kembali hanya 66 ayat yang terangkum di dalamnya. Sumber-sumber yang menyumbang data terdiri dari 6 kitab tafsir, 3 kitab fikih dan 2 kitab asbāb al-Nuzūl. Pendekatan yang diterapkan dalam penafsirannya ialah pendekatan ilmu bahasa, ilmu Asbāb al-Nuzūl, ilmu Uṣūl al-Fiqh, dan ilmu Fikih. Sebagai tafsir yang lahir di era kontemporer, mampu memenuhi tuntutan peminat khususnya masyarakat muslim untuk dijadikan tendensi dalam melakukan ibadah.
PETA NASIKH DAN MANSHUKH DALAM ALQURAN AL-KARIM Rokim, Syaeful
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 02 (2020): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/at.v5i02.1057

Abstract

Artikel ini mencoba untuk mengkaji tema Nasikh dan Mansukh dalam Alquran al-Karim, dengan pemetaan ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan tema. Pendekatan yang dilakukan dalam pembahasan ini adalah pendekatan Kualitatif dengan menggunakan studi pustaka. Kesimpulan dari penelitian tentang nasikh dan mansukh ini bahwa ada 4 kategori surat dalam Alquran. Pertama, surat tidak terdapat ayat nasikh dan mansukh. Kedua, surat yang terdapat ayat nasikh, tetapi tidak ada ayat mansukh, ketiga, surat yang terdapat ayat mansukh, tetapi tidak ada ayat nasikh. Keempat, surat yang terkandung ayat nasikh dan ayat mansukh bersamaan.
Menakar Nilai Kritis Fakruddin al-Razi dalam Tafsir Mafatih al-Ghayb Nurman, Muhammad; Syafruddin, Syafruddin
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 6, No 01 (2021): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/at.v6i01.1308

Abstract

The Mafatih al-Ghayb Interpretation by Fakruddin al-Razi has been in spotlight among the Islamic scholars which raises pros and cons regarding its validity as an interpretation. This issue occured because Fakruddin al-Razi’s focus and way of presenting his interpretation is quite different compared to his predessesors.  On the other hand, he seems to neglect his main focus in criticizing the thought of Muktazilah–one of famous sect in his period due to the broad exposure. Consequently, The Mafatih al-Ghayb Interpretation is known to be very trustworthy in quoting the opposing opinions, however it is blunt in its critical values.
Pemikiran Hamka dan Nasaruddin Umar Tentang Peran Perempuan dalam Kesetaraan Gender Maulana, Nurhasanah
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 02 (2020): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/at.v5i02.929

Abstract

Penelitian ini mengenai keresahan masyarakat khususnya perempuan dimana masih banyak masyarakat yang memiliki pemikiran layaknya pemikiran kaum zaman Jahiliyyah perihal kesetaraan gender, penenlitian ini tujuan untuk mengembalikan stigma masyarakat, serta mengingatkan kembali bahwa kesetaraan gender ini tanpa kita sadari berada di berbagai konteks, baik dalam konteks domestik maupun konteks sosial-budaya. Penelitian ini mengangkat para tokoh ulama tafsir yang sangat menjunjung tinggi martabat perempuan, Hamka dan Nasaruddin Umar. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka (library research) dengan komparatif sebagi pisau analisisnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penafsiran Hamka dan Nasaruddin Umar mengenai peran perempuan dalam konteks asal muasal terjadinya perempuan, hak kewarisan serta kepemimpinan keduanya memiliki perbedaan serta persamaan dalam menafsirkan ayat al-Qur`an yang terdapat unsur bias gender.Kata Kunci: Hamka, Nasaruddin Umar Peran Perempuan, Kesetaraan Gender
KAJIAN TAFSIR AL-QUR’AN: Telaah atas Kitab Taisirul Lathifil Mannani fi Khulashati Tafsiril Qur`an Karya Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di Anshory, Muhammad Isa
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 02 (2020): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/at.v5i02.978

Abstract

Tafsir Maudhu'i is an interpretation that seeks to explain in a more focused and clear manner because the discussion is based on themes, so that the advantages of maudhu'i interpretation are dynamic, systematic, and easy to understand as a whole. As-Sa'di is a person who concentrates his knowledge in the field of "Tafsir" (Qur'an interpretation). It proved by his work in the form of 30 juz interpretations with the title of the book "Taisir Karimir Rohman fii Kalaamil Mannan". However, as-Sa'di also wrote a commentary book that used the "Maudhu'i interpretation method, which is entitled "Taisirul Lathifil Mannani fi Khulashati Tafsiril Qur`an".As-Sa'di described it based on the theme from which the related verses were collected, making it easier for the reader to understand the contents of the al-Qur'an. The theme he chose also covered the main teachings of Islam, from the theme of aqidah, Islamic law, and the stories of the prophets contained in the al-Qur'an. The description of this commentary book is very systematic, from choosing the theme to its discussion.
AMANAH DAN KHIANAT DALAM AL-QUR’AN MENURUT QURAISH SHIHAB Andika, Titin; Taqiyuddin, Muhammad; Yunita, Nurma
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 02 (2020): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/at.v5i02.926

Abstract

This study aims to reveal the concept of trust and betrayal in the Qur’an based on the perspective of tafsir al-Misbah by Quraish Shihab. This is library study and applies a content analysis. This study concludes that when a person swears or says something in the name, nature, or deed of Allah, but not in the name of other than Him, then he must fulfill it in a way that his words are aligned with his deeds, and he should be able to keep what has been entrusted to him, the so-called trust. If speech does not conform to the deeds, and one is unable to maintain the trust put in him, this is what is called betrayal. Such acts are of the characteristics of hypocrites and will be the path for them (those who commit betrayal) to hell. In order to avoid such acts of betrayal, humans should follow the Qur’anic instructions as their life’s guidance for the sake of achieving happiness in this world and the hereafter.Keywords: Trust, Betrayal, the Qur’an, Quraish Shihab

Page 7 of 17 | Total Record : 168