cover
Contact Name
Fredy Mardiyantoro
Contact Email
fredymardiyantoro@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
fredymardiyantoro@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
E-Prodenta Journal of Dentistry
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : -     EISSN : 25974912     DOI : -
Core Subject : Health,
E-Prodenta Journal of Dentistry is a journal published by Faculty of Dentistry Universitas Brawijaya Malang. This journal is published periodically every six months. The E-Prodenta Journal of Dentistry presents the latest articles/manuscripts of knowledge, information and development on dental and oral health which are the results of research, review articles, and case reports to support the advancement of science, education, and practice of dentistry.
Arjuna Subject : -
Articles 127 Documents
KEKERASAN MODEL GIGI BERBAHAN DASAR SELF-CURED ACRYLIC SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KLINIS PROSTODONSIA Irgananda, Citra Insany; Wulan, Kartika Andari; Fatima, Fatima
E-Prodenta Journal of Dentistry Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.eprodenta.2020.004.02.3

Abstract

Latar Belakang: Model gigi merupakan media yang dapat merepresentasikan keterampilan klinik mahasiswa kedokteran gigi dalam melakukan preparasi gigi penyangga dari gigi tiruan cekat yang membutuhkan pengalaman sejak masa pre-klinik serta dukungan fasilitas media pembelajaranyang memadai. Salah satu karakteristik yang perlu diperhatikan yaitu nilai kekerasan dari model gigi tersebut. Tujuan: untuk mengevaluasi sifat kekerasan model gigi berbahan self-cured acrylic dengan buatan pabrik dan enamel gigi sebagai media pembelajaran keterampilan klinis prostodonsia. Metode: penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional study dengan rancangan penelitian observasional analitik, melibatkan 3 kelompok sampel yaitu model gigi berbahan self-cured acrylic, model gigi buatan pabrik, dan elemen gigi 44. Hasil: penelitian ini yaitu nilai kekerasan model gigi berbahan self-cured acrylic memiliki rata-rata nilai kekerasan 18,1 VHN, model gigi buatan pabrik 83,1 VHN, dan enamel gigi 428 VHN. Hasil statistik one-way Anova p= 0,000 < 0,05 menunjukkan perbedaan yang signifikan pada sifat kekerasan antara ketiga kelompok sampel. Kesimpulan: nilai kekerasan antara enamel gigi, model gigi buatan pabrik dan model gigi berbahan self-cured acrylic memiliki perbedaan yang signifikan.
APIKOEKTOMI GIGI INSISIVUS KANAN DISERTAI KISTA RADIKULER: LAPORAN KASUS Agustin, Yuniari; Arifati, Azizah; Indrapradana, Adyaputra; Hadriyanto, Wignyo; Ratih, Diatri Nari
E-Prodenta Journal of Dentistry Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.eprodenta.2021.005.02.9

Abstract

LATAR BELAKANG: Proses inflamasi periapikal yang berlanjut dapat merangsang sisa epitel malassez di ligamentum periodontal. Granuloma dapat terbentuk sebagai pertahanan pertama terhadap nekrosis pulpa yang selanjutnya dapat menjadi abses periapikal. Kista radikuler dapat terjadi jika kondisi sebelumnya tidak segera ditangani. TUJUAN: Studi kasus ini bertujuan untuk mengevaluasi apikoektomi yang diikuti dengan enukleasi kista radikuler. KASUS: Seorang pria berusia 24 tahun datang dengan rujukan ke Klinik Bagian Konservasi Gigi Universitas Gadjah Mada untuk memeriksakan giginya dan melanjutkan perawatan saluran akar gigi. Keluhan utama adalah perubahan warna gigi dan seringkali muncul benjolan besar pada gusi gigi dengan riwayat trauma (kecelakaan) kurang lebih 12 tahun yang lalu yang tidak segera dilakukan untuk diperiksa dan dirawat. MANAJEMEN: Enukleasi kista yang terlihat pada foto rontgen dan CBCT dilakukan setelah perawatan saluran akar selesai. Kapsul dan kuretase jaringan granulasi kista dikirim ke bagian patologi anatomi. Apikoektomi dilakukan sekitar 3 mm dari apeks dilanjutkan dengan preparasi kavitas, pengisian retrograde menggunakan mineral trioxide aggregate dan aplikasi bone graft. Evaluasi dilakukan satu minggu pasca operasi dan dilanjutkan pembuatan restorasi akhir berupa pasak dowel dan mahkota zirkonia. KESIMPULAN: Apikoektomi diikuti dengan enukleasi kista radikuler yang dilakukan setelah perawatan saluran akar menunjukkan keberhasilan dalam proses penyembuhan yang ditandai dengan pengurangan lesi periapikal pada foto rontgen.
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY) DOKTER GIGI DENGAN KESIAPAN PRAKTIK KEMBALI DI MASA TRANSISI PANDEMI COVID 19 di INDONESIA (STUDI PENDAHULUAN) balbeid, merlya; Lely Rachmawati, Yuanita; Mahardika Ningrum, Hamida; Anestya Wibowo, Marchella
E-Prodenta Journal of Dentistry Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.eprodenta.2021.005.02.3

Abstract

Latar Belakang: Pandemi Covid-19 yang terjadi Maret 2020 membuat dokter gigi membatasi atau bahkan tidak melakukan kegiatan pelayanannya. Mewaspadai hal ini, PBPDGI mengeluarkan surat edaran nomor : 2776/PB PDGI/III-3/2020 tentang Pedoman Pelayanan Kedokteran Gigi Selama Pandemi Covid-19. Tujuan: Untuk mengetahui adanya hubungan tingkat kecemasan dokter gigi dengan kesiapan praktik serta dalam menjalankan praktik di masa transisi Pandemi Covid-19 di Indonesia. Metode: Cross-sectional, purposive sampling, dan instrumen penelitian menggunakan Google Forms yang disebarkan melalui media sosial Whatsapp. Variabel bebas = kecemasan dokter gigi, variabel terikat = kesiapan dokter gigi untuk praktik kembali (tangible dan intangible). Hasil uji validitas dan reliabilitas 25 dokter gigi di Malang didapatkan data kesiapan sarana prasarana dokter gigi dalam menghadapi adaptasi kebiasaan baru. Hasil penelitian: Hasil kesiapan tangible 64,28% APD level 3, sirkulasi exhaust 50%, intraoral kanula suction 42,85%, extraoral suction 35,71%, respirator 21,42%, sedangkan kesiapan ruangan bertekanan negatif dan hepa filter 14%. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan kesiapan praktik dokter gigi di masa transisi pandemi Covid-19, baik dari sisi tangible maupun intangible.
EFEK TOOTHGRAFT TERHADAP JUMLAH OSTEOBLAS SOKET TIKUS PASCA PENCABUTAN Kumala, Ega Chandra; Mardiyantoro, Fredy; Salaras, Pinti Mei Sarnia Wahyu
E-Prodenta Journal of Dentistry Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.eprodenta.2021.005.02.7

Abstract

Latar Belakang: Bovine graft sebagai bahan pengganti tulang terkadang menimbulkan reaksi penolakan dari tubuh. Bahan tooth graft dari gigi yang diekstraksi memiliki kemiripan subtansi dengan tulang. Tujuan: Menganalisis efek implantasi tooth graft terhadap osteoblas dibandingkan dengan bovine graft pada soket alveolar tikus Wistar pasca pencabutan. Metode: Desain penelitian ini  adalah eksperimental laboratoris menggunakan 24 sampel yang dibagi menjadi 4 kelompok. Keempat kelompok dilakukan pencabutan gigi insisif pertama mandibula, pada 2 kelompok diaplikasikan tooth graft dan 2 kelompok diaplikasikan bovine graft selama 14 hari dan 30 hari. Jumlah sel osteoblas dihitung secara manual. Hasil: analisis data dengan uji statistik T test menunjukkan nilai yang tidak signifikan (p< 0,05) pada jumlah sel osteoblas pasca aplikasi tooth graft dan bovine graft pada hari ke-14 dan hari ke-30. Kesimpulan: Bahan tooth graft   dapat mempengaruhi jumlah sel osteoblas sama baiknya dengan bovine graft untuk perawatan pada tikus wistar pasca ekstraksi gigi.
APLIKASI TOPIKAL NANOTRANSFERSOM EKSTRAK KULIT JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) TERHADAP MAKROFAG PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA MUKOSA TIKUS WISTAR Prasetyaningrum, Nenny; Adiningdyah, Ayu Fitria
E-Prodenta Journal of Dentistry Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.eprodenta.2021.005.02.4

Abstract

Latar belakang: Tanaman herbal telah banyak digunakan masyarakat sebagai obat untuk menyembuhkan luka dengan efek samping yang minimal. Salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat, yaitu kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) yang diketahui memiliki kadar flavonoid tinggi, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka dari ulkus. Pada fase penyembuhan luka, makrofag mempunyai peran utama sebagai fagosit dan sekresi growth factor. Untuk memaksimalkan efektivitas penghantaran obat, ekstrak kulit jeruk nipis dibentuk dalam sediaan nanoTransfersom sistem. Tujuan: untuk mengetahui pengaruh pemberian nanotransfersom ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) terhadap jumlah makrofag pada penyembuhan luka mukosa labial tikus. Metode: Penelitian ini menggunakan true experimental in vivo dengan induksi termal mukosa labial tikus Wistar, terbagi 4 kelompok dengan time series hari ke-3 dan 7, yaitu kontrol negatif [K(-)], kontrol positif diberi triamcinolone acetonida 0,1% [(K(+)3], perlakuan yang diberi ekstrak kulit jeruk nipis (PA), dan diberi nanoTransfersom ekstrak kulit jeruk nipis (PB). Jumlah makrofag diamati menggunakan mikroskop perbesaran 400x. Hasil: Analisa data menggunakan uji One Way Anova menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) pada jumlah makrofag antar kelompok pada hari ke-3 dan ke-7. Kesimpulan: NanoTransfersom ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) berpengaruh terhadap jumlah makrofag pada penyembuhan luka mukosa labial tikus wistar.
PERAWATAN BEDAH ENDODONTIK APIKOEKTOMI KISTA RADIKULER GIGI SENTRAL INSISIVUS PASCA RETREATMENT: LAPORAN KASUS Djaynurdin, Novia Alamsyah; Nidyasari, Ferdina; Hadriyanto, Wignyo; Untara, Raphael Tri Endra
E-Prodenta Journal of Dentistry Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.eprodenta.2021.005.02.8

Abstract

Latar Belakang: Proses inflamasi periapikal terus berlangsung dan akan menstilmulasi sisa epitel malassez yang ada di ligamen periodontal. Sebagai pertahanan pertama, pulpa akan membentuk granuloma, dimana granuloma akan menjadi kista radikuler ketika gigi tidak segera dirawat. Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk mengevaluasi perawatan lesi periapikal gigi dalam bentuk kista. Kasus: Seorang wanita usia 25 tahun datang ke klinik konservasi gigi Universitas Gadjah Mada dengan keluhan utama gigi depan bawah terkadang terasa sakit. Gigi tersebut telah dilakukan perawatan saluran akar. panatalaksanaan kasus ini dengan pendekatan non bedah, dan dilanjutkan pendekatan non bedah setelah dievaluasi. Penatalaksanaan: Bedah periradikuler dilakukan setelah retreatment dari gigi tidak menunjukan hasil penyembuhan di jaringan periodontal. Lesi periapikal kemudian dievaluasi dengan Cone Beam Computed Tomography (CBCT) kemudian dilakukan apikoektomi dan kuretase. Sebanyak 3mm dari apeks direseksi dan dilakukan dibawah anastesi lokal. Jaringan patoloigis kemudian dikirim ke departemen patologi setelah dikuretase. Bahan bonegraft dan apical seal dengan MTA diberikan dan diikuti penutupan flap. Evaluasi postoperatif dilakukan setelah satu minggu, tiga minggu, dan tujuh minggu. Gambaran radiograf menunjukan lesi periapikal mengecil dan pasien tidak ada keluhan. Kesimpulan: Bedah periradikuler dilakukan setelah retreatment endodotik konvensional tidak berhasil.
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN PENYAKIT PENYAKIT PERIODONTAL YANG DIUKUR MENGGUNAKAN COMMUNITY PERIODONTAL INDEX OF TREATMENT NEEDS (CPITN) Firani, Novi Khila; Alvianti, Kurnia Putri; Listari, Khusnul Munika
E-Prodenta Journal of Dentistry Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.eprodenta.2021.005.02.5

Abstract

Latar belakang: Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia dengan kecenderungan terjadi peningkatan tiap tahun. Obesitas adalah kelebihan berat badan akibat penimbunan lemak berlebih yang beresiko menimbulkan berbagai komplikasi penyakit sistemik, dan diduga juga menyebabkan gangguan kesehatan periodontal. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara obesitas dan penyakit periodontal. Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional pada pasien di Puskesmas Janti, Kota Malang, dari Agustus hingga November 2019. Terdapat 107 responden obesitas dan non obesitas (21 laki-laki dan 86 perempuan), yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Kriteria obesitas berdasarkan kriteria WHO Asia Pasifik yaitu indeks massa tubuh ≥25 kg/m2. Kriteria eksklusi adalah pasien dengan kelainan sistemik, merokok, menggunakan protesa atau alat ortodontik, hamil, menyusui, memiliki penyakit pada kelanjar saliva, dan pasien yang mengkonsumsi obat-obatan. Analisis statistik menggunakan chi-square dan Spearman's correlation test. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.002) pada skor keparahan indeks CPITN antara obesitas dan non obesitas. Uji korelasi spearman menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan (p<0.01) antara obesitas dan skor CPITN. Kesimpulan: Obesitas memiliki hubungan dengan penyakit periodontal yang ditunjukkan dengan meningkatnya skor CPITNKeywords: CPITN, Obesity, Periodontal disease, Body mass index 
PREVALENSI IMPAKSI MOLAR KE TIGA RAHANG BAWAH DI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA TAHUN 2018 Septina, Farihah; Apriliani, Wildana Atika; Baga, Irwan
E-Prodenta Journal of Dentistry Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.eprodenta.2021.005.02.1

Abstract

Gigi impaksi merupakan gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang seharusnya disebabkan karena kurangnya ruang pada lengkung rahang atau terhalang oleh gigi di dekatnya atau terhalang oleh jaringan patologis. Molar ketiga merupakan gigi paling terakhir erupsi serta gigi yang lebih sering mengalami impaksi dibandingkan dengan gigi yang lain karena seringkali tidak cukup ruangan yang tersedia untuk erupsi. Pemeriksaan radiografi pada impaksi gigi molar ketiga rahang bawah, dapat membantu dokter gigi dalam menentukan lokasi dan bentuk gigi, menentukan teknik pencabutan yang akan digunakan dan menentukan struktur anatomis yang harus dihindari saat tindakan. Selain itu, dokter gigi dapat mengevaluasi posisi dan jenis impaksi dari radiograf. Tujuan: Untuk mengetahui jumlah impaksi molar ketiga rahang bawah berdasarkan pengamatan pada radiograf panoramik pasien yang dirawat di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya tahun 2018 sesuai klasifikasinya. Metode Penelitian: Penelitian observasional dengan menggunakan data sekunder berupa radiograf panoramik pasien yang kemudian di klasifikasikan menurut klasifikasi impaksi Pell & Gregory dan George Winter. Hasil: Jumlah sampel radiograf panoramik yang dikumpulkan sebanyak 160 radiograf, dimana 97 pasien mengalami impaksi dan 63 tidak mengalami impaksi dan perempuan lebih banyak mengalami impaksi dibandingkan laki-laki. Kesimpulan: Prevalensi  impaksi molar ketiga rahang bawah di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya tahun 2018 adalah sebesar 60,6%. Klasifikasi impaksi Pell dan Gregory yang paling banyak adalah Kelas II dan Posisi A. Klasifikasi impaksi George Winter yang paling banyak adalah horizontal.
KEKUATAN TEKAN MODEL GIGI BERBAHAN DASAR SELF-CURED ACRYLIC SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KLINIS PROSTODONSIA .Fatima, Fatima; Insany Irgananda, Citra; Andari Wulan, Kartika; Audinarti Tabatya, Farida
E-Prodenta Journal of Dentistry Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.eprodenta.2021.005.02.6

Abstract

Latar Belakang : Model gigi merupakan media yang digunakan untuk melatih keterampilan klinik mahasiswa kedokteran gigi dalam melakukan preparasi gigi penyangga dari gigi tiruan cekat pada saat pre-klinik. Kekuatan tekan merupakan salah satu sifat mekanik yang perlu diperhatikan dari model gigi tersebut. Tujuan: Untuk mengetahui nilai kekuatan tekan model gigi berbahan self-cured acrylic dengan buatan pabrik dan enamel gigi, sebagai media pembelajaran ketrampilan klinis prostodonsia. Metode : Penelitian ini menggunakan pendekatan cross- sectional study dengan rancangan penelitian observasional analitik, yang melibatkan 3 kelompok sampel yaitu model gigi berbahan self-cured acrylic , model gigi buatan pabrik dan elemen gigi 44. Kekuatan tekan sampel diuji dengan Micro Load System Universal Testing Machine. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan nilai kekuatan tekan enamel gigi adalah 486,6 Mpa, model gigi buatan pabrik 485,9 Mpa dan model gigi berbahan self-cured acrylic 482,84 Mpa. Hasil statistik menggunakan oneway anova yaitu p = 0,476 dimana p > 0,05 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan pada kekuatan tekan antara 3 kelompok sampel. Kesimpulan: Model gigi berbahan self-cured acrylic memiliki daya saing terhadap model gigi buatan pabrik & berpeluang dikembangkan sebagai media pembelajaran keterampilan klinis prostodonsia.
PERBEDAAN DERAJAT KEASAMAN (pH) SALIVA PADA PEROKOK ELEKTRIK DAN NON-PEROKOK Uli Silalahi, Yuni Uli Silalahi; Skripsa, Tira Hamdillah; Suharto, Suharto; Bagus Prabowo, Yoghi
E-Prodenta Journal of Dentistry Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.eprodenta.2021.005.02.2

Abstract

Latar Belakang: Saliva merupakan suatu cairan di dalam tubuh manusia yang memiliki fungsi yang penting terhadap kesehatan rongga mulut yang dapat terpapar langsung rokok elektrik. Nikotin yang terdapat pada e-liquid rokok elektrik dapat menurunkan sekresi saliva. Adanya penurunan sekresi saliva tersebut dapat mengakibatkan pH saliva menurun dapat mengakibatkan terjadinya karies pada gigi, periodontitis, infeksi mulut, dll. Tujuan: Mengetahui perbedaan pH saliva pada perokok elektrik dan non-perokok. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian cross-sectional. Sebanyak 60 orang subjek penelitian dibagi menjadi 30 orang perokok elektrik dan 30 orang non-perokok. Subjek penelitian diwajibkan untuk mengisi informed consent sebelum mengisi kuesioner yang ditentukan. Saliva setiap subjek dikumpulkan di tabung sampel sebanyak ± 15 ml dalam keadaan istirahat. pH saliva kemudian diukur menggunakan alat pH meter. Hasil: Berdasarkan analisis menggunakan uji t tidak berpasangan diketahui bahwa perokok elektrik dan non-perokok memiliki perbedaan yang signifikan (p < 0,05) dengan rerata pH saliva pada perokok elektrik 6,98 ± 0,24 dan rerata pH saliva non-perokok 7,37 ± 0,27. Simpulan: pH saliva yang antara perokok elektrik dan non-perokok memiliki perbedaan yang signifikan. Perokok elektrik mempunyai pH saliva yang bernilai lebih rendah daripada non-perokok.

Page 6 of 13 | Total Record : 127