cover
Contact Name
Nelly Budiharti
Contact Email
iijti@scholar.itn.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
iijti@scholar.itn.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Industri Inovatif : Jurnal Teknik Industri
ISSN : 20878869     EISSN : 26153866     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Terbit dua kali dalam setahun pada bulan Maret dan September. Berisi gagasan, konseptual, kajian teori, aplikasi teori dan kajian buku Teknik Industri. Makalah yang masuk ditelaah oleh mitra bestari yang kompeten di bidang teknik dan manajemen industri.
Arjuna Subject : -
Articles 383 Documents
FORMULASI BIOETANOL PADAT DENGAN VARIASI GELLING AGENT SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF YANG RAMAH LINGKUNGAN Anggorowati, Dwi Ana; Setyawati, Harimbi; S., Dian Kurnia; S., Mona Riso
Jurnal Industri Inovatif Vol 4 No 2 (2014): Jurnal Industri INOVATIF
Publisher : PRODI TEKNIK INDUSTRI S1 ITN MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif yang potensial karena sumbernya mudah diperbarui. Bioetanol berasal dari produk fermentasi yang terbentuk dari substrat yang mengandung karbohidrat. Bioetanol memiliki sifat fisik yang tidak berwana, berbentuk cair, mudah menguap, mudah terbakar dan memiliki bau yang spesifik. Karena sifat fisiknya tersebut maka bioetanol dalam bentuk cair kurang aman dan kurang praktis dalam proses mobilisasi, selain itu bioetanol dalam bentuk cair penggunaannya kurang luas. Oleh karena itu diperlukanperubahan sifat fisik bioetanol menjadi padat/gel agar lebih aman, praktis, serta luas pemanfaatannya, yaitu dapat digunakan untuk kegiatan militer, digunakan pada area bencana, lokasi pegunungan / hutan, di pesawat terbang maupun untuk kepentingan sehari-hari seperti memanaskan makanan pada meja makan di acara pesta. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jumlah dan jenis zat pemadat yang sesuai agar dihasilkan bioetanol gel yang memiliki bentuk fisik baik dan kalor pembakaran yang tinggi. Pada penelitian ini, digunakan rasio larutan dari beberapa macam zat pemadat diantaranya asam stearate, bentonit, xanthan gum, kalsium asetat, dan karagenan. Rasio larutan untuk bioethanol yang digunakan adalah 85%, 87.5%, 90%, 92.5%, and 95%. Hasil terbaik didapat pada bioethanol padat dengan zat pemadat asam stearate dengan nilai kalor sebesar 3850.87Kkal/k, Laju pembakaran sebesar 1.41509 gram/menit dan Residu hasil pembakaran sebesar 5%
DESAIN ALAT PERAJANG RUMPUT GAJAH DENGAN KAIDAH ERGONOMI Mujiono, Mujiono; Munasih, Munasih; Sujianto, Sujianto
Jurnal Industri Inovatif Vol 8 No 2 (2018): INDUSTRI INOVATIF - JURNAL TEKNIK INDUSTRI
Publisher : PRODI TEKNIK INDUSTRI S1 ITN MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh tim peneliti pada peternak sapi yang berada dikalipare malang ternyata pencacahan rumput gajah untuk makan ternak tersebut masih menggunakan alat manual, yaitu menggunakan sabit, sehingga masih mempunyai beban kerja berlebihan, sikap operator yang tidak ergonomis, karena posisi kerja operator dengan jongkok sehingga banyak membutuhkan waktu dan tenaga yang dikeluarkan oleh operator.Melihat hal tersebut maka tim peneliti, segera untuk mendesainkan alat pemotong rumput gajah tersebut dengan menggunakan ukuran antropometri tinggi alat menggunakan persentil 95% yaitu 111 cm,lebar alat dengan persentil 50% sebesar 51 cm dan panjang alat dengan persentil 5% sebesar 60 cm,dan dengan 12 mata pisau, operator yang akan menggunakan alat tersebut diharapkan lebih aman nyaman dan dapat lebih effektif , effisien serta meningkatkan produktifitas.Dengan adanya sarana kerja tersebut maka diharapkan agar operator tidak mengalami kelelahan sehingga lebih effektif dan effisien dalam melakukan perajangan, yang hasilnya dapat meningkatkan produktifitas.
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENCETAK BATAKO UNTUK MENINGKATKAN HASIL PRODUKSI DI DESA JATIGUWI SUMBERPUCUNG MALANG Sinaga, Erni Junita; Mujiono, Mujiono; Sudiasa, I Nyoman
Jurnal Industri Inovatif Vol 7 No 1 (2017): INDUSTRI INOVATIF - JURNAL TEKNIK INDUSTRI
Publisher : PRODI TEKNIK INDUSTRI S1 ITN MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengrajin Batako di desa Jatiguwi Sumberpucung Malang, sudah mencapai titik optimal dan sulit untuk bisa  ditingkatkan  kemampuannya  dengan  kondisi  peralatan  dan  fasilitas  kerja  yang  ada,  pembuatan  batako dilakukan  secara  manual  dan  sangat  sederhana,  pengrajin  masih  menggunakan  alat  pengepres  manual  yang terbuat  dari  besi.  Kesulitan  yang  dihadapi  oleh  pengrajin  adalah  jika  ada  permintaan  yang  melebihi  kapasitas produksi, sehingga biasanya menolak karena kurangnya tenaga. Hal ini dapat diantisipasi dengan memperbaiki system kerja dan fasilitas kerja. Dimungkinkan  dapat  meningkatkan  jumlah  produksi  dengan  adanya  perbaikan  pada  metode  kerja  dan perbaikan fasilitas kerja yang membuat pengrajin lebih nyaman, tidak cepat lelah khususnya dalam mengepres batako.  Pada kegiatan pengabdian ini bertujuan membuat mesin pencetak batako yang menggunakan penggerak mesin  diesel  untuk  menggetarkan  cetakan  sehingga  hasil  yang  diperoleh  lebih  homogen  dan  padat.  Mesin pencetak batako ini diharapkan dapat mempercepat  proses produksi dengan hasil yang lebih banyak serta lebih berkualitas karena kepadatan semakin homogen serta lebih efisien dan efektif.
PENGEMBANGAN REGULATOR TABUNG GAS LPG 3 KG BERDASARKAN PRINSIP ERGONOMI Arthana, I Ketut; Sumanto, Sumanto; Hidayat, Ahmad Rizal
Jurnal Industri Inovatif Vol 4 No 1 (2014): Jurnal Industri INOVATIF
Publisher : PRODI TEKNIK INDUSTRI S1 ITN MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Survei di lapangan menemukan banyak selang dan sistem regulator yang cacat. Pada kenyataannya, pengait regulator hanya menahan satu sisi dan pada sisi lain akan terdapat rongga yang menimbulkan kebocoran (tidak presisi). Pemasangan regulator dengan menekan badan regulator menunjukkan bahwa proses pemasangan sulit dilakukan oleh pengguna. Langkah-langkah yang digunakan untuk membuat sebuah rancangan pengembangan regulator adalah (1). Membuat konsep pengembangan dengan penambahan komponen penunjang (2). Menentukan dimensi alat dengan dasar data antropometri (3). Menentukan bahan yang diinginkan konsumen (4). Membuat dan Merancang “ Regulator ” yang ergonomis (5). Membandingkan desain dan keunggulan dari produk lama dengan yang baru. Hasil Pengolahan data digunakan pengembangan produkdengan menambahkan komponen penunjang antara lain: pengait ulir, silinder sistem one way, indikator tekanan. Pada pegangan pengait ulir diperoleh dimensi ukuran 3,93cm umtuk diameter genggaman tangan pada pengait dan 3,57cm untuk tinggi pegangan pengait regulator. Dan dengan pengolahan metode Analytical Hierarchy Process didapatkan bahan karet sebagai pelapis pegangan pengait regulator.
PENENTUAN HARGA PRODUK KERAJINAN ROTAN BERBASIS AKTIVITAS Sari, Ratih Ardia; Tantrika, Ceria Farela Mada; Lukodono, Rio Prasetyo; Widiyawati, Sri
Jurnal Industri Inovatif Vol 8 No 1 (2018): INDUSTRI INOVATIF - JURNAL TEKNIK INDUSTRI
Publisher : PRODI TEKNIK INDUSTRI S1 ITN MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kerajinan rotan sintetis merupakan salah satu usaha kecil menengah yang berkembang di kota Malang. Produk dari kerajinan ini bervariasi mulai dari furniture (sofa, meja makan, kursi, meja) sampai pada kerajinan kecil (tempat air mineral, vas, tempat tisu) dengan berbagai bentuk dan warna. Inovasi produk sangat dibutuhkan agar usaha ini dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Inovasi produk dimunculkan dari variasi produk. Variasi produk yang cukup banyak menjadikan usaha ini harus dapat menentukan harga pokok produksi setiap produknya agar dapat memperoleh laba yang terus meningkat. Penjualan produk ini cenderung mengalami kenaikan terutama pada musim liburan, tetapi saat ini profit yang didapatkan tidak sebanding dengan peningkatan penjualan. Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan ketidaktepatan penentuan harga pokok produksi. Selain itu, penentuan harga dihitung dengan menggunakan metode konvensional tanpa mempertimbangkan biaya overhead untuk masing-masing variasi produk. Oleh karena itu diperlukan perhitungan harga pokok produksi yang lebih sesuai dengan keadaan di dalam usaha kecil menengah ini. Penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan berbasis aktivitas atau biasa disebut Activity-Based Costing (ABC). Cost driver dari usaha kerajinan rotan adalah waktu proses per unit barang (jam tenaga kerja / produk), luas lahan (m2), dan massa bahan baku utama plastik rotan (kg). Cost pool dari usaha kerajinan ini adalah biaya listrik, biaya penyusutan fasilitas, biaya bahan baku penolong. Biaya listrik dihitung berdasarkan waktu proses per unit barang (jam/unit), biaya penyusutan fasilitas (luas lahan), dan biaya bahan baku penolong dihitung berdasarkan massa bahan baku utama plastik. Dari hasil penentuan harga dengan metode ABC didapatkan bahwa terdapat perbedaan harga sebesar 9%. Penentuan harga pokok produksi saat ini lebih rendah dibandingkan dengan harga pokok produksi metode ABC. Laba yang diperkirakan oleh usaha ini lebih besar dibandingkan dengan laba metode ABC yang lebih realistis. Terdapat beberapa produk yang penentuan harga produksinya lebih rendah bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk produksi.
PENERAPAN MESIN PERAJANG RUMPUT DI DESA NGADIREJO KECAMATAN KROMENGAN KABUPATEN MALANG Sari, Sanny Andjar; Setyawati, Harimbi; L.A, Salammia; Indriani, Sri
Jurnal Industri Inovatif Vol 5 No 2 (2015): Jurnal Industri INOVATIF
Publisher : PRODI TEKNIK INDUSTRI S1 ITN MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Umumnya para peternak memberikan rumput gajah dengan cara memotong rumput tersebut dengan sabit, dimana  alat  ini  mempunyai  banyak  kekurangan,  antara  lain  hasil  potongan  sabit  mempunyai  ukuran  panjang yang  bervariasi,  dan  kapasitasnya  sedikit,  sehingga  untuk  memenuhi  kebutuhan  rumput  ternak  memerlukan banyak waktu dan tenaga (10 menit untuk 35 kg rumput gajah).  Berkaitan  dengan  hal  tersebut  maka  diperlukan  alat  perajang  rumput  ternak,  yang  berfungsi  untuk merajang  bahan  baku  (rumput  gajah)  agar  didapat  bahan  rumput  dengan  ukuran  tertentu,  supaya  aman dikonsumsi oleh sapi. Dengan diterapkannya mesin perajang rumput ini diharapkan kuantitas maupun kualitas hasil rajangan rumput  (pakan sapi) menjadi meningkat sehingga dapat menghasilkan sapi yang sehat.  
PENGEMBANGAN MODEL KAMAR MANDI BAGI PENYANDANG CACAT TUNANETRA Sari, Sanny Andjar; Budiharti, Nelly; Gustopo, Dayal; Indriani, Sri
Jurnal Industri Inovatif Vol 3 No 2 (2013): Jurnal Industri INOVATIF
Publisher : PRODI TEKNIK INDUSTRI S1 ITN MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebutuhan akan kamar mandi sangat diperlukan oleh para penyandang cacat netra untuk mempermudah aktifitas.Hal ini juga diperkuat dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum NOMOR : 30 / PRT / M / 2006 Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, mengenaipenyediaan fasilitas dan aksesibilitas prasarana dan sarana pada bangunan gedung dan lingkungannya. Sehingga perlu adanya sebuah desain fasilitas umum yaitu kamar mandi disertai penempatan simbol berbasis huruf Braille yang khusus dibuat untuk mereka para penyandang cacat fisik kususnya penyandang cacat netra.Penelitian ini menggunakan prinsip ergonomi sebagai dasar dalam menentukan ukuran simbol berikut penempatan simbol dan fasilitas kamar mandi. Penggunaan kuesioner bertujuan untuk mengetahui kriteria display yang diinginkan pengguna, menentukan pembobotan kriteria dengan metode AHP, memperluas ruangsolusi desain dengan peta morfologi, menentukan desain terpilih menggunakan matrik zero-one dan matrik evaluasi. Dari hasil penelitian didapatkan sebuah model kamar mandi dengan penggunaan simbol berbasis huruf braille timbul dan penambahan perangkat mandi berupa tiang. Dengan spesifikasi : ukuran simbol sebesar panjang 21,40 cm x lebar 16,25 cm. Tinggi peletakan simbol dan tiang dari lantai yaitu sebesar : 142,00 cm. Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada para instansi terkait di bidang layanan publik maupun segala pihak yang berkepentingan mendapatkan kemudahan dalam menggunakan fasilitas kamar mandi umum.
SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES KOAGULASI FLOKULASI LIMBAH CAIR PABRIK TAHU Setyawati, Harimbi; Krismantono, Mawan; Nisa, Dinda An; Hastuti, Rakhmawati
Jurnal Industri Inovatif Vol 7 No 2 (2017): INDUSTRI INOVATIF - JURNAL TEKNIK INDUSTRI
Publisher : PRODI TEKNIK INDUSTRI S1 ITN MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Limbah cair industri tahu mengandung bahan-bahan organik yang sangat tinggi. Senyawasenyawa organik di dalam limbah cair tersebut berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak.Berdasarkan analisa limbah cair industri kecil tahu di karangploso diketahui bahwa limbah cairindustri tahu mengandung COD (1247 mg/l), BOD (997 mg/l), TSS (587,5 mg/l) dan pH 3,7. Olehsebab itu, limbah cair tersebut harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan untukmengurangi kandungan pencemar yang menyertai limbah tersebut. Salah satu koagulan alternatif yang dapat digunakan adalah serbuk biji kelor. Penelitian ini menggunakan serbuk biji kelor dengan kadar air 10 %. Variasi dosis koagulan yang digunakan 2000, 3000, 4000, 5000 mg/500 ml limbah cair tahu, ukuran koagulan 70 mesh dengan pH awal adalah 3,7. Waktu pengandukan optimum yang diperoleh adalah 2-3 menit dengan penurunan COD 280 mg/L, BOD 112 mg/L, TSS 100,4 pada dosis koagulan 2000 mg/500 ml, dan ukuran partikel koagulan 70 mesh dengan pH akhir adalah 3,9 , sehingga dapat disimpulkan bahwa biji kelor dapat digunakan sebagai koagulan yang efektif karena persentase penurunan yang diperoleh di atas 50 %
POTENSI DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILLER) SEBAGAI MINUMAN TEH HERBAL YANG KAYA ANTIOKSIDAN Anggorowati, Dwi Ana; Priandini, Gita; Thufail, Thufail
Jurnal Industri Inovatif Vol 6 No 1 (2016): Jurnal Industri INOVATIF
Publisher : PRODI TEKNIK INDUSTRI S1 ITN MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman  avocado  yang  terkenal  dengan  nama  alpukat  (Persea  americana  miller)  sangat  banyak  ditemukan  di  Indonesia.  Walau  bukan  tanaman  asli  Indonesia,  tetapi  keberadaannya  tidak  asing  lagi  bagi masyarakat. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman obat  yang sangat penting dan dimanfaatkan sebagai obat  tradisional  untuk  pengobatan  seperti  sariawan,  kencing  batu,  darah  tinggi,  kulit  muka  kering  sakit  gigi, bengkak karena perandangan dan kecing manis.  Kandungan  zat  aktif  yang  terdapat  di  daun  alpukat  (Persea  americana  miller)  adalah  flavonoid  dan quersetin. Daun alpukat (Persea americana miller) rasanya pahit berkhasiat sebagai diuretik dan menghambat pertumbuhan  beberapa  bakteri  seperti  Staphylococcus  sp,  Pseudomonas  sp,  Proteus  sp,  Escherichea  sp,  dan Bacillus sp. Selain itu, berkhasiat untuk menyembuhkan kencing batu, darah tinggi, dan sakit kepala. Daun yang dibuat teh dapat menyembuhkan nyeri saraf, nyeri lambung, bengkak saluran pernapasan dan haid tidak teratur.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh variasi suhu pemanasan  yaitu  suhu 40 ° C, 50°C, 60°C, 70°C, 80°C dan lama waktu pengeringan 30, 50, 70, 90, 110 menit terhadap pembuatan minuman teh herbal dari daun alpukat sebagai antioksidan alami dengan kualitas optimal Berdasarkan  penelitian  yang  telah  dilakukan  maka  dapat  diambil  kesimpulan  bahwa  variasi  suhu pemanasan  dan  waktu  pengeringan  mempengaruhi  kadar  antioksidan  pada  minuman  teh  daun alpukat.  Kadar antioksidan  tertinggi  terdapat  pada  suhu  40  ºC  dengan  lama  waktu  pengeringan  30  menit  dengan  nilai  IC 50  110 menit dengan nilai IC 50  24,863 ug/ml, sedangkan kadar antioksidan terendah terdapat pada suhu 80 0 C dengan lama waktu pengeringan 110 menit dengan nilai IC 50 38,216ug/ml.. Untuk suhu 50 °C dan waktu 50 menit merupakan suhu dan waktu yang  optimum  untuk  pembuatan  minuman  teh  daun  alpukat.  Karena  pada  suhu  ini  memiliki  nilai  IC 50   yang rendah  yaitu 29,568 ug/ml, sesuai dengan kandungan flavonoid dan kuersetin dalam ekstrak daun alpukat bahwa pada suhu 50 °C dan lama waktu  50 menit, nilai Rf pada KLT untuk klorofil pada  ekstrak daun  alpukat dan sampel teh daun alpukat sama, yaitu 0,9333 dan 0,75, sedangkan pada kandungan kuersetin pada ekstrak daun alpukat  dan  sampel  daun  alpukat  adalah  0,8963  dan  0,75,  dari  hasil  tersebut  nilai  Rf  kedua  sampel  tersebut mengalami  penurunan  0,1463,  tetapi  nilai  penurunan  tersebut  tidak  terlalu  jauh.Sehingga  dapat  disimpulkan bahwa teh daun alpukat terbukti masih terkandung zat aktif flavanoid dan kuersetin yang tinggi
PEMANFAATAN KULIT UBI KAYU SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN DEKSTRIN MELALUI PROSES HIDROLISA ASAM Minah, Faidliyah Nilna; Astuti, Siswi; Dewi, Rini Kartika
Jurnal Industri Inovatif Vol 4 No 2 (2014): Jurnal Industri INOVATIF
Publisher : PRODI TEKNIK INDUSTRI S1 ITN MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di industri pangan dekstrin digunakan sebagai perekat pada jelli, permen, susu dan lain-lain. Dalam penelitian ini pati yang digunakan berasal dari kulit ubi kayu dengan tujuan untuk meningkatkan nilai ekonomis kulit ubi kayu sebagai bahan baku pembuatan dekstrin. Proses yang digunakan adalah proses hidrolisa dengankatalisator asam klorida (HCl). Sebanyak 20 gram pati kulit ubi kayu di campur dan diaduk sampai merata dengan 10 ml HCl kemudian dipanaskan dengan berbagai variasi suhu dan waktu.Hasil hidrolisis berupa filtrat didinginkan, kemudian di tambah natrium hidroksida untuk menetralkan suasana asam. Setelah itu dilakukan proses pengeringan dengan menggunakan cabinet dryer. Ada empat analisa yang akan dilakukan, yaitu: analisa kadar Dextrose Equivalent (DE), kadar abu, kadar air dan gula reduksi. Pati kulit ubi kayu dapat dihidrolisis secara terbatas menjadi dekstrin yang dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan.Konversi pati menjadi dekstrin meningkat dengan bertambahnya suhu dan waktu. Namun pada saat suhu dan waktu tertentu, konversi akan mengalami penurunan yang diakibatkan oleh terhidrolisanya pati lebih lanjut menjadi senyawa yang lebih sederhana.Kondisi terbaik dicapai pada suhu 90 ºC, konsentrasi 0,25 dan waktu 35 menit dengan nilai Dextrose Equivalent (DE) adalah 6,901 %

Page 3 of 39 | Total Record : 383


Filter by Year

2011 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 15 No 1 (2025): Inovatif Vol. 15 No. 1 Vol 14 No 2 (2024): Inovatif Vol. 14 No. 2 Vol 14 No 1 (2024): Inovatif Vol. 14 No. 1 Vol 13 No 2 (2023): Inovatif Vol. 13 No. 2 Vol 13 No 1 (2023): Inovatif Vol. 13 No. 1 Vol 12 No 2 (2022): Inovatif Vol. 12 No. 2 Vol 12 No 1 (2022): Inovatif Vol. 12 No. 1 Vol 11 No 2 (2021): Inovatif Vol. 11 No. 2 Vol 11 No 1 (2021): Inovatif Vol. 11 No. 1 Vol 10 No 2 (2020): Inovatif Vol. 10 No. 2 Vol 10 No 1 (2020): Inovatif Vol. 10 No. 1 Vol 9 No 2 (2019): Inovatif Vol. 9 No. 2 Vol 9 No 1 (2019): Inovatif Vol. 9 No. 1 Vol 9 No 1 (2019): Jurnal Inovatif Industri Vol 8 No 2 (2018): Inovatif Vol. 8 No. 2 Vol 8 No 1 (2018): Inovatif Vol. 8 No. 1 Vol 8 No 2 (2018): INDUSTRI INOVATIF - JURNAL TEKNIK INDUSTRI Vol 8 No 1 (2018): INDUSTRI INOVATIF - JURNAL TEKNIK INDUSTRI Vol 7 No 2 (2017): Inovatif Vol. 7 No. 2 Vol 7 No 1 (2017): inovatif Vol. 7 No. 1 Vol 7 No 2 (2017): INDUSTRI INOVATIF - JURNAL TEKNIK INDUSTRI Vol 7 No 1 (2017): INDUSTRI INOVATIF - JURNAL TEKNIK INDUSTRI Vol 6 No 2 (2016): inovatif Vol. 6 No. 2 Vol 6 No 1 (2016): Inovatif Vol. 6 No. 1 Vol 6 No 2 (2016): Jurnal Industri INOVATIF Vol 6 No 1 (2016): Jurnal Industri INOVATIF Vol 5 No 2 (2015): inovatif Vol. 5 No. 2 Vol 5 No 1 (2015): inovatif Vol. 5 No. 1 Vol 5 No 2 (2015): Jurnal Industri INOVATIF Vol 5 No 1 (2015): Jurnal Industri INOVATIF Vol 4 No 2 (2014): inovatif Vol. 4 No. 2 Vol 4 No 1 (2014): inovatif Vol. 4 No. 1 Vol 4 No 2 (2014): Jurnal Industri INOVATIF Vol 4 No 1 (2014): Jurnal Industri INOVATIF Vol 3 No 2 (2013): inovatif Vol. 3 No. 2 Vol 3 No 1 (2013): inovatif Vol. 3 No. 1 Vol 3 No 2 (2013): Jurnal Industri INOVATIF Vol 3 No 1 (2013): Jurnal Industri INOVATIF Vol 2 No 2 (2012): inovatif Vol. 2 No. 2 Vol 2 No 1 (2012): inovatif Vol. 2 No. 1 Vol 1 No 2 (2011): inovatif Vol. 1 No. 2 Vol 1 No 1 (2011): inovatif Vol. 1 No. 1 More Issue