cover
Contact Name
I Nyoman Santiawan
Contact Email
inyomansantiawan@gmail.com
Phone
+6281229463400
Journal Mail Official
inyomansantiawan@gmail.com
Editorial Address
Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten Jawa Tengah Dukuh Macanan Baru, Morangan, Mojayan, Kec. Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah 57414 Telepon: (0272) 3352795
Location
Kab. klaten,
Jawa tengah
INDONESIA
Widya Aksara: Jurnal Agmaa Hindu
ISSN : 2085272X     EISSN : 26589832     DOI : -
Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu merupakan Jurnal Sosial, Budaya dan Agama Hindu yang menerbitkan hasil penelitian atau pemikiran tentang studi agama dan studi sosial dan budaya menggunakan perspektif interdisipliner. Lingkup Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu adalah: Studi agama Hindu seperti Fisafat, Etika dan Upacara Studi sosial dan budaya seperti sosiologi masyarakat Hindu Sumber pengajaran terkait: studi agama, pemikiran Hindu, filsafat Hindu, studi pendidikan agama Hindu, studi penerangan agama dan kajian budaya
Articles 160 Documents
APEM SESAJI SELAMATAN KEMATIAN BAGI MASYARAKAT HINDU DI BLITAR Sujaelanto
Widya Aksara Vol 23 No 1 (2018)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.627 KB)

Abstract

Apem adalah kue yang rasanya lezat dan manis dan bahkan jajan ini dibeberapa tempat menjadi ikon kuliner. Kue tradisional ini selain rasanya lezat ternyata memiliki nilai filosofis. Bagi orang Jawa, kue Apem menjadi bagian sesaji upacara  kematian. Upacara yang mempergunakan Apem tidak saja umat Hindu Jawa, tetapi masyarakat non Hindu juga menggunakan Apem sebagai upacara tertentu. Apem sebagai sarana sesaji upacara, tidak saja digunakan oleh masyarakat Hindu Jawa, tetapi masyarakat Cirebon, Klaten, Yogya, Sunda, Madura dan bahkan sebagain masyarakat Hindu di India juga menggunakan Apem sebagai sarana persembahan. Masyarakat Hindu di Blitar, sesaji Apem digunakan untuk selamatan kematian. Selamaten kematian mulai dari tiga hari sampai selamatan seribu hari selalu menggunakan kue Apem. Kue Apem dalam acara selamaten kematian dimaknai sebagai symbol untuk mengantar sang Atman agar diberikan jalan yang terang menuju alam abadi.
KEDUDUKAN DAN PERAN PEREMPUAN HINDU Sutarti, Titin
Widya Aksara Vol 23 No 1 (2018)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.347 KB)

Abstract

Kitab suci Weda Sruti yang merupakan sumber hukum Hindu yang pertama dan utama yang telah diuraikan baik secara eksplisit maupun implisit bahwa keberadaan seorang perempuan memiliki posisi dan kedudukan yang seimbang dengan laki-laki, bahkan memiliki harkat dan martabat yang sangat terhormat. Perempuan Hindu yang merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat Hindu, baik secara pribadi, kelompok ataupun organisasi dalam diri perempuan terdapat sumber daya/potensi yang luar biasa, yakni hanya pada perempuanlah pendidik pertama dan utama dalam pembentukan sebuah karakter bangsa itu bertumpu. Perempuan memiliki vitalitas sebagai agen penggerak perubahan (agent of cange) oleh karenanya agar supaya sumber daya ini bisa di daya gunakan secara optimal, maka harus ada pembinaan, penggalian, dan pengembangan sumber daya dengan ilmu pengetahuan dan kekaryaan, baik secara pribadi, kelompok, dan atau keorganisasian. Perempuan Hindu menjadi kunci keberhasilan masyarakat Hindu karena semenjak dalam kandungan, generasi muda Hindu lebih dekat dengan perempuan dari pada laki-laki. Lebih dari itu pada kenyataannya beban tugas antara perempuan dan laki-laki jauh lebih berat perempuan. Disamping harus mengurus pendidikan anak. Pada kenyataannnya perempuan juga bertanggungjawab pada urusan domestik dan sekaligus urusan publik. Peran Publik; Perempuan Hindu mempunyai pola pikir konstruktif, inovatif, dan secara aktif berusaha untuk merubah lingkungan menjadi lebih baik dengan membawa nilai-nilai baru, vitalitas baru, orientasi serta paradigma baru dengan menunjukkan sebuah karya nyata yang berdaya guna dan berhasil guna dengan memanfaatkan waktu, mempunyai impian dan imajinasi, dan visioner jauh ke depan yang mampu menembus batas ruang dan waktu. Dengan demikian perempuan akan eksis di sector publik yang memiliki kekusussan potensi dan perannya. Peran Domestik; Pengetahuan dan pengalaman proses yang matang pada ranah publik akan mengantarkan perempuan untuk semakin eksis di ranah domestik. Cakrawala, gaya dan paradigma pada sebuah keluarga kecil akan senantiasa mantap, mapan dan selalu memiliki visi kedepan
MAKNA AYAM DALAM UPACARA AGAMA DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT HINDU DI BALI Warta, I Nyoman
Widya Aksara Vol 23 No 1 (2018)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.336 KB)

Abstract

Penelitian ini  merupakan penggabungan dari penelitian kepustakaan (library research) dengan pandangan filosofis di lapangan. Objek materialnya adalah simbol-simbol ayam dalam setiap upacara agama dan keagamaan masyarakar Hindu di bali, sedangkan obyek formalnya adalah filsafat agama. Perpaduan penelitian ini untuk memberikan suatu pemahaman baru atas konsepsi Masyarakat Hindu di bali  tentang makna simbol dan pentingnya bagi kehidupan umat manusia. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan  simbolisasi dalam tradisi ritual upacara agama dan keagamaan masyarakat Hindu. Secara lebih rinci, penelitian ini untuk menjawab pertanyaan tentang apa makna simbolisasi ayam dalam kehidupan agama dan keagamaan masyarakat Hindu di bali  dan bagaimana pengaruh penggunaan simbolisasi ayam dalam kehidupan beragama masyarakat Hindu. Pengungkapan atas makna yang terkandung dalam simbolisasi ayam tersebut untuk menunjukkan kuatnya hubungan antara agama dan kebudayaan dalam setiap tradisi dalam masyarakat Hindu . Makna yang terkandung dalam simbolisasi ayam menunjukkan tiga tingkatan simbol manusia, yaitu tingkatan etis, estetika dan religius. Simbolisasi ayam menunjukkan kecendrungan ke arah harmonisasi hubungan manusia baik yang bersifat horizontal imanen (harmonisasi sosial) dan vertikal transendental (hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa). Dalam mengungkapkan makna dalam setiap penggunaan ayam dalam upacara agama dan keagamaan tersebut, digunakan sebagai pendekatan, seperti deskripsi untuk mengungkap apa adanya tentang simbolisasi ayam. Interprestasi dan hermeneutika untuk memberikan penafsiran atas makna dalam penggunaan simbolisasi ayam serta heuristika yang digunakan untuk merumuskan pandangan hidup secara komprehensif dalam masyarakat Hindu.
NILAI – NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU YANG TERKANDUNG PADA BANGUNAN KARATON SURAKARTA ( KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA ) Astuti, Widhi
Widya Aksara Vol 23 No 1 (2018)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.768 KB)

Abstract

Karaton Surakarta sebagai sumber kebudayaan Jawa yang layak untuk dilestarikan. Kraton/karaton (ke-ra-tu-an) menunjukan tempat kediaman ratu (=raja) atau biasa juga disebut kedaton (ke-datu-an) berarti istana/kerajaan. Karaton biasanya merupakan bangunan yang unik dan struktur bangunanya cenderung khusus. Fungsi pokoknya adalah tempat kediaman raja. Karena Raja sebagai (central figure) pemerintahan, maka akhirnya karaton pun menjadi pusat budaya, acuan nilai, adat/aturan, dan sumber ilmu bagi masyarakatnya dan lingkungannya baik secara fisik dan non fisik. Seperti halnya dalam ajaran agama Hindu diajarkan tiga bentuk hubungan yang baik untuk mencapai keharmonisan dalam hidup, yakni yang disebut dengan Trihita Karana, hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Tiga hubungan tersebut dapat kita temui didalam Bangunan ? bangunan Karaton Surakarta. Dalam Bangunan ? bangunan Karaton Surakarta juga mengandung unsur- unsur pendidikan, terutama pendidikan tentang ke-Tuhanan. Tingkah laku yang serba susila, teratur, sopan, berbudi luhur, halus, pada hakikatnya merupakan usaha untuk mengendalikan hawa nafsu. Perilaku tersebut tidak hanya tercermin dari kehidupan sehari- hari, melainkan bisa tercermin dari bentuk Bangunan ? bangunan dan juga simbol simbol , baik dari segi konsep ataupun dari wujudnya
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM AJARAN SANGKAN PARANING DUMADI MERUPAKAN REALISASI BRAHMA WIDYA Sugiman
Widya Aksara Vol 23 No 1 (2018)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.858 KB)

Abstract

Ilmu yang mempelajari tentang Tuhan disebut Brahma Widya atau Brahma Tattwa Jnana. Untuk mengetahui hal itu, harus melihat atau mencermati secara konseptual dan menyeluruh dengan melihat secara keseluruhan. Hindu berpegang bahwa agama Hindu adalah agama yang monoteistis. Pandangan Ketuhanan dalam Weda jauh lebih luhur dan kerohaniannya lebih mendalam dari pada budaya yang biasanya dikenal sebagai monoteisme dan politeisme. Ungkapan Sangkan Paraning Dumadi mengajarkan bahwa, Tuhan merupakan prima causa, sumber sekaligus tujuan kembalinya semua makhluk. ajaran Sangkan Paraning Dumadi mengisyaratkan bahwa alam semesta ini timbul atau diciptakan melalui proses Yadnya dan dipelihara pula melalui pelaksanaan yadnya.
PERAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN SISWA Setyaningsih
Widya Aksara Vol 23 No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.844 KB)

Abstract

Anak dalam pandangan agama Hindu merupakan penyelamat bagi orang tua dan para leluhur. Setiap orang tua tentu mengharapkan lahirnya seorang anak yang suputra, seorang anak yang berwatak dan berkarakter baik, berbakti kepada orang tua dan leluhur serta taat pada ajaran agama. Kurikulum yang selalu berubah mempengaruhi seluruh aspek dan komponen dalam proses belajar-mengajar tersebut. Pendidikan seakan-akan dijadikan kelinci percobaan dan terlihat ada suatu unsur komersil dalam setiap perubahan yang terjadi dalam pendidikan. Dari kalangan pemerintah selalu menginginkan kenaikan mutu pendidikan. Akan tetapi mereka tidak pernah menyesuaikan dan membandingkan antara tuntutan keinginan yang begitu tinggi dengan kondisi yang real terjadi di lapangan. Fenomena terdegradasinya moral suatu bangsa memang sangat mengkhawatirkan. Disinilah seharusnya pendidikan mampu berperan aktif. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang bisa membentuk karakter positif kepada peserta didik. Pendidikan agama adalah salah satu usaha konkret yang bisa diterapkan baik secara formal maupun non formal untuk mengatasi degradasi moral dan krisis karakter positif tersebut. Semua agama mengajarkan hal yang baik. Tapi ada oknum-oknum tertentu yang menyalahgunakan agama sebagai tameng untuk membenarkan perbuatan yang tidak benar. Disini akan dijelaskan tentang pendidikan agama khususnya agama Hindu seberapa besarkah kontribusi pendidikan agama Hindu dalam membentuk karakter siswa yang beragama Hindu. Pendidikan Agama Hindu merupakan suatu proses seorang siswa untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan serta mengembangan kepribadian (sikap, sifat dan mental) yang berpedoman pada ajaran agama Hindu (Weda). Tujuan pendidikan agama Hindu tercantum dalam Catur Purusa Artha dan juga telah dirumuskan oleh PHDI dan yang paling terpenting adalah pendidikan agama Hindu harus mampu membentuk kepribadian siswa yang baik dan mampu mengikis krisis moral yang dihadapi siswa sekarang ini. Pendidikan agama Hindu sangat berperan dalam membentuk kepribadian siswa dengan berbagai ajaran Hindu dan praktek-praktek upakara akan mampu membantu proses pembentukan kepribadian yang mengarah ke arah positif .
PERAN WASI DALAM PEMBINAAN UMAT Warta, I Nyoman
Widya Aksara Vol 23 No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.056 KB)

Abstract

Wasi merupakan Rokhaniawan Hindu. Rokhaniawan artinya seseorang jiwanya telah disucikan. Karena itu sebagai rokhaniawan, seorang Wasi seyogyanya mendalami pengertian rokhaniawan, sehingga yang bersangkutan bisa menempatkan diri dan melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai dengan tingkat kesuciannya. Puja pengastuti kita panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kita berbagai kebahagiaan tiada hentinya. Sehingga kita dapat melaksanakan swadharma. Rokhaniawan artinya orang yang mempunyai kerokhaniawan, seorang wasi seyogianya mendalami dan meningkatkan kerokhaniawannya, sehingga yang bersangkutan bisa menenpatkan diri dan melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai dengan tingkat kesuciannya. Wasi berdasarkan tingkatnya tergolong Ekajati. Supaya  dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka wasi perlu belajar kepada yang lebih tahu. Kitab suci Weda yang perlu dipelajari, hanya sebatas pengastawaan saja. Sedangkan upacara penyuciannya menjadi Wasi cukup hanya dengan upacara pewintenan. Upacara Pewintenan dapat dilakukan berulangkali. Jadi berbeda dengan upacara pediksaan yang hanya boleh dilakukan sekali dalam kehidupan. Dengan mengikuti upacara pewintenan seorang Wasi masih boleh bercukur, boleh bepergian sebagaimana layaknya anggota masyarakat biasa masih menpunyai tugas dan tanggung jawab dalam hubungan kemasyarakatan. Wasi tidak dibenarkan memakai alat pemujaan Sulinggih, juga tidak dibenarkan mempergunakan mudra dalam mepuja. Wasi memiliki sasana khusus yang tertuang dalam Lontar Kusuma Dewa, Sangkul Putih, Gegelaran Pinandita.
PERSEMBAHYANGAN PURNAMA DAN TILEM SEBAGAI MOMENT STRATEGIS UNTUK PENINGKATAN SRADDHA BHAKTI SERTA PEMBINAAN UMAT YOGYAKARTA Santiawan, I Nyoman
Widya Aksara Vol 23 No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.615 KB)

Abstract

Persembahyangan Purnama dan Tilem di Pura Jagadnatha Banguntopo Yogyakarta yang secara rutin dilaksanakan setiap lima belas hari sekali. Dalam implementasi persembahyangan Purnama dan Tilem yang termasuk bagian dari upacara Dewa Yadnya yang dapat dijadikan tempat untuk pembinaan umat. Secara realita yang ada di sekitar khususnya di Banguntapan, pelaksanaan persembahyangan Purnama dan Tilem  dilihat tidak diragukan lagi mengenai hal ritual atau upacaranya, tetapi persembahyangan rutin tersebut dapat dimanfaatkan sebagai ajang pembinaan umat yang tepat karena pada saat tersebut umat benar-benar datang untuk mencari ketenangan dan tempat berkumpul untuk mendapatkan pengetahuan. Sebagian umat dalam melaksanakan ritual atau upacara persembahyangan Purnama dan Tilem belum memahami secara mendalam bagaimana makna yang terkadung di dalamnya, makna apa saja yang didapat ketika mengikuti persembahyangan Purnama dan Tilem. Persembahyangan Purnama dan Tilem penting dilaksanakan, sehingga perlu adanya pembinaan setiap saat pesembahyangan. Di Pura Jagadnatha Banguntopo telah menerapkan rangkaian acara persembahyangan Purnama dan Tilem yang tersusun begitu jelas dan terarah. Yang mana di dalam proses persembahyangan memberikan makna tersendiri, mulai dari persiapan, susunan acara yang memberikan banyak pengetahuan dalam peningkatan sraddha dan bhakti sumat. Sehingga persembahyangan Purnama dan Tilem yang diterapkan di Pura Jagadnatha menjadi sebagai moment peningkatan sraddha dan bhakti dan pembinaan umat yang strategis.
SESAJI KEARIFAN LOKAL UPACARA TAUR DI CANDI PRAMBANAN 2018 Sujaelanto
Widya Aksara Vol 23 No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.525 KB)

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengungkap sesaji upacara Taur di candi Prambanan. Upacara Taur adalah upacara pembersihan alam atau memprasida bumi.  Kebiasaan yang sudah berlalu, pelaksanaan Upacara Taur di Prambanan menggunakan sesaji tradisi dari Bali. Upacara Taur di Candi Prambanan pada bulan Maret 2018 berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya, perbedaannya adalah sesaji Taur menggunakan sesaji kearifan local. Penggunaan sesaji sesuai kearifan local Jawa untuk menjawab anggapan pelaksanaan upacara Hindu tidak selalu seperti tradisi di Bali. Sesaji kearifan local upacara Taur di Prambanan melalui proses sosialisasi dengan melakukan Sarasehan Pinandeta di Klaten yang dihadiri tiga Pandita.  Sarasehan menghasilkan konsep sesaji sesuai kearifan local yakni; Tumpeng Agung, Tumpeng Palang, Tumpeng Gurih Kuning, Tumpeng Pras, Sego Liwed,Sego Golong Lulud, Sekar Setaman, Gedang  Ayu, Jajang Wudug Wulung, Gunungan, Gecok, Jenang Ombak-ombak, Jenang Arang Kambang, Jenang Menir, Nasi monco warno,  Jenang monco warno, Jenang Tolak balak, Jenang  Katul Lateng.
TRI HITA KARANA DAN TAT TWAM ASI SEBAGAI KONSEP KEHARMONISAN DAN KERUKUNAN Budiadnya, I Putu
Widya Aksara Vol 23 No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.976 KB)

Abstract

Ajaran Tri Hita Karana dan Tat Twam Asi. Ajaran tersebut dijadikan konsep yang sangat essensial mengenai bagaimana caranya bisa hidup rukun dan harmonis dalam suasana multicultural di NegaraIndonesia yang mempunyai karakter tersendiri di bandingkan Negara-negara lain di dunia. Untuk mewujudkan keharmonisan dan kerukunan bukan hanya diketahui dan dipahami melainkan yang terpenting adalah diamalkan dengan menerapkan Tri Hita Karana dan Tat Twam Asi adalah ajaran yang merupakan suatu konsep untuk menciptakan keharmonisan hubungan yang meliputi hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan sesama umat manusia dan hubungan manusia dengan alam lingkungannya

Page 3 of 16 | Total Record : 160