Swara Patra : Majalah Ilmiah PPSDM Migas			
            
            
            
            
            
            
            
            Majalah Ilmiah Swara Patra merupakan publikasi ilmiah berkala yang diperuntukkan bagi Widyaiswara, Instruktur, Dosen, Peneliti dan civitas academika yang hendak mempublikasikan hasil penelitiannya dalam bentuk studi literatur, latihan penelitian, dan pengembangan teknologi sebagai bentuk penerapan metode, algoritma, maupun kerangka kerja. Scope Majalah Ilmiah Swara Patra meliputi energi terbarukan, minyak dan gas bumi, konservasi energi dan ekonomi energi.
            
            
         
        
            Articles 
                241 Documents
            
            
                        
            
                                                        
                        
                            KESIAPAN PUSDIKLAT MIGAS UNTUK BERKONTRIBUSI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (QUICK WINS) DI KESDM 
                        
                        Buntaram Buntaram                        
                         Swara Patra Vol 3 No 1 (2013): Swara Patra 
                        
                        Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                
                        
                            
                                
                                
                                    
Memasuki Tahun 2013 sebagai pelaksanaan Reformasi Birokrasi Gelombang II (2010 – 2014) di Tahun Keempat, KESDM telah mengajukan road map pelaksanaan Reformasi Birokrasi KESDM yang telah disampaikan oleh Menteri ESDM kepada Menteri PAN dan RB untuk menunggu pengesahannya. Didalam suatu Road Map umumnya terdapat program Quick wins. Quick wins atau juga sering disebut low-hanging fruit adalah suatu inisiatif yang mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program besar dan sulit. Quick wins bermanfaat untuk mendapatkan momentum awal yang positif dan kepercayaan diri untuk selanjutnya melakukan sesuatu yang berat. Berdasarkan program-program Reformasi Birokrasi berorientasi kepada hasil (outcomes oriented programs),; isi Lampiran PERMENPAN RB Nomor 20 Tahun 2010, bertujuan untuk meningkatkan profesionalime SDM Aparatur yang didukung oleh sistem rekruitmen dan promosi, serta pengembangan kualitas aparatur yang berbasis kompetensi dan transparan. Dimana program tersebut memiliki keterkitan dan kesesuaian (link and match) dengan misi Pusdiklat Migas “Pengembangan SDM” dalam hal ini khususnya disub sektor migas. Menyadari tingkat kesesuaian tujuan program Quick wins dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi, dimungkinkan peranan Pusdiklat Migas sesuai Tupoksinya sebagai unit satuan kerja eselon II dibawah KESDM dapat berperanan dan berpeluang cukup besar dalam ikut menyiapkan program percepatan pelaksanan reformasi birokrasi (Quick Wins) KESDM
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            MENENTUKAN SUHU MINIMAL PADA CONDENSOR DAN REBOILER DENGAN MENGGUNAKAN KESETIMBANGAN 
                        
                        Lilis Harmiyanto                        
                         Swara Patra Vol 2 No 2 (2012): Swara Patra 
                        
                        Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                
                        
                            
                                
                                
                                    
Di dalam proses distilasi untuk memisahkan gas-gas dengan cairannya perlupengaturan suhu minimal operasi pada tekanan operasi yang dikehendaki agarmendapatkan produk yang optimal kemurniannya.Dengan menggunakan rumus-rumus kesetimbangan ini maka dalam pemisahangas dengan liquidnya dalam distilasi dapat dilakukan Di dalam kolom yaitu pada kondisioperasi suhu Reboiler dan diluar kolom pada suhu kondisi operasi condensor.Untuk penentuan kondisi operasi condensor dengan menghitung suhu dew pointsuatu campuran sedangkan untuk menentukan kondisi operasi reboiler denganmenghitung suhu bubble point dari campuran tersebut.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            STRATEGI PENCAPAIAN ANGKA KREDIT WIDYAISWARA 
                        
                        Irfan Choiruddin                        
                         Swara Patra Vol 2 No 3 (2012): Swara Patra 
                        
                        Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                
                        
                            
                                
                                
                                    
Terbitnya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 14 tahun 2009 menimbulkan kegelisahan di kalangan Widyaiswara. Hal ini dikarenakan perhitungan angka kredit di beberapa kegiatan menjadi semakin kecil apabila dibandingkan dengan peraturan yang sebelumnya. Akibatnya beberapa Widyaiswara harus berhenti karena tidak dapat memenuhi angka kredit yang dipersyaratkan dalam peraturan tersebut. Dalam tulisan ini, penulis mencoba memberikan sumbangan pemikiran bagi para Widyaiswara sekaligus usulan pembinaan karir Widyaiswara bagi pimpinan Lembaga Diklat Pemerintah. Dengan pembagian tugas atau beban mengajar yang proporsional dan perencanaan kegiatan yang baik bagi setiap Widyaiswara di setiap jenjang diharapkan tidak terjadi kembali pemberhentian Widyaiswara karena tidak dapat memenuhi angka kredit.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            TEKNOLOGI BIOPORI UNTUK MENGURANGI BANJIR DAN TUMPUKAN SAMPAH ORGANIK 
                        
                        Nurhenu Karuniastuti                        
                         Swara Patra Vol 4 No 2 (2014): Swara Patra 
                        
                        Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                
                        
                            
                                
                                
                                    
Permasalahan banjir yang melanda sebagian wilayah di Indonesia dewasa ini, lebih banyak disebabkan oleh ulah manusia sendiri. Kurangnya kepedulian untuk menjaga lingkungan menjadi hal utama penyebab banjir. Kegiatan manusia dengan membangun gedung atau fasilitas lain tanpa memperhitungkan area lahan terbuka mengakibatkan area resapan air hujan semakin berkurang. Penyebab lain adalah pembuangan sampah di aliran badan air, sehingga air tidak bisa mengalir dengan lancar yang pada akhirnya mengakibatkan luapan air. Air hujan yang menjadi run off dan sampah yang dibuang sembarangan, kemudian dikelola dengan suatu cara sehingga bisa bermanfaat untuk lingkungan dan manusia sendiri. Oleh karena itu, muncullah ide pembuatan lubang resapan biopori dimana bahan utamanya adalah sampah organik. Lubang biopori berfungsi untuk meresapkan air ke dalam tanah dan dapat digunakan untuk membuat kompos. Lubang biopori tidak membutuhkan area yang luas dan proses pembuatannya sangat mudah, hal ini tentu menjadi solusi yang tepat untuk wilayah dengan lahan terbuka yang sempit. Akan tetapi, teknologi tepat guna ini harus disertai dengan kepedulian masyarakat untuk mau memilah sampah dan merawat lubang biopori. Kepedulian masyarakat untuk menjaga kelestarian alam menjadi kunci utama penanggulangan banjir.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            EVALUASI HASIL ANALISIS BENSIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ASTM D 86 DAN ASTM D 7345 
                        
                        Arluky Novandy                        
                         Swara Patra Vol 3 No 3 (2013): Swara Patra 
                        
                        Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                
                        
                            
                                
                                
                                    
ASTM D 86 dan ASTM D 7345 adalah metode uji untuk penentuan trayek titik didih pada produk-produk minyak bumi. Metode ini merupakan salah satu metode uji yang terdapat di laboratorium minyak bumi yang digunakan sebagai sarana diklat, dan sekaligus sebagai sarana uji sample. Pada metode uji ASTM D 86, sebanyak 100 ml sample uji dipanaskan secara perlahan lahan dan kemudian uap hidrokarbon yang teruapkan tersebut akan menetes setelah melalui kondensor. Tetesan uap hidrokarbon tersebut selanjutnya tertampung di gelas receiver kapasitas 100 ml, dan setiap memperoleh tetesan sebanyak 10 ml kenaikann suhunya di catat. Kenaikan suhu setiap memperoleh 10 ml tetesan uap hidrokarbon disebut dengan temperatur pada setiap 10 % volum recovery. Penentuan trayek titik didih sample uji dengan menggunakan metode ASTM D 86 ini memerlukan waktu uji yag cukup lama, yaitu berkisar antara 45 s/d 60 menit. Tentunya penentuan trayek titik didih sample uji dengan menggunakan metode ASTM D 86 ini akan menjadi tidak efisien bilamana dibandingkan dengan menggunakan metode ASTM D 7345. Pada metode ASTM D 7345 ini hanya diperlukan sample uji sebanyak 10 ml dengan waktu pengujian tidak lebih dari 15 menit. Laboratorium minyak bumi selama ini selalu menggunakan metode uji ASTM D 86 dalam penentuan trayek titik didih sample uji. Hal ini dikarenakan pendapat para analis dan instruktur diklat di laboratorium minyak bumi menganggap bahwa metode uji ASTM D 7345 memberikan hasil uji yang kurang memuaskan, sedangkan di satu sisi beberapa stake holder menggunakan metode ASTM D 7345 dalam pengujiannya. Tentunya hal ini perlu didukung suatu percobaan nyata sehingga para instruktur praktikum di laboratorium minyak bumi mampu memberikan penjelasan sesuai hasil percobaan yang ada bahwa hasil uji akan berbeda bila metode uji yang digunakan juga berbeda pula. Hasil percobaan dengan menggunakan metode uji ASTM D 86 dan metode uji ASTM D 7345 membuktikan bahwa sample Bensin 88 yang diuji dengan menggunakan metode ASTM D 86 manual dan metode ASTM D 7345 adalah memberikan hasil uji yang tidak sama. Secara umum, hasil uji Bensin 88 dengan menggunakan ASTM D 86 manual memberikan hasil uji yang lebih besar bila dibandingkan dengan hasil uji dengan menggunakan alat uji microditilasi ASTM D 7345.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            IDENTIFIKASI SPESIFIKASI DRILL PIPE PADA DIKLAT OPERATOR PEMBORAN DENGAN MENGOPTIMALKAN SARANA PRAKTEK DI PUSDIKLAT MIGAS 
                        
                        Joko Susilo                        
                         Swara Patra Vol 4 No 2 (2014): Swara Patra 
                        
                        Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                
                        
                            
                                
                                
                                    
Praktikum identifikasi spesifikasi drill pipe dilakukan di laboratorium peraga pemboran selama ini dilakukan oleh para pengajar Laboratorium Pemboran Pusdiklat Migas yang telah berpengalaman. Dalam melakukan kegiatan praktek ini menggunakan sarana paraktek yang cukup memadai dan lengkap. Dalam melakukan praktek identifikasi spesifikasi drill pipe, para pengajar belum memberikan hasil yang optimal. Dengan sarana praktek yang tersedia perlu disiasati agar transfer skill dan knowledge pada praktek penentuan spesifikasi drill pipe dapat seluruhnya dilakukan. Dalam bahasan ini penulis memberikan masukan tentang pendekatan identifikasi spesifikasi drill pipe dengan menggunakan sarana praktek di Pusdiklat Migas melalui pendekatan sederhana berdasarkan standar yang digunakan.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            STUDI SIMULASI PENGALIRAN GAS KONDENSAT UNTUK PERENCANAAN PIPELINE PADA OFFSHORE PLATFORM LINGKUNGAN NERITIK 
                        
                        Ridwan Ansyori                        
                         Swara Patra Vol 2 No 3 (2012): Swara Patra 
                        
                        Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                
                        
                            
                                
                                
                                    
Selama dialirkan Gas Kondensat dapat terkondensasi sehingga di dalam pipa akan terbentuk fasa cair yang dapat mengurangi keefisienan penyaluran gas. Untuk meminimalisir hal tersebut maka perlu untuk menganalisa pipeline dan laju alir yang akan digunakan. Analisa dilakukan dengan melihat perubahan tekanan, temperatur, pertambahan fasa cair dan kecepatan superficial gas yang dialirkan. Setelah analisa dilakukan maka akan didapatkan rekomendasi laju alir dan ukuran pipa yang harus digunakan untuk mengalirkan Gas Kondensat sehingga pembentukan fasa cair selama gas dialirkan di dalam pipa menjadi seminimal mungkin.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK 
                        
                        Syafril Ramadhon                        
                         Swara Patra Vol 4 No 2 (2014): Swara Patra 
                        
                        Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                
                        
                            
                                
                                
                                    
Salah satu kegiatan eksplorasi seismic di darat adalah kegiatan topografi seismik. Kegiatan ini bertujuan untuk memindahkan jalur seismic yang berupa titik-titik Shoot Point (Sp) dan Trace Point (Tp) pada survey seismic 2 dimensi (2D) atau Shoot Line dan Receiver Line pada survey seismic 3 dimensi (3D), dari data teoritisnya di atas peta ke Lapangan (Real World) atau biasa disebut dengan istilah stake out. Penggunaan teknologi GPS/GNSS RT-PPP yang diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2013 dapat memberikan keuntungan yang berkaitan dengan efisiensi waktu dan biaya survey. Hal ini karena dengan teknologi ini dapat dicapai ketelitian horizontal sebesar 3.8 cm secara absolut tanpa memerlukan adanya titik ikat/base. Aplikasi teknologi GPS/GNSS RT-PPP untuk kegiatan topografi seismic dapat memberikan keuntungan yang maksimal, khususnya di wilayah kerja dengan obstruksi yang minim karena bisa menghilangkan lebih dari 50% tahapan kerja apabila dilakukan secara konvensional.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS 
                        
                        Ikhsan Kholis                        
                         Swara Patra Vol 2 No 3 (2012): Swara Patra 
                        
                        Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                
                        
                            
                                
                                
                                    
Untuk peningkatan kompetensi seorang Inspektur Migas atau juga juru lasbidang industri Migas perlu lebih banyak mengetahui bagaimana pengelasan yangbaik dan benar, serta perlu mengetahui tentang Welding Procedure Specification(WPS) atau kualifikasi prosedur las dan juru las (welder) berdasarkan standar ASMESection IX, yang bertujuan agar setiap production weld di industri migasmenghasilkan hasil pengelasan yang baik (soundness weld) serta memenuhi syaratsesuai standar yang digunakan.Dalam tulisan ini yang akan dibahas menyangkutproses pengelasan dan bagaimana mengkualifikasi WPS dan welder.BerdasarkanASME Section IX QW-490, definisi dari pengelasan adalah penyambunganterlokalisasi dari logam (metal) atau non logam yang dihasilkan denganmemanaskan material hingga temperatur las, dengan atau tanpa menggunakantekanan (pressure), atau hanya tekanan, dengan atau tanpa menggunakan logampengisi (filler metal). Diharapkan pada akhir makalah ini dapat memberikanpenjelasan mengenai proses pengelasan yang umum digunakan dalam industrimigas serta memberikan penjelasan tentang tata cara kualifikasi WPS dan kualifikasiwelder sesuai dengan standar ASME Section IX.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            ANALISIS PERBANDINGAN EFEKTIFITAS MODEL FLUIDA BINGHAM DAN POWER LAW DALAM OPTIMASI FLOW RATE POMPA DAN PENGANGKATAN CUTTING 
                        
                        Ganjar Hermadi                        
                         Swara Patra Vol 3 No 3 (2013): Swara Patra 
                        
                        Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                
                        
                            
                                
                                
                                    
Operasi pemboran pada suatu sumur tidak akan lepas dari peranan fluida atau lumpur pemboran sebagai bagian penting dari sistem sirkulasi. Fungsi lumpur pemboran sangat luas dan salah satunya adalah membersihkan serpih pemboran (cutting) hasil penggerusan dari pahat bor (bit). Cutting yang tidak terangkat ke permukaan dengan baik akan mengganggu operasi pemboran dan akan menyebabkan masalah pemboran, seperti penurunan laju penembusan dan terjepitnya rangkaian pipa pemboran. Selain sifat-sifat dari lumpur pemboran yang harus disesuaikan dengan kondisi formasi pada sumur yang dibor, penentuan laju alir (flow rate) dari lumpur pemboran yang dipompakan pun akan sangat berpengaruh dalam pengangkatan cutting dari dasar lubang sumur ke permukaan. Semakin besar flow rate pompa yang digunakan maka kecepatan lumpur pemboran akan semakin besar juga dalam mengangkat cutting ke permukaan. Dikarenakan cutting mempunyai berat tertentu, maka cutting mempunyai kecenderungan untuk jatuh ke dasar lubang sumur melawan kecepatan aliran lumpur pemboran yang disirkulasikan ke permukaan, yang disebut dengan kecepatan slip (slip velocity) dari cutting tersebut. Kecepatan yang mengimbangi kecenderungan jatuhnya cutting ke dasar lubang sumur adalah kecepatan angkat (lifting velocity) dari lumpur pemboran. Dalam tulisan ini penulis melakukan analisis flow rate pompa yang sesuai untuk sumur pemboran terhadap kemampuan mengangkat cutting ke permukaan dengan memperhitungkan parameter-parameter hidolika pada operasi pemboran tersebut. Dari hasil perhitungan dan analisis akan ditentukan tipe pompa dan flow rate yang sesuai untuk pengangkatan cutting pada sumur Z.