cover
Contact Name
Asep Maulana
Contact Email
annisajurnal207@gmail.com
Phone
+6281317321954
Journal Mail Official
asepmaulana@iain-jember.ac.id
Editorial Address
Jl. Mataram No.1, Karang Miuwo, Mangli, Kaliwates, Jember, East Java, Indonesia 68136
Location
Kab. jember,
Jawa timur
INDONESIA
AN-NISA : Journal of Gender Studies
ISSN : 20860749     EISSN : 26544784     DOI : https://doi.org/10.35719/annisa.v12i1
Gender and religion Gender and education Gender and psychology Gender and law/ politic Gender and language/ literature Gender and culture Gender and other social studies Children Islamic Studies
Articles 68 Documents
PARADIGMA KONTEMPORER SISTEM PEMBELAJARAN AL QUR’AN PADA ANAK USIA DINI DI LEMBAGA TAHSIN QUR’AN KAUQOY PRIVATE Shofiyah, Nur; Masruchan, Masruchan
An-Nisa' : Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman Vol. 14 No. 1 (2021)
Publisher : LP2M IAIN Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/annisa.v14i1.44

Abstract

Al-Qur’an sebagai kalamullah mengandung asas pengajaran karena mencakup ajaran-ajaran Islam yang menata kehidupan kaum muslimin dalam segala aspek di dunia dan akhirat. Pemahaman al-Qur’an terutama bagi anak harus dimulai sejak dini melalui kegiatan membaca dan menulis yang dilanjutkan dengan memahami ajaran agama Islam secara bertahap. Namun faktanya, sistem pembelajaran Al Qur’an terutama bagi anak usia dini masih monoton dan kurang menarik karena masih menerapkan paradigma pembelajaran yang berpusat pada pengajar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem pembelajaran al-Qur’an di lembaga Tahsin Qur’an Ka’Uqoy Private dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif dan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, serta dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pembelajaran al-Qur’an di lembaga Tahsin Qur’an Ka’Uqoy menerapkan paradigma konstruksionisme dengan hanya menggunakan satu peraga yaitu alat indera melalui ragam interaksi dengan lingkungan sekitarnya seperti melihat, mendengar, menyentuh, dan merasakannya. Melalui pengaktifan indrawi, seorang anak bisa membangun gambaran dalam dunia belajarnya. Lembaga ini telah mencetak pengajar yang mampu mengajarkan Al-Qur’an dengan mudah untuk difahami terutama bagi anak usia dini dengan cara ikut terlibat langsung dalam mencerna, mengolah, mengalami, memahami, merasakan dan mempraktikkan isi kandungan Al-Qur’an dengan fun learning sehingga para anak usia dini lebih mudah dalam menangkap ilmu Al-Qur’an dan menerimanya dengan senang hati.   Al-Qur'an as kalamullah contains teaching principles because it includes Islamic teachings that organize the lives of Muslims in all aspects. Understanding the Qur'an, especially for children, must start early through reading and writing activities which are continued by gradually understanding the teachings of Islam. However, the fact is that the learning system of the Qur'an, especially for early childhood, is still monotonous and less interesting because it still applies a teacher-centered learning paradigm. This study aims to describe the al-Qur'an learning system in the Tahsin Qur'an ka'Uqoy Private institution with a descriptive qualitative research that uses some data collection techniques. The results showed that the al-Qur'an learning system in the tahsin Qur'an ka'Uqoy institution applies the constructionism paradigm by using only an instrument namely the senses through various interactions with the surrounding environment such as seeing, hearing, touching, and feeling it. Through sensory activation, a child can build a picture in the world of learning. This institution has produced teachers who are able to teach the Qur'an easily to be understood, especially for early childhood by being directly involved in digesting, processing, experiencing, understanding, tasting and practicing the contents of the Al- The Qur'an with fun learning so that early childhood can more easily grasp the knowledge of the Qur'an.
POLIGAMI DALAM METODE TAFSIR AL-QUR’AN MUHAMMAD SHAHROUR Bukhori, Evi Muzaiyidah
An-Nisa' : Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman Vol. 14 No. 1 (2021)
Publisher : LP2M IAIN Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/annisa.v14i1.53

Abstract

Tulisan ini dilatarbelakangi oleh keinginan kuat untuk mempublikasikan masterpiece seorang mufasir kontroversial dari Suriah yang menawarkan pembacaan baru terhadap Al-Qur’an bernama Muhammad Syahrur. Dalam tafsirnya terhadap Al-Qur’an, Syahrur telah mengundang berbagai polemik dan respon-respon yang tidak jarang bernada negatif. Syahrur bukanlah satu-satunya mufasir modern-kontemporer anti maenstreem, terdapat juga mufasir lain seperti Muhammad Arkoun. Namun menarik untuk dicatat adalah metodologi tafsir Al-Qur’an Syahrur  gunakan untuk membaca isu-isu perempuan yang masih terus-menerus diperdebatan sampai hari ini yaitu isu poligami. Hasil tulisan ini adalah Pembacaan Syahrur terhadap Al-Qur’an sedikit banyak dipengaruhi oleh setting sosial di mana ia hidup. Terutama pergumulannya dengan dengan teman sekaligus guru bernama ‘’Ja’far Dakk al-Bab. Semenjak itu Syahrur mulai mendalami Al-Qur’an. Muhammad Syahrur memandang salah satu problem terbesar dalam penafsiran Al-Qur’an adalah problem aplikasi metodologi penafsiran. Konsep kunci pemikiaran Syahrur adalah teori tentang Hudud. Teori ini terutama dipakai untuk membaca persoalan-persoalan hukum yang terdapat dalam ajaran Islam khususnya isu poligami memiliki pemahaman yang unik dibandingkan dengan ulama-ulama terdahulu. This paper is motivated by a strong desire to publish a masterpiece of a controversial commentator from Syria who offers a new reading of the Qur'an named Muhammad Syahrur. In his commentary on the Qur'an, Syahrur has invited various polemics and responses that are often negative in tone. Shahrour is not the only modern-contemporary anti-maenstreem commentator, there are also other commentators such as Muham-mad Arkoun. However, it is interesting to note that the methodology of Al-Qur'an Syahrur exegesis uses to read women's issues which are still being debated to this day, namely the issue of polygamy. The result of this paper is that Syahrur recitation of the Al-Qur'an is more or less influenced by the social setting in which he lives. Especially his struggles with a friend and teacher named Ja'far Dakk al-Bab. Since then Syahrur began to study the Qur'an. Muhammad Syahrur sees that one of the biggest problems in the interpretation of the Qur'an is the problem of the application of the methodology of interpretation. The key concept of Syahrur ‘s thinking is the theory of Hudud. This theory is mainly used to read legal issues contained in Islamic teachings, especially the issue of polygamy, which has a unique understanding compared to previous scholars.
METODE PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SEKOLAH TAHFIDZ ANAK USIA DINI SAHABAT QUR’AN (TAUD SAQU) JEMBER: KAJIAN LIVING QUR’AN Sa'adah, Nurul; Dardum, Abdulloh
An-Nisa' : Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman Vol. 14 No. 1 (2021)
Publisher : LP2M IAIN Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/annisa.v14i1.54

Abstract

Salah satu bentuk penjagaan Allah Swt terhadap ayat-ayatnya (al-Qur’an) adalah dengan banyaknya umat Islam yang menghafalkan al-Qur’an. Tradisi menghafal ini bahkan sudah ada sejak masa Nabi Saw dan dan para shahabat. Ketika wahyu diturunkan, disamping ditulis, Nabi Saw dan para shahabat juga berupaya untuk langsung menghafalkannya. Tradisi menghafal ayat-ayat al-Qur’an ini terus berlangsung hingga saat ini. Karena itu banyak berdiri lembaga yang fokus pada tahfidz al-Qur’an, baik itu berupa yayasan, pesantren, dan sebagainya dengan metodenya masing-masing. Bahkan ada juga lembaga tahfidz yang dikhususkan untuk mencetak para huffadz dari kalangan anak-anak usia dini. Tentu saja bukan perkara mudah untuk mengajar bahkan mencetak anak-anak usia dini menjadi penghafal al-Qur’an. Dalam konteks inilah kajian living qur’an ini ingin mengungkap bagaimana metode yang digunakan oleh Sekolah Tahfidz Anak Usia Dini Shahabat Qur’an (TAUD SAQU) Jember dalam pembelajaran al-Qur’an untuk anak usia dini. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang didapatkan selanjutnya dianalisa, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 3 metode yang digunakan dalam pembelajaran al-Qur’an di TAUD SAQU Jember, yaitu; 1) Metode Tarbiyah, Metode Tahajji dan Metode Tahfidz. The tradition of memorizing the Koran (Alquran) has existed since the time of the Prophet and friends. This tradition continues to this day. Because of that, there are many institutions that focus on the tahfidz of the Koran, both in the form of foundations, Islamic boarding schools, and so on with their respective methods. There is even a tahfidz institute which is devoted to producing huffadz from young children. Of course, it is not an easy matter to teach and even print young children to memorize the Koran. It is in this context that this study of living quran wants to reveal how the methods used by the Tahfidz Early Childhood School of Sahabat Qur'an (TAUD SAQU) Jember in learning the Koran for early childhood. The method used in this study is a qualitative method, while the data sources were obtained from interviews, observation, and documentation. The data obtained is then analyzed, then conclusions are drawn. The results showed that there were 3 methods used in learning the Koran at TAUD SAQU Jember: 1) Tarbiyah method, which is religious material taught to children which includes morning dhikr, prayers, asmaul husna, hadis, tauhid, and so on . 2) Tahajji method, which is material on how to learn and spell hijaiyah letters and 3) Tahfiz method, which is memorizing the Koran by using TTM (Talaqqi-Tasmi'-Murāja'ah).
TELAAH FATWA MUI NO. 10 TAHUN 2008 TENTANG NIKAH DI BAWAH TANGAN BERBASIS SADD AL-DZARΑAH DAN KEADILAN GENDER Mohsi, M; Mujibur Rohman, Moh; Ulum, Miftahul
An-Nisa' : Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman Vol. 14 No. 1 (2021)
Publisher : LP2M IAIN Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/annisa.v14i1.56

Abstract

Nikah bawah tangan menjadi isu krusial dalam hukum Islam kekinian. Sadd al-dzarī‘ah merupakan salah satu bentuk metode ijtihad yang yang dapat digunakan sebagai landasan istimbath al-hukm (pengambilan hukum). Secara istilah sadd al-dzarī‘ah merupakan pembahasan seputar upaya untuk menghalangi dan memblokade semua akses dan kemungkinan dari suatu perbuatan tertentu yang pada dasarnya diperbolehkan maupun dilarang untuk mencegah terjadinya segala jenis kerusakan dan kemudaratan. Teori pencegahan ini sering disebut sebagai langkah preventif dalam meminimalisir atau bahkan menutup jalan terjadinya kemudaratan suatu perbuatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan studi pustaka. penelitian pustaka mengacu kepada literatur-literatur sebagai basic of anlisis atas topik yang dijadikan obyek penelitian. Salah satu bentuk langkah preventif pemerintah Indonesia dalam bidang hukum perkawinan adalah menjamin ketertiban dalam sebuah perkawinan melalui undang-undang pencatatan perkawinan, sebagaimana pasal 5 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang berbunyi “Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat islam setiap perkawinan harus dicatat”. Langkah ini bertujuan membentuk keadilan gender, agar diskriminasi terhadap kaum perempuan dalam praktik perkawinan tidak lagi terjadi. Underhand marriage is a crucial issue in contemporary Islamic law. Sadd al-dzarī'ah is a form of the ijtihad method which can be used as a basis for istimbath al-hukm. In terms of sadd al-dzarī'ah, it is a discussion about efforts to block and block all access and the possibility of a certain act which is basically allowed or prohibited to prevent all kinds of damage and damage. This theory of prevention is often referred to as a preventive step in minimizing or even blocking the path for the occurrence of an act of oblivion. This research uses a qualitative approach, with literature study. literature research refers to the literature as the basic of analysis on the topic which is the object of research. One form of preventive measures taken by the Indonesian government in the field of marriage law is to guarantee order in a marriage through the marriage registration law, as in Article 5 paragraph (1) Islamic Law Compilation (KHI) which reads "In order to ensure orderliness of marriage for the Islamic community every marriage must noted ”. This step aims to establish gender justice, so that discrimination against women in the practice of marriage no longer occurs.
ANALISIS PROBLEM GENDER PADA SINETRON DUNIA TERBALIK DALAM PERSPEKTIF NASARUDDIN UMAR Widiawati, Nani; Nurkhopipah, Nurkhopipah
An-Nisa' : Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman Vol. 14 No. 1 (2021)
Publisher : LP2M IAIN Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/annisa.v14i1.58

Abstract

Sinetron Dunia Terbalik yang mengungkap pertukaran peran gender dalam masyarakat merupakan fenomena yang menarik untuk dianalisis. Tulisan difokuskan untuk menemukan problem gender dalam sinetron Dunia Terbalik, prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam perspektif Nasaruddin Umar, dan interpretasi gender dalam sinetron Dunia Terbalik berdasarkan pemikiran Nasaruddin Umar. Untuk itu, digunakan penelitian kualitatif dengan metode analisis isi terhadap sinetron tersebut sampai 150 episode versi youtube. Hasil penelitian menunjukkan bahwa problem gender dalam sinetron Dunia Terbalik adalah mengungkap pertukaran peran gender antara laki-laki dengan perempuan. Berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan gender menurut Nasaruddin Umar, dapat diinterpretasi bahwa persoalan pertukaran gender bukan hal esensial sebab, dalam pandangan Islam, laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba Allah, khalifah di bumi, menerima perjanjian primordial di mana Adam dan Hawa terlibat secara aktif dalam drama kosmis sehingga keduanya berpotensi meraih prestasi. Temuan ini sesungguhnya membuka ruang evaluasi bagi penggagasnya untuk membuka wawasan masyarakat dalam memahami persoalan gender sehingga makna pesan yang disampaikan tidak menjadi kontradiksi. The soap opera Dunia Terbalik, which reveals the exchange of gender roles in society, is an interesting phenomenon to analyze. The writing is focused on finding gender problems in the soap opera Dunia Terbalik, the principles of gender equality in the perspective of Nasaruddin Umar, and the interpretation of gender in the soap opera Dunia Terbalik based on the thoughts of Nasaruddin Umar. For this reason, qualitative research is used with the content analysis method to these soap operas up to 150 episodes of the YouTube version. The results showed that the gender problem in the soap opera Dunia Terbalik is to reveal the exchange of gender roles between men and women. Based on the principles of gender equality according to Nasaruddin Umar, it can be interpreted that the issue of gender exchange is not essential because, in the view of Islam, men and women are both servants of Allah, caliphs on earth, accepting the primordial agreement in which Adam and Eve were involved actively in the cosmic drama so that both of them have the potential for achievement. These findings actually open up an evaluation space for the initiators to open people's insights in understanding gender issues so that the meaning of the messages conveyed does not become a contradiction.
Mereduksi Stigma Negatif Pada Perempuan Muslim Pengemudi Ojek Online Di Kota Kediri Trimurti Ningtyas; Putri Rosita Maeni
An-Nisa': Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman Vol. 14 No. 2 (2021)
Publisher : LP2M UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/annisa.v14i2.60

Abstract

Transportasi berbasis online menawarkan berbagai bentuk kemudahan dalam kebutuhan transportasi. Pekerjaan sebagai pengemudi taksi online umumnya dilakukan oleh pria, namun kini juga menjadi pilihan bagi wanita. Artikel ini akan fokus, bagaimana Muslimah yang mengemudikan taksi online mengurangi stigma negatif yang ada di masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dilakukan melalui observasi terhadap aktivitas pengemudi taksi online, wawancara dengan pengemudi taksi online dan dokumentasi. Dalam penelitian ini menggunakan teori gender dari Maxine Molineux. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan praksis gender di kalangan wanita muslimah pengendara taksi online lebih diarahkan pada aktivitas pemenuhan kebutuhan dan optimalisasi peran wanita dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus meninggalkan perannya di dalam rumah. Dalam kebutuhan strategis gender dalam penelitian ini digambarkan dengan upaya perempuan pengemudi taksi online untuk memiliki kendali atas diri mereka sendiri dalam posisinya sebagai penjual jasa transportasi dan tidak perlu dikasihani. Bentuk kelangsungan hidup wanita muslimah yang mengemudikan taksi online ini telah mengurangi stigma masyarakat terhadap mereka atas peran yang dimainkan oleh wanita-wanita tersebut Online-based transportation offers various forms of convenience in transportation needs. Jobs as an online taxi driver generally performe by a man, but also now an option for women. This article will focus, how Muslim women who drive online taxis reduce the negative stigma that exists in society. This study used a qualitative approach which was carried out through observing the activities of online taxi drivers, interviewing online taxi drivers and documentation. In this study, using the gender theory of Maxine Molineux. The results show that the need for gender praxis among Muslim women who drive online taxis is more directed at activities to meet their needs and optimize women's roles in daily life without having to leave their role in the house. In the strategic needs of gender in this study are illustrated by the efforts of women online taxi drivers to have control over themselves in their positions as sellers of transportation services and not to be pitied. This form of survival of Muslim women who drive online taxis has reduced the stigma of society on them for the roles that these women play.
Peran Guru Aqidah Akhlak dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa di MTs Hidayatus Sholihin Turus Agus Miftakus Surur; Titis Dwi Wulandari; Tanya Fawzi; Adib Zaimatus Shofa
An-Nisa': Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman Vol. 14 No. 2 (2021)
Publisher : LP2M UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/annisa.v14i2.61

Abstract

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menanggulangi kenakalan yang terjadi pada siswa, dan berperan membentuk akhlak yang baik bagi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab kenakalan siswa dan untuk mengetahui peran guru dalam menanggulangi kenakalan siswa kelas VIII di MTs Hidayatus Sholihin Turus (Gurah). Penelitian ini menggunakan data sebagai informasi yang lengkap dan mendalam mengenai peran guru aqidah akhlak dalam menanggulangi kenakalan siswa kelas VIII di MTs Hidayatus Sholihin Turus (Gurah) sehingga metode yang sesuai digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kenakalan siswa adalah faktor lingkungan dan pengaruh dari teman-temannya. Jenis pelanggaran yang sering dilakukan adalah merokok, membolos, dan pulang sebelum waktunya. Sementara itu guru aqidah akhlak memiliki peran dalam menanggulangi kenakalan siswa melalui proses pembelajaran dengan mengaitkan antara bab yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari dan bekerja sama dengan guru lainnya untuk mengambil suatu tindakan atau untuk memanggil orang tua apabila terdapat siswa yang melakukan pelanggaran cukup berat   Teachers have a very important role in overcoming delinquency that occurs in students, and play a role in forming good morals for students. This study aims to determine the factors causing student delinquency and to determine the teacher's role in tackling the delinquency of class VIII students at MTs Hidayatus Sholihin Turus (Gurah). This study uses data as complete and in-depth information about the role of aqidah moral teachers in overcoming delinquency in class VIII students at MTs Hidayatus Sholihin Turus (Gurah) so that the appropriate method used in this study is a qualitative method. The results showed that the factors that influence student delinquency are environmental factors and the influence of their friends. The types of violations that are often carried out are smoking, truancy, and coming home prematurely. Meanwhile, the Aqidah Morals teacher has a role in tackling student delinquency through the learning process by linking the chapters studied with everyday life and collaborating with other teachers to take an action or to call parents if there are students who commit serious violations.
The Correlation between Gabriel Method Usage and Students' Reading Al-Qur'an Ability in TPQ Raudlatul Qur'an Arosbaya Bangakalan Mudarris Mudarris; Zainal Hakim; M Kholid; Holil Baita Putra
An-Nisa': Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman Vol. 14 No. 2 (2021)
Publisher : LP2M UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/annisa.v14i2.62

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap masalah pengaruh metode Gabriel terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an siswa TPQ Raudlatul Qur’an Karang Duwak, Arosbaya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional dan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa TPQ Raudlatul Qur’an yang berjumlah 33 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket, wawancara dan dokumentasi skala pengukuran menggunakan Likert, analisis data dengan teknik editing dan tabulasi. Dari penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa pengaruh metode Gabriel terhadap kemampuan membaca Alquran siswa di TPQ Raudlatul Qur'an adalah 89,3%, artinya penerapan Metode Gabriel di TPQ Raudlatul Qur'an Karang Duwek Arosbaya berhasilkarenamemiliki pengaruh yang besar terhadap kemampuan membaca Al-Qur'an siswa. This study aims to reveal the problem of the correlationof Gabriel method of reading Qur’an ability on TPQ Raudlatul Qur’an students Karang Duwak, Arosbaya. The type of the research is quantitative research using a correlation approach and the population in this study was all students of TPQ Raudlatul Qur’an totally 33 students. The data collection method used were observation, questionnaires, interviews and documentation of the measurement scale using Likert, the data analysis was editing and tabulation techniques. From the research conducted, it was concluded that the correlationof the Gabriel method on the students reading Qur’an ability in TPQ Raudlatul Qur’an was 89.3%, it means that Gabriel Method application in TPQ Raudlatul Qur’an Karang Duwek Arosbaya was successful, considering the method had big influence on the students’ ability in reading Qur’an.
The Approach of Islamic Studies In Mapping Richard C. Martin Nur Solikin
An-Nisa': Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman Vol. 14 No. 2 (2021)
Publisher : LP2M UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/annisa.v14i2.63

Abstract

Kajian ini berfokus pada pemetaan pendekatan studi Islam dalam salah satu karya Richard C. Martin yang disunting berjudul Approaches to Islam in Religious Studies. Penelitian ini mengambil bentuk deskriptif-analitis yang dimulai dengan mengungkap latar belakang penulisan hingga evolusi sejarah studi agama. Melalui penelitian ini, beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait dengan kecemasan akademik Martin, yang diakuinya dilatarbelakangi oleh kelemahan antara pendekatan teologis yang mempertahankan pemahaman normatif agama, dan sudut pandang sejarah agama yang menekankan pada deskripsi analitis dan membutuhkan jarak bagi para penelitinya. Sementara terkait dengan evolusi studi sejarah agama, ia menilai perkembangan studi independen setelah studi sejarah, antropologi, sosiologi, teologi dan studi timur, dan oleh karena itu, perkembangan studi tersebut cukup berpengaruh dalam cara sejarawan agama bekerja. Pengembangan lebih lanjut dianggap perlu untuk memisahkan studi agama dari disiplin lain. This study focuses on the mapping of the Islamic studies approach in one of Richard C. Martin's edited works entitled Approaches to Islam in Religious Studies. This study takes a descriptive-analytical form which begins by revealing the background of writing to the historical evolution of religious studies. Through this study, several conclusions that can be presented are related to Martin's academic anxiety, which he admits is motivated by a weakness between the theological approach which maintains a normative understanding of religions, and the history of religion point of view which emphasizes analytical descriptions and requires distance for the researchers.While related to the evolution of the study of the history of religion, he assessed the development of independent studies after historical studies, anthropology, sociology, theology and the study of the east, and therefore, developments in these studies were quite influential in the way historians of religions worked. further developments are deemed necessary to separate religious studies from other disciplines.  
Data Forgery dalam Perkawinan Dini Perspektif Fungsionalisme Structural St. Sariroh
An-Nisa': Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman Vol. 14 No. 2 (2021)
Publisher : LP2M UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/annisa.v14i2.64

Abstract

Perkawinan dini bukan hal tabu dilakukan di Madura. Banyak pasangan menikah diusia muda. Dalam Undang-undang perkawinan No. 16 Tahun 2019 bahwa perkawinan bisa terlaksanan jika mempelai sudah berusia 19 tahun. Namun mereka cenderung menambahkan usia dalam identitas perkawinan tanpa memohon dispensasi nikah. Ini dilakukan untuk menghilangkan rasa maloh atau tade’ ajhinah di masyarakat yang disebabkan Marriage by Accident dan mendapatkan legalisasi hukum. Dari permasalahan tersebut akan dianalisa bagaimana fenomena data forgery dalam pernikahan dini perspektif Fungsionalisme Struktural? Penelitian ini mengguakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus, perolehan data menggunakan metode interview, observasi dan documentasi. Hasil penelitian; 1). Perkawinan dini dilaksanakan oleh pasangan “sebelum usia 19 tahun “. Dengan cara menambahkan usia di identitas perkawinanya sebab Marriage by Accident, karena menjadi beban keluarga yang dapat menimbulkan rasa maloh atau tade’ ajhinah. 2). Fungsionalisme struktural data forgery dalam perkawinan dini; Adaptation; proses habituasi para aktor dengan sistem sosial di masyarakat adalah dengan cara memalsukan usia perkawinan. Goal Attainment; hal ini demi mendapatkan legalisasi hukum perkawinan dan meningkatkan harkat martabat keluarga menjadi lebih baik. Integration; tidak selarasnya fungsi sistem sosial dan struktur lembaga di KUA. Latency; Masyarakat harus memelihara pola-pola tradisi sebaik mungkin, seperti penghormatan dan kepatuhan terhadap harga diri keluarga maupun orang lain Early marriage has accustomed in Madura. In act 16 in 2019 explained that marriage can be implemented if both of bride have 19 years old. Whereas, they add the age in their marriage certificate without asking marriage dispensation to religious court. This carried out to diminish malo and tade’ ajhinah in social environment caused of Marriage by Accident and get legal marriage. From the problem above will describe how is the Early marriage happened in Madura in Structural Functionalism perspective?. This research using qualitative approache and case study. The data collected by using interview, observation, documentation. The result; 1). The early marriage performed by young couple “under 19 years old “by adding the age in marriage certificate because of pregnant, it becomes moral burden which cause shamed and tade’ ajhinah. 2). structural functionalism of Early marriage, Adaptation; adaptation process of the actor to the social system i.e. married by adding the age. Goal-Attainment; This marriage aims to get registered marriage and to improve the family dignity. Integration; disintegration between social system and organizational structure. Latency; Madurese must maintain and sustain well-regarded cultural patterns such as their obedience and the reverence both of  their own dignity and others