cover
Contact Name
Saharudin
Contact Email
din_linguistik@unram.ac.id
Phone
+6281917006020
Journal Mail Official
bastrindo-journal@unram.ac.id
Editorial Address
Gedung E Lantai I FKIP Universitas Mataram Jalan Majapahit Nomor 62 Mataram Nusa Tenggara Barat
Location
Kota mataram,
Nusa tenggara barat
INDONESIA
Jurnal Bastrindo: Kajian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Published by Universitas Mataram
ISSN : 27236277     EISSN : 27234835     DOI : https://doi.org/10.29303/jb
Jurnal Bastrindo adalah jurnal yang diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram. Jurnal Bastrindo hadir sebagai media untuk menyebarkan pikiran dan bertukar gagasan tentang wacana pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Focus and Scope: Bidang pendidikan bahasa dan sastra Indonesia yang mencakup pembelajaran dan ilmu bahasa dan sastra Indonesia; topik tentang pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia; linguistik Indonesia (termasuk linguistik daerah); sastra Indonesia (termasuk sastra daerah); dan penerjemahan (sastra asing ke bahasa Indonesia)
Articles 49 Documents
Penggunaan Bahasa Sunda Pada Mahasiswa PBSI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Tinjauan Sosiolinguistik): The Usage of Sundanese Languagae Among Students from PBSI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sofa Urwatul Wusqo; Lia Maelani
Jurnal Bastrindo Vol. 3 No. 1 (2022): Edisi Juni 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jb.v3i1.378

Abstract

Abstrak: Bahasa Sunda merupakan bahasa daerah yang berasal dari Provinsi Jawa Barat. Dalam bahasa Sunda terkandung undak usuk basa: tata krama dalam aktivitas tuturan Bahasa Sunda. Perbedaan bahasa yang digunakan dalam tuturan tersebut disesuaikan dengan mitra tutur. Bahasa yang digunakan kepada orang tua atau dihormati akan berbeda dengan bahasa yang digunakan ketika berbicara dengan kawan atau orang yang usianya lebih muda. Pada penelitian ini, peneliti meneliti sejauh mana pemakaian bahasa Sunda pada mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, apakah mereka menaati undak usuk basa atau mengabaikannya. Di dalam penelitian ini dikaji mengenai bagaimana komunikasi Bahasa Sunda mereka, seberapa sering mereka menggunakan Bahasa Sunda, seberapa bangga mereka menggunakan Bahasa Sunda, dan undak usuk basa bahasa Sunda seperti apa yang biasanya mereka gunakan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada mahasiswa PBSI yang dapat berbahasa Sunda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa eksistensi penggunaan bahasa Sunda di kalangan mahasiswa cukup intensif. Fakta menyebutkan bahwa saat ini bahasa Sunda tidak hanya dituturkan oleh mahasiswa yang berasal dari Jawa Barat, melainkan juga dari luar Jawa Barat. Faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain karena faktor lingkungan, kebiasaan, hingga faktor kesukaan kepada sebuah bahasa. Abstract: Sundanese is a regional language originating from West Java Province.  In Sundanese, there are steps for usuk  basa: manners in Sundanese speech activities.  The difference in language used in the speech is adjusted to the speech partner.  The language used by parents or respects will be different from the language used when talking to friends or younger people.  In this study, researchers examined the extent to which the use of Sundanese by Indonesian Language and Literature Education students at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, did they obey the usuk basa steps, or ignored them.  This research examines their Sundanese communication, how often they use Sundanese, how proud they are of using Sundanese, and what Sundanese undak usuk basa they usually use.  This study used the descriptive qualitative method.  Data collection is done by distributing questionnaires to PBSI students who can speak Sundanese.  The results of this study indicate that the existence of the use of Sundanese among students is quite intensive.  It is a fact that currently, Sundanese is not only spoken by students from West Java but also from outside West Java.  Factors that cause this include environmental factors, habits, and preference for a language.
Pengembangan Buku Pengayaan Menulis Karangan Naratif yang Berwawasan Kesantunan Bagi Peserta Didik Kelas VII SMP: Development of Enrichment Books Writing Narrative Essays with Politeness Insights for Grade VII Junior High School Students Rina Purwani; Dian Mustikasari
Jurnal Bastrindo Vol. 3 No. 1 (2022): Edisi Juni 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jb.v3i1.380

Abstract

Abstrak: Penelitian pengembangan ini dilatarbelakangi oleh penurunan tingkat kesantunan siswa karena adanya penggunaan bahan ajar yang tidak sesuai dengan norma, ada beberapa buku yang menyimpang sehingga merusak etika siswa dalam berperilaku dan bertutur. Salah satu bentuk bahan ajar  adalah buku pengayaan yang dapat meningkatkan kompetensi peserta didik. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki peserta didik adalah kompetensi kebahasaan yang meliputi keterampilan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Buku-buku pengayaan yang berkembang harusnya memperhatikan aspek isi, penyajian, dan kegrafikkan sehingga sesuai dengan porsi peserta didik. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan kebutuhan pengembangan buku, prinsip pengembangan buku, merumuskan prototipe pengembangan buku, dan memperoleh hasil pengujian buku sehingga layak digunakan sebagai sarana penanaman nilai kesantunan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan model Borg and Gall dengan tujuh tahap, yaitu mulai dari analisis kebutuhan sampai uji terbatas produk. Instrumen data yang digunakan meliputi: pedoman pengamatan, wawancara, angket, dan instrumen penilaian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk telah baik dan layak sebagai sebagai sarana belajar. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji keefektifan produk dalam pembelajaran, efektif dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membuat karangan naratif yang santun. Penggunaan kalimat yang jelas, santun, dan  komunikatif juga memudahkan peserta didik dalam memahami isi buku tersebut. Abstract: This development research is motivated by politeness level of student guidance to the use of teaching materials that are not in accordance with the norm, there are some books that deviate so damaging ethics in behaving and speaking. One form of teaching materials is an enrichment book that can improve the competence of learners. One of the competencies that must be owned by students is language  the skills of reading, writing, speaking, and listening. Enrichment books that attention to aspects of content, presentation, and infographics so that they are in accordance with the portion of students. The purpose of research is to describe book development needs, book development principles, book development prototypes, and obtain book testing results so that they are worthy of use as a means of planting guide values. This research on the development of the Borg and Gall model with seven stages, ranging from needs analysis to product limited testing. Data instruments  used include: observation guidelines, interviews, questionnaires, and assessment instruments. The results of this study show that the product has been well and feasible as a means of learning. Furthermore, based on the results of product effectiveness tests in learning, it can effectively improve the ability of learners a narrative essay. The use of clear, polite and communicative also facilitate students in understanding the material of the book.
Leksikon Gender Bahasa Sasak sebagai Pengungkap Nilai-Nilai Kearifan Lokal Kesantunan: The Gender Lexicon Study of the Sasak Language as a Disclosure of the Values of Principles' Local Wisdom Syamsinas Jafar; Nasaruddin M. Ali; Syahbuddin Syahbuddin; Kaharuddin Kaharuddin; Ratna Yulida Ashriany
Jurnal Bastrindo Vol. 3 No. 1 (2022): Edisi Juni 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jb.v3i1.408

Abstract

Abstrak: Tujuan penelitian ini mendeskripsikan satuan lingual leksikon gender bahasa Sasak dan menelaah pemaknaannya sebagai pengungkap nilai-nilai kearifan lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa Sasak memiliki leksikon gender yang direalisasikan melalui seperangkat dyad leksem yang pemakaiannya ditemukan pada ranah-ranah sosial-budaya kehidupan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Sasak. Leksikon gender yang ditemukan digunakan sebagai penanda gender pada ranah (1) sistem nama diri, (2) sistem kekerabatan, (3) pronomina persona kedua, dan pada (4) fase siklus kehidupan. Dalam kehidupan keseharian masyarakat Sasak, ranah-ranah penanda gender ini biasa dipakai sebagai sapaan. Dalam pemaknaan, nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya  merealisasikan tentang pentingnya menjaga kesantunan yaitu sikap/perilaku saling menghormati dan menghargai antarlaki-laki dan perempuan. Pada hakikatnya, nilai-nilai kearifan lokal tentang kesantunan leksikon gender bahasa Sasak mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal yang alamiah yang telah ada dalam konteks kehidupan laki-laki dan perempuan sebagai bagian anggota masyarakat Sasak. Nilai- nilai kearifan lokal tersebut telah menjadi suatu konvensi dalam kehidupan laki-laki dan perempuan Sasak, sehingga nilai-nilai kesantunan yang ada akan senantiasa diterapkan dan terus berlangsung dalam kehidupan laki-laki dan perempuan Sasak. Abstract: The goal of this study is to explain the Sasak gender lexicon's linguistic unit and investigate its meaning as a manifestation of local wisdom values. The descriptive qualitative method was used in this study. The findings show that the Sasak language has a gender lexicon, which is realized through a collection of dyad lexemes that are used in the socio-cultural spheres of men and women's lives in Sasak culture. The discovered gender lexicon was employed as a gender marker in the realms of (1) self-name system, (2) kinship system, (3) second personal pronouns, and (4) life cycle phases. These gender identifiers are often. Local wisdom values have established a convention in the lives of Sasak men and women, ensuring that existing politeness values are always applied and continue to occur in Sasak men and women's lives. Used as greetings by the Sasak people in their daily lives. In other words, the values of local knowledge inherent in it recognize the necessity of sustaining civility, i.e., men and women's mutual respect and appreciation attitude/behavior. In essence, the gender lexicon of the Sasak language reflects the principles of natural local wisdom that already exist in the context of men and women's lives as members of the Sasak community. Local wisdom values have established a norm in the lives of Sasak men and women, ensuring that existing politeness values are always applied and continue to occur in Sasak men's lives.
Hibriditas Kebahasaan dalam “Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru”: Sebuah Kajian Etnopuitika: Linguistic Hybridity in “Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru”: An Ethnopuitics Study Saharudin Saharudin; Sapiin Sapiin; Muhammad Syahrul Qodri; Rahmad Hidayat
Jurnal Bastrindo Vol. 3 No. 1 (2022): Edisi Juni 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jb.v3i1.677

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi unsur-unsur pembentuk struktur dan bunyi bahasa puitika-pentas teks Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru (WRMPB) dan menjelaskan pernik-pernik budaya lokal yang mewarnai teks WRMPB ketika dilisankan/dinyanyikan. Secara metodologis, metode pengumpulan data (baik data primer maupun sekunder) dalam penelitian ini mencakup studi kepustakaan (khususnya yang terkait dengan data teoretis), observasi partisipasi, wawancara mendalam, rekaman (audiovisual), foto, dan transkripsi-penerjemahan. Sementara metode analisis data menggunakan metode analisis puitika yang dikemukakan Tedlock (1992), yakni membuat konvensi-konvensi ortografis baru dan menambahkannya ke dalam sistem tulisan yang ada (dari teks WRMPB saat dilisankan) yang dilanjutkan dengan analisis intertekstual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi the art of sounding the narrative texts ‘seni pengucapan teks’, teks WRMPB memiliki konvensi-konvensi ortografis baru yang sekaligus melekat dalam sistem tulisan yang ada. Sementara dari segi budaya lokal yang mewarnai bahasa dan pentas sastra teks WRMPB, kearifan lokal Sasak-Lombok menjadi salah satu fitur penguat dan pengunci teks tersebut. Misalnya, kearifan lokal berupa sesenggak ‘peribahasa’, idiom, dan sejenisnya dipakai untuk mengunci maksud bait-bait tertentu. Ini merupakan wujud kesadaran pengarang bahwa dalam bahasa lokal terkandung nilai-nilai, konsep-konsep, dan ciri-ciri budaya tertentu yang tidak ada pada bahasa lain. Dengan demikian, pengetahuan lokal berperan besar dalam mewadahi totalitas kandungan maksud teks tersebut. Abstract: This study aims to identify the elements that make up the structure and sound of the poetic language of the text of the Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru  (WRMPB) and explain the local cultural trinkets that color the WRMPB text when it is spoken. Methodologically, the data collection methods (both primary and secondary data) in this study include literature study (especially those related to theoretical data), participatory observation, in-depth interviews, recordings, photographs, and transcription-translation. Meanwhile, the data analysis method uses the poetic analysis method proposed by Tedlock (1992), namely making new orthographic conventions and adding them to the existing writing system (from the WRMPB text when it is spoken) followed by intertextual analysis. The results show that from the point of view of the art of sounding the narrative texts, the WRMPB text has new orthographic conventions which are at the same time inherent in the existing writing system. Meanwhile, in terms of local culture that characterizes the language and literary performances of the WRMPB text, the local wisdom of Sasak-Lombok is one of the reinforcing and locking features of the text. For example, local wisdom in the form of proverbs, idioms, and the like is used to lock the meaning of certain verses. This is a manifestation of the author's awareness that the local language contains certain values, concepts, and cultural characteristics that do not exist in other languages. Thus, local knowledge plays a major role in accommodating the totality of the content of the text's intent.
Pergeseran Makna Gramatikal pada Proses Morfologis dalam Esai Cinta yang Berakhir untuk KPK: Shifting Grammatical Meaning in Morphological Process in the Essay on Love that Ends for the KPK Milawati Milawati; Burhanuddin Burhanuddin; Mahmudi Efendi
Jurnal Bastrindo Vol. 3 No. 2 (2022): Edisi Desember 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jb.v3i2.707

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang bagaimana wujud afiks dan proses pergeseran yang secara morfologis dalam memperoleh makna gramatikal esai Cinta yang Berakhir untuk KPK. Dalam hal ini, jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dan metode simak dengan teknik lanjutan yaitu teknik catat. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan intralingual dengan teknik pilah unsur penentu dan teknik HBSP. Dari hasi analisis, ditemukan 111 data morfem dengan makna gramatikal dengan variasi yang disesuaikan dengan morfem dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen makna ‘mempunyai atau memiliki’ dan ‘melakukan’ ditemukan pada morfem afiks {ber_}, {me_}, dan {_an} sebanyak 18%, sedangkan 82% sisa datanya menunjukkan makna gramatikal yang lain seperti pada konfiks tertentu berupa {ke_an}. Selanjutnya, proses pergeseran makna gramatikal dipengaruhi dengan bagaimana morfem afiks yang mengikat morfem dasar dengan kelas kata tertentu, misalnya morfem pembentuk verba dan nomina. Morfem-morfem tersebut mengalami pergeseran makna dengan mempertimbangkan dasar kelas kata sebelum dan sesudahnya. Abstract: This study aims to describe how affixes form and morphologically shift processes in obtaining grammatical meanings of essay of Love which ends for the KPK. In this case, this type of research is qualitative descriptive. The data collection method used is documentation method and listen method with advanced techniques, namely note technique. Data analysis in this study using intralingual matching method with sorting techniques and HBSP techniques. From the results of the analysis, found 111 morpheme data with grammatical meaning with variations adjusted to the basic morpheme. The results showed that the meaning components of 'having or own’ and ’perfrom' were found in the affix morphemes {ber_}, {me_}, and {_an} as much as 18%, while the remaining 82% of the data showed other grammatical meanings such as in certain confixes in the form of {ke_an}. Furthermore, the process of shifting grammatical meaning is influenced by how affix morphemes bind basic morphemes to certain word classes, such as verb-and noun-forming morphemes. The morphemes undergo a shift in meaning by considering the basis of the word class before and after.
Aspek Sejarah dan Budaya Cina Benteng pada Variasi Toponim Sewan : Sebuah Kajian Linguistik: Historical and Cultural Aspects on Sewan’s Toponym Variation Sonya Ayu Kumala; RMT Multamia Lauder; Frans Asisi Datang; Lilie Suratminto
Jurnal Bastrindo Vol. 3 No. 2 (2022): Edisi Desember 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jb.v3i2.743

Abstract

Objek penelitian ini adalah nama tempat atau toponim. Toponim merupakan bagian dari identitas budaya. Penelitian in bertujuan untuk mendeskripsikan tiga aspek nama yaitu 1) bentuk, 2) makna, dan 3) latar belakang penamaan tempat-tempat bersejarah terkait masyarakat Cina Benteng, Tangerang, Banten. Nama tempat adalah salah satu bentuk data bahasa yang berisi seperangkat nilai kearifan lokal yang harus dipahami, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Pada kajian linguistik nama dianggap sebagai satuan lingual secara bentuk, memiliki makna, dan memiliki fungsi baik ditingkatan bahasa maupun konteks sosial. Secara praktis nama digunakan untuk identifikasi wilayah, dan mempermudah proses perpindahan atau migrasi masyarakat. Secara kebahasaan, penamaan tempat merupakan dokumentasi bahasa yang berfungsi baik secara individu sebagai bentuk pemahaman diri dan secara kolektif sebagai bentuk identitas kolektif sebuah etnis atau masyarakat. Penelitian ini menggunakan Cina Benteng sebagai objek penelitian. Etnis Cina Benteng memiliki keunikan baik dalam ciri – ciri fisik maupun aspek ekonomi, sosial, dan budaya. Data penelitian ini berupa variasi toponim sewan yang ditemukan sebanyak 12 variasi. Penelitian deskriptif kualitatif ini memanfaatkan teori etnosemantik dan linguistik antropologi. Penelitian ini memanfaatkan data primer yang diambil dengan pendekatan etnografi melalui teknik libat, cakap, catat, dan rekam. Hasil penelitian menggambarkan variasi toponim sewan menggambarkan aspek sejarah dan budaya yang mencakup 1)tokoh setempat yang berpengaruh, 2) peristiwa sejarah di sebuah lokasi, dan 3)pengetahuan lokal terkait budaya setempat.
Representasi Perilaku Seks Bebas dalam Hubungan Friend With Benefit Pada Media Daring (Analisis Wacana Kritis Pemberitaan FWB Pada Situs merdeka.com): Representation of Free Sex Behavior in Friend With Benefits Relationship on Online Media (Critical Discourse Analysis of FWB News on the merdeka.com website) Sri Suharti
Jurnal Bastrindo Vol. 3 No. 2 (2022): Edisi Desember 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jb.v3i2.745

Abstract

Abstrak: Friend with benefit atau FWB merupakan sebuah bentuk perilaku seks bebas yang mengancam kehidupan moral bangsa. Tumbuh suburnya FWB tidak lepas dari gencarnya media dalam memberitakan FWB. FWB tidak dipandang sebagai penyimpangan sosial, melainkan sebagai sesuatu yang baik dan wajar. Penelitian ini bermaksud memaparkan representasi FWB yang terdapat dalam situs merdeka.com. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan model analisis wacana kritis Norman Fairclough. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberitaan FWB pada situs merdeka.com memandang perilaku FWB sebagai sesuatu yang tidak negatif dan normal. FWB direpresentrasikan sebagai bentuk alternatif pola hubungan yang wajar. Hal ini tampak pada aspek kebahasaan dalam produksi teks situs merdeka.com yang meliputi pemilihan judul serta pemilihan kata dalam setiap paragraf, kalimat, maupun anak kalimat. Penelitian ini diharapkan dapat membantu upaya menyadarkan masyarakat untuk bersikap peka dan kritis terhadap pemberitaan-pemberitaan di media massa, khususnya yang berkaitan dengan perilaku seks bebas. Abstract: Friend with benefit or FWB is a form of free sex behavior that endangers the moral life of the nation. The thriving of FWB cannot be separated from the incessant media in reporting on FWB. FWB is not seen as a social deviation, but as something good and natural. The purpose of this study is to describe the representation of FWB contained on the merdeka.com website. This study is a qualitative method with critical discourse analysis model by Norman Fairclough. The results of this study indicate the FWB reporting on the merdeka.com website that views about FWB behavior is not negative and normal. FWB is represented as an alternative form of reasonable relationship pattern. This can be seen in the linguistic aspects of the text production on the merdeka.com website that includes the titles choice and its selection of the words in each paragraph, sentence and clause. This research is expected could to assist for raising public awareness to be sensitive and critical of the media reports, especially those relating to free sex behavior.  
Reading Literacy Problems Of Senior High School Students: Problematics Of Reading Literacy Culture In SMAN 1 Aikmel Marlinda Ramdhani; Baiq Wahidah; Wika Wahyuni
Jurnal Bastrindo Vol. 3 No. 2 (2022): Edisi Desember 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jb.v3i2.775

Abstract

Abstrak: Latar belakang penelitian ini mengacu pada peringkat literasi masyarakat Indonesia berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh PISA (Program untuk Penilaian Siswa Internasional) pada tahun 2019 yang belum meningkat secara signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, pemerintah Indonesia telah melakukan program peningkatan literasi, terutama di sekolah dasar dan menengah. Selain itu, belum banyak penelitian tentang literasi membaca di Indonesia, khususnya di daerah Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah literasi membaca yang dihadapi oleh siswa di SMAN 1 Aikmel, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan studi kasus sebagai metode penelitian. Informan penelitian ini adalah guru sekolah, siswa, dan staf perpustakaan di lokasi penelitian. Tindakan, pernyataan, dan dokumentasi peserta yang terkait dengan masalah literasi membaca digunakan sebagai sumber data. Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi dan implementasi program GLS di sekolah. Temuan dari pengamatan kemudian diklarifikasi dengan mewawancarai kepala sekolah, guru, siswa, dan pegawai sekolah yang berhubungan dengan kegiatan GLS di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada empat masalah literasi yang dihadapi oleh siswa sekolah menengah dalam literasi membaca, yaitu (1) kurangnya minat siswa dalam membaca buku nonpelajaran, (2) kurangnya ketersediaan bahan bacaan selain buku pelajaran, (3) lingkungan membaca yang kurang kondusif dan mendukung, serta (4) keterbatasan dalam menerapkan program GLS. Abstract:  The background of this research was carried out referring to the literacy ranking of the Indonesian people based on the results of research conducted by PISA (Program for the Assessment of International Students) in 2019 which had not increased significantly compared to the previous year. Meanwhile, the Indonesian government has carried out literacy improvement programs, especially in primary and secondary schools. In addition, there has not been much research on reading literacy in Indonesia, especially in the West Nusa Tenggara region. This study aims to identify reading literacy problems faced by students in SMAN 1 Aikmel , Lombok East, West Nusa Tenggara. This research design uses a qualitative approach and uses case studies as a research method. The informants for this research were school teachers, students, and library staff at the research location. Participants' actions, statements, and documentation related to the problem literacy  reading was used as a data source. Observations were made to determine the condition and implementation of the program GLS at school. Findings from observations were then clarified by interviewing head  school, teacher, student , and  employee  school which relate  with  activity GLS in school . The results of the study show that there are four literacy problems faced by middle school students literacy  reading, namely (1) lack of  students' interest in reading  book  non-lessons, (2) lack of  availability of reading material  besides  book  lesson, (3) reading environment which not enough  conducive  and  support, and (4) limitations in implementing the program GLS.
Hubungan Novel Demian The Story of Emil Sinclair’s Youth Karya Hermann Hesse dengan Lirik Lagu Grup Musik BTS dalam Album Wings, serta Pengaruhnya Terhadap ARMY Indonesia: The Connection of Demian’s Novel the Story of Emil Sinclair’s Youth by Hermann Hesse with the Song Lyrics of the BTS Music Group in the Wings Album, and Its Effect on the Indonesian ARMY Miftahul Jannah; Mochammad Asyhar; Muhammad Syahrul Qodri
Jurnal Bastrindo Vol. 3 No. 2 (2022): Edisi Desember 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jb.v3i2.344

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan novel Demian The Story of Emil Sinclair’s Youth karya Hermann Hesse dengan lirik lagu yang terdapat dalam album Wings yang dibawakan oleh BTS, serta pengaruhnya terhadap ARMY Indonesia. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif menggunakan teori interpretatif simbolik Clifford Geertz dengan pendekatan sosiologi sastra. Berdasarkan hasil analisis diketahui terdapat tiga simbol kebudayaan, yakni simbol agama, simbol pantang menyerah, dan simbol kritik. Adapun pengaruh terhadap ARMY Indonesia adalah (1) sikap toleransi antarumat beragama di kalangan ARMY semakin kuat, (2) sikap pantang menyerah yang diteladani ARMY diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, dan (3) menumbuhkan sikap berani berpendapat terhadap fenomena sosial  yang ada  melalui berbagai cara, seperti saling berbagi pesan kebaikan melalui forum ARMY di sosial media, membantu me-repost berita terkait dengan isu sosial, dan menulis. Abstract: The study aims to find out the relation of Demian’s novel The Story of Emil Sinclair’s Youth by Hermann Hesse and the  lyrics from the Wings album, as well as its effect on the Indonesian ARMY. The gathered data is analysed using Clifford Geertz's symbolic interpretation theory with a sociology of literature approach and is presented using qualitative method. The result reveals that three cultural symbols are used in the album, namely religious symbols, signs of permissiveness, and symbols of criticism. Furthermore, three major impacts on the Indonesian ARMY are found, they are: (1) the growing religious tolerance among the ARMY community, (2) exemplifying of unyielding attitude and their implementation in daily life, and (3) increasing courage to speak up about social issues, including sharing messages of kindness in the ARMY forums, and rising awareness about social issues by reposting news and writing.
Peristiwa Nika Baronta Sebagai Upaya Perlawanan Terhadap Penjajahan: Nika Baronta: Narrative of the Struggle in Maintaining the Dignity of Bima Women from Japanese Colonizers Nur Atirah Khaerani; Saharudin Saharudin; Muh. Syahrul Qodri
Jurnal Bastrindo Vol. 3 No. 2 (2022): Edisi Desember 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jb.v3i2.717

Abstract

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan Sultan Bima dalam melawan penjajahan sebagaimana tergambarkan pada novel Nika Baronta karya Alan Malingi. Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode studi pustaka dan metode baca-catat. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tindakan sosial yang dilakukan oleh Sultan Bima dalam novel Nika Baronta, yaitu tindakan rasional instrumental, tindakan rasional nilai, tindakan afektif, dan tindakan tradisional. Adapun tujuan dilakukan tindakan-tindakan ini adalah melindungi gadis-gadis Bima dari kekejaman para penjajah yang ingin merusak gadis-gadis Bima dan ingin menjadikan gadis-gadis Bima tersebut sebagai jugun ianfu (wanita penghibur atau pemuas kebutuhan seksual) oleh penjajah Jepang, tindakan melindungi gadis-gadis ini melalui “nikah paksa” dikenal dengan tindakan nika baronta. Abstract: This research aims to find out the actions taken by Sultan Bima against colonialism as described in the novel Nika Baronta by Alan Malingi. The research methods used in data collection are the literature study and note-reading methods. The data analysis method used in this research is the descriptive method. The results of this study found that the social actions carried out by Sultan Bima in the novel Nika Baronta were rational instrumental actions, value rational actions, affective actions, and traditional actions. The purpose of these actions was to protect the Bima girls from the cruelty of the colonialists who wanted to destroy the Bima girls and wanted to make the Bima girls as jugun ianfu (comfort women or satisfying sexual needs) by the Japanese colonialists. Protecting these girls through “forced marriages” is known as the nika baronta act.