cover
Contact Name
Johanes Hasugian
Contact Email
johaneswhasugian@gmail.com
Phone
+6285265222617
Journal Mail Official
johaneswhasugian@gmail.com
Editorial Address
johaneswhasugian@gmail.com
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
ISSN : 27216020     EISSN : 2721432X     DOI : 10.46305
Core Subject : Religion, Education,
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi dan pendidikan agama Kristen, dengan nomor ISSN: 2721-432X (online), ISSN: 2721-6020 (print), yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara, Medan. Focus dan Scope penelitian IMMANUEL adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Teologi Praktika Pendidikan Agama Kristen IMMANUEL menerima artikel dari dosen dan para praktisi teologi yang ahli di bidangnya, dari segala institusi teologi yang ada, baik dari dalam maupun luar negeri. Artikel yang telah memenuhi persyaratan akan dinilai kelayakannya oleh reviewer yang ahli di bidangnya melalui proses double blind-review. IMMANUEL terbit dua kali dalam satu tahun, April dan Oktober
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 1 (2025): APRIL 2025" : 14 Documents clear
Analisis Frasa “Menimbun Bara Api” terhadap Pembentukan Karakter: Kajian Hermeneutik Berdasarkan Kitab Amsal 25:21-22 Pattinaja, Aska Aprilano; Sualang, Farel Yosua
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 6, No 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v6i1.309

Abstract

Based on the literature review, there are two groups of scholars discussing Proverbs 25:21-22: the group that links the writing of this verse to Jesus' teachings on love and forgiveness, and the group that focuses only on the teachings of Paul, who quoted this verse as an exhortation to the Romans to do good to their enemies and that there is a reward for every good deed. The research attempts to examine to analyze the meaning of the phrase "heaping coals of fire" and its implications for character development. The research used a qualitative method with sub-interpretive design, specifically, wisdom literature hermeneutics. This study found three related implementations of this phrase to character building, namely: first, deciding to do the right thing; second, overcoming ego and hatred; third, deciding to live an exemplary life. The results of this study are very important in character building so that believers can apply the values of truth in life and lead exemplary lives, and provide understanding in the development of wisdom literature research. AbstrakAda dua kelompok penelitian dalam pembahasan Amsal 25:21-22 yakni, pertama, kelompok yang menghubungkan tulisan Amsal ini dengan ajaran Yesus mengenai kasih dan kedua, kelompok yang hanya terfokus kepada ajaran Paulus, yang mengutip Amsal ini, sebagai nasihat kepada jemaat Roma, untuk berbuat baik kepada kepada musuh-musuhnya dan ada upah bagi setiap perbuatan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna frasa “menimbun bara api” serta implikasinya terhadap pembentukan karakter. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan sub interpretative design khususnya hermeneutika sastra hikmat. Penelitian ini menemukan tiga implementasi yang berkaitan dari frasa ini terhadap pembentukan karakter, yakni: pertama, memutuskan berbuat benar; kedua, mengatasi ego dan kebencian; ketiga, memilih hidup menjadi teladan. Hasil penelitian ini sangat penting dalam sebuah pembentukan karakter agar orang percaya dapat menerapkan nilai-nilai kebenaran dalam hidup dan hidup menjadi teladan serta memberikan pemahaman dalam perkembangan penelitian sastra hikmat.
Membangun Minat Belajar PAK di Rumah: Peran Strategis Orangtua sebagai Role Model Iman Sartika, Mila; Siburian, Hendro Hariyanto
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 6, No 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v6i1.342

Abstract

The problem in this research is the low interest in children's learning in Christian religious education of Grade 5 students at Talenta Elementary School which is caused by the students' parents not showing role models and involving children at home in carrying out activities which are the application of the values and principles of Christian religious education which have an impact on children's interest in learning in Christian religious lessons. This research uses a qualitative descriptive method with a case study method. Data was collected through direct observation and interviews with all 20 grade 5 students at Talenta Elementary School, 10 students' parents, and 2 teachers. The aim of this research is to reveal the role of parents of Grade 5 SD Talenta students at home in developing children's emotional and spiritual aspects, and to offer supporting activities for parents in increasing students' interest in learning in Christian religious education lessons. The results of the research reveal that the role of parents in increasing interest in learning Christian religious education must be to play the role as a guide, educator, facilitator, motivator and role model optimally, which can be done in the activities of reading God's word and praising God with children at home, carrying out activities with children at home (for example, activities related to discipline and homework), and story-telling rooms (spaces where children are given to talk about their daily life experiences), as well as collaborating with parents and PAK teachers in carrying out activities to increase students' interest in learning in Christian religious education. AbstrakPersoalan dalam penelitian ini adalah rendahnya minat belajar anak pada pendidikan agama Kristen peserta didik kelas 5 SD Talenta yang disebabkan orang tua peserta didik cenderung tidak menunjukkan keteladanan atau role model dan melibatkan anak di rumah dalam melakukan kegiatan yang merupakan penerapan nilai-nilai dan prinsip-prinsip pendidikan agama Kristen yang berdampak pada minat belajar anak pada pelajaran agama Kristen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara langsung terhadap seluruh peserta didik kelas 5 SD Talenta berjumlah 20 orang, orang tua peserta didik 10 orang, dan 2 orang guru. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan peran orang tua siswa kelas 5 SD Talenta di rumah dalam mengembangkan aspek emosional dan spiritual anak, dan menawarkan kegiatan pendukung bagi orang tua dalam meningkatkan minat belajar peserta didik dalam pelajaran pendidikan agama Kristen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran orangtua dalam meningkatkan minat belajar Pendidikan agama Kristen harus melakukan peran sebagai pembimbing, pendidik, fasilitator, motivator, dan role model dengan optimal yang bisa dilakukan dalam kegiatan membaca firman Tuhan dan memuji Tuhan Bersama anak di rumah, melakukan kegiatan bersama anak di rumah (misal kegiatan berkenaan kedisiplinan dan pekerjaan rumah),  dan ruang bercerita (ruang dimana anak diberi kebebasan untuk ceritan pengalaman hidupnya sehari-hari), serta melakukan kolaborasi orang tua dengan guru PAK dalam melakukan kegiatan meningkatkan minat belajar peserta didik dalam pelajaran Pendidikan agama Kristen.
Fatherless dalam Keluarga Kristen: Implikasi terhadap Perkembangan Anak di Masa Emerging Adulthood Theofani, Marisa; Rohayani, Hani
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 6, No 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v6i1.395

Abstract

This study explores the psychological, emotional, and social impact of fatherlessness during emerging adulthood (ages 18-29), a critical developmental stage which an individual transitions from adolescence to early adulthood. Using a qualitative phenomenological approach, data were collected through questionnaires and in-depth interviews with young adults from Sumatra, Java, and Kalimantan who experienced fatherlessness with categories: parental divorce, busy work, and as father death. The novelty of this study lies in the specific focus on fatherlessness during emerging adulthood, a stage that has not been explored in previous research. The findings showed that the psychological impact felt by respondents varied. Respondents whose fathers were busy working showed ambitious responses as well as low self-confidence and lack of motivation. Those who experienced parental divorce struggled with intimacy, social interaction and loneliness. Those who lost their fathers to death struggled with emotional dysregulation, difficulty controlling anger, as well as difficulty in building trust. In all cases, the absence of paternal emotional support emerged as a significant factor affecting self-esteem and social development. This research contributes to a deeper understanding of the long-term psychological effects and underscores the importance of social support systems for fatherless emerging adulthood. AbstrakPenelitian ini mengeksplorasi dampak psikologis, emosi, dan sosial dari ketidakhadiran ayah selama masa emerging adulthood (usia 18-29 tahun), sebuah tahap perkembangan kritis yaitu seorang individu bertransisi dari masa remaja ke masa dewasa awal. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi, data dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara mendalam dengan orang dewasa muda dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan yang mengalami ketidakhadiran ayah karena perceraian orang tua, sibuk bekerja, juga ayah yang meninggal. Kebaruan dari penelitian ini terletak pada fokus spesifiknya pada ketidakhadiran ayah selama masa emerging adulthood, sebuah tahap yang belum dieksplorasi dalam penelitian sebelumnya. Temuan menunjukkan bahwa dampak psikologis yang dirasakan responden bervariasi. Para responden yang ayahnya sibuk bekerja menunjukkan respons yang ambisius juga sebaliknya memiliki rasa percaya diri yang rendah dan kurang motivasi. Mereka yang mengalami perceraian orang tua berjuang dengan keintiman, interaksi sosial, dan perasaan kesepian yang terus-menerus. Mereka yang kehilangan ayah karena meninggal berjuang menghadapi disregulasi emosi, sulit mengendalikan kemarahan, juga sulit dalam membangun kepercayaan. Di semua kasus, tidak adanya dukungan emosional ayah muncul sebagai faktor signifikan yang mempengaruhi harga diri dan perkembangan sosial. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih dalam tentang efek psikologis jangka panjang dan menggarisbawahi pentingnya sistem pendukung sosial bagi kelompok emerging adulthood yang tidak memiliki ayah.
Bijaksana Meniru Cara Hidup Jemaat Pertama: Melihat Kemiskinan sebagai Ekses dari Cara Hidup Jemaat dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 Sembiring, Falentina Br.; Surbakti, Pelita Hati
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 6, No 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v6i1.401

Abstract

According to the Acts of the Apostles, the first Christian congregation in Jerusalem was well-liked by many people and their numbers grew rapidly. For this reason, several previous studies have identified this church as the ideal church. With this identification, several church leaders who desire church growth often take the example of this first church as an ideal model to emulate. Through this paper, we would like to provide a new perspective that the way of life practiced by the first church cannot necessarily be practiced just like that. This is partly because, even from the beginning, selling property and distributing it to the poor congregation has led to the excesses of poverty that have worsened in the future. With a social-scientific analysis approach to Acts 2:41-47, we want to show the excesses of the way of life of the earliest church that sold property and distributed it. As a result, at least 20 years later the worsening poverty of the church as found in 2 Corinthians 8-9 was finally experienced by the earliest church in Jerusalem. Therefore, no matter how good, this “ideal church” way of life needs to be addressed critically, wisely, and contextually. This kind of attitude needs to be possessed by every church leader who wants to emulate it. AbstrakBerdasarkan Kisah Para Rasul, jemaat Kristen pertama di Yerusalem disukai oleh banyak orang dan jumlah mereka pun bertambah secara cepat. Karena itulah sejumlah penelitian terdahulu menilai jemaat ini sebagai jemaat ideal. Dengan identifikasi ini sejumlah pemimpin gereja yang mendambakan pertumbuhan jemaat kerab mengambil teladan jemaat pertama ini sebagai model ideal untuk ditiru. Melalui tulisan ini kami hendak memberikan sebuah perspektif baru bahwa cara hidup yang dipraktikkan oleh jemaat pertama tidak serta-merta dapat dipraktikkan begitu saja. Hal ini antara lain dikarenakan, bahkan sejak awal, praktik menjual harta dan dibagikan kepada jemaat yang miskin telah menimbulkan ekses kemiskinan yang semakin parah di kemudian hari. Dengan pendekatan analisis sosial-ilmiah terhadap Kisah Para Rasul 2:41-47, kami hendak memperlihatkan ekses dari cara hidup jemaat pertama yang menjual harta dan membagi-bagikannya tersebut. Hasilnya, setidaknya setelah 20-an tahun kemudian kemiskinan jemaat yang semakin parah sebagaimana yang ditemukan dalam 2 Korintus 8-9 akhirnya dialami oleh jemaat pertama di Yerusalem tersebut. Karenanya betapapun baiknya, cara hidup “jemaat ideal” ini perlu disikapi secara kritis, bijaksana, dan kontekstual. Sikap semacam ini perlu dimiliki oleh setiap pemimpin gereja yang hendak menirunya.
Regenerasi Rohani dalam Yohanes 3:3-7: Analisis Teologis terhadap Transformasi Jemaat dalam Pelayanan Gerejawi Purwonugroho, Daniel Pesah
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 6, No 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v6i1.412

Abstract

This paper is designed to theologically analyze spiritual regeneration in John 3:3-7 and its impact on the transformation of the church in ecclesiastical service. Spiritual regeneration is urgent and must be experienced by believers at the beginning of their conversion. Through spiritual regeneration, the transformative power of God can shape the life of the believer. Spiritual regeneration has a clear theological basis in John 3:3-7 through the conversation between Jesus and Nicodemus. John 3:3-7 explains that spiritual regeneration is initiated by God Himself and facilitated by the Holy Spirit. Spiritual regeneration brings humanity to experience the kingdom of God. Through a descriptive qualitative approach, the author theologically analyze spiritual regeneration in John 3:3-7 and how it impacts the life of the congregation which is also influential in church service activities. The author asserts that the theological analysis of John 3:3-7 states that spiritual regeneration is very crucial in the spiritual life of the church. This paper is useful for providing theological contributions to the insight of spiritual regeneration in the context of today's church. AbstrakTulisan ini disusun untuk menganalisis secara teologis regenerasi rohani dalam Yohanes 3:3-7 serta dampaknya terhadap transformasi jemaat dalam pelayanan gerejawi. Regenerasi rohani merupakan hal yang urgen dan harus dialami oleh orang percaya di awal pertobatannya. Melalui regenerasi rohani, maka kuasa transformatif Allah dapat membentuk kehidupan orang percaya tersebut. Regenerasi rohani memiliki basis teologi yang jelas di dalam Yohanes 3:3-7 melalui percakapan antara Yesus dan Nikodemus. Yohanes 3:3-7 menjelaskan bahwa regenerasi rohani di inisiasi oleh Allah sendiri dan difasilitasi oleh Roh Kudus. Regenerasi rohani membawa umat manusia mengalami kerajaan Allah. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif, penulis menganalisa secara teologis mengenai regenerasi rohani dalam Yohanes 3:3-7 dan bagaimana dampaknya terhadap kehidupan jemaat yang juga berpengaruh di dalam kegiatan pelayanan gerejawi. Penulis menegaskan bahwa analisis teologis Yohanes 3:3-7 menyatakan regenerasi rohani merupakan hal yang sangat krusial di dalam kehidupan rohani jemaat. Tulisan ini menawarkan sumbangsih teologis bagi wawasan regenerasi rohani dalam konteks gereja masa kini.
Relevansi Pendidikan Kristen dalam Membentuk Resiliensi Iman Remaja Generasi Z terhadap Pemikiran Kristen Progresif dari Bingkai Teologi Kristen Arifianto, Yonatan Alex; Sumual, Elisa Nimbo; Rahayu, Yohana Fajar
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 6, No 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v6i1.421

Abstract

Social changes and technological advancements, generation Z (Gen Z) teenagers face issues and challenges maintaining their Christian faith, especially with the emergence of progressive Christian thought that offers reinterpretations of traditional teachings that strongly deviate from doctrinal orthodoxy. This thinking often puts forward values of inclusivity such as including the view that salvation is not only limited to those who explicitly identify as Christians by believing in Jesus, but can also include individuals from other religious backgrounds or beliefs, as long as they live a life of love, kindness, and morality and there is also the value of relativism that has the potential to influence teenagers' faith beliefs. The purpose of this research is to make the relevance of Christian education in strengthening the resilience of Gen Z teenagers' faith against the influence of progressive Christian thought. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, which examines relevant literature on Christian education, faith resilience, and progressive Christian thought. It can be concluded that Christian education based on the teachings of the Bible can actually form the resilience of teenagers' faith against the influence of progressive Christianity. So it is necessary to understand progressive Christianity and its thinking, so that generation Z in the era of globalisation development, can receive teaching from Christian education and the importance of Gen Z teenagers' faith resilience. This starts from the strategic of Christian education in the integrity of teenagers' faith in the midst of the flow of progressive Christian thought and in the midst of the flow of thoughts that continue to develop but deviate. AbstrakPerubahan sosial dan kemajuan teknologi, remaja generasi Z (Gen Z) menghadapi persoalan dan tantangan mempertahankan iman Kristen mereka, terutama dengan munculnya pemikiran Kristen progresif yang menawarkan reinterpretasi ajaran tradisional yang sangat menyimpang dari doktrin ortodoksi. Pemikiran ini sering kali mengedepankan nilai-nilai inklusivitas seperti  mencakup pandangan bahwa keselamatan tidak hanya terbatas pada mereka yang secara eksplisit mengidentifikasi diri sebagai Kristen dengan percaya pada Yesus, tetapi juga dapat mencakup individu dari latar belakang agama atau keyakinan lain, selama mereka menjalani kehidupan yang penuh kasih, kebaikan, dan moralitadan juga ada nilai relativisme yang berpotensi memengaruhi keyakinan iman remaja. Tujuan dari penelitian ini supaya relevansi pendidikan Kristen dalam memperkuat ketahanan iman remaja Gen Z terhadap pengaruh pemikiran Kristen progresif. Menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi pustaka, yang mengkaji literatur yang relevan mengenai pendidikan Kristen, resiliensi iman, dan pemikiran Kristen progresif. Dapat disimpulkan pendidikan Kristen yang berbasis pada ajaran Alkitab sejatinya dapat membentuk ketahanan iman remaja terhadap pengaruh Kristen progresif. Maka perlunya memahami Kristen progresif dan pemikirannya, sehingga generasi Z di era perkembangan Globalisasi, dapat menerima pengajaran dari pendidikan Kristen dan pentingnya  resiliensi iman remaja Gen Z. Hal ini dimulai dari  strategis Pendidikan Kristen dalam integritas iman remaja di tengah arus pemikiran  Kristen progresif dan di tengah arus pemikiran yang terus berkembang namun menyimpang.
Kontribusi Redaktur Deuteronomist dalam Teologi Mikha 3:1-12 Yanti, Maria Evvy; Lamsir, Seno
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 6, No 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v6i1.416

Abstract

The actuality of colorful interpretations of Micah 3:1-12 results in different theological views as well. Especially when interpreting the theology of review of religious leaders and the government in the textbook. There's an opinion that Micah 3:1-12 as part of the composition of Micah 1- 3 is material that comes from the period of the prophet's declamation with review of the cult. There is also the opinion that Micah 35- 8 gives a theological meaning to the false prophets. There's also the view that Micah 3:1- 12 points to the theology of the people's commination through the sumptuous exile. The theological exploration of this textbook is n't on one theological meaning alone because it's embedded in the period of the anthology's evolving environment. There are attempts by pens or editors to report complaints from colorful ages with the gradational development of textbooks over time that shape theology. The donation of the Deuteronomist editor makes the theological meaning of the textbook more comprehensive by integrating the social situation of the author. This composition shows the theological communication of the textbook of Micah 3: 1-12 through the social history approach of the textbook. The result of this exploration is to place the meaning of theology in the history of the life of the people by paying attention to the history of the publication of the textbook and the perceptivity of the editors in the period. AbstrakAdanya beragam penafsiran dari Mikha 3:1-12 menghasilkan pandangan teologi yang beragam pula. Khususnya ketika menafsir teologi kritik terhadap pemimpin agama dan pemerintah pada bagian teks. Terdapat pendapat bahwa Mikha 3:1-12 sebagai bagian dari komposisi Mikha 1-3 merupakan materi yang berasal dari periode orasi nabi dengan kritik terhadap kultus. Ada juga pendapat bahwa Mikha 3:5-8 memberikan pemaknaan teologi para nabi palsu. Ada pula pandangan bahwa Mikha 3:1-12 mengarah pada teologi penghukuman umat melalui pembuangan Babilonia. Penelitian teologi teks ini tidak pada satu makna teologi saja karena berakar pada periode konteks pembacanya yang berkembang. Terdapat usaha penulis atau redaktur yang melaporkan keluhan- keluhan dari periode yang beragam dengan perkembangan teks secara berangsur sepanjang waktu yang membentuk teologi. Kontribusi redaktur Deuteronomist menjadikan makna teologi teks menjadi lebih komprehensif dengan mengintegrasikan situasi sosial penulis. Tulisan ini memperlihatkan pesan teologi teks Mikha 3:1-12 melalui pendekatan sejarah sosial peredaksian teks. Hasil dari penelitian ini adalah menempatkan pemaknaan teologi dalam sejarah kehidupan umat dengan memerhatikan sejarah peredaksian teks dan kepekaan para redaktur pada periodenya.
Dari Usaha ke Anugerah: Memahami Jalan Keselamatan melalui Pembenaran oleh Iman Berdasarkan Roma 3:21-31 Obehetan, Yeheskiel; Fufu, Eni Marisa; Ruku, Noh; Pandandari, Galuh
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 6, No 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v6i1.408

Abstract

This study aims to examine the significance of Romans 3:21-31, in relation to the concept of justification by faith. This is based on the understanding of the laity that justification can be obtained from God through various human efforts, while humans are imperfect sinners so that in any effort it will not be possible for anyone to achieve justification from God. By using literature study, this study shows that the preaching of the gospel to the laity is the responsibility of believers to provide an understanding of the concept of justification by faith, the basis of justification by faith, the object of justification by faith, and the conditions of justification by faith. This study provides benefits to the church, theological colleges and believers to provide an understanding to the laity regarding the understanding of justification by faith alone. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji signifikansi Roma 3:21-31, dalam kaitannya dengan konsep pembenaran karena iman. Hal itu dilatarbelakangi oleh pemahaman kaum awam bahwa pembenaran dapat diperoleh dari Allah dengan berbagai upaya manusia, sedangkan manusia adalah umat berdosa yang tidak sempurna sehingga dalam upaya apapun tidak akan mungkin bisa dilakukan oleh seorangpun untuk mencapai pembenaran Allah. Dengan menggunakan studi literatur, penelitian ini menunjukkan bahwa pemberitaan Injil kepada kaum awam adalah tanggung jawab orang percaya untuk memberi pemahaman tentang konsep pembenaran karena iman, dasar pembenaran karena iman, obyek pembenaran karena iman, dan syarat pembenaran karena iman. Penelitian ini memberikan manfaat kepada gereja, sekolah tinggi teologi dan kepada orang percaya untuk memberikan pemahaman kepada kaum awam berkaitan dengan pemahaman pembenaran hanya karena iman.
Etika Pengembalaan Berdasarkan 1 Petrus 5:1-11: Studi Eksegesis Waruwu, Junieli; Nesimnasi, Ruben
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 6, No 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v6i1.390

Abstract

Pastoring the congregation requires good ethics and in accordance with God's standards. Pastors often ignore ethics and ethical principles in pastoring, so that many fall into sexual sin, drugs, theft and other inappropriate behavior. Through exegetical studies, this study highlights the principles of pastoral ethics as taught in 1 Peter 5:1-11. This paper aims to examine the principles of pastoral ethics based on 1 Peter 5:1-11 as a solution to the moral crisis of today's pastors. This paper uses exegetical studies by exploring the meaning and intent of each verse according to the context analyzed. Based on the results of the exegesis, it can be explained that pastoral ethics are very important and influence the growth of the congregation. Pastoral ethics must be possessed by a pastor because it is God's command. A pastor must have voluntary ethics, self-dedication and role models with the principles of pastoral ethics, namely humbling oneself to God, trusting in God and being vigilant. In addition, pastors have responsibilities, namely to complete, confirm, strengthen, and solidify. Thus, the results of this study can be a guideline for service ethics for today's pastors. AbstrakDalam penggembalaan jemaat diperlukan etika yang baik dan sesuai dengan standar Tuhan Allah. Para gembala sering mengabaikan etika dan prinsip etika di dalam penggembalaan, sehingga tidak sedikit yang jatuh dalam dosa seksual, narkoba, pencurian dan perilaku yang tidak terpuji lainnya. Melalui studi eksegesis, penelitian ini menyoroti prinsip etika penggembalaan sebagaimana diajarkan dalam 1 Petrus 5:1-11. Tulisan ini bertujuan mengkaji prinsip-prinsip etika penggembalaan berdasarkan 1 Petrus 5:1-11 sebagai solusi atas krisis moral para gembala masa kini. Tulisan ini menggunakan studi eksegesis dengan menggali makna dan maksud dari setiap nas sesuai dengan konteks yang dianalisis. Berdasarkan hasil eksegesis, maka dapat diuraikan bahwa etika penggembalaan sangat penting dan memengaruhi pertumbuhan jemaat. Etika penggembalaan harus dimiliki seorang gembala karena itu perintah Allah. Seorang gembala harus memiliki etika sukarela, pengabdian diri dan teladan dengan prinsip etika penggembalaan yakni merendahkan diri kepada Tuhan, percaya kepada Allah dan berjaga-jaga. Selain itu, gembala memiliki tanggungjawab, yakni melengkapi, meneguhkan, menguatkan, dan mengokohkan. Dengan demikian, hasil kajian ini bisa menjadi pedoman etika pelayanan bagi gembala-gembala masa kini.
Dari Kekerasan Menuju Kelembutan: Pendekatan Pastoral Konseling Berbasis Nilai Kristiani terhadap Pola Asuh Keluarga Sahureka, Zacharias
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 6, No 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v6i1.406

Abstract

This study examines the relationship between parenting styles within the congregation of GPI Papua Getsemani Wagom Utara. The primary focus of this research is the impact of parenting that involves elements of violence on children's psychological, social, and emotional development. This study employs a qualitative approach using participatory observation and in-depth interviews. The findings indicate that the most dominant form of violence is verbal abuse, followed by emotional punishment, and in some cases, physical violence. The main factors contributing to violence include economic pressure, inherited parenting patterns, and a lack of parental awareness of its impact. Children who experience violence tend to have low self-confidence, anxiety, and difficulty establishing social relationships. To address this issue, pastoral approaches have been implemented through guidance and counseling, although challenges remain in their execution. With a more personalized pastoral strategy based on Christian values, it is hoped that the GPI Papua Getsemani Wagom Utara congregation can foster a nurturing environment that supports the healthy and holistic development of adolescents. AbstrakPenelitian ini membahas keterkaitan pola asuh orang tua dalam konteks Jemaat GPI Papua Getsemani Wagom Utara. Fokus utama dalam penelitian ini yakni pada dampak pola asuh yang mengandung unsur kekerasan terhadap perkembangan psikologis, sosial, dan emosional anak. Pendekatan kualitatif dengan metode observasi partisipatif dan wawancara mendalam diterapkan dalam studi ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kekerasan yang paling dominan adalah kekerasan verbal, diikuti oleh hukuman emosional dan dalam beberapa kasus kekerasan fisik pun terjadi. Faktor utama yang mendorong terjadinya kekerasan meliputi tekanan ekonomi, warisan pola asuh, serta kurangnya kesadaran orang tua terhadap dampaknya. Anak yang mengalami kekerasan cenderung memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah, kecemasan, serta kesulitan dalam menjalin hubungan sosial. Untuk mengatasi masalah ini, pendekatan pastoral telah diterapkan melalui bimbingan dan konseling, meskipun masih menghadapi tantangan dalam implementasinya. Dengan strategi pastoral yang lebih personal dan berbasis nilai-nilai Kristen, diharapkan Jemaat GPI Papua Getsemani Wagom Utara mampu membentuk lingkungan pengasuhan yang mendukung perkembangan remaja secara sehat dan holistik.

Page 1 of 2 | Total Record : 14