cover
Contact Name
Muhamad Takrip
Contact Email
Ilmuhadis1_uin@radenfatah.ac.id
Phone
+6282230378080
Journal Mail Official
Ilmuhadis1_uin@radenfatah.ac.id
Editorial Address
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Jl. Prof. K. H. Zainal Abidin Fikri No.KM. 3, RW.5, Pahlawan, Kec. Kemuning, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30126
Location
Kota palembang,
Sumatera selatan
INDONESIA
el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu
ISSN : 28282019     EISSN : 28091744     DOI : https://doi.org/10.19109/elsunnah
el-Sunnah: Jurnal Kajiandan Integrasi Hadis merupakan jurnal berkala ilmiah yang diterbitkan oleh Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Tentang hadis
Articles 66 Documents
FENOMENA CLAIM PALING AHLU SUNNAH (NYUNAH) DI MASYARAKAT (Kajian Atas Hadis Iftiraq al-Umam Pada Sunan Ibnu Majah No. 3981-3983) Raffiu, Aliyya Shauma; Raharusin, Agus Suyadi
el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu Vol. 4 No. 1 (2023): el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu
Publisher : The Hadith Department, Faculty of Ushuluddin and Islamic Thought, State Islamic University of Raden Fatah Palembang.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/elsunnah.v4i1.15708

Abstract

Disputes in understanding and opinion are something that cannot be avoided in the body of the Muslim Ummah. In the midst of a difference in understanding or debate, sometimes some groups claim that the opinion they have chosen is the correct opinion and the most appropriate to the sunnah and besides that it is a wrong opinion and not part of the ahl-Sunnah. Extreme accusations such as heresy and bid’ah (fi al-nar), there are things that are said to be heretical or fi al-nar in the hadith are those who do not conform to the congregation. From these problems a question was born: 1). How is the actual understanding related to the iftiraq al-Umam hadith?, 2). How is the relevance of the hadith of Iftiraq al-Umam with the phenomenon of the most ahl al-Sunnah (nyunnah) claims in the contemporary era. The existence of these two problem formulations basically aims to give birth to a correct understanding of the iftiraq al-Umam hadith and its relevance to the phenomenon of the most ahl al-Sunnah claims in society. To answer the formulation of the problem and realize these goals the author uses the method of Shah Hadith bi al-Maudu’ (thematic). Perselisihan pemahaman dan pendapat merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan di tubuh Umat Islam. Di tengah-tengah adanya sebuah perbedaan pemahaman atau perbedapat tersebut terkadang sebagian kelompok meng-claim bahwasanya pendapat yang Ia pilih adalah pendapat yang benar dan paling sesuai sunah dan selain itu merupakan pendapat yang salah dan bukan bagian dari ahl-Sunnah bahkan terkadang lahir pula tuduhan-tuduhan ekstrim seperti sesat dan bid’ah (fi al-Nar), adahal yang dikatakan sesat atau fi al-nar dalam hadis ialah mereka yang tidak sesuai jama’ah. Dari permasalahan tersembut lahirlah sebuah pertanyaan: 1). Bagaimana pemahaman sebenarnya berkaitan dengan hadits iftiraq al-Umam?, 2). Bagaimana relefansi hadits iftiraq al-Umam dengan fenomena claim paling ahl al-Sunnah (nyunah) di era kontenporer. Dengan adanya dua ruusan masalah tersebut pada dasarnya bertujuan untuk melahirkan pemahaman yang benar seputar hadits iftiraq al-Umam dan relevansinya dengan fenomena claim paling ahl al-Sunnah di masyarakat. Untuk menjawab rumusan masalah dan mewujudkan tujuan tersebut penulis menggunakan metode syah hadits bi al-Maudu’ (tematik).
METODE IMAM AN NAWAWI DALAM PENYUSUNAN KITAB RIYADHUSSHOLIHIN Jami, Deni Zam
el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu Vol. 4 No. 1 (2023): el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu
Publisher : The Hadith Department, Faculty of Ushuluddin and Islamic Thought, State Islamic University of Raden Fatah Palembang.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/elsunnah.v4i1.16443

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi metode imam an Nawawi dalam proses penyusunan kitab Riyadhussolihin. Mengingat kitab Riyadhussolihin merupakan kitab hadits yang praktis dan pedoman pembinaan karakter muslim yang baik. Tidak heran kitab ini banyak dipelajari oleh orang-orang Muslim, baik dipelajari di Pondok Pesantren, Surau, Dayah, disampaikan dalam pengajian dan Majelis ta’lim serta menjadi rujukan dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bertumpu pada deskriftif analitik. Pendekatan yang digunakan adalah library research atau studi kepustakaan, yakni aktfitas membaca, menelaah, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data dengan bersandar pada bahan bacaan. Objek penelitian adalah kitab Riyadhussolihi sebagai sumber data utama serta buku-buku dan kitab-kitab yang berkaitan dengan kitab Riyadhussolihin sebagai sumber data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitab Riyadhussolihin mengandung pembinaan akhlak baik hubungan dengan Allah, manusia, sesama makhluk dan pembinaan karakter. Hadits yang terdapat dalam kitab ini adalah 1896 buah hadits yang tersebar pada 19 kitab dan dalam setiap kitab ada 294 bab yang berisi hadist-hadits yang setema. Sumber penukilan an Nawawi dalam kitab Riyadhussolihin adalah hadits-hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari, imam Muslim, imam Abu Daud, at Tirmidzi dan Ibnu Majaht . Dalam setiap kitab an Nawawi mengutip ayat-ayat al –Qur’an yang memiliki tema yang sama dengan judul bab. Dalam beberapa hadits yang dirasakan sulit dipahaminya, an Nawawi menjelaskan makna-makna kata-kata dalam redaksi hadits yang asing. Dalam bab taubah, an Nawawi mengutip pendapat para ulama untuk memperjelas bab yang dimaksud. Kata kunci; metode, an Nawawi, Riyadhussolihin.
TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE DI ERA KONTEMPORER PERSPEKTIF HADIS-HADIS JUAL BELI: ANALISIS HERMENEUTIKA HANS GEORG GADAMER azam, azam
el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu Vol. 4 No. 1 (2023): el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu
Publisher : The Hadith Department, Faculty of Ushuluddin and Islamic Thought, State Islamic University of Raden Fatah Palembang.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/elsunnah.v4i1.16609

Abstract

Artikel ini mendiskripsikan tentang jual beli online perspektif hadis, dengan menggunakan metode hermeneutika “fusion of horizon ala Gadamer” sebagai pisau analisis. Tujuannya untuk memotret bagaimana status jual beli online di era kontemporer dengan perspektif hadis-hadis jual beli sebagai bahan primer. Melihat media sosial berkembang begitu pesat dan signifikan dalam kehidupan ini. Sehingga membutuhkan sebuah respon terkait pola hidup khususnya transaksi jual beli yang prosesnya melalui sosial media seperti Whatsaap, Facebook begitu seterusnya. Transaksi yang prosesnya melalui media sosial (medsos), menurut pembacaan hadis-hadis terkait jual beli, maka ditemukan prinsip jual beli online dalam pandangan hadis, dan hasil analisis penelitian sebagai berikut “jual beli online boleh dan sah transaksinya menurut perpektif hadis, dengan syarat saling merelakan, berlaku jujur, mentransfer uang ke rekening pemilik website, pemilik website memungkinkan mengirim barangnya. Pengiriman barang melaui pengirim yang terpercaya sehingga barang yang terkirim akan sampai kepada pemesan, barang sesuai dengan harapan pemesan dan barang yang dikirim tidak mengandung cacat dan sesuai dengan kesepakan pemesan dan pemilik website”.
Perintah Membunuh Anjing dalam Hadits Menurut Imam al-Haramain Lisalam, Repa Hudan; Ahdi, Hapizul
el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu Vol. 4 No. 1 (2023): el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu
Publisher : The Hadith Department, Faculty of Ushuluddin and Islamic Thought, State Islamic University of Raden Fatah Palembang.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/elsunnah.v4i1.16940

Abstract

Abstrak: Artikel ini membahas pemikiran Abd al-Malik Ibn Abdillah Abu Ma’ali al-Juwaini atau yang lebih dikenal dengan gelar Imam Haramain dalam menyikapi hadits-hadits yang berisi perintah membunuh anjing. Tujuannya adalah untuk mengetahui metode yang digunakan oleh Imam Haramain dalam memahami dan memposisikan hadits-hadits tersebut karena petunjuk lafazhnya yang berbeda dan terkesan bertentangan satu sama lain, sebagian hadits memerintahkan anjing secara mutlak, sebagian lain hanya memerintahkan untuk membunuh anjing hitam dan sebagian lagi justru berisi pujian bagi orang yang menyelamatkan nyawa anjing. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah library research, yaitu dengan mengumpulkan berbagai tulisan berupa buku dan jurnal dari penelitian terdahulu yang relevan. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa metode yang digunakan oleh Imam Haramain dalam menyikapi hadits-hadits yang berisi perintah membunuh anjing adalah al-naskh wa al-mansukh, yaitu dengan menjadikan hadits yang datang kemudian sebagai penghapus isi kandungan hadits yang muncul lebih dahulu. Terkait hadits yang berisi perintah membunuh anjing terdapat setidaknya dua kali proses al-naskh wa al-mansukh. Pertama, perintah membunuh anjing secara mutlak dihapus oleh perintah membunuh anjing yang berwarna hitam saja. Kedua, perintah membunuh anjing yang berwarna hitam dihapus oleh bolehnya membunuh anjing yang berbahaya bagi manusia sehingga Imam Haramain pada akhirnya menyimpulkan bahwa hanya anjing yang berpotensi untuk membahayakan manusia saja yang boleh dibunuh. Dengan demikian, perasaan jijik karena kondisi anjing sebagai hewan najis atau karena anjing tersebut berwarna hitam tidak lantas menjadi alasan bagi umat Muslim untuk menyiksa ataupun membunuh anjing. Kata kunci: Imam Haramain, Hadits, Anjing, Abstract: This article discusses the thoughts of Abd al-Malik Ibn Abdillah Abu Ma'ali al-Juwaini or better known as Imam Haramain in addressing the hadiths which contain orders to kill dogs. The aim is to find out the method used by Imam Haramain in understanding and positioning these hadiths because the instructions for the pronunciation are different and seem to contradict each other, some hadiths absolutely command dogs, some others only order to kill black dogs and some contain praise for the person who saved the dog's life. The method used in this article is library research, namely by collecting various writings in the form of books and journals from relevant previous research. The result of this study is that the method used by Imam Haramain in addressing the hadiths containing the order to kill the dog is al-naskh wa al-mansukh, namely by making the hadith that comes later as an eraser of the contents of the hadith that appears earlier. Regarding the hadith which contains the order to kill a dog, there are at least two processes of al-naskh wa al-mansukh. First, an order to kill a dog is absolutely abolished by an order to kill a black dog only. Second, the order to kill black dogs was abolished by the permissibility of killing dogs that were dangerous to humans so that Imam Haramain finally concluded that only dogs that had the potential to harm humans could be killed. Thus, feelings of disgust because of the dog's condition as unclean or because the dog is black is not necessarily a reason for Muslims to torture or kill dogs. Keyword: Imam Haramain, hadith, dog.
Thibbun Nabawi dalam Perspektif Yusuf Al Qaradhawi Nur Adhi, Hanif Acep
el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu Vol. 4 No. 1 (2023): el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu
Publisher : The Hadith Department, Faculty of Ushuluddin and Islamic Thought, State Islamic University of Raden Fatah Palembang.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/elsunnah.v4i1.17607

Abstract

Abstract This study aims to explore the views of Sheikh Yusuf Al Qaradawi on Thibbun Nabawy (Prophet Medicine). One of the recent Muslim trends is the revival of thibbun nabawy. And one of the other sides, is denying modern medicine that comes from the west. This extreme attitude has given rise to many difficulties among Muslims in terms of the health and safety of the human soul. This research method uses library research . This research aims to determine whether Thibbun Nabawi is a human scientific experiment or is he part of a divine revelation. Sheikh Yusuf Al Qaradawy as a contemporary scholar has an interesting perspective on this theme. The results of the study show that the hadiths about the thibbun nabawi are not placed as tasyri as the arguments about prayer, fasting and zakat. So that treatment can be adapted to the times, and that includes the spirit of thibbun nabawi. The contribution of this research is that Muslims are not worried about using modern medical treatment, because this assumption is different from thibbun nabawi. Keywords: thibbun nabawi, modern medicine, Yusuf Al Qaradawi. Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menggali pandangan Syekh Yusuf Al Qaradhawi tentang Thibbun Nabawy(Kedokteran Nabi). Salah satu tren umat Islam akhir-akhir ini adalah kebangkitan kembali thibbun nabawy. Dan salah satu sisi lainnya, adalah mengingkari pengobatan modern yang berasal dari Barat. Sikap ekstrem tersebut telah melahirkan banyak kesulitan di tengah umat Islam dari sisi kesehatan dan keselamatan jiwa manusia. Metode penelitian ini menggunakan studi kepustakaan. Penelitian ini bertujuan menempatkan thibbun nabawi, apakah dia sebagai percobaan ilmiah manusia ataukah ia bagian dari wahyu ilahi. Syekh Yusuf Al Qaradhawy sebagai ulama kontemporer memiliki perspektif menarik terkait tema ini. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hadits-hadits tentang thibbun nabawi tidak ditempatkan sebagai tasyri sebagaimana dalil-dalil tentang sholat, puasa dan zakat. Sehingga pengobatan bisa disesuaikan dengan perkembangan zaman, dan itu termasuk ruh dari thibbun nabawi. Kontribusi dari penelitian ini adalah umat Islam tidak waswas menggunakan pengobatan medis modern, karena anggapan itu menyelisihi thibbun nabawi. Kata kunci : thibbun nabawi, kedokteran modern, Yusuf Al Qaradhawi.
PRAKTIK BAY'US SALAM DI MASYARAKAT KELURAHAN MAKARTI JAYA KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN (Kajian Living Hadis) rica, rica; Hasanah, Uswatun; Nadhiran, Hedhri
el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu Vol. 4 No. 1 (2023): el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu
Publisher : The Hadith Department, Faculty of Ushuluddin and Islamic Thought, State Islamic University of Raden Fatah Palembang.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/elsunnah.v4i1.17614

Abstract

Abstract This paper aims to find out how the concept of bay'us salam in the hadith of the Prophet, as well as how the practice of bay'us salam is carried out by the community in Makarti Jaya Village and what is the motivation of the community in doing bay'us salam. This research is a qualitative research with the study of living hadith and uses social theory, namely the ERG motivation theory. Based on the research that has been carried out, it was found that first, the concept of bay'us salam in the hadith of the Prophet is a sale and purchase whose properties are mentioned, while the goods are still under the responsibility of the seller, and the delivery is at the agreed time. Second, bay'us salam carried out by the people of Makarti Jaya Village has experienced several developments such as the existence of DP money as a payment system. Third, people's motivation to do bay'us salam is influenced by several factors including geographical location, mutual assistance, traditions, fulfillment of needs and following trends. Keywords: Motivation, Bay‘us Salam, Hadith Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep bay‘us salam dalam hadis Nabi, serta bagaimana praktik bay‘us salam yang dilakukan masyarakat di Kelurahan Makarti Jaya dan apa motivasi masyarakat dalam melakukan bay‘us salam tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berupa kajian living hadis dengan menggunakan teori motivasi ERG sebagai alat analisis. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa pertama, konsep bay‘us salam dalam hadis Nabi merupakan jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya, sedangkan barang tersebut masih dalam tanggungan penjual, dan penyerahannya pada waktu yang telah disepakati. Kedua, bay‘us salam yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Makarti Jaya mengalami beberapa perkembangan seperti adanya uang DP sebagai sistem pembayaran. Ketiga, motivasi masyarakat melakukan bay‘us salam dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu letak geografis, saling bantu, tradisi, pemenuhan kebutuhan dan mengikuti trend.
HUBUNGAN POLA MAKAN RASULULLAH SAW DENGAN DIET ZAMAN SEKARANG Amaliah, Luthfiah; Muhajirin, Muhajirin; Almunadi, Almunadi
el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu Vol. 4 No. 1 (2023): el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu
Publisher : The Hadith Department, Faculty of Ushuluddin and Islamic Thought, State Islamic University of Raden Fatah Palembang.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/elsunnah.v4i1.17615

Abstract

Diet greatly affects a person's quality of life. The implementation of the wrong diet can have a negative impact on the body, one of which is obesity. Efforts to regulate diet in order to maintain health and control body weight are known as diets. As time goes by, diet methods are always undergoing updates. However, there are some dietary methods that contradict the Qur'an and hadith, such as diets by eating only vegetables, diets by not eating food at all and other extreme dietary methods. The method used is library research, data collection by searching for sources and reconstructing from various sources such as books, journals, and existing research. The diet of the Prophet Muhammad includes the correct diet method. So that by applying it in everyday life, it will make it easier not to overdo it in consuming food and drinks. Keywords: Diet, Diet, Hadith Abstrak Pola makan sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Penerapan pola makan yang salah dapat berdampak negatif pada tubuh, salah satunya adalah obesitas. Upaya mengatur pola makan agar dapat menjaga kesehatan dan mengontrol berat badan dikenal dengan istilah diet. Seiring berjalannya waktu, metode diet selalu mengalami pembaharuan. Namun ada beberapa metode diet yang bertentangan dengan al-Qur’an dan hadis, seperti diet dengan hanya memakan sayur-sayuran, diet dengan tidak makan makanan sama sekali dan metode diet ekstrim lainnya. Metode yang digunakan adalah studi pustaka (library research), pengumpulan data dengan cara mencari sumber dan merkontruksi dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan riset-riset yang sudah ada. Pola makan Rasulullah SAW termasuk metode diet yang benar. Sehingga dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, maka akan memudahkan untuk tidak berlebihan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman.
Metode Penyelesaian Hadis Mukhtalif Tentang Larangan Menikah Pada Saat Ihram Nuronia, Izza; Umar, Atho'ilah
el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu Vol. 4 No. 1 (2023): el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu
Publisher : The Hadith Department, Faculty of Ushuluddin and Islamic Thought, State Islamic University of Raden Fatah Palembang.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/elsunnah.v4i1.17682

Abstract

This research originated from the emergence of concerns and ambiguity of the author who had minimal understanding of the methods and steps for completing mukhtalif hadith. The Mukhtalif hadith is a hadith that outwardly appears to be contradictory or contradictory (with other hadiths). To resolve the contradiction between one hadith and another, a method is needed to solve the hadith. The first procedure for this study is to determine the theme to be discussed, and after that conduct research on the method of completing the hadith contained in the theme, study the various meanings of the syarah hadith on the theme above, and complete the discussion with hadiths or verses of the Qur'an as supporting and reinforcing, and drawing conclusions with scientific arguments. In this writing using the library research method (library research), as well as other supporting documents that are in line with the main theme in this research, while the object of this research is al-Kutub al-Sittah, Kitab Fath al-Baari 'ala Sharh Sahih Al- Bukhari, and other supporting hadith books. The purpose of this paper is to gain an understanding of the formulation of the method used by muhaddisin and fuqaha' in solving mukhtalif hadiths, one of which is the hadith regarding the prohibition of marrying during ihram (hajj). The results of this study indicate an understanding of the completion of the hadith regarding the prohibition of marrying during ihram, in order to gain a more perfect understanding for readers and writers.
Kritik Hadis Menurut al-Hakim al-Naisaburi dalam Ma’rifah Ulum al-Hadits Pramesta, Bayu; Ananda, Yassinta; Agus, Emri
el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu Vol. 5 No. 1 (2024): el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu
Publisher : The Hadith Department, Faculty of Ushuluddin and Islamic Thought, State Islamic University of Raden Fatah Palembang.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/elsunnah.v5i1.14811

Abstract

Kehadiran al-Hakim dalam sejarah pemikiran hadis tidak bisa diabaikan begitu saja meski popularitasnya tidak sebanding dengan para penulis al-Kutub al-Sittah. Gagasan-gagasan karyanya tidak lepas dari konteks sosio-kultural dan politik yang melingkupinya, sehingga menghasilkan nuansa metodologis yang berbeda dengan kitab-kitab hadis sebelumnya. Artikel ini bertujuan untuk mengonstruksikan kritik hadis dan pemahaman hadis dalam keserjanaan al-Hakim al-Naisaburi. Artikel ini menggunakan analisis deskriptif-analitis terhadap sumber primer yakni kitab Ma’rifah Ulum al-Hadis. Dengan demikian artikel ini menemukan bahwa al-Hakim mempunyai kriteria tersendiri dalam menilai status sebuah Hadis dalam kitab al-Ma’rifah Ulum al-Hadits. Kritik sanad hadis al-Hakim menggunakan empat hal, yakni jalur sanad utama dan rendah (ma’rifah ‘ali isnad wa nazil isnad), kejujuran dan kekuatan hafalan periwayat, hadis yang sanadnya bersambung (musnad) dan terputus (mauquf), dan ma’rifatu as-sahabah ‘ala muratabatihim. Sedangkan kritik matan hadis al-Hakim mengacu pada tiga hal, yakni susunan redaksi hadis yang bercampur (al-mudrij), redaksi matan hadis yang gharib dan hadis yang populer. Metode yang digunakan oleh al-Hakim tersebut kemudian melahirkan standar ganda dalam menilai status Hadis. Terlepas dari segala kekurangannya, kitab al-Ma’rifah Ulum al-Hadis merupakan sumbangan terbesar al-Hakim dalam pemikiran Hadis. Dengan demikian, upaya al-Hakim patut diberi apresiasi.
Pemahaman Hadis tentang Adab: Minum Sambil Berdiri (Sebuah Kajian Hadis Tematik) Pramesta, Bayu; Ananda, Yassinta; Ahmadsyah, Muhtadin
el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu Vol. 5 No. 1 (2024): el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu
Publisher : The Hadith Department, Faculty of Ushuluddin and Islamic Thought, State Islamic University of Raden Fatah Palembang.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/elsunnah.v5i1.16191

Abstract

Minum sambil berdiri dianggap sebagai sesuatu yang buruk dan kurang beradab di masyarakat. Hal ini berlandaskan hadis dalam shahih Muslim yang menjelaskan bahwa Rasulullah melarang minum sambil berdiri. Bahkan, di hadis lain dijelaskan bahwa orang yang minum sambil berdiri maka ia telah minum bersama Syaitan. Namun demikian, Rasulullah juga pernah minum dalam keadaan berdiri, di mana itu terjadi ketika Rasulullah sedang melakukan haji wada’ tahun ke 10 Hijriah. Ketika itu Rasulullah diberi minum air Zam-zam oleh Ibn Abbas dan beliau meminumnya sambil berdiri. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman hadis-hadis tentang minum sambil berdiri. Dengan menggunakan metode kajian hadis tematik yang bersumberkan kitab al-Kutub At-Tisáh, artikel ini menyimpulkan bahwa hadis tentang minum sambil berdiri secara tematik memiliki perbedaan pendapat di antara para ulama. Ada yang berpendapat haram, ada yang membolehkan secara mutlak, ada yang membolehkan secara bersyarat, ada yang berpendapat hadis yang melarang sudah mansukh karena hadis yang membolehkan datang belakangan, yaitu ketika haji Wada’. Dengan demikian, hampir semua pendapat mengatakan minum sambil duduk lebih baik. Hal ini karena dari segi Kesehatan memiliki dampak yang signifikan. Ada beberapa efek buruk bila minum sambil berdiri, yakni di samping tidak dapat memberikan kesegaran bagi tubuh secara optimal, air yang diminum juga akan lansung turun ke tubuh bagian bawah sehingga tidak tertampung di dalam lambung, yang nantinya akan dipompa jantung ke seluruh organ tubuh.