cover
Contact Name
Adek Cerah Kurnia Azis
Contact Email
adek_peros@yahoo.com
Phone
+6285278021981
Journal Mail Official
gorgajurnalsenirupa@unimed.ac.id
Editorial Address
Jl. Willem Iskandar / Pasar V, Medan, Sumatera Utara – Indonesia Kotak Pos 1589, Kode Pos 20221
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Gorga : Jurnal Seni Rupa
ISSN : 23015942     EISSN : 25802380     DOI : https://doi.org/10.24114/gr.v9i1
Core Subject : Education, Art,
Gorga : Jurnal Seni Rupa terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Juni dan Desember, berisi tulisan/artikel hasil pemikiran, hasil penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang ditulis oleh para pakar, ilmuwan, praktisi (seniman), dan pengkaji dalam disiplin ilmu kependidikan, kajian seni, desain, dan pembelajaran seni dan budaya.
Articles 806 Documents
STUDI TENTANG TEKNIK MENENUN SONGKET RAWANG MENGGUNAKAN ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM) DI RUMAH TENUN SONGKET RAWANG KABUPATEN AGAM Atika Dwi Putri; Agusti Efi
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 11 No. 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.32711

Abstract

This research aims to describe the shape of the loom, the function of the loom, and the technique of weaving using a non-machine loom (ATBM) at the Songket Rawang Weaving House. The research method used is descriptive qualitative. Types of data in the form of primary and secondary data. The informants of this research are the leaders, coaches and craftsmen at the Songket Rawang Weaving House. Data collection techniques in the form of observation, interviews and documentation. Data analysis techniques by means of data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that the Rawang songket weaving technique using ATBM can store motifs directly without having to make motifs continuously. The technique of storing motifs in ATBM uses a tool called a gun/karok motif. The motifs that have been made can be stored in the motif gun/karok so that the process of making further motifs does not need to be remade, because it is already stored in the motif karok. The process of storing this motif is first stored in the motif sungkit then the motif is temporarily stored in sticks, after all the motifs are formed, they are transferred to the motif karok to be stored. Keywords: songket rawang, weaving technique, ATBM. AbstrakPenelitian ini bertujuanuntuk mendeskripsikan bentuk alat tenun, fungsi alat tenun, dan teknik menenun dengan menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) di Rumah Tenun Songket Rawang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Jenis data berupa data primer dan sekunder. Informan penelitian ini adalah pimpinan, pembina dan pengrajin di Rumah Tenun Songket Rawang. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian diketahui bahwa teknik menenun songket Rawang dengan menggunakan ATBM dapat menyimpan motif secara langsung tanpa harus membuat motif secara terus menerus. Teknik menyimpan motif pada ATBM menggunakan alat yang disebut dengan gun/karok motif. Motif yang sudah dibuat dapat disimpan pada gun/karok motif sehingga proses pembuatan motif selanjutnya tidak perlu lagi dibuat kembali, karena sudah tersimpan di karok motif. Proses penyimpanan motif ini terlebih dahulu disimpan di sungkit  motif kemudian motif tersebut di simpan sementara di lidi-lidi, setelah semua motif terbentuk baru di pindahkan ke karok motif  untuk disimpan.Kata Kunci:teknik menenun, songket rawang, ATBM.Authors:Atika Dwi Putri : Universitas Negeri PadangAgusti Efi : Universitas Negeri Padang References:Affendi, Y. (1980). Seni Tenun Silungkang dan Sekitarnya. Proyek Media Kebudayaan Jakarta. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Bart, B., Utama, E., & AZwar, N. (2006). Revitalisasi Songket Lama Minangkabau. Padang: Studio Songket Erika Rianti.Hertis, Sefni. (2001). Studi Tentang Ktiya Songket Di Silungkang. Padang: Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa Sastra dan Seni Universitas Negeri PadangJuistry, Febriyani. (2013). Kerajina Tenun Songket Minang Saiyo di Nagari Unggan Kabupaten Sijungjung. Padangpanjang: Jurusan Kriya FSRD ISI Padang Panjang.Lubis, S. K., Retnowati, T. H., & Syawalina, S. (2020). Predictive Power of Intellectual Ability Test Score on Students™ Fine Art Learning Outcomes. In 3rd International Conference on Arts and Arts Education (ICAAE 2019) (pp. 41-44). Atlantis Press.Riris, W. Widati. (2002). Perempuan Dalam Usaha Pertenunan Sulawesi Selatan. Jurnal Perempuan edisi, 22.Saputra, H. (2019). Seni dan Budaya Tenun Ikat Nusantara. Res. Gate, 1, 1-15.Yudoseputro, W. (1995). Desain Kerajinan Tekstil. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
PEMBINGKAIAN RUANG VISUAL DALAM DESAIN VIDEO MUSIK ANIMASI SABDA ALAM SEBAGAI SENI MENYAMPAIKAN PESAN KAMPANYE Winny Gunarti Widya Wardani; Syahid Syahid; Taufiq Akbar
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.39919

Abstract

Animated music video is an audio-visual media design that is presented in an illustrative narrative with song accompaniment. This spectacle has become a model for campaign media design that has appeal, like the animated music video “Sabda Alam” by students of SMK Raden Umar Said Kudus, which won appreciation at the 2021 Balinale International Film Festival. “Sabda Alam” tells the story of the lives of birds endemic typical of Indonesia which is increasingly rare. This media campaign indirectly supports the Ministry of Environment's program to socialize the importance of protecting the rich diversity of wild birds in Indonesia. This spectacle is interesting to study because it conveys a message by relying on the power of images in visual space. This research aims to show the relationship of visual elements in visual space as meaningful entities. The research method is descriptive qualitative with data collection techniques in the form of literature studies, observations, and interviews. While the data analysis technique uses image composition analysis into the rule of three imaginary grids, both vertically and horizontally. The results show that "Sabda Alam" prioritizes visual spatial framing, middle framing and full framing to convey messages about threats to protected wild birds. This research is expected to be a reference for knowledge about the function of images in the framing of visual space that is able to provide information and education, as an art of conveying campaign messages in entertaining and attention-grabbing ways. Keywords: visual space, music video, animation.  AbstrakVideo musik animasi merupakan bentuk desain media audio visual yang mempresentasikan materi informasi melalui narasi ilustratif dengan iringan lagu. Tontonan ini dapat menjadi model desain media kampanye yang memiliki daya tarik, sebagaimana video musik animasi berjudul “Sabda Alam”  karya para siswa SMK Raden Umar Said Kudus, yang telah berhasil memperoleh apresiasi di  Balinale International Film Festival 2021. Sabda Alam berkisah tentang kehidupan burung-burung endemik khas Indonesia yang semakin langka.  Video musik animasi ini  secara tidak langsung ikut mendukung program Kementrian Lingkungan Hidup untuk mensosialisasikan  pentingnya  perlindungan terhadap keragaman burung liar sebagai kekayaan fauna di Indonesia. Tontonan ini  menarik untuk dikaji karena menyampaikan pesan dengan mengandalkan kekuatan gambar pada ruang visual. Penelitian ini bertujuan menunjukkan relasi unsur-unsur visual di dalam ruang visual sebagai entitas bermakna. Metode penelitian secara kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa studi literatur, observasi, dan wawancara. Sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis  komposisi gambar ke dalam aturan per tiga grid imajiner, baik secara vertikal maupun horizontal. Hasil penelitian menunjukkan, video musik animasi “Sabda Alam” mengutamakan pembingkaian ruang visual pada framing tengah dan framing penuh untuk menyampaikan pesan tentang ancaman terhadap burung-burung liar yang dilindungi. Penelitian ini diharapkan menjadi referensi pengetahuan tentang fungsi gambar di dalam pembingkaian ruang visual yang mampu memberikan informasi dan edukasi, sebagai seni menyampaikan pesan kampanye dengan cara-cara  menghibur dan menarik perhatian.Kata Kunci: ruang visual, video musik, animasi. Authors:Winny Gunarti Widya Wardani : Universitas Indraprasta PGRISyahid : Universitas Indraprasta PGRITaufiq Akbar : Universitas Indraprasta PGRI References:Ali, M. M., & Ali, M. A. (2018). Karakterisasi Tokoh Dalam Film Salah Bodi. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 7(1), 15-30.Aminah, S. (2019). Pengembangan Video Animasi Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kosa Kata Pada Anak Usia 4-5 Tahun. Skripsi. Universitas Negeri Islam Raden Intan, Lampung.Block, B. (2013). The Visual Story, Creating The Visual Structure of Film, TV, and Digital Media. Massachusetts: Focal Press.Deva, S. (2022). Analisis Konflik Tokoh Dalam Film Kukira Kau Rumah Karya Sutradara Umay Shahab. Diploma Thesis. IKIP PGRI: Pontianak.Fitria, R., Nazar, E., Nelmira, W., & Sahara, N. (2019). Pengembangan Video Pembelajaran Teknik Menjahit Busana pada Mata Kuliah Busana Dasar di IKK FPP UNP. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(1), 19-29.WW, W. G., Piliang, Y. A., & Syarief, A. (2013). Wacana Visual Talk Show ‘ Mata Najwa’: Melihat Bahasa Tubuh Partisipan sebagai Kekuatan Visual. Panggung, 23(4).Halawa, W. E., Triyanto, R., Budiwiwaramulja, D., & Azis, A. C. K. (2020). Analisis Gambar Ilustrasi Hombo Batu Nias Gunungsitoli. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 193-203.Hermawan, S. (2022). “Gaya Ilustrasi Dalam Karakter Visual Video Musik Animasi Sabda Alam”. Hasil Wawancara Pribadi: 5 Agustus 2022, SMK RUS, Kudus.Homan, D. K. (2014). Eksplorasi Visual Diri Dalam Desain Karakter. Humaniora, 5(2), 729-736. https://media.neliti.com/media/publications/167255-ID-eksplorasi-visual-diri-dalam-desain-kara.pdf.Natadjaja, L. (2006). ANALISIS SUDUT PANDANG KAMERA (Studi kasus: Film Jelangkung dan Film The Ring 1). Nirmana, 7(2).Pradesta, E., & Aryanto, H. (2020). Gaya Semirealis Sebagai Inspirasi Perancangan Character Concept Art Game Fantasi Berbasis Legenda Nusantara. BARIK, 1(3), 167-177.Pratama, D., Wardani, W. G. W., Sidhartani, S. (2018). Building Natural and Cultural Tourism Entities Through Visual Space of Television Shows: Analysis of “My Trip My Adventure”, WESTECH 2018. https://doi.org/10.4108/eai.8-12-2018.2283861.Rizali, M., Warhat, Z., & Zebua, E. (2019). Pengaruh Elemen-Elemen Desain Komunikasi VISUAL (DKV) Box Art Game terhadap Story Line Berdasarkan Persepsi Gamers pada Video Game Populer di Indonesia. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(2), 295-302. https://doi.org/10.24114/gr.v8i2.14700.Saputro, M. R. D. (2019). Perancangan Video Musik Animasi 2D Pada Lagu Negeri Syam yang Berjudul 5 Dalam 1. Skripsi. Institut Seni Indonesia, Yogyakarta.Schirato, T.  dan Webb, J. (2004). Reading the Visual. Crows-Nest: Alen & Unwin.Venus, A. (2019). Manajemen kampanye, panduan teoretis dan praktis dalam mengefektifkan kampanye komunikasi publik. Edisi Revisi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media.Wirandi, R., & BP, M. M. (2019). Fungsi MusikDalam Upacara Perayaan Ritual Thaipusam Etnis Hindu Tamil di Banda Aceh. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 415-422. https://doi.org/10.24114/gr.v10i2.28379.Witabora, J. (2012). Peran dan Perkembangan Ilustrasi. Humaniora, 3(2), 659-667. https://doi.org/10.21512/humaniora.v3i2.3410.Yasa, G. P. P. A. (2022). Estetika Animasi: Konsep dan Gaya Animasi Bul. Viswa Design, 2(1), 60-67. https://media.neliti.com/media/publications/546982-none-695d1ef3.pdf.
KRITIK SENI HOLISTIK TERHADAP DENDANG MINANGKABAU Elsa Pitaloka; Nofiyanti Nofiyanti; Agusti Efi
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.35641

Abstract

Art criticism is an activity to evaluate a work of art with the aim of making the artwork more perfect. One of the ways of doing art criticism is art criticism with a holistic approach. By using holistic art criticism, one can judge a work of art based on three components, namely the artist, the work of art, and the art connoisseur, so that it can be seen how the interactions that occur between the three components. While the Minangkabau dance is a work of art that is sung to the accompaniment of typical Minangkabau music such as talempong and also saluang. The research method used in this research is descriptive qualitative, where a description of holistic art criticism of Minangkabau dance is carried out and the sampling technique used is purposive sampling. In this study, a holistic art critique of Minangkabau dances was carried out so that the results obtained in Minangkabau dances were still using the traditional way in their performances so that they are currently unable to compete with modern music. Therefore, briefings were made to the community regarding the importance of understanding and carrying out a holistic art critique, especially in order to preserve the Minangkabau dance culture. One way is to hone the skills, ethics, and understanding of Minangkabau dance activists so that they can make Minangkabau dance better. Keywords: holistic criticism, minangkabau dance. AbstrakKritik seni merupakan suatu kegiatan melakukan penilaian terhadap suatu karya seni dengan tujuan agar karya seni tersebut menjadi lebih sempurna. Cara melakukan kritik seni beraneka ragam salah satunya yaitu kritik seni dengan pendekatan holistik. Dengan menggunakan kritik seni holistik dapat menilai suatu karya seni berdasarkan tiga komponen yaitu seniman, karya seni, dan para penikmat seni, sehingga dapat diketahui bagaimana interaksi yang terjadi antara tiga komponen tersebut. Sedangkan dendang Minangkabau merupakan suatu karya seni yang dinyanyikan dengan iringan musik khas Minangkabau seperti talempong dan juga saluang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif, dilakukan pendeskripsian mengenai kritik seni holistik terhadap dendang Minangkabau serta teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pada penelitian ini dilakukan kritik seni holistik pada dendang Minangkabau sehingga didapatkan hasil dalam dendang Minangkabau masih menggunakan cara tradisional dalam pementasannya sehingga saat sekarang kalah bersaing dengan musik modern. Oleh sebab itu dilakukan pengarahan kepada masyarakat terkait pentingnya memahami dan melakukan suatu kritik seni holistik khususnya supaya dapat melestarikan kebudayaan daerah dendang Minangkabau. Salah satu caranya adalah mengasah kemampuan, etika, dan pemahaman penggiat dendang Minangkabau agar dapat membuat dendang Minangkabau menjadi lebih baik.Kata Kunci: kritik holistik, dendang minangkabau.Authors:Elsa Pitaloka : Universitas Negeri PadangNofiyanti : Universitas Negeri PadangAgusti Efi : Universitas Negeri Padang References: Gumilang, G. S. (2016). Metode Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bimbingan dan Konseling. Jurnal Fokus Konseling, 2(2), 144-159.Nurhikmah, S. (2018). Karya Hermin Istiariningsih dalam Kerangka Kritik Holistik. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni, 20(2), 113-124.Priyono, P. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama Publishing.  Rahman, S., Sidharta, O., & Indra, S. A. (2017). Sorak Rang Balai Dendang Sebagai Representasi dan Identitas Metode Promosi dalam Budaya Dagang Masyarakat Minangkabau. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Seni, 4(2), 206-2012.Ridwan, H. W. (2017). Pengembangan Apresiasi Seni Rupa Siswa di Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Kritik Seni Pedagogik. Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, 2(1), 54-61.Rustim, N. W. C., & Simatupang, L. L. (2019). Interaksi Sosial Bagurau Saluang Dendang Minangkabau di Sumatera Barat. Jurnal Resital, 20(1), 36-51.Soemantri, S., Indira, D., & Indrayani, I. M. (2015). Upaya Pelestarian Khas Desa Mekarsari dan Desa Simpang, Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut. Jurnal Aplikasi Iptek Untuk Masyarakat, 4(1), 42-46.Sriyanto, S. (2012). Dimensi Estetika Pertunjukan Saluang Dendang di Migkabau Dalam Bagurau. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Seni, 14(2), 1-12. 
PERKEMBANGAN DAN PERUBAHAN TARI ZAPIN BENGKALIS DALAM BERBAGAI KRITERIA Syofia Nora; Nofrizal Nofrizal; Agusti Evi
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 11 No. 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.34530

Abstract

Art is a skill performed by humans that produces a good attraction such as painting, carving and dance. Art in the form of dance is very popular in Indonesia, one of which is Zapin Dance with Islamic nuances originating from Malay, Bengkalis Regency, Riau Province. The purpose of this study is to provide an understanding to the reader regarding the developments that occur in Zapin Bengkalis Dance in various criteria by using qualitative descriptive methods and purposive sampling as sampling. At this time very many people think Zapin is a dance that comes from the country of Malaisya, so with the results of this study it is explained that Zapin Dance is a dance from Indonesia originating from Riau. For this reason, it is very necessary to describe the history and development of Zapin Dance so that readers understand the history and development of Zapin Dance. Keywords: arts, zapin dance, zapin development. AbstrakKesenian adalah suatu keahlian yang dilakukan oleh manusia yang menghasilkan daya tarik yang bagis seperti lukisan, ukiran dan tari. Kesenian dalam bentuk tarian sangat populer di Indonesia salah satunya yaitu Tari Zapin yang bernuansa islam berasal dari Melayu Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau . Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada pembaca terkait perkembangan yng terjadi pada Tari Zapin Bengkalis dalam berbagai kriteria dengan menggunakan Metode Deskriptif Kualitatif dan Purposive Sampling sebagai penarikan sampel. Pada saat sekarang ini sangat banyak masyarakat yang menganggap Zapin adalah tarian yang berasal dari negara Malaisya, sehingga dengan hasil penelitian ini dijelskan bahwa Tari Zapin merupakan tarian dari Indonesia yang berasal dari Riau. Untuk itu sangat perlu dilakukan pendeskripsian terkait sejarah dan perkembangan Tari Zapin agar para pembaca paham terkait sejarah dan perkembangan Tari Zapin.Kata Kunci:kesenian, tari zapin, perkembangan zapin. Authors: Syofia Nora: Universitas Negeri PadangNofrizal: Universitas Negeri PadangAgusti Efi: Universitas Negeri Padang References: Moleong, A. L .J. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.Augina, M. A. (2020). Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data pada Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyaraka, 13(3), 145-151.  https://doi.org/10.52022/jikm.v12i3.102Evadila, E, Y., & Astri, N. Y. (2019). Perkembangan Tari Tradisi Zapin Bengkalis ke Zapin Meranti di Sanggar Zapin Tradisi Hangtuah Desa Perumbi Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti. Jurnal Pendidikan Seni Drama, 6(1), 34-4. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2858Suparno, M., & Rin, R. (2020). Upaya Pelestarian Tarian Zapin Dalam Rangka Memperkuat Nilai Karakter Sebagai Pemersatu Bangsa Pada Masyarakat Melayu Pesisir Melawi Di Desa Pagar Lebata Kecamatan Serawai Kabupaten Sintang. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 5(2), 223-234.  https://doi.org/10.31932/jpk.v5i2.941Suryani, N., & Fitriah, L. (2019). Seni Pertunjukan Tari Zapin Api Di Rupat Utara Bengkalis Provinsi Riau. Jurnal Ilmu Humanior, 3(1), 18-33.  https://doi.org/10.22437/titian.v3i1.7030Wulan, P. G., & Idrus, A. (2016). Memaknai Nilai Kesenian Kuda renggong dalam Upaya Melestarikan Budaya Daerah di Kabupaten Sumedang. Journal of Urban Society™s Arts. 3(1), 27-35. https://doi.org/10.24821/jousa.v3i1.1474Yuni, I. P., Ediwar., & Martion, M. (2013). Estetika Zapin Sebagai Sumber Penciptaan Karya Kaki-kaki. Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, 1(1), 1-18. http://dx.doi.org/10.26887/bcdk.v1i1.22Zulaika, S. (2021). Apresiasi Masyarakat Terhadap Tari Tradisi Zapin Meskom di Desa Sejangat Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Pekanbaru: Terbitan FKIP UIR.
ORNAMEN KAPAL LAMPUNG TYPEFACE Rohiman Rohiman; Ade Moussadecq; Dika Tondo Widakdo
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.38959

Abstract

Sumatra's cultural heritage is very diverse and unique, one of the oldest cultures is the Lampung culture. The traditional Lampung tribe is not only famous for its decorative ornaments, but the kain tapis which is very distinctive in terms of art. The Kain Tapis Ornament Kapal Fabric which is increasingly forgotten and has been eroded by the times. The design of this typeface aims to preserve and introduce to the public about kapal Ornaments from Lampung Tapis woven fabric through ethnic typefaces. This study uses a qualitative method with a creative thinking process pattern approach. Procedures for implementing and solving visual communication problems through initial understanding, preparation, incubation, explanation and verification. The stages in the typeface design research are carried out with the initial sketch design, then the digitization process. The results obtained from the research can be concluded that the design of the kapal ornament typeface is the typeface resulting from the Lampung kapal ornament stylization, booklets, posters, signage, flayers, digital media, t-shirts, totebags and mugs are the media used in designing typefaces.Keywords: ornament, kapal, tapis, Lampung, typeface.AbstrakWarisan budaya Sumatera sangat beragam dan unik, salah satu budaya tertuanya ialah budaya Lampung. Suku tradisional Lampung tidak hanya terkenal dengan ornamen hiasnya saja, akan tetapi kain Tapis yang sangat khas dari segi seninya. Kain Tapis Ornamen Kapal yang kian terlupakan dan telah terkikis oleh perkembangan zaman. Perancangan jenis huruf ini bertujuan untuk melestarikan dan memperkenalkan kepada masyarakat tentang Ornamen Kapal dari kain tenun Tapis Lampung melalui typeface etnik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan pola proses berpikir kreatif (Creative Thingking Process). Tata cara penerapan dan penyelesaian masalah komunikasi visual melalui pemahaman awal, persiapan, inkubasi, penjelasan dan verifikasi. Tahapan dalam penelitian perancangan typeface di lakukan dengan perancangan sketsa awal, kemudian proses digitalisasi.  Hasil yang didapat dari penelitian dapat diambil kesimpulan perancangan typeface ornamen kapal berupa typeface hasil stilasi ornamen kapal Lampung, booklet, poster, signage, flayer, social media, kaos, totebag dan mug merupakan media yang digunakan dalam mendesain typeface.Kata Kunci : ornamen, kapal, tapis, Lampung, typeface. Authors:Rohiman : Institut Informatika dan Bisnis DarmajayaAde Moussadecq : Institut Informatika dan Bisnis DarmajayaDika Tondo Widakdo : Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya References:Afriwan, H., & Kamal, M. N. (2021). Fungsi dan Makna Huruf Vernakular sebagai Karya Desain Jalanan. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 445-453.Andriyanti, S., Sinaga, R., & Lubis, R. (2022). Aplikasi Ornamen Sumatera Utara Kreasi Kekinian pada Desain Busana Ready-To-Wear dengan Teknik Sablon Printing. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(1), 25-35.Sihombing, D. (2001). Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: Gramedi.rawan, D. (2016). Kajian Bentuk Estetis Kain Tenun Kapal Dalam Masyarakat Saibatin Lampung Timur Menurut De Witt H. Parker. Imaji, 14(2), 98–106. https://doi.org/10.21831/imaji.v14i2.12173.Irawan, W. D. (2019). Sistem Kekerabatan Masyarakat Lampung Pepadun Berdasarkan Garis Bertalian Darah. Edukasi Lingua Sastra, 17(2), 151–158.Kembaren, Y. A., Kartono, G., & Mesra, M. (2020). Analisis Karya Poster Berdasarkan Unity, Layout, Tipografi, Dan Warna. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 121-126.Kherustika, K., & Tim. (2017). Katalog Kain Kapal Koleksi Museum Negeri Provinsi Lampung. Lampung: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD Museum.Lawson, B. (2007). Bagaimana Cara Berpikir Desainer. Jakarta: Jalasutra.Lisa, D., Rusmiati, C. P. F., Arsitektur, P. S., Arsitektur, J., Teknik, F., Lampung, U., Prof, J., Brojonegoro, S., & Lampung, B. (2021). Seminar Nasional Ilmu Teknik dan Aplikasi Industri Budaya visual perkembangan arsitektur di Kabupaten Lampung Barat. Prosiding Sinta 3, 3(2020), 5. sinta.eng.unila.ac.id.Mesra, M., Kartono, G., & Ibrahim, A. (2022). Penerapan Ornamen Tradisional Sumatera Utara Pada Toples Makanan Sebagai Sarana Revitalisasi. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(1), 81-88.Nugroho, D. P. (2019). Ornamental Varieties of Gedong Songo Semarang Temple As a Typeface Design Inspiration. Arty: Jurnal Seni Rupa, 8(2), 65–76. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/arty/article/view/40287.Nugroho, M. P., Cahyana, A., & Falah, A. M. (2021). Penelitian Antropologi Kajian Etnografi Visual Pada Kain Tapis Lampung. ATRAT: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 18–26. https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/atrat/article/view/1719.Rachman, A. (2016). Pola Iringan Engkel Instrumen Cak Dan Cuk Dalam Lagu Langgam Jawa Pada Orkes Keroncong Sekar Domas Di Semarang. Jurnal Konferensi Internasional VI Bahasa, Sastra Dan Budaya Daerah Indonesia, 7(9). https://www.mendeley.com/reference-manager/reader/4ae936b9-4e9f-34bc-bf2d-250f73fc7b1e/752ed8f4-a224-d67f-6f51-2b74caefba4d.Rustan, S. (2011). Huruf Font Tipografi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Rustan, S. (2013). Mendesain Logo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Roy, B. (1971). An Approach To Print A basic guide to the printing processes. London: Blandford Press.Sabatari, W. (2011). Motif Hias Geometris Sajian Khusus Seni Ornamen Indonesia. Seminar Nasional 2011 “Wonderfull Indonesia” Jurusan PTBB FT UNY , 3 Desember 2011, 619–631. http://staffnew.uny.ac.id/upload/132296048/penelitian/Kajian+Potensi+“Wedang+Uwuh”++Sebagai+Minuman+Funsional.pdf.Simbolon, E. Y., & Zulkifli, Z. (2022). Penerapan Ornamen Pada Desain Tote Bag Berdasarkan Prinsip Desain. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 119-128.Skolos, N., & Wedell, T. (2006). Kain Tapis Lampung Terancam Punah. Beverly: Rockport.Suwati, K. (1992). Kain Kapal Khasanah dari Lampung (Majalah Kebudayaan No. IV Tahun II). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Wicaksono, A., & Hartono, B. (2017). Strategi Perancangan dengan Penerapan Ragam Hias Sulur Gelung Pada Produk Kriya untuk Pasar Global. CORAK Jurnal Seni Kriya, 6(2), 143–150.
STUDI WARNA DAN GAYA PADA KARYA YAZID Miswar Miswar; Rica Rian; Yunis Muler; Rajudin Rajudin
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.38384

Abstract

This study reveals the characteristics of color and style in Yazid's work. The method used in this study refers to a qualitative research methodology that includes observations, interviews, and the use of documents in the field. In addition, this study uses qualitative methods, which include interviews, field notes, photos, videos, personal documents, and others. Yazid's painting takes the theme of the exotic nature of West Sumatra, which leads to Mooi Indie's work. Yazid's paintings are exciting in terms of the colors presented. The colors in Yazid's work are soft and light, and rarely in his work are their colors that are too dark. The brightness of his paintings is also low; some of his works use bright colors. The color composition in the work is very well made. No colors can damage each other, so a harmonious and mutually supportive color arrangement is achieved. In tracing Yazid's paintings, they are classified into four styles according to Feldman, the first is the objective accuracy style, the second is formal arrangement style, the third is expressive style, and the fourth is the fantasy style. The presence of Yazid's work greatly influenced the development of naturalist-style painting in West Sumatra, considering that Yazid is a senior artist who devoted his life to painting. Keywords: Yazid's painting, color, style. AbstrakPenelitian ini mengungkap karakteristik warna dan gaya pada karya Yazid. Dalam konteks penelitian ini, istilah "metode" mengacu pada metodologi penelitian kualitatif, yang melibatkan kegiatan seperti observasi lapangan, wawancara partisipan, dan pemanfaatan dokumen yang relevan. Selain itu penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang meliputi wawancara, catatan lapangan, foto, video, dokumen pribadi dan lain-lain. Karya lukis Yazid mengangkat tema tentang alam Sumatera Barat yang eksotis yang mengarah kepada karya Mooi Indie. Karya lukis yang dibuat Yazid sangat menarik dari segi warna yang dihadirkan. Warna pada karya Yazid adalah warna lembut dan terang. Jarang pada karyanya terdapat warna yang terlalu gelap. Kecerahan warna lukisannya juga rendah, sedikit dari karyanya yang menggunakan warna cemerlang. Komposisi warna dalam karya dibuat sangat baik tidak ada warna yang merusak satu sama lain sehingga tercapai susunan warna yang harmonis dan saling mendukung. Dalam menelusuri karya lukis Yazid digolongkan dalam empat macam gaya menurut Feldman, yang pertama gaya ketepatan objektif, kedua gaya susunan formal, ketiga gaya emosi, dan yang keempat gaya fantasi. Kehadiran karya Yazid sangat berpengaruh kepada perkembangan seni lukis yang bergaya naturalis di Sumatera Barat, mengingat Yazid merupakan seniman yang senior yang mencurahkan hidupnya pada seni lukis. Kata Kunci: karya lukis Yazid, warna, gaya.Authors:Miswar : Institut Seni Indonesia PadangpanjangRica Rian : Institut Seni Indonesia PadangpanjangYunis Muler : Institut Seni Indonesia PadangpanjangRajudin : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Adisendjaja, Y. H. (2003). Warna dan Maknanya Dalam Kehidupan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.Ellanda, A., Aulia, S. A., & Hariyani, Y. S. (2016). Perancangan Aplikasi Pembaca Warna Untuk Penderita Buta Warna Berbasis Android. Jurnal Elektro Dan Telekomunikasi Terapan, 1(1), 59. https://doi.org/10.25124/jett.v1i1.85.Fahira, Y., Yandri, Y., & Gani, M. H. (2021). Unity, Complexity, dan Intensity Lukisan Karya Yazid. V-art: Journal of Fine Art, 1(1), 20-24. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26887/vartjofa.v1i1.2135.Feldman, E. B. (1967). Art As Image and Idea, bagian dua, tiga, terjemahan SP.Gustami. United States: Prentice-Hall.Hartoko, D. (1991). Manusia dan Seni. Jakarta: Kanisius.Hidayat, R. A. H. (2018). ALAM PASAMAN BARAT DALAM LUKISAN NATURALIS. SERUPA : The Journal Of Art Education, 6(2). https://doi.org/https://doi.org/10.24036/sr.v6i2.9103.Kartika, D. S. (2017). Seni Rupa Modern (Edisi Revisi). Jakarta: Rekayasa Sains.Nawawi, H. H. (2013). Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.Purbasari, M., & Jakti, R. A. D. R. I. K. (2014). Warna Dingin Si Pemberi Nyaman. Humaniora, 5(1), 357. https://doi.org/10.21512/humaniora.v5i1.3034.Said, A. A. (2006). Unsur-Unsur Desain. Makassar: Universitas Negeri Makassar.Soedarso, S. (2006). Trilogi Seni: Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.Soedarsono, R. M. (1999). Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Yogyakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.Somantri, G. R. (2005). Memahami Metode Kualitatif. Makara, Sosial Humaniora, 9(2), 57–65.Sumartono, S. (2002). Berbagi Pendekatan dalam Penelitian Seni Kriya. Seminar Internasional Seni Rupa 2002.
TRANSFORMASI ESTETIK SENI KRIYA; KELAHIRAN DAN KRIYA MASA KINI Riswel Zam; Dharsono Dharsono; Timbul Raharjo
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 11 No. 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.36026

Abstract

This paper discusses the aesthetic transformations in craft art.  The discussion focuses on craft art as a form of socio and cultural bonding in the past that developed into a part of individual culture and a means of self-expression in the present.  Studies are conducted on aesthetic components, such as the form, purpose, and expressive content found in crafts.  To achieve the goals, studies in the form of qualitative research using cultural and artistic methods are employed.  According to the research, craft art is ingrained in human life and has existed from prehistoric times to the present.  The philosophy that guided the development of ancient crafts is founded on a metaphysical perspective, a charge of spiritual, religious, and magical principles that form works of high quality crafts and reflect the soul of their era.  The philosophy that guided the development of ancient crafts is founded on a metaphysical perspective, a charge of spiritual, religious, and magical principles that form works of high quality crafts and reflect the soul of their era.  Modern or contemporary craft art, which displays aesthetic inclinations as a result of the interaction and effect of freedom of expression, is currently referred to as art craft.  The thought and philosophy of art also influenced the creation of crafts, by adapting of understanding Western™s fine art to the archipelago's cultural norms. These adaptations and acculturations make craft art a manifestation that is affected and reflects societal changes that occur in Indonesia or along with the soul of the times.   Keywords: aesthetic transformation, art craft. AbstrakTulisan ini membahas transformasi estetik dalam seni kriya. Pembahasan difokuskan pada seni kriya sebagai ikatan sosio-kultural pada masa lampau yang berkembang ke dalam aspek individu-kultural sebagai media ekspresi personal pada saat ini.  Kajian dilakukan terhadap unsur-unsur estetik yang meliputi bentuk, fungsi, dan muatan ekspresi yang terkandung dalam kriya. Untuk mencapai tujuan digunakan kajian berupa penelitian kualitatif melalui pendekatan kebudayaan dan pendekatan estetik. Temuan yang diperoleh adalah bahwa seni kriya melekat dan berjalan seiring dengan kehidupan manusia sejak masa prasejarah sampai sekarang. Penciptaan kriya masa lampau dilandasi oleh filosofi yang berorientasi pada pola pikir metafisis, muatan nilai-nilai spiritual, religius, dan magis yang menghasilkan karya-karya kriya adiluhung dan mencerminkan jiwa zamannya. Sementara seni kriya modern atau kontemporer menunjukkan kecenderungan estetik sebagai interaksi dan pengaruh kebebasan berekspresi, kriya ini dikenal dengan kriya seni. Pemikiran dan filsafat seni juga memberi pengaruh pada penciptaan kriya, dengan mengadopsi aliran-aliran seni rupa Barat yang disesuaikan dengan kebudayaan nusantara. Penyesuaian dan akulturasi tersebut menjadikan seni kriya sebagai manifestasi kesenian yang dipengaruhi serta mencerminkan perubahan-perubahan sosial yang terjadi di Indonesia atau seiring dengan jiwa zaman.Kata Kunci:transformasi estetik, seni kriya. Authors:Riswel Zam : Institut Seni Indonesia PadangpanjangDharsono : Institut Seni Indonesia SurakartaTimbul Raharjo : Institut Seni Indonesia Yogyakarta References:Adryamarthanio, V. (2022). Batik Pesisir: Sejarah, Ciri-ciri, dan Motif. https://kompas.com/stori/read/2022/04/27/090000579/batik-pesisir--sejarah-ciri-ciri--dan-motif (diakses tanggal 1 November 2022).Ahmad, A. S. E. (2021). Kritik Sejarah Batik Sidoarjo. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 137. https://doi.org/10.24114/gr.v10i1.24626.Burhan, M. A. (1999). Nilai Estetik dalam Seni Lukis di Indonesia. Jurnal Seni, ISI Yogyakarta., VI(3).Dharsono, D. (2016). Kreasi Artistik, Perjumpaan Tradisi Modern dalam Paradigma Kekaryaan Seni. Yogyakarta: Citra Sains.Dillistone, F. (2002). The Power of Symbols. Jakarta: Penerbit Kanisius.Feldman, E. B. (1967). Art As Image and Idea. USA: Prentice Hall.Gie, T. L. (2004). Filsafat Seni: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna.Guntur, G. (2021). Kriya Retro, Biutifikasi dan Legatimasi Artistik. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna.Gustami, S. (2007). Butir-butir Mutiara Estetika Timur, Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia. Yogyakarta: Prasista.Joedawinata, A. (2001). Seni Kriya dan Desain di Lingkungan Perguruan Tinggi. Jurnal SR&D Fakultas Seni Rupa Dan Disain ITB, Bandung, 1.Junaedi, D. (2016). Estetika Subjek, Objek, dan Nilai. Yogyakarta: ArtCiv.Kamal, M. N. (2020). Kerajinan Perak Tinjauan Pada Proses Dan Makna Simbolis Ornamen Di Home Industry Di Koto Gadang. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 409. https://doi.org/10.24114/gr.v9i2.21229.Kartika, D. S. dan N. G. P. (2004). Pengantar Estetika. Yogyakarta: Rekayasa Sains.Marianto, M. D. (2011). Menempa Quanta Mengurai Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.Najoan,Stephanie Jill., J. C. M. (2011). Transformasi Sebagai Strategi Desain. Media Matrasain, 8(2), 117“130. https://doi.org/https://doi.org/10.35792/matrasain.v8i2.330Nugraha, A. (1999). Kriya Indonesia, Sebuah Wilayah Sumber Inspirasi Yang Tak Terbatas. Yogyakarta: Prasista.Ponimin, & Guntur. (2021). The COVID-19 War in Ceramic Arts: Navigating Aesthetic and Symbolic Expressions. Aisthesis. Pratiche, Linguaggi e Saperi Dell™estetico, 14(1), 81“99. https://doi.org/10.36253/aisthesis-12056.Raharjo, T. (2011). Seni Kriya dan Kerajinan. Yogyakartaa: Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta.Sakti, Z. (2017). Pengertian Unsur Estetika dan Unsur Ergonomis Produk Kerajinan. https://www.aelilmu.com/2017/09/pengertian-unsur-estetika-dan-unsur-ergonomis-produk-kerajinan-html (diakses tanggal 1 November 2022).Soedarso. (2006). Trilogi Seni; Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seni (Cetakan Pe). Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.Strauss, A. dan J. C. (2007). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Pelajar.Sullivan, L. (1896). Number BY. Lippincott´s, 403“409.Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi (Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.Zam, R. (2006). Cerek dalam Ekspresi Kriya Logam. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta.Zam, R., & Ferawati, F. (2020). POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN KERAJINAN COR KUNINGAN SUNGAI PUAR DALAM ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0. Artchive: Indonesia Journal of Visual Art and Design, 1(1), 46. https://doi.org/10.53666/artchive.v1i1.1561.Zuhdi, B. M. (2010). PERKEMBANGAN KONSEP KRIYA. Imaji, Fakultas Bahasa dan Seni, 1(1). https://doi.org/10.21831/imaji.v1i1.142.
MANAGEMENT EVENT SENI PERTUNJUKAN PERFORMANCE ART Syafrizal Syafrizal; Agusti Efi; Budiwirman Budiwirman
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.34713

Abstract

Performance art is an activity of staging the work of artists who use the body as a medium for their work. This study aims to explain the performance performance management of performance art performance art. The type of research used is qualitative research. The research stage is carried out by collecting literature sources, both primary and secondary. The results showed a performance art management process which includes research, design (design), division of tasks and responsibilities, determining the right sponsor, communication and coordination between teams and evaluation. Carrying out an event requires careful coordination and preparation so that the event can be managed more efficiently and effectively.Keywords: management, event, performance, performance art. AbstrakPerformance art merupakan kegiatan pementasan  hasil karya para perupa yang menggunakan tubuh sebagai media berkaryanya. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan manajemen pergelaran seni pertunjukan performance art. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Tahapan penelitian dilaksanakan dengan menghimpun sumber kepustakaan, baik primer maupun sekunder. Hasil penelitian menunjukkan proses manajemen performance art yang meliputi riset, desain (rancangan),  pembagian tugas dan tanggung jawab, menentukan sponsor yang tepat, komunikasi dan koordinasi antar tim dan evaluasi . Melaksanakan suatu event memerlukan koordinasi serta persiapan yang matang agar event bisa dikelola dengan lebih efisien serta efektif.  Kata Kunci: management, event, pertunjukan, performance art. Authors:Syafrizal : Universitas Negeri PadangAgusti Efi : Universitas Negeri PadangBudiwirman : Universitas Negeri PadangReferences:Ayuni, Astari & Efi, Agusti. (2020). Manajemen Festival Seni Pertunjukan Pekan Nan Tumpah Di Provinsi Sumatera Barat. Padang. Universitas Negeri Padang Sumatera Barat.Brantas. (2009). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Alfabeta.Hasibuan, M. S. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.Isnanta, S. D. (2010). Representasi Tubuh Perempuan Dalam Performance Art Karya Melati Suryadarmo. Brikolase: Jurnal Kajian Teori, Praktik dan Wacana Seni Budaya Rupa, 2(1).Kusuma, Rr. Chusnu Syarifa Diah. (2016). Modul Manajemen Event. Modul. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.Lubis, S. K., Retnowati, T. H., & Syawalina, S. (2020, July). Predictive Power of Intellectual Ability Test Score on Students’ Fine Art Learning Outcomes. In 3rd International Conference on Arts and Arts Education (ICAAE 2019) (pp. 41-44). Atlantis Press.Prayhogi, I. (2016). Penciptaan Video Musik dengan Materi Performance Art (Doctoral dissertation, State University of Surabaya).Rochbeind, F., & Pristiati, T. (2022). Analysis of Movement and Music Characteristics of Performance Art in “Touching the Heart for a Broken Wing” Performance. Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 22(1), 119-128.Safroni, K. H .M. Ladzi. (2012), Manajemen dan Reformasi Pelayanan Publik dalam Konteks Birokrasi Indonesia (Teori, Kebijakan, dan Implementasi). Yogyakarta: Aditya Media.Saputro, Johan. (2014). Perencanaan Event Management Festival Kesenian Yogyakarta sebagai Media Komunikasi Identitas Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.Sedyawati, Edi. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.Supriyadi, S. (2017). Community of Practitioners: Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan antar Pustakawan. Lentera Pustaka: Jurnal Kajian Ilmu Perpustakaan, Informasi Dan Kearsipan, 2(2), 83-93.Terry, George. R., & Rue, L. W. (2010). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Bumi.
MENGEMBANGKAN KARAKTER ANAK MELALUI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA Mariana Heristian; Agusti Efi; Budiwirman Budiwirman
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.35339

Abstract

Character education is a learning with the aim of forming a good personality by instilling certain character values in a person. The important function of character education is to develop the abilities that humans have in themselves. Cultural arts lessons have the meaning of being multicultural, which means that they can foster public awareness in carrying out democracy, respecting each other, and having good manners. The purpose of this research is to see the achievement of students in shaping through art and culture learning such as being responsible, working together and helping to help. In this case we take an example when students enter into the art of dance. When children perform dances, students will interact with others. This research uses basic research methods which later the results of the research will be used as a basis in developing attitudes to change behavior through the educational process. And to realize all that, good performance is needed from the teaching staff in the school, not the responsibility of the arts and culture teacher alone, but the responsibility of all existing teachers. Keywords: education, character, arts and culture. AbstrakPendidikan karakter merupakan suatu pembelajaran dengan tujuan membentuk kepribadian yang baik dengan menanamkan nilai-nilai karakter tertentu pada diri seseorang. Fungsi dilakukannya pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki manusia dalam dirinya. Pelajaran seni budaya memiliki makna sebagai multikultural yang artinya dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam melakukan demokrasi, saling menghargai, dan memiliki adab yang baik. Tujuan penelitian ini untuk melihat ketercapaian peserta didik dalam membentuk karakter melalui pembelajaran seni budaya seperti bertanggung jawab, kerjasama dan tolong menolong. Dalam hal ini kita mengambil contoh ketika siswa masuk ke aspek seni tari. Pada saat anak menampilkan tarian siswa akan berinteraksi satu dengan yang lainnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dasar yang nantinya hasil dari penelitian tersebut akan digunakan sebagai landasan dalam pengembangan sikap untuk mengubah perilaku melalui proses pendidikan. Dan untuk mewujudkan semua itu diperlukan kinerja yang baik dari tenaga pengajar yang ada di sekolah bukan hanya tanggung jawab guru seni budaya saja, namun tanggung jawab semua guru yang ada.  Kata Kunci: pendidikan, karakter, seni budaya.Authors:Mariana Heristian : Universitas Negeri PadangAgusti Efi : Universitas Negeri PadangBudiwirman : Universitas Negeri Padang References:Afandi, R. (2011). Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jurnal Pedagogia, 1(1), 85-98. https://doi.org/10.21070/pedagogia.v1i1.32.Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan KurikulumTingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.Idris, S., & Tabrani, Z. (2017). Realitas Konsep Pendidikan  Humanisme Dalam Konteks Pendidikan Islam.  Jurnal Bimbingan Konseling, 3(1), 96-113. http://dx.doi.org/10.22373/je.v3i1.1420.Kesuma, Dharma et. al., (2011). Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.Mahendra, Y., et. al., (2019). Pengembangan Pendidikan Karakter Menuju Transformasi Abad 21. Prosiding SEMNASFIP,187-191. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SEMNASFIP/article/view/5126.Muslih, M. (2011). Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.Prawiradilaga, Dewi Salma. (2008). Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.Rohendi, R. T. (2014). Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan Seni Budaya Berbasis Kearifan Lokal (Wayang Sebagai Sumber Gagasan). Jurnal Seni, 8(1), 1-8.https://doi.org/10.15294/imajinasi.v7i1.7284.Sudrajat, A. (2011). Mengapa Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Karakter, 1(1), 47-58. http://dx.doi.org/10.21831/jpk.v1i1.1316.Tim Penyusun. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembagan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka.
STUDI TENTANG SULAMAN BENANG EMAS MEMAKAI KACA DAN CERMIN PADA PELAMINAN DI DESA NARAS I KOTA PARIAMAN Azka Hayati; Weni Nelmira
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.37683

Abstract

Gold thread embroidery using glass and mirrors is a cultural heritage that has been passed down from generation to generation, this craft can be found in the Naras I area (Kota Pariaman) which is the main producing area for aisles with superior quality gold thread and is in great demand by consumers in West Sumatra to other countries. neighbor. The purpose of the study was to describe the design of motifs, embroidery techniques and the meanings contained in gold thread embroidery using glass and mirrors on the aisle of Naras I. The method used was descriptive qualitative, with the types of primary data and secondary data used, data collection techniques through observation, questions and main problems, analysis technique is an interactive model related to the main problem, through data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The results of the research are gold thread embroidery motifs found in several aisle products that use glass and mirrors such as tirai langik-langik, Dalamak, banta gadang and tabir, generally use naturalist plant motifs, namely (a) diamond flower, (b) sunflower (c) cornflower (d) kaluak paku and (e) kaluak randai, while the animal naturalist motif (a) peacock (b) butterfly, and geometric motifs in the form of monks. The technique of embroidery gold thread embroidery using glass and mirrors at Naras I started by using a special technique, namely the rajuik technique by attaching to the material by tying the glass in the form of a square tie and tying it diagonally and then arranging the gold thread with a balut glass stitch, the sewing thread that knitted the glass until the thread Sewing is invisible and neat. As well as the meaning that comes from the life of the people in Minangkabau in accordance with previous customs. The meaning of glass and mirror has the meaning of "illuminator", namely ninik mamak is a light bulb in the nagari, and the motifs found on the aisle apparatus that use glass and mirrors have moral meanings that are good to follow and bad ones to be avoided. Keywords: gold thread embroidery, glass, mirror. AbstrakSulaman benang emas memakai kaca dan cermin merupakan warisan budaya yang diwarisi secara turun temurun yang dapat dijumpai di daerah Naras I (Kota Pariaman). Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan desain motif, teknik menyulam dan makna yang terkandung dalam sulaman benang emas memakai kaca/cermin pada pelaminan Naras I. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, dengan jenis data primer dan sekunder, Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara serta permasalahan pokok, Teknik analisa yaitu model interaktif yang berkaitan dengan masalah pokok, melalui reduksi data, penyajian data, serta pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian yaitu motif sulaman benang emas yang terdapat pada beberapa produk pelaminan yang memakai kaca/cermin yaitu pada tirai langik-langik, dalamak, banta gadang dan tabir yang menggunakan motif naturalis tumbuhan (a) bunga intan, (b) bunga matahari (c) bunga jagung (d) kaluak paku dan (e) kaluak randai, sedangkan motif naturalis hewan (a) burung merak (b) kupu-kupu, motif geometris berupa biku-biku. Teknik menyulam sulaman benang emas memakai kaca dan cermin di desa Naras I dimulai dengan menempelkan kaca menggunakan teknik khusus yaitu teknik rajuik dengan menempelkan kaca pada bahan dengan mengikat kaca berbentuk ikat persegi dan ikat diagonal lalu benang emas ditata dengan tusuk balut melingkari benang jahit yang merajuik kaca hingga benang jahit tidak terlihat. Serta makna yang terkandung berasal dari kehidupan masyarakat di Minangkabau sesuai dengan adat-adat terdahulu. Makna kaca dan cermin mempunyai arti “penerang” ninik mamak sebagai bendang penerang dalam nagari, serta motif-motif yang terdapat pada pelaminan yang memakai kaca/cermin memiliki makna moral yang baik untuk diikuti dan yang buruk untuk dijauhi.Kata Kunci: sulaman benang emas, kaca, cermin.Authors:Azka Hayati : Universitas Negeri PadangWeni Nelmira : Universitas Negeri Padang References:Abel, A. (2022). “Proses Pembuatan Sulaman dengan Cermin dan Kaca”. Hasil Wawancara Pribadi: 2 Februari 2022, Nareh I.Hervilas, V., Adriani, A., & Nelmira, W. (2016). Bordir Kerancang di Kota Bukittinggi (Studi Kasus di Usaha Sulaman Ambun Suri). Journal of Home Economics and Tourism, 13(3).Ines, I. (2022). “Proses Pembuatan Sulaman dengan Cermin dan Kaca”. Hasil Wawancara Pribadi: 16 Maret 2022, Nareh I.Lestari, L., & Alhamdani, M. R. (2014). Penerapan Material Kaca dalam Arsitektur. LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR, 1(2), 30-42.Maydayusi, D., Yasnidawati, Y., & Andriani, A. (2015). Studi Tentang Pelaminan Dikecamatan Kota Baru Kota Jambi. Journal of Home Economics and Tourism, 8(1).Nelmira, W., Adriani, A., & Halmawati, H. (2021). Desain Motif, Alat dan Proses Pembuatan Kerajinan Bordir Kerancang Bukittinggi. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 542-550.Nirsal, N. (2015). Perangkat Lunak Pembentukan Bayangan pada Cermin dan Lensa. d'ComPutarE: Jurnal Ilmiah Information Technology, 2(1), 24-33.Raudhatul, Jannah, Puti Reno Thaib Upita Agustine. (2014). Palaminan Minangkabau / Puti Reno Raudha Thaib. Padang: Bundo Kanduang Provinsi Sumatera Barat, https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=943183#Utari, A. G., Zahri, W., & Idrus, Y. (2014). Studi Tentang Kerajinan Sulaman Benang Emas di Nagari Saniangbaka Kecamatan X Koto Singkarak Kabupaten Solok. Journal of Home Economics and Tourism, 7(3).Wahyuni, S., Idrus, Y., & Novrita, S. Z. (2015). Studi Tentang Sulaman Tangan pada Pelaminan Tradisional Naras di Kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman. Journal of Home Economics and Tourism, 8(1).Yasnidawati, Y. (2012). Seni Sulam Minangkabau dan Inovasinya untuk Mendukung Pengembangan Industri Kerajinan Rumah Tangga. Teknologi dan Kejuruan: Jurnal teknologi, Kejuruan dan Pengajarannya, 34(2).