cover
Contact Name
Adek Cerah Kurnia Azis
Contact Email
adek_peros@yahoo.com
Phone
+6285278021981
Journal Mail Official
gorgajurnalsenirupa@unimed.ac.id
Editorial Address
Jl. Willem Iskandar / Pasar V, Medan, Sumatera Utara – Indonesia Kotak Pos 1589, Kode Pos 20221
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Gorga : Jurnal Seni Rupa
ISSN : 23015942     EISSN : 25802380     DOI : https://doi.org/10.24114/gr.v9i1
Core Subject : Education, Art,
Gorga : Jurnal Seni Rupa terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Juni dan Desember, berisi tulisan/artikel hasil pemikiran, hasil penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang ditulis oleh para pakar, ilmuwan, praktisi (seniman), dan pengkaji dalam disiplin ilmu kependidikan, kajian seni, desain, dan pembelajaran seni dan budaya.
Articles 806 Documents
HIBRIDITAS DALAM PERTUNJUKAN KETOPRAK DOR GRUP RAHAYU CIPTO RUKUN DI KOTA TEKENGON Rika Wirandi; Fifie Febryanti Sukman
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 12, No 1 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i1.48198

Abstract

This study aims to explain the forms of cultural hybridity in the Ketoprak Dor Rahayu Cipto Rukun performance in Takengon. Historically, Ketoprak Dor is an art brought by the Javanese overseas community who became plantation workers during the colonial period, in Deli, North Sumatra. This art is another form of Javanese ketoprak art that developed in Surakarta and Yogyakarta. The art form and performance of Ketoprak Dor in Takengon has undergone flexing and adjustment so that there are many new local cultural elements blending into the performance packaging, such as language, dialect, story themes, to the music. This research uses descriptive qualitative research methods using several data collection techniques, including: literature studies, online data searches, direct observation, interviews with sources from various backgrounds, documentation of object events contextually, up to the selection stage to field data analysis. This research problem is solved by using a cultural hybridity approach which is one of the postcolonial theories. According to Homi K. Babha, hybridity is when the boundaries of a system or culture become unclear so that the culture experiences a flexion of meaning which in turn experiences an assimilation of cultural space. Babha's view becomes an analytical point of view in observing and reviewing the issue of cultural hybridity in the Ketoprak Dor Rahayu Cipto Rukun performance in Paya Tumpi Village, Takengon. The results of this study found that the hybrid culture in the Ketoprak Dor Rahayu Cipto Rukun performance, there are three aspects: first, the theme of the story; secondly, music and musical instruments; third, language and dialect. This third aspect is also reinforced by the background of the Ketoprak Dor players consisting of Javanese, Gayo and Acehnese ethnicitie.Keywords: ketoprak Dor, hybridity, Java, Takengon. AbstrakPenelitian ini bertujuan menjelaskan bentuk-bentuk hibriditas budaya dalam pertunjukan Ketoprak Dor Rahayu Cipto Rukun di Takengon. Secara historis, Ketoprak Dor adalah kesenian yang dibawa oleh masyarakat perantauan Jawa yang menjadi pekerja perkebunan pada masa penjajahan, di Deli Sumatera Utara. Kesenian ini merupakan bentuk lain dari seni ketoprak Jawa yang berkembang di Surakarta dan Yogyakarta. Bentuk kesenian dan pertunjukan Ketoprak Dor di Takengon telah mengalami pelenturan dan penyesuaian sehingga banyak terdapat unsur-unsur budaya baru yang bersifat lokal membaur ke dalam kemasan pertunjukannya, seperti bahasa, dialek, tema cerita, hingga musiknya. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, di antara: studi kepustakaan, penelusuran data online, observasi langsung, wawancara dengan narasumber dari berbagai latar belakang, pendokumentasian peristiwa objek secara kontektual, hingga tahap seleksi hingga analisis data lapangan. Permasalah penelitian ini dijabarkan menggunakan pendekatan hibriditas budaya yang menjadi salah satu teori Postkolonial. Menurut Homi K. Babha, hibriditas adalah ketika batasan-batasan sebuah sistem atau budaya menjadi tidak jelas sehingga budaya tersebut mengalami pelenturan makna yang pada akhirnya mengalami suatu pembauran ruang budaya. Pandangan Babha tersebut menjadi sudut pandang analisis dalam mengamati dan mengulas persoalan hibriditas budaya dalam pertunjukan Ketoprak Dor Rahayu Cipto Rukun di Desa Paya Tumpi, Takengon. Hasil penelitian ini mendapati bahwa hibriditas budaya dalam pertunjukan Ketoprak Dor Rahayu Cipto Rukun, terdapat tiga aspek: pertama, tema cerita; kedua, musik dan instrumen musik; ketiga, bahasa dan dialek. Ketiga aspek ini juga dikuatkan oleh latar belakang pemain Ketoprak Dor yang terdiri dari etnik Jawa, Gayo, dan Aceh. Kata Kunci: ketoprak Dor, hibriditas, Jawa, Takengon. Authors:Rika Wirandi : Institut Seni Budaya Indonesia AcehFifie Febryanti Sukman : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Gandhi, L. (2001). Teori Poskolonial: Upaya Meruntuhkan Hegemoni Barat. Yogyakarta: Penerbit Qalam.Gultom, J. (2017). Ketoprak Dor, Hiburan di Tengah Perbudakan Kuli Kotrak. https://medanbisnisdaily.com/news/online/read/2017/09/09/4954/ketoprak_dor_hiburan_di_tengah_perbudakan_kuli_kontrak/ (diakses tanggal 10 Maret 2023).Suroso, P. (2018). Tinjauan Bentuk dan Fungsi Musik pada Seni Pertunjukan Ketoprak Dor. Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 2(2), 66-78. https://doi.org/10.24114/gondang.v2i2.11283.Suyadi, S. (2019). Hibriditas Budaya dalam Ketoprak Dor. Jurnal Masyarakat dan Budaya, 191-202.https://doi.org/10.14203/jmb.v21i2.817.Wirandi, R., & Sukman, F. F. (2022). Power Perempuan dalam Tradisi Musik Becanang di Bener Meriah. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(2), 572-580.https://doi.org/10.24114/gr.v11i2.40085. 
BOARD GAME RPG SEBAGAI MEDIA PENGENALAN CERITA WAYANG MAHABHARATA VERSI JAWA UNTUK REMAJA Afif Wahyu Farosa; Irfansyah Irfansyah
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 12, No 1 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i1.43689

Abstract

Wayang in all forms of traditional art performances in Indonesia is full of values that are beneficial to everyday life. Through the story and its characters, which have a depiction of good and bad traits, as well as the implied meaning of each problem solved, as in the Mahabharata story. However, the younger generation or teenagers today are less familiar with it. More interactive introduction media like this will appeal to the younger generation, especially teenagers. Board games are one of the appropriate types of media, because a lot of social interaction and communication occurs when they are played. The new packaging, such as games as a medium for conveying wayang stories, aims to attract young people's interest in the culture of their country and can help preserve regional arts, namely wayang stories. Using the MDLC (Multimedia Development Life Cycle) design method with the stages of concept, design, material collecting, assembly, testing and distribution, as well as designing promotional media using a method consisting of the stages of exploration, experimentation, embodiment and evaluation. Efforts to introduce traditional culture of the archipelago which are still not widely highlighted by the public through new media other than games are expected to continue to emerge in response to technological advances. The form of traditional cultural packaging other than wayang still has quite a lot of scope to be applied to various products and has its own advantages, but producers, official institutions and agencies have not been active in responding to it.Keywords: boardgame, wayang, Java, RPG, games. AbstrakWayang dalam segala bentuk pertunjukan kesenian tradisi di Indonesia sarat akan nilai yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Melalui cerita dan tokohnya yang memiliki penggambaran sifat baik maupun buruk, serta makna tersirat dari setiap masalah yang dipecahkan seperti pada cerita Mahabharata. Namun, generasi muda atau remaja saat ini kurang mengenalnya. Media pengenalan yang lebih interaktif seperti akan menarik bagi generasi muda terutama remaja. Board game merupakan salah satu jenis media yang sesuai, karena banyak interaksi sosial dan komunikasi yang terjadi ketika dimainkan. Kemasan baru seperti permainan sebagai media penyampaian cerita wayang ini bertujuan untuk menarik kembali minat remaja terhadap budaya yang dimiliki oleh negaranya serta dapat membantu kelestarian kesenian daerah yaitu cerita wayang. Menggunakan metode perancangan MDLC (Multimedia Development Life Cycle) dengan tahapan concept, design, material collecting, assembly, testing dan distribution, serta perancangan media promosi yang menggunakan metode yang terdiri dari tahapan eksplorasi, eksperimentasi, perwujudan dan evaluasi. Upaya untuk mengenalkan budaya tradisional nusantara yang masih belum banyak tersorot oleh umum melalui media baru selain permainan diharapkan terus bermunculan merespon kemajuan teknologi. Bentuk kemasan budaya tradisional selain wayang masih cukup banyak lingkupnya untuk bisa diaplikasikan kedalam berbagai produk dan memiliki keunggulan tersendiri namun produsen, lembaga resmi maupun instansi belum aktif untuk merespon itu.Kata Kunci: boardgame, wayang, Jawa, RPG, game. Authors:Afif Wahyu Farosa : Institut Teknologi BandungIrfansyah : Institut Teknologi BandungReferences:Agung, L., Kartasudjana, T., & Permana, A. W. (2021). Estetika Nusantara dalam Karakter Gim Lokapala. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 473-477. https://doi.org/10.24114/gr.v10i2.28556.Hanum, A., Azani, B., Purnomo, E., & Zaim, R. A. (2022). Perancangan Kemasan Rakik Mak Nis. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(2), 379-286. https://doi.org/10.24114/gr.v11i2.38317.Heristian, M., Efi, A., & Budiwirman, B. (2022). Mengembangkan Karakter Anak Melalui Pembelajaran Seni Budaya. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(2), 410-416. https://doi.org/10.46773/al%20ibtidaiyah.v2i1.169.Justin, M. R., Rohiman, R., & Darmawan, A. (2022). Desain Identitas Visual pada UMKM Ruang Keramik Studio Kota Metro Lampung. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(1), 156-164. https://doi.org/10.24114/gr.v11i1.34948.Kaelola, A. (2010). Mengenal Tokoh Wayang Mahabharata. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.Marwanto, S., & Muhanto, R. B. (2000). Apresiasi Wayang. Sukoharjo: CV Cendarawasih.Narimo,  S.,  &  Wiweko,  A.  (2017).  Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Tata Rias Wajah Punakawan Wayang Orang Sriwedari Surakarta. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 27(1), 41-48. https://journals.ums.ac.id/index.php/jpis/article/view/5121/3419.Paeni, M. (2009). Sejarah Kebudayaan Indonesia: Seni Pertunjukan dan Seni Media. Depok: Rajawali Pers.Pietrobruno, S. (2009). Cultural Research and Intangible Heritage. Culture Unbound, 1(1), 227-247. https://doi.org/10.3384/cu.2000.1525.09113227.Prilosadoso, B. H., Pujiono, B., Supeni, S., & Setyawan, B. W. (2020), December). Wayang beber animation media as an effort for preserving wayang tradition based on information and technology. In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1339, No. 1, p. 012109). IOP Publishing.https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-6596/1339/1/012109/pdf.Rollins, B. (2018). What is a Tabletop Game? Retrieved from Brandon the Game Dev. https://brandonthegamedev.com/what-is-a-tabletopgame-this-is-everything-that-goes-into-making-aboard-game (diakses tanggal 01 Januari 2023).Sapriya, I. T., & Zulkifli, E. (2007). Pengembangan IPS di SD. Bandung: UPI PRESS.Sutedjo, A., & Prilosadoso, B. H. (2016). Perancangan Desain Permainan Materi Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Wayang Beber. Acintya, 8(1).Sutopo, H. (2009). Pengembangan evaluasi pembelajaran berbasis mulimedia dengan flash, php, dan mysql. Jurnal Informatika, 10(2), 79-85. https://doi.org/10.9744/informatika.10.2.79-85.Wiyono, K. M. (2009). Mengenal Pandawa dan Kurawa. Semarang: Aneka. https://doi.org/10.33153/acy.v8i1.1909.Zam, R., Dharsono, D., & Raharjo, T. (2022). Transformasi Estetik Seni Kriya; Kelahiran Dan Kriya Masa Kini. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(2), 302-310. https://doi.org/10.24114/gr.v11i2.36026.
PEMBELAJARAN SENI LUKIS DENGAN MEDIA PILLOW COVER KELAS IX MTS SALAFIYAH Rajendradewi Paramita; Martadi Martadi
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 12, No 1 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i1.45156

Abstract

Art education is an inseparable part of the culture that underlies human life. Which in the process is adapted to the culture and environment in which it develops. Learning the art of painting is one of them, in Islamic religious culture painting animate creatures is prohibited. This is an obstacle to learning painting in class IX at MTs Salafiyah, while learning must be carried out. Based on initial observations related to school culture, student character, and the material being taught, to increase knowledge and skills, and adapted to the character of students, educators are required to critical thinking, creatively and selectively by carrying out learning decorative painting on pillowcases with a constructivist theory approach with discovery learning. With a relatively short time between the density of junior high school schedules, the variety of student characters, the school environment, and its policies, the theory is quite effectively applied in the learning process. From the process of showing the work, students have sufficiently understood the material of painting, and the work produced is quite good even though the results are still not in accordance with the concept of the initial work.Keywords: learning, painting, student character.  AbstrakPendidikan seni merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan yang mendasari kehidupan manusia. Yang pada prosesnya disesuaikan dengan kultur dan lingkungan tempat berkembangnya. Pembelajaran seni Lukis salah satunya, pada kultur keagamaan islam melukis makhluk bernyawa dilarang. Hal tersebut yang menjadi kendala pembelajaran seni Lukis kelas IX di MTs Salafiyah, sedang pembelajaran harus tetap dilaksanakan. Berdasarkan observasi awal terkait kultur Madrasah Tsanawiyah, karakter siswa, dan materi yang diajarkan, untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta disesuaikan dengan karakter peserta didik, pendidik dituntut berpikiran kritis, kreatif, dan solutif dengan melaksanakan pembelajaran seni Lukis dekoratif pada sarung bantal dengan metode pendekatan teori konstruktivis dengan discovery learning. Dengan waktu yang cukup singkat di antara kepadatan jadwal Madrasah Tsanawiyah, ragam karakter siswa, lingkungan Madrasah Tsanawiyah dan kebijakannya, teori tersebut cukup efektif diterapkan dalam proses pembelajaran. Dari proses unjuk karya, siswa sudah cukup memahami materi seni Lukis, dan karya yang dihasilkan sudah cukup baik meskipun masih kurang sesuai antara hasil dengan konsep karya awal.Kata Kunci: pembelajaran, seni lukis, karakter siswa. Authors:Rajendradewi Paramita : Universitas Negeri SurabayaMartadi : Universitas Negeri Surabaya References:Kemendikbud, K. (2016). Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Seni Budaya SMP / MTs A . Seni Rupa. Jakarta: Kemendikbud.Hasanah, U., & Erdansyah, F. (2020). Prinsip Seni Rupa Dalam Menggambar Ornamen Melayu. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 444-450.Kartono, G., Mesra, M., & Azis, A. C. K. (2020). Pengembangan Media Ajar Grafis Komputer Materi WPAP Dalam Bentuk E-Book Dan Video Tutorial Bagi Mahasiswa Seni Rupa. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 127-132.Kartono, G., Mesra, M., & Azis, A. C. K. (2020). Pengembangan Media Ajar Grafis Komputer Materi WPAP Dalam Bentuk E-Book Dan Video Tutorial Bagi Mahasiswa Seni Rupa. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 127-132.Noresy, M. A., Murtiyoso, O., & Mujiyono, M. (2016). Ilustrasi Cerita Rakyat Ande-Ande Lumut Dalam Karya Lukis Dekoratif pada Media Kulit Kayu. Arty: Jurnal Seni Rupa, 5(1), 23-40.Meilani, M., Suyadi, S., & Nurdianyah, N. (2022). Efektivitas Penggunaan Media Gambar dalam Pembelajaran. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(5), 7286-7293.Rahmi, R. I., & Asril, A. (2022). My Childhood Memories: Penciptaan Karya Seni Lukis Dekoratif. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(2), 489-496.Tarmizi, T., & Jamhuri, J. (2019). Membuat Gambar Dalam Persfektip Hukum Islam (Studi Perbandingan antara Yusuf Qarᾱḍawi dan Muhammad Ali Al-Ṣabuni). Dusturiyah: Jurnal Hukum Islam, Perundang-undangan dan Pranata Sosial, 9(1), 84-110. 
PENERAPAN KONSEP “TRANSISIONAL KONTEMPORER” PADA PERANCANGAN INTERIOR PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI BANTEN Michelle Florencia; Maitri Widya Mutiara; Sri Fariyanti Pane
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 12, No 1 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i1.43853

Abstract

Today there is a lot of competition for education to stay abreast of the very rapid developments of globalization. Education is the primary need of the community where formal education can be obtained, one of which is through the library. Nowadays, public awareness of the importance of reading books is very minimal, so designers need to make changes to the concept of the library to attract people's interest in starting a lifestyle of reading books. Complete facilities, especially in the field of technology, in a library can be one of the attractions for visitors and is equipped with relaxing facilities and a café for a short break. In general, libraries are indoor and closed which gives a serious and tense impression so designers provide several digital library innovations with the concept of a learning commons library according to today's lifestyle. Uplifting the 'Transitional Contemporary' style of Banten culture with contemporary culture and 'Natural' style which can produce harmonious designs and do not collide with each other, are able to combine aesthetic elements that complement each other and produce a new room design that feels different. With that, a theme was created "Innovative Bantenese Transitional Contemporary Interior Design For The Future Library" which can achieve the initial goal of designing the Banten Province Regional Library to be able to increase reader interest by paying attention to aspects of comfort, efficiency and productivity with a touch of technology and adjustments to the lifestyle of the next generation. now without leaving the locality of Banten culture.Keywords: Banten, innovative, natural, library.AbstrakMasa kini banyak persaingan pendidikan agar tetap mengikuti perkembangan arus globalisasi yang sangat pesat. Pendidikan menjadi kebutuhan primer masyarakat dimana pendidikan formal mampu diperoleh salah satunya melalui perpustakaan. Zaman ini, kesadaran masyarakat akan pentingnya membaca buku sangat minim sehingga desainer perlu melakukan perubahan konsep pada perpustakaan untuk menarik minat masyarakat memulai pola hidup membaca buku. Kelengkapan fasilitas terutama pada bidang teknologi dalam suatu perpustakaan mampu menjadi salah satu daya tarik pengunjung dan dilengkapi dengan fasilitas bersantai dan café untuk istirahat sejenak. Pada umumnya perpustakaan bersifat indoor dan tertutup yang memberikan kesan serius dan menegangkan sehingga desainer memberikan beberapa inovasi perpustakaan digital dengan konsep perpustakaan learning commons sesuai gaya hidup masa kini.  Mengangkat gaya ‘Transisional Kontemporer’ kebudayaan Banten dengan kebudayaan masa kini dan gaya ‘Natural’ yang dapat menghasilkan desain harmonis dan tidak bertabrakan satu sama lain, mampu menggabungkan elemen estetis saling melengkapi dan menghasilkan suatu desain ruangan baru yang terasa berbeda. Dengan itu, terciptalah sebuah tema “Innovative Bantenese Transitional Contemporary Interior Design For The Future Library” yang dapat mencapai tujuan awal perancangan Perpustakaan Daerah Provinsi Banten agar mampu meningkatkan minat pembaca dengan memperhatikan segi kenyamanan, efisiensi, dan produktivitas dengan sentuhan teknologi serta penyesuaian gaya hidup generasi kini tanpa meninggalkan kelokalitasan budaya Banten.Kata Kunci: Banten, inovatif, natural, perpustakaan. Authors:Michelle Florencia : Universitas TarumanagaraMaitri Widya Mutiara : Universitas TarumanagaraSri Fariyanti Pane : Institut Kesenian JakartaReferences:Azhari, R. (2021). Perancangan Tirai untuk Sekat Ruangan dengan Tali Goni Pewarna Remasol Menggunakan Teknik Macrame. Medan: Unimed.Content, W. (2022). Mengenal Gaya Desain Transisional Yang Unik Dan TimelessNo Title. https://www.kanafurniture.com/blog/d/mengenal-gaya-desain-transisional-yang-unik-dan-timeless (diakses tanggal 14 Mei 2023).Effendi, E. M., & Rahmah, E. (2019). Penerapan Konsep Learning Commons Sebagai Upaya Dalam. Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan Dan Kearsipan, 8(1), 147–153.Gibbons, S. (2016). Design Thinking 101. https://www.nngroup.com/articles/design-thinking/ (diakses tanggal 12 Mei 2023).Lechner, N. (1968). Heating, Cooling Lighting: Design Methode For Architects (Fourth Edi). New Jersey: John Wiley & Sons Inc.Manalu, A., & Mesra, M. (2019). Analisis Analisis Produk Kerajinan Lampu Hias Dari Batok Kelapa Pada Perajin Wak Jek Art (Wja) Di Medan Ditinjau Dari Bentuk. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 8(1), 267. https://doi.org/10.24114/gr.v8i1.13638.Mesra, M., Kartono, G., & Ibrahim, A. (2022). Penerapan Ornamen Tradisional Sumatera Utara Pada Toples Makanan Sebagai Sarana Revitalisasi. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 11(1), 81. https://doi.org/10.24114/gr.v11i1.33639.Mafaza, M. Z. (2022). Transisional: Pengaruh Gaya Modern pada Desain Tradisional yang Elegan. https://interiordesign.id/gaya-desain-transisional-sentuhan-pengaruh-modern-pada-desain-tradisional-yang-elegan/ (diakses tanggal 10 Mei 2023).Puni, K. D., Nurwidyaningrum, D., & Apriliansyah, C. T. (2020). Evaluasi Sistem Pencahayaan Pada Perpustakaan Nasional. Vitruvian Jurnal Arsitektur Bangunan Dan Lingkungan, 9(3), 157. https://doi.org/10.22441/vitruvian.2020.v9i3.005.Retno, H. (2021). Miris, Minat Baca di Indonesia Menurut UNESCO Hanya 0,001 Persen. https://portalbandungtimur.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-941922838/miris-minat-baca-di-indonesia-menurut-unesco-hanya-0001-persen (diakses tanggal 10 Mei 2023).Saputro, R. F. (2022). Menuju Perpustakaan Ideal Berdasarkan Undang-Undang Dan Peraturan. https://www.bpkp.go.id/pustakabpkp/index.php?p=perpustakaan ideal (diakses tanggal 12 Mei 2023).Siregar, H. A., & Adi, R. (2021). Kajian Desain Interior Bernuansa Natural-Modern Studi Kasus Khana Spa, Surabaya. Jurnal Patra, 3(1), 53–58.Surachman, A. (2014). Analisis Penerimaan Sistem Informasi Perpustakaan ( SIPUS ) Terpadu versi 3 ( Tiga ) di Lingkungan Universitas Gadjah Mada. 3(January 2008).Tannuwijaya, R., Marizar, E. S., & Mutiara, M. W. (2020). Penerapan Tema “Oasis in Urbanism” pada Perancangan Interior Hotel Resort Novotel Palembang. Visual, 13(2). https://doi.org/10.24912/jurnal.v13i2.8023.
ELEMEN DRAMATISASI DAN RESPON ESTETIS SANDIWARA KELILING GELANGGANG LABU KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUN Dian Permata Sari; Rahmawati Rahmawati; Fajri Tomi
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 12, No 1 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i1.39697

Abstract

The development of the Sandiwara Keliling Gelangang Labu in Kabupaten Bireun began to recede because not all the younger generation followed the history of the play. Sandiwara Keliling Gelangang Labu are in the form of performances with improvised concepts that tell stories from the people of Aceh and are staged from one village to another within one week. This study aims to explain the elements of dramatization and aesthetic response to the play around Gelanggang Labu in the village of Gelanggang Labu, Peusangan District, Kabupaten Bireun using the dramaturgical approach of Erving Goffman which carries the dramaturgy of social interaction. around. This study used a qualitative descriptive method where the subject of this study focused on dramatization elements and aesthetic responses to the Sandiwara Keliling Gelangang Labu. Data collection technidues observation, interviews and documentation.  Then 3 stages of data analysis techniques namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions/verification. At the stage of research results will predict the aspects of dramatization, namely the manuscript, performers, director, make-up, fashion, lights, stage, sound system, and also the audience.Keywords: sandiwara keliling, dramatization, aesthetic respon. AbstrakPerkembangan sandiwara keliling Gelangang Labu di Kabupaten Bireun mulai surut dikarenakan tidak semua generasi muda mengikuti sejarah kemunculan Sandiwara tersebut. Sandiwara keliling gelanggang labu berbentuk pertunjukan dengan konsep improvisasi yang mengisahkan cerita-cerita rakyat Aceh dan di pentaskan dari satu desa ke desa lainnya dalam waktu satu minggu. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang elemen dramatisasi dan respon estetis sandiwara keliling Gelanggang Labu di desa Gelanggang Labu Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireun dengan pendekatan dramaturgi Erving Goffman yang mengusung dramaturgi interaksi sosial.Gelanggang Labu berangkat dari alur serta cerita yang disuguhkan secara improvisasi sesuai peristiwa di lingkungan sekitar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dimana subjek penelitian ini terfokus pada elemen dramatisasi dan respon estetis sandiwara keliling gelanggang labu. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya  3 tahap teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Pada tahap hasil penelitian akan menerangka aspek-aspek dalam dramatisasi yaitu manuskrip, pemain, sutradara, tata rias, mode, lampu, panggung, sistem suara, dan juga pemirsa.Kata Kunci: sandiwara keliling, dramatisasi, respon estetis. Authors:Dian Permata Sari : Institut Seni Budaya Indonesia AcehRahmawati : Institut Seni Budaya Indonesia AcehFajri Tomi : Institut Seni Budaya Indonesia AcehReferences:Derlega, V. J., Metts, S., Petronio, S., & Margulis, S. T. (1993). Self-Disclosure. New York: Sage Publications, Inc.Dewa, B. (2022).  “Sejarah Sandiwara Keliling Gelanggang Labu di Peusangan Bireun”.Hasil Wawacara Pribadi: 24-27 Oktober 2022, Bireun.Endraswara, S. (2013). Fokloree Nusantara Hakikat, Bentuk, dan Fungsi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.Goffman, E. (1959). The Presentation of Self in Everyday Life London. London:Allen Lane.Herdianto, F., Yusnelli, Y., & Antara, F. (2021). Komposisi Musik Badondong Baibo dalam Musik Instrmental. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 115-124.Jones, E. E., & Pittman, T. S. (1982). Toward a general theory of strategic self-presentation. Psychological perspectives on the self, 1(1), 231-262.Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (Eds.). (2009). Encyclopedia of Communication Theory (Vol. 1). Sage.Novi, (2022). “Bentuk Pemanggungan Sandiwara Keliling Gelanggang Labu”. Hasil WawancaraPribadi, 24-27 Oktober 2022,  Bireun.Pramono, K. H. (2021). Konsep Sandiwara Ki Hadjar Dewantaradan Implikasinyapada Pembelajaran Teater. Tonil: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema, 18(2), 134-145.Varianda, M., Nazar, S., & Muliati, R. (2021). Tari Balega Di Tanah Manang Karya Susas Rita Lovariantidalam Kajian Dramaturgi Tari. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 377-395.
BENTUK PAKAIAN ADAT PANGHULU DI BATIPUAH BARUAH TANAH DATAR Srimutia Elpalina; Agustina Agustina; Adek Cerah Kurnia Azis; Apdanil Syukri
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 12, No 1 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i1.45337

Abstract

Traditional clothes in Minangkabau are traditional clothes that are passed down from generation to generation. Traditional clothing that has been sacred by the community has become a symbol that is full of values. These values can later be used as a reference in the daily life of the Minangkabau people. The development of the times can change the form of traditional clothing. The people do not know that changing the shape will also change the meaning of the symbols in Minangkabau traditional clothing. So it is feared that one day the traditional clothes that have not undergone changes, such as the Panghulu and Bundo Kanduang traditional clothes, will no longer be understood by the next generation in Minangkabau for their meanings and symbols. Therefore, the author ventured to reveal how the form contained in the philosophy of the traditional clothes of Panghulu and Bundo Kanduang in Batipuah Baruah, Tanah Datar. This research is a qualitative using descriptive method. Data collection techniques by conducting observations, interviews, and documentation. Penghulu traditional clothing consists of headgear, clothes, pants, Sisampiang, belts, clothing; sarongs and samiri cloth, as well as kerises. Bundo kanduang traditional clothing consists of tingkuluak, kuroom clothes, codecs, sampang, jewelry, and footwear. The form of the Panghulu and Bundo Kanduang traditional clothes is a combination of geometric shapes and organic shapes. Geometric shapes are regular and precise. Organic forms in art are soft, curved, irregular, although there are natural forms such as angled crystal structures.Keywords: shapes, traditional clothes, panghulu, penghulu. AbstrakPakaian adat di Minangkabau merupakan pakaian tradisi yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pakaian adat yang sudah disakralkan oleh masyarakat menjadi simbol yang sarat dengan nilai-nilai. Nilai-nilai inilah yang kelak dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau. Perkembangan zaman bisa mengubah bentuk dari pakaian adat. Masyarakat tidak mengetahui bahwa jika bentuk berubah juga akan mengubah makna dari simbol yang ada dalam pakaian adat di Minangkabau. Maka dikhawatirkan pada suatu saat nanti pakaian adat yang belum mengalami perubahan seperti pakaian adat penghulu, tidak lagi dipahami makna dan simbolnya oleh generasi selanjutnya di Minangkabau. Oleh karena itu, penulis memberanikan diri untuk mengungkap bagaimana bentuk yang terkandung dalam filosofi pakaian adat panghulu di Batipuah Baruah, Tanah Datar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan melakukan obeservasi, wawancara, serta dokumentasi. Pakaian adat panghulu terdiri dari tutup kepala, baju, celana, sisampiang, ikat pinggang, kain sandang; kain sarung dan kain samiri, serta keris. Bentuk pakaian adat panghulu merupakan perpaduan antara bentuk geometris dan bentuk organis. Bentuk geometris adalah teratur dan tepat. Bentuk organis dalam seni itu lembut, melengkung, tidak teratur, meskipun ada bentuk alami seperti struktur kristal yang bersiku.Kata Kunci: bentuk, pakaian adat, panghulu, penghulu. Authors:Srimutia Elpalina: Universitas Negeri PadangAgustina: Universitas Negeri PadangAdek Cerah Kurnia Azis: Universitas Negeri MedanApdanil Syukri: Universitas Awal Bros References: Andriani, C., Baidar, B., & Sofnitati, S. (2014). Makanan Adat Pada Upacara Manjalang Rumah Mintuo Di Kanagarian Btipuah Baruah Kecamatan Batipuah Kabupaten Tanah Datar. Journal of Home Economics and Tourism, 5(1), 01-19.Chaer, A. (199)). Pengantar Semanti Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.Dahrizal, M. (2012). “Bentuk Pakaian Adat Panghulu di Batipuah Baruah Tanah Datar”. Hasil Wawancara Pribadi: 17 November 2012, Kota Padang.Daryusti, D. (2006). Hegomoni Penghulu dan Perspentif Budaya. Jakarta: Penerbit Pustaka.Devi, S. (2015). Sejarah dan Nilai Songket Pandai Sikek. Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, 4(1), 17-28.Efi, A. (2006). Benda Budaya Alat Kebesaran Minangkabau: Lambang dan Makna. Disertasi tidak di terbitkan. Padang: Universitas Negeri Padang.Hakimy, I. (2001). Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Hong, Y. Y., Morris, M. W., Chiu, C. Y., & Benet-Martinez, V. (2000). Multicultural Minds: A Dynamic Constructivist Approach to Culture and Cognition. American Psychologist, 55(7), 709-720.Mardalis, Dt. I. (2012). “Bentuk Pakaian Adat Panghulu di Batipuah Baruah Tanah Datar”. Hasil Wawancara Pribadi: 14 Oktober 2012, Kota Padang.Nurdin, Dt. J. K. (2012). “Bentuk Pakaian Adat Panghulu di Batipuah Baruah Tanah Datar”. Hasil Wawancara Pribadi: 5 November 2012, Kota Padang.
KOMUNIKASI ESTETIK DALAM VISUAL LUKISAN KARYA TARFI ABDULLAH I Nyoman Miyarta; Sasih Gunalan; Haryono Haryono
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 12, No 1 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i1.43866

Abstract

A work of art is a personal expression of each artist, but once a work is born it becomes a form enjoyed by art lovers. In the process of art interaction in the process of creation to meaning, a dialogue has occurred between a work, the artist and their appreciation. This interaction process makes the position of the artwork have an important part as an element of communication that occurs. The process of integrating the three elements of an artist, artwork and apreian can be described as a cycle of aesthetic work. This process can be called the process of aesthetic communication. This study aims to describe the aesthetic communication that can be found in Tarfi Abdullah's paintings. Data collection techniques in the selected research method are qualitative by using observation, interviews, and documentation as information gathering tools. The results of the study show that the process of aesthetic communication contained in Tarfi Abdullah's paintings is presented in various subject matter and themes, such as the theme of tradition, religion and humanity. This theme in Tarfi Abdullah's work has a strong characteristic, namely magical expressiveness.Keywords: communication, aesthetics, visual, painting. AbstrakSebuah karya seni merupakan ekspresi pribadi dari masing-masing seniman, namun begitu sebuah karya lahir menjadi sebuah bentuk yang dinikmati oleh para pecinta seni. Proses interaksi kesenian dalam proses penciptaan hingga pemaknaan, telah terjadi dialog sebuah karya, seniman dan apresianya. Hal tersebut menjadikan  posisi karya seni memiliki bagian penting sebagai elemen komunikasi yang terjadi. Proses interaksi tiga elemen seniman, karya seni dan apresian dapat disebuat sebagai siklus wilayah kerja estetik. Proses tersebut dapat dinamakan  proses komunkasi estetik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan komunkasi estetik yang dapat ditemui pada karya lukis Tarfi Abdullah. Teknik pengumpulan data dalam metode penelitian yang dipilih adalah kualitatif dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai alat pengumpulan informasi.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi estetik yang terdapat pada lukisan Tarfi Abdullah dihadirkan dalam berbagai subject matter dan tema, seperti tema tradisi, religi dan tema kemanusiaan. Tema tersebut pada karya Tarfi Abdullah memiliki karakteristik yang kuat yaitu ekspesif magis.Kata Kunci : komunikasi, estetik, visual, lukisan. Authors:I Nyoman Miyarta Yasa : Universitas BumigoraSasih Gunalan : Universitas Bumigora Haryono : Universitas Bumigora References:Abdullah, T. (2023). “Perjalanan Hidup Tarfi Abdullah”. Hasil Wawancara Pribadi: 3 Februari 2023, Lombok.Gunalan, S. (2019). Kehidupan Seni Rupa Modern Lombok Tahun 1960-1990. Tesis tidak di terbitkan. Yogyakarta: Pascasarjana ISI Yogayakarta.Gunalan, S., Satria, C., & Sumadewa, I. N. Y. (2022). Plaster Fowler: Metafor Pada Desain Karya Visual Altha Rivan. Gorga: Jurnal Seni Rupa. 11(2), 668-676.Sumardjo, J. (2000). Filsafat Seni. Bandung:  PT Remaja  Rosdakarya.Nurudin, N. (2013). Pengantar Komunikasi Massa Komunikasi Untuk Pemabangunan. Jakarta: Rajawali.Jackson, S. (2003). Aesthetic Links to Motivation  Through Communication: An Evaluation of the Four-Drive Theory and Its Connection to Aesthtics. Greensboro: University of North Carolina.Mulyana, D. (2005). Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosada karya.Noor, M. (2001). Ambang Cakrawala Seni Lukis Amang Rahman. Jakarta: Yayasan Kembang Jati.Kartika, S. D. (2004). Seni Rupa Moderen. Jakarta: Rekayasa Sains.
PENGEMBANGAN KOMPOSISI PADA OBJEK RAGAM HIAS DALAM KARYA BATIK: EKSPLORASI DAN IMPLEMENTASI Budiman Budiman; Annisa Bela Pertiwi; M. Firdaus Benyamin
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 13 No. 1 (2024): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v13i01.52819

Abstract

The design elements within a composition play a crucial role in creating beautiful and meaningful works of art, such as the decorative patterns in Batik compositions. The process of learning to create compositions by exploring decorative patterns in Batik compositions is the focus of this research as a model for developing composition creation. The aim is to explain: 1) the exploration of creation, and 2) media implementation. This research employs a qualitative approach and a case study method. Data collection techniques are focused on literature studies, which are then analyzed, followed by design studies to generate composition patterns that will serve as an alternative model for composition creation. The results of the research demonstrate the creative process involving the exploration of decorative patterns in Batik compositions through various stages. The implementation of the Batik design compositions will be applied to clothing as a medium. The findings of this research are expected to provide recommendations as a prototype composition model in the design of Batik compositions. Moreover, it can serve as a valuable guide for educational institutions in the field of visual arts, Batik craftsmen, and, of course, assist in the efforts to promote Batik as a cultural heritage of the world.Keywords: Composition, Decorative Patterns, Exploration, BatikAbstrakUnsur desain dalam komposisi memiliki peran penting dalam menciptakan karya seni yang indah dan bermakna salah satunya ragam hias dalam komposisi pada Batik. Proses pembelajaran membuat komposisi dengan mengekplorasi ragam hias dalam komposisi Batik merupakan fokus penelitian sebagai model pengembangan membuat komposisi.Tujuannya untuk menjelaskan; 1) eksporasi penciptaan 2) Implementasi media. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data difokuskan pada studi literature yang dinalisis kemudian dilakukan studi desain untuk menghasilkan pola komposisi yang akan menjadi model alternatif membuat komposisi. Hasil dari penelitian menunjukkan proses penciptaan dengan eksplorasi ragam hias pada komposisi Batik dengan beberapa tahapan. Implementasi dari komposisi desain batik akan diterapkan pada media pakaian. Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi sebagai prototype model komposisi dalam perancangan komposisi Batik. Selain itu dapat menjadi panduan berharga pada institusi pendidikan bidang seni rupa, pengrajin batik dan tentunnya membantu dalam upaya mempromosikan warisan budaya Batik sebagai warisan budaya dunia.Kata Kunci: Komposisi, Ragam hias, Eksplorasi, Batik Authors:Budiman : Universitas WidyatamaAnnisa Bela Pertiwi : Universitas WidyatamaM. Firdaus Benyamin : Universitas WidyatamaReferencesAndrea Revinta. (2023). Perancangan Buku Informasi Kuliner Khas Kepulauan Anambas. Universitas Multimedia Nusantara.Ayu, G., Dindayanti, K., Angendari, M. D., & Widiartini, N. K. (2023). Perkembangan Ragam Hias Kain Tenun Endek Lukis DI. 20(2), 115“125.Hasanudin. (2001). Batik pesisiran, Melacak Pengaruh Etos dagang Santri Pada ragam Hias batik. Kiblat Buku Utama.Kurotaa, U. (2018). Motif Batik Bali Buketan. Budaya Indonesia. https://budaya-indonesia.org/Motif-Batik-Bali-BuketanKuwala Resfi Norma.(2022). Ragam Hias Motif Batik Tanah Liek Dharmasraya. Gorga : Jurnal Seni Rupa.Vol 11.Lina, A. (2014). Teknik Eksplorasi Dan Eksploitasi. https://www.scribd.com/presentation/217444489/Teknik-Eksplorasi-Dan-EksploitasiNisa, A. (2023). 8 Warisan Budaya Tak Benda Indonesia yang Diakui UNESCO, Ada Wayang hingga Kapal Pinisi. Bobo.Id. https://bobo.grid.id/read/083666689/8-warisan-budaya-tak-benda-indonesia-yang-diakui-unesco-ada-wayang-hingga-kapal-pinisi?page=all#:~:text=Menurut UNESCO%2C warisan budaya tak,dari warisan budaya tak benda.Norma Resfi.(2022). Ragam Hias Motif Batik Tanah Liek Dharmasraya. Gorga : Jurnal Seni Rupa.Vol 11.Nugroho, H. (2020). Pengertian Motif Batik dan Filosofinya. Balai Besar Kerajinan Dan Batik. https://bbkb.kemenperin.go.id/index.php/post/read/pengertian_motif_batik_dan_filosofinya_0Qoimah, H. (2012). Karakteristik Batik Motif Sekar Jagad Yogyakarta Skripsi [Universitas Negeri Yogyakarta]. http://eprints.uny.ac.id/27606/1/Hafsah Qoimah%2C 07207241004.pdfRahmadina Wahyu. (2022). Perancangan Batik Tulis Dengan Inspirasi Terciptanya Tari Eklek Pacitan. Gorga : Jurnal Seni Rupa.Vol 11.SMP, A. (2021). Mempelajari Ragam Motif Batik, Warisan Budaya Indonesia. Direktorat Sekolah Menengah Pertama. https://ditsmp.kemdikbud.go.id/mempelajari-ragam-motif-batik-warisan-budaya-indonesia/Wardaya, M., & Tak, P. N. (2021). Penggunaan Nirmana-Komposisi Tak Berbentuk Pendahuluan Prinsip-prinsip Desain. 14(2), 114“123. 
RESULTS OF ORIGAMI A PLEATED PENTAGON DRESS UTILIZING SHANTUNG AND DUCHESSE FABRICS Khairani Aksari; Weni Nelmira
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 13 No. 2 (2024): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v13i2.62632

Abstract

Origami is a traditional Japanese paper craft technique that employs transformational reconstruction, a creative pattern-making method that creates a three-dimensional effect on fashion pieces. One notable design utilizing the origami technique is the origami a pleated pentagon dress. The construction of this dress is influenced by the type of material used. The primary objective of this research is to describe the outcomes of the origami a pleated pentagon dress using shantung and duchesse materials in terms of the stability of the origami shape, origami folds, and size accuracy. Additionally, it aims to identify the differences in the results obtained using these materials. This research falls under the category of applied research. The data collection method employed a questionnaire administered through a research instrument utilizing a Likert scale assessment conducted by 15 panelists. Data analysis techniques utilized quantitative descriptive and inferential analysis. The results obtained for the origami a pleated pentagon dress constructed using shantung material yielded an overall percentage value of 64.39%, categorized as quite suitable. Conversely, the results obtained for the origami a pleated pentagon dress constructed using duchesse material yielded an overall percentage value of 78.60%, categorized as suitable. Based on the independent sample t-test, the significance value obtained was 0.001< 0.05, indicating a difference in the results obtained using shantung and duchesse fabrics.
RATOK SI BUNSU: INTERPRETASI ILAU KE KOMPOSISI PENDEKATAN TRADISI Fitri Rahmadhani; Asril Asril; M. Halim
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 12 No. 2 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i2.49076

Abstract

a tradition of the Solok people in the form of sadness or lamentation which can be found in the Kampai Tabu Karambia Village, Solok City. The function of the bailau was as a medium of information (notification) when a member of the community died overseas whose body could not be brought back to their hometown. Currently, bailau Ilau is only a performing art that is exhibited at certain traditional events so that it becomes bailau creations. Dendang ratok ilau is a source in the creation of new musical compositions, which has a musical phenomenon, namely there is a vocal technique called opmaat and also a tone mode which, if sequenced, can be found tones C, D, Dis, G, and A with intervals of 1, ½, 1 ½ , 1. Ratok Si Bunsu's work was worked on by the method of creating observation, discussion, exploration, realization, guidance, and completion using a traditional approach with the instruments saluang, rabab, canang, gong, ganto, karinding, and gandang tambua. The result of this work is that the creator divides the work into two parts. The first part of the artist's work on the dendang ratok ilau melody uses the principle of combining the two traditional vocals found in bailau art, but there are several tones used to enrich the form of the work. In the second part, the composer develops the melodies found in dendang ratok ilau into several forms of new melodies with vocals and melodic instruments and is reinforced with non-melodic instruments. It can be concluded that working on a composition based on traditional art is not an easy thing, but you have to study and understand the background of the traditional art itself.Keywords: ilau interpretation, ratok si bunsu. AbstrakIlau adalah tradisi masyarakat Solok berupa kesedihan atau ratapan yang bisa ditemui di Kelurahan Kampai Tabu Karambia Kota Solok. Fungsi bailau dahulunya sebagai media informasi (pemberitahuan) ketika salah seorang anggota masyarakat meninggal di perantauan yang jenazahnya tidak bisa dibawa pulang ke kampung halaman. Sekarang ini, bailau hanya sebagai seni pertunjukan yang dipertontonkan pada acara adat tertentu sehingga menjadi bailau kreasi. Dendang ratok ilau menjadi sumber dalam penggarapan komposisi musik baru, yang memiliki fenomena musikal yaitu terdapat teknik vokal yang disebut dengan opmaat dan juga modus nada yang jika diurutkan ditemui nada C, D, Dis, G, dan A dengan interval 1, ½, 1 ½, 1. Karya Ratok Si Bunsu digarap dengan metode penciptaan observasi, diskusi, eksplorasi, realisasi, bimbingan, dan penyelesaian menggunakan pendekatan tradisi dengan instrumen saluang, rabab, canang, gong, ganto, karinding, dan gandang tambua. Hasil dari karya ini adalah pengkarya membagi karya dalam dua bagian. Bagian pertama pengkarya menggarap melodi dendang ratok ilau menggunakan prinsip menggabungkan kedua vokal tradisi yang terdapat pada kesenian bailau, akan tetapi ada beberapa nada yang digunakan untuk memperkaya bentuk garapan. Pada bagian kedua, pengkarya mengembangkan melodi yang terdapat pada dendang ratok ilau menjadi beberapa bentuk melodi baru dengan vokal dan instrumen melodis serta diperkuat dengan instrumen non melodis. Dapat disimpulkan bahwa menggarap sebuah komposisi yang berangkat dari kesenian tradisi itu bukanlah hal yang mudah, melainkan harus mempelajari dan memahami latar belakang dari kesenian tradisi itu sendiri.Kata Kunci: interpretasi ilau, ratok si bunsu. Authors:Fitri Rahmadhani : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAsril : Institut Seni Indonesia PadangpanjangM. Halim : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Arizal, A. (2023). œIstilah Ratok Si Bunsu. Hasil Wawancara Pribadi: 23 Januari 2023, Koto Baru Solok. Basrul, Y. (2023). œBailau di KTK Solok. Hasil Wawancara Pribadi: 22 Januari 2023, KTK Solok. Herdianto, F., Yusnelli, Y., & Antara, F. (2021). Komposisi Musik Badondong Baibo dalam Musik Instrmental. GORGA: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 115-124. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gorga/article/view/24912/15760Malik, C. (2018). Makna Ratok Ilau pada Pertunjukan Bailau di Kampai Tabu Karambia Kota Solok Sumatera Barat. https://lib.pasca.isi.ac.id/index.php?p=show_detail&id=4334Neng, N. (2023). œBailau di KTK Solok. Hasil Wawancara Pribadi: 22 Januari 2023, KTK Solok.Supanggah, R. (2007). Garap Bothekan Karawitan II. Surakarta: ISI Press Surakarta.Syofia, N. (2010). Tari Ilau sebagai Identitas dalam Kehidupan Masyarakat di Kelurahan Kampai Tabu Karambia Kota Solok Sumatera Barat. Tesis Program Pasca Sarjana ISI Padangpanjang.Tegar, K. (2023). Deskripsi dan Transkripsi Bailau pada Laman Youtube Andi Jagger dan Bidang Promosi dan Kebudayaan Dispar Kota Solok (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).https://pustaka.fk.unand.ac.id/2016-04-11-15-04-06/skripsi-thesis-disertasi.