cover
Contact Name
Desti Verani
Contact Email
mail@iphorr.com
Phone
+62895356428751
Journal Mail Official
jurnalpti207@gmail.com
Editorial Address
Jl. Raden Imba Kusuma Ratu Gang Durian No.40, Sukadana Ham, 3 Kota Bandar Lampung 5247
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
JOURNAL OF Pharmacy and Tropical Issues
ISSN : 28074319     EISSN : 28074122     DOI : https://doi.org/10.56922/pti.v4i2
Core Subject : Health,
Jurnal penelitian dibidang kesehatan meliputi ilmu keparmasian. Penelitain sesuai tren pengobatan sesuai sumber alam di negara tropis. Pengembangan obat dan pendistribusian kepada pelanggan, dan sesuai aturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) - Republik Indonesia
Articles 46 Documents
Uji aktivitas variasi konsentrasi larutan ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai larvasida aedes aegypti Putri, Saskia Diska; Ulfa, Ade Maria; Nofita, Nofita
JOURNAL OF Pharmacy and Tropical Issues Vol. 1 No. 1 (2021): June Edition 2021
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/pti.v1i1.72

Abstract

Pendahuluan: Nyamuk Aedes aegypti merupakan faktor terjadinya demam berdarah. Jenis nyamuk ini biasanya aktif pada siang hari dan nyamuk betina lebih suka menghisap darah manusia dari pada hewan. Kulit jeruk nipis mengandung minyak atsiri, damar dan glukosa. Minyak atsiri mengandung zat kimia citrol sebanyak kurang lebih 7,5%. Larvasida merupakan golongan dari pestisida yang dapat membunuh serangga belum dewasa atau sebagai pembunuh larva. Tujuan: Untuk mengetahui Aktivitas larvasida ekstrak kulit jeruk nipis (citrus aurantifolia) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti. Metode: Menggunakan 3 konsentrasi dan 2 kontrol yaitu 10%, 15%, 20%, kontrol negatif dan kontrol positif ( temefos 1% ). Hasil: Uji kruskal-wallis menunjukkan adanya pengaruh waktu terhadap ekstrak kulit jeruk nipis (citrus aurantifolia) dengan larava Aedes aegypti. Uji Mann- whitney didapatkan nilai p = 0,121 sehingga tidak ada perbedaan signifikan antara konsentrasi 20% dengan kontrol positif. Simpulan: Larutan ekstrak kulit jeruk nipis (Citus aurantifolia) mempunyai aktivitas sebagai larvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti dan larutan ekstrak kulit jeruk nipis (Citus aurantifolia) konsentrasi 20% memiliki aktivitas yang mendekati dengan temefos 1% dalam membunuh larva nyamuk Aedes aegypti.
Uji efektivitas ekstrak etanol kulit pisang kepok (musa paradisiaca) dalam sediaan semprot sebagai pengusir nyamuk aedes aegypti Mardiyah, Izmi; Marcellia, Selvi; Winahyu, Diah Astika
JOURNAL OF Pharmacy and Tropical Issues Vol. 1 No. 1 (2021): June Edition 2021
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/pti.v1i1.73

Abstract

Background: Dengue hemorrhagic fever (DHF) can be caused by the bite of the Aedes aegypti mosquito that carries the dengue virus. Banana plant (Musa paradisiaca L.) is a fruit plant originating from regions in Southeast Asia, including Indonesia. Kepok banana peel contains secondary metabolites that can be used as vegetable pesticides, namely flavonoids, tannins and terpenoids. Purpose: To determine the ethanol extract of kepok banana peels in spray preparations is effective as a mosquito repellent for Aedes aegypti and to determine the effective concentration of ethanolic extracts of kepok banana peels in spray preparations as a repellent for Aedes aegypti mosquitoes. Methods: Percolation extraction using 96% ethanol as solvent. Phytochemical screening tests to get positive results are flavonoids, alkaloids, tannins. Organoleptic test and pH test. Result: 1% concentration had almost the same effectiveness as positive control than negative control because negative control did not have the ability to repellant Aedes aegypti mosquitoes. Conclusion: The ethanol extract of kepok banana peel (Musa paradisiaca L) in spray preparation has good characteristics and is considered to have the most effective concentration for Aedes aegypti mosquito repellent.   Keywords: Aedes aegypti mosquito; Dangue hemorrhagic fever; Banana kepok (Musa paradisiaca L.); repellant; Ethanol extract   Pendahuluan: Penyakit demam berdarah dangue (DBD) dapat disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue. Tanaman pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan tanaman buah yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Kulit pisang kepok memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati yaitu senyawa flavonoid, tannin dan terpenoid. Tujuan: Untuk mengetahui ekstrak etanol kulit pisang kepok dalam sediaan spray efektif sebagai repelan nyamuk Aedes aegypti dan mengetahui konsentrasi yang efektif dari ekstrak etanol kulit pisang kepok dalam sediaan spray sebagai repelan nyamuk Aedes aegypti. Metode: Ekstraksi perkolasi menggunakan pelarut etanol 96%. Uji skrining fitokimia untuk mendapatkan hasil positif yaitu flavonoid, alkaloid, tannin. Uji organoleptis dan uji pH. Hasil: konsentrasi 1% memiliki daya efektivitas yang hampir sama dengan kontrol positif daripada kontrol negative karena kontrol negatif tidak memiliki kemampuan sebagai repellan nyamuk Aedes aegypti.       Simpulan: Sediaan ekstrak etanol kulit pisang kepok (Musa paradisiaca L) dalam sediaan spray memiliki karakteristik yang baik dan dianggap memiliki konsetrasi paling efektif untuk repelan nyamuk Aedes aegypti.  
Uji efektifitas antibakteri terhadap efektifitas ekstrak rimpang penuh merah (Alpinia purpurata K.Schum) Santi, Putri Era; Marcellia, Selvi; Chusniasih, Dewi
JOURNAL OF Pharmacy and Tropical Issues Vol. 1 No. 1 (2021): June Edition 2021
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/pti.v1i1.74

Abstract

Background: Dental and oral health is important for health because a healthy mouth allows a person to eat, talk, and socialize without experiencing pain and discomfort. Plaque causes various cases of dental and oral diseases caused by the activity of microorganisms. Streptococcus mutants are one example of bacteria that cause dental caries. Streptococcus mutants is cariogenic bacteria capable of forming acid from carbohydrates in a short time. These bacteria are acidogenic because they can produce pH <5 within 1-3 minutes when compared with other bacteria. Purpose: To plan mouthwash preparations and test the inhibition zone for mouthwash preparations with red galangal rhizome extract (Alpinia purpurata K.Schum). Methods: Discs with various concentrations of 5%, 10% and 15% with an average inhibition zone of 6.18 mm, 8.16 mm, 10.28 mm and 25.97% positive control. Results: Showed that there was a significant difference in the inhibition zone of 0.000 (P=<0.05) between all concentrations, effective as an antibacterial Streptococcus mutants at a concentration of 15%. Conclusion: The preparation of mouthwash ethanol extract of red galangal rhizome can provide antibacterial activity against Streptococcus mutans.   Keywords: Red galangal rhizome; Mouthwash; Streptococcus mutans.   Pendahuluan: Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang penting bagi kesehatan karena mulut yang sehat memungkinkan seseorang untuk makan, berbicara, dan bersosialisasi, tanpa mengalami rasa sakit dan tidak nyaman. Plak merupakan penyebab terjadinya berbagai kasus penyakit gigi dan mulut yang disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme.Bakteri Streptococcus mutans adalah salah satu contoh bakteri yang menyebabkan terjadinya karies pada gigi. Streptococcus mutans merupakan kuman kariogenik yang mampu membentuk asam dari karbohidrat dengan waktu yang singkat. Bakteri tersebut bersifat asidogenik karena mampu menghasilkan pH<5 dalam waktu 1-3 menit bila dibandingkan bakteri lainnya. Tujuan: Memformulasikan sediaan kumur dan menguji zona hambat sediaan obat kumur ekstrak rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum). Metode: Maserasi dengan perendaman menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan pengadukan pada temperatur ruangan (suhu kamar) Hasil: Menunjukan adanya perbedaan zona hambat yang signifikan yaitu 0,000 (P=<0,05) antara seluruh konsentrasi, efektif sebagai antibakteri Streptococcus mutans yaitu pada konsentrasi 15%. Simpulan: Sediaan obat kumur ekstrak etanol rimpang lengkuas merah dapat memberikan aktivitas terhadap antibakterii Streptococcus mutans.  
Faktor– faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan pengguna obat diabetes mellitus di RSUD Pringsewu tahun 2020 Utami, Dimar Putri; Ulfa, Ade Maria; Candra, Robby
JOURNAL OF Pharmacy and Tropical Issues Vol. 1 No. 1 (2021): June Edition 2021
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/pti.v1i1.75

Abstract

Pendahuluan: Kepatuhan pengobatan yang rendah dapat mengakibatkan peningkatan resiko biaya perawatan, peningkatan penyakit komplikasi dan resiko rawat inap. Mengidentifikasi pasien yang tidak patuh dalam pengobatan rawat jalan penting agar dapat melaksanakan terapi dengan efektif. Penyakit DM tipe-2 di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit (BLUD RS) Pringsewu berdasarkan data rekam medik tahun 2018 dan 2019 menempati urutan ke-8 teratas dengan jumlah kunjungan pasien terbanyak pada pelayanan rawat jalani. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara faktor ekonomi pekerjaan dan pendidikan dengan tingkat kepatuhan pengguna obat diabetes mellitus di RSUD Pringsewu Tahun 2020. Metode: Jenis Kuantitatif menggunakan rancangan analitik dengan pendekatancross sectional. Partisipan adalah seluruh Penderita DM Peserta Prolanis di RSUD Pringsewu dengan jumlah 279 pasien. Sampel sejumlah 80 responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner berisi pertanyaan dari Morisky Medication Adherence Scale 8-items (MMAS-8). Teknik analisis data menggunakan uji statistik chi square. Hasil: Penelitian menunjukkan distribusi frekuensi responden dengan pendidikan tinggi yaitu 48 responden (60.0%), tingkat ekonomi tinggi yaitu sebanyak 50 responden (62.5%), bekerja yaitu 48 responden (60.0%), kepatuhan penggunaan obat rendah yaitu sebanyak 33 responden (41.3%). Ada hubungan antara faktor pendidikan, pekerjaan dan faktor ekonomi dengan tingkat kepatuhan pengguna obat diabetes mellitus Simpulan: Tingkat kepatuhan pasien diabetes melitus memiliki presentase yang rendah sehingga perlu dilakukan pendeketan terhadap pasien sehingga tingkat kepatuhan dapat meningkat.
Uji formulasi sediaan lotion dari ekstrak daun cengkeh (syzygium aromaticum l.) sebagai repellan terhadap nyamuk aedes aegypti Juniyanti, Anti Revo; Retnaningsih, Agustina; Marcellia, Selvi
JOURNAL OF Pharmacy and Tropical Issues Vol. 1 No. 1 (2021): June Edition 2021
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/pti.v1i1.76

Abstract

Pendahuluan: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menular disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegyptii yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderita DBD. Ekstrak daun cengkeh yang mengandung saponin, flavonoid, dan tanin dapat membunuh nyamuk Aedes aegypti. Senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman cengkeh memiliki sifat insektisida Repellan. Tujuan: untuk mengetahui efek Repellan ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap nyamuk Aedes aegypti. Metode: Maserasi dengan perendaman menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan pengadukan pada temperatur ruangan (suhu kamar). Hasil: konsentrasi 5% memiliki daya efektivitas yang hampir sama dengan kontrol positif yaitu 93,5% pada 30 detik dan per 6 jam diperoleh rata-rata 89%. Nilai uji statistik p < 0,05 yaitu 0,000. Simpulan: Uji evaluasi ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dalam sediaan lotion memiliki karakteristik yang baik sebagai repellan nyamuk Aedes aegypti.  
Formulasi sediaan lotion ekstrak daun nangka (Artocarpus Heterophyllus) sebagai repelan terhadap nyamuk aedes aegypti Nofita, Nofita; Triyanti, Yesicha; Marcellia, Selvi
JOURNAL OF Pharmacy and Tropical Issues Vol. 1 No. 2 (2021): December Edition 2021
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/pti.v1i2.96

Abstract

  Pendahuluan: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderita DBD. Ekstrak daun nangka yang mengandung saponin, flavonoid, alkaloid, terpenoid, steroid dan tanin dapat membunuh nyamuk Aedes aegypti. Berdasarkan latar belakang peneliti tertarik untuk melakukan Uji Formulasi Sediaan Lotion  Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus) sebagai Repelan Terhadap Nyamuk Aedes aegypti. Tujuan: Untuk mengetahui efek Repelan ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus) terhadap nyamuk Aedes aegypti. Metode: Ekstraksi perkolasi dengan berbagai uji diantaranya uji alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid, triterpenoid, evaluasi lotion anti nyamuk. Hasil: Konsentrasi ekstrak daun nangka (Artocarpus heterophyllus) dalam sediaan lotion  yang paling efektif sebagai reppelan nyamuk Aedes aegypti yaitu pada konsentrasi 9% dengan daya efektivitas yang hampir sama dengan kontrol positif yaitu 86% pada 30 detik dan per 6 jam diperoleh rata-rata 79,5% dengan nilai uji statistik p < 0,05. Simpulan: Ekstrak daun nangka dalam sediaan lotion  memiliki efektivitas dalam menolak nyamuk.
Uji aktivitas antifungi ekstrak etanol daun jambu bol (Syzygium malaccense L.) dalam sediaan sabun cair kewanitaan terhadap Candida albicans Purnamasari, Rizki; Marcellia, Selvi; Purnama, Robby Candra
JOURNAL OF Pharmacy and Tropical Issues Vol. 1 No. 2 (2021): December Edition 2021
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/pti.v1i2.97

Abstract

Pendahuluan: Indonesia merupakan sebuah negara yang berada di titik khatulistiwa dan merupakan negara dengan iklim tropis, dimana negara tropis memiliki kelembaban yang tinggi.  Kelembaban yang tinggi menimbulkan organisme jamur dapat dengan mudah menginfeksi dan menyebar. Candida albicans merupakan flora normal pada genetalia wanita yang dapat menyebabkan keputihan. Daun jambu bol (Syzygium malaccense L.) mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, dan steroid yang memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan Candida albicans. Tujuan: untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun jambu bol sebagai antifungi terhadap Candida albicans. Metode: Difusi cakram dan sumuran dengan uji antifungi dianalisis one way anova. Konsentrasi ekstrak etanol daun jambu bol yang digunakan yaitu 5%, 30%, 50% dan 70% dengan rata-rata zona hambat 0.00 mm, 0.00 mm, 11.37 mm dan 13.42 mm. Pada sediaan sabun cair kewanitaan yang digunakan yaitu konsentrasi 50% dan 70% dengan rata-rata zona hambat 11.43 mm dan 13.40 mm. Hasil: Zona hambat  ekstrak daun jambu bol dan sediaan sabun cair kewanitaan  yaitu 0,000 (P<0,05). Simpulan: Ekstrak etanol daun jambu bol dalam sediaan sabun cair kewanitaan dapat menghambat pertumbuhan fungi Candida albicans. ekstrak daun jambu bol dan sediaan sabun cair kewanitaan menunjukan adanya perbedaan zona hambat yang signifikan. Pendahuluan: Indonesia merupakan sebuah negara yang berada di titik khatulistiwa dan merupakan negara dengan iklim tropis, dimana negara tropis memiliki kelembaban yang tinggi.  Kelembaban yang tinggi menimbulkan organisme jamur dapat dengan mudah menginfeksi dan menyebar. Candida albicans merupakan flora normal pada genetalia wanita yang dapat menyebabkan keputihan. Daun jambu bol (Syzygium malaccense L.) mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, dan steroid yang memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan Candida albicans. Tujuan: untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun jambu bol sebagai antifungi terhadap Candida albicans. Metode: Difusi cakram dan sumuran dengan uji antifungi dianalisis one way anova. Konsentrasi ekstrak etanol daun jambu bol yang digunakan yaitu 5%, 30%, 50% dan 70% dengan rata-rata zona hambat 0.00 mm, 0.00 mm, 11.37 mm dan 13.42 mm. Pada sediaan sabun cair kewanitaan yang digunakan yaitu konsentrasi 50% dan 70% dengan rata-rata zona hambat 11.43 mm dan 13.40 mm. Hasil: Zona hambat  ekstrak daun jambu bol dan sediaan sabun cair kewanitaan  yaitu 0,000 (P<0,05). Simpulan: Ekstrak etanol daun jambu bol dalam sediaan sabun cair kewanitaan dapat menghambat pertumbuhan fungi Candida albicans. ekstrak daun jambu bol dan sediaan sabun cair kewanitaan menunjukan adanya perbedaan zona hambat yang signifikan. Pendahuluan: Indonesia merupakan sebuah negara yang berada di titik khatulistiwa dan merupakan negara dengan iklim tropis, dimana negara tropis memiliki kelembaban yang tinggi.  Kelembaban yang tinggi menimbulkan organisme jamur dapat dengan mudah menginfeksi dan menyebar. Candida albicans merupakan flora normal pada genetalia wanita yang dapat menyebabkan keputihan. Daun jambu bol (Syzygium malaccense L.) mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, dan steroid yang memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan Candida albicans. Tujuan: untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun jambu bol sebagai antifungi terhadap Candida albicans. Metode: Difusi cakram dan sumuran dengan uji antifungi dianalisis one way anova. Konsentrasi ekstrak etanol daun jambu bol yang digunakan yaitu 5%, 30%, 50% dan 70% dengan rata-rata zona hambat 0.00 mm, 0.00 mm, 11.37 mm dan 13.42 mm. Pada sediaan sabun cair kewanitaan yang digunakan yaitu konsentrasi 50% dan 70% dengan rata-rata zona hambat 11.43 mm dan 13.40 mm. Hasil: Zona hambat  ekstrak daun jambu bol dan sediaan sabun cair kewanitaan  yaitu 0,000 (P<0,05). Simpulan: Ekstrak etanol daun jambu bol dalam sediaan sabun cair kewanitaan dapat menghambat pertumbuhan fungi Candida albicans. ekstrak daun jambu bol dan sediaan sabun cair kewanitaan menunjukan adanya perbedaan zona hambat yang signifikan. Pendahuluan: Indonesia merupakan sebuah negara yang berada di titik khatulistiwa dan merupakan negara dengan iklim tropis, dimana negara tropis memiliki kelembaban yang tinggi.  Kelembaban yang tinggi menimbulkan organisme jamur dapat dengan mudah menginfeksi dan menyebar. Candida albicans merupakan flora normal pada genetalia wanita yang dapat menyebabkan keputihan. Daun jambu bol (Syzygium malaccense L.) mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, dan steroid yang memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan Candida albicans. Tujuan: untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun jambu bol sebagai antifungi terhadap Candida albicans. Metode: Difusi cakram dan sumuran dengan uji antifungi dianalisis one way anova. Konsentrasi ekstrak etanol daun jambu bol yang digunakan yaitu 5%, 30%, 50% dan 70% dengan rata-rata zona hambat 0.00 mm, 0.00 mm, 11.37 mm dan 13.42 mm. Pada sediaan sabun cair kewanitaan yang digunakan yaitu konsentrasi 50% dan 70% dengan rata-rata zona hambat 11.43 mm dan 13.40 mm. Hasil: Zona hambat  ekstrak daun jambu bol dan sediaan sabun cair kewanitaan  yaitu 0,000 (P<0,05). Simpulan: Ekstrak etanol daun jambu bol dalam sediaan sabun cair kewanitaan dapat menghambat pertumbuhan fungi Candida albicans. ekstrak daun jambu bol dan sediaan sabun cair kewanitaan menunjukan adanya perbedaan zona hambat yang signifikan. Pendahuluan: Indonesia merupakan sebuah negara yang berada di titik khatulistiwa dan merupakan negara dengan iklim tropis, dimana negara tropis memiliki kelembaban yang tinggi.  Kelembaban yang tinggi menimbulkan organisme jamur dapat dengan mudah menginfeksi dan menyebar. Candida albicans merupakan flora normal pada genetalia wanita yang dapat menyebabkan keputihan. Daun jambu bol (Syzygium malaccense L.) mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, dan steroid yang memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan Candida albicans. Tujuan: untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun jambu bol sebagai antifungi terhadap Candida albicans. Metode: Difusi cakram dan sumuran dengan uji antifungi dianalisis one way anova. Konsentrasi ekstrak etanol daun jambu bol yang digunakan yaitu 5%, 30%, 50% dan 70% dengan rata-rata zona hambat 0.00 mm, 0.00 mm, 11.37 mm dan 13.42 mm. Pada sediaan sabun cair kewanitaan yang digunakan yaitu konsentrasi 50% dan 70% dengan rata-rata zona hambat 11.43 mm dan 13.40 mm. Hasil: Zona hambat  ekstrak daun jambu bol dan sediaan sabun cair kewanitaan  yaitu 0,000 (P<0,05). Simpulan: Ekstrak etanol daun jambu bol dalam sediaan sabun cair kewanitaan dapat menghambat pertumbuhan fungi Candida albicans. ekstrak daun jambu bol dan sediaan sabun cair kewanitaan menunjukan adanya perbedaan zona hambat yang signifikan. Pendahuluan: Indonesia merupakan sebuah negara yang berada di titik khatulistiwa dan merupakan negara dengan iklim tropis, dimana negara tropis memiliki kelembaban yang tinggi.  Kelembaban yang tinggi menimbulkan organisme jamur dapat dengan mudah menginfeksi dan menyebar. Candida albicans merupakan flora normal pada genetalia wanita yang dapat menyebabkan keputihan. Daun jambu bol (Syzygium malaccense L.) mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, dan steroid yang memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan Candida albicans. Tujuan: untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun jambu bol sebagai antifungi terhadap Candida albicans. Metode: Difusi cakram dan sumuran dengan uji antifungi dianalisis one way anova. Konsentrasi ekstrak etanol daun jambu bol yang digunakan yaitu 5%, 30%, 50% dan 70% dengan rata-rata zona hambat 0.00 mm, 0.00 mm, 11.37 mm dan 13.42 mm. Pada sediaan sabun cair kewanitaan yang digunakan yaitu konsentrasi 50% dan 70% dengan rata-rata zona hambat 11.43 mm dan 13.40 mm. Hasil: Zona hambat  ekstrak daun jambu bol dan sediaan sabun cair kewanitaan  yaitu 0,000 (P<0,05). Simpulan: Ekstrak etanol daun jambu bol dalam sediaan sabun cair kewanitaan dapat menghambat pertumbuhan fungi Candida albicans. ekstrak daun jambu bol dan sediaan sabun cair kewanitaan menunjukan adanya perbedaan zona hambat yang signifikan. Pendahuluan: Indonesia merupakan sebuah negara yang berada di titik khatulistiwa dan merupakan negara dengan iklim tropis, dimana negara tropis memiliki kelembaban yang tinggi.  Kelembaban yang tinggi menimbulkan organisme jamur dapat dengan mudah menginfeksi dan menyebar. Candida albicans merupakan flora normal pada genetalia wanita yang dapat menyebabkan keputihan. Daun jambu bol (Syzygium malaccense L.) mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, dan steroid yang memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan Candida albicans. Tujuan: untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun jambu bol sebagai antifungi terhadap Candida albicans. Metode: Difusi cakram dan sumuran dengan uji antifungi dianalisis one way anova. Konsentrasi ekstrak etanol daun jambu bol yang digunakan yaitu 5%, 30%, 50% dan 70% dengan rata-rata zona hambat 0.00 mm, 0.00 mm, 11.37 mm dan 13.42 mm. Pada sediaan sabun cair kewanitaan yang digunakan yaitu konsentrasi 50% dan 70% dengan rata-rata zona hambat 11.43 mm dan 13.40 mm. Hasil: Zona hambat  ekstrak daun jambu bol dan sediaan sabun cair kewanitaan  yaitu 0,000 (P<0,05). Simpulan: Ekstrak etanol daun jambu bol dalam sediaan sabun cair kewanitaan dapat menghambat pertumbuhan fungi Candida albicans. ekstrak daun jambu bol dan sediaan sabun cair kewanitaan menunjukan adanya perbedaan zona hambat yang signifikan. Pendahuluan: Indonesia merupakan sebuah negara yang berada di titik khatulistiwa dan merupakan negara dengan iklim tropis, dimana negara tropis memiliki kelembaban yang tinggi.  Kelembaban yang tinggi menimbulkan organisme jamur dapat dengan mudah menginfeksi dan menyebar. Candida albicans merupakan flora normal pada genetalia wanita yang dapat menyebabkan keputihan. Daun jambu bol (Syzygium malaccense L.) mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, dan steroid yang memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan Candida albicans. Tujuan: untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun jambu bol sebagai antifungi terhadap Candida albicans. Metode: Difusi cakram dan sumuran dengan uji antifungi dianalisis one way anova. Konsentrasi ekstrak etanol daun jambu bol yang digunakan yaitu 5%, 30%, 50% dan 70% dengan rata-rata zona hambat 0.00 mm, 0.00 mm, 11.37 mm dan 13.42 mm. Pada sediaan sabun cair kewanitaan yang digunakan yaitu konsentrasi 50% dan 70% dengan rata-rata zona hambat 11.43 mm dan 13.40 mm. Hasil: Zona hambat  ekstrak daun jambu bol dan sediaan sabun cair kewanitaan  yaitu 0,000 (P<0,05). Simpulan: Ekstrak etanol daun jambu bol dalam sediaan sabun cair kewanitaan dapat menghambat pertumbuhan fungi Candida albicans. ekstrak daun jambu bol dan sediaan sabun cair kewanitaan menunjukan adanya perbedaan zona hambat yang signifikan.
Waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan di instalasi farmasi Puskesmas Purbolinggo sebagai indikator standar pelayanan minimal puskesmas Nurhayati, Robby Candra
JOURNAL OF Pharmacy and Tropical Issues Vol. 1 No. 2 (2021): December Edition 2021
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/pti.v1i2.107

Abstract

Pendahuluan: Pelayanan resep puskesmas merupakan faktor penunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Selain itu pelayanan resep puskesmas menjadi standar minimal pelayanan Kefarmasian. Mencapai hasil pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien terkait sediaan farmasi merupakan arti dari pelayanan Kefarmasian. Indonesia sendiri sudah mengaturnya pada Undang-undang Negara Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan menjelaskan bahwa praktek kefarmasiaan meliputi pembentukan termasuk pengawasan mutu kesediaan farmasi, proteksi, pemasokan, restensi dan pengedaran obat, fasilitas pemberian obat berdasarkan resep dokter, pelayanan penjelasan obat dan tidak ketinggalan pula pembentangan obat, bahan obat moderen dan obat tradisional harus dikerjakan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keilmuan dan adikara sesuai dengan ketentuan peraturan yang di tentukan undang-undang. Tujuan: Untuk mengetahui rata-rata waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan di instalasi farmasi Puskesmas Purbolinggo. Metode: Pengumpulan data melalui observasi dengan variabel seorang pasien, hari pasien berobat, durasi waktu pemberian resep, skrining dan diagnosa resep, pemberian etiket, pengemasan obat, penyerahan obat, serta total aktu durasi pelayanan resep dalam itungan menit. Hasil: Rata-rata  waktu  tunggu  yang  dibutuhkan  untuk  menyelesaikan  resep racikan adalah 9,10 menit dan untuk menyelesaikan resep obat jadi adalah 2,56 menit. Simpulan: Waktu tunggu pelayanan resep sudah memenuhi standar pelayanan minimal yaitu resep non racikan 30 menit dan resep racikan 60 menit.
RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN REMATOID ARTHRITIS DI RUANG PENYAKIT DALAM RSUD SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2019 Saputri, Gusti Ayu Rai; Yasir, Angga Saputra; Sandika, Agung Ngurah Feri
JOURNAL OF Pharmacy and Tropical Issues Vol. 1 No. 2 (2021): December Edition 2021
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/pti.v1i2.108

Abstract

Aberg, J. A., Lacy, C. F., Amstrong, L. L., Goldman, M. P., & Lance, L. L. (2015). Drug information handbook. Lexi-Comp for the American Pharmacist Association. Anggriani, A., Lisni, I., & Faujiah, D. S. R. (2016). Analisis masalah terkait obat pada pasien lanjut usia penderita osteoartritis di poli ortopedi di salah satu rumah sakit di bandung. Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi, 4(2), 13-20. Azizah, N., & Sutrisna, E. M. (2019). Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Pada Pasien Rheumatoid Arthritis Di Instalasi Rawat Jalan Rsud Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2018 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta). Dransfield, M. T., Voelker, H., Bhatt, S. P., Brenner, K., Casaburi, R., Come, C. E., ... & Connett, J. E. (2019). Metoprolol for the prevention of acute exacerbations of COPD. New England Journal of Medicine, 381(24), 2304-2314. Husna, U. Y., & Karuniawati, H. (2017). Evaluasi Terapi Oains Dan Dmard Pada Pasien Rheumatoid Arthritis Di Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2015-2016 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta). Ismayanti, N., & Solikhah, S. (2012). Hubungan antara pola konsumsi dan aktivitas fisik dengan status gizi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Daulan, 6(3), 24972. Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (Eds.). (2015). Basic & clinical pharmacology. Koromat, F. K. (2019). Faktor dominan yang berhubungan dengan kekambuhan penyakit rematik pada lansia di puskesmas kebonsari kota surabaya (Doctoral dissertation, Universitas Merdeka). Mawarni, D. (2016). Hubungan Nyeri Reumatoid Artritis Dengan Aktivitas Fisik Sehari-Hari Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Km 6 Palembang (Doctoral dissertation, Universitas Katolik Musi Charitas). Muslim, A. T. N. (2017). Identifikasi drug related problems potensial kategori ketidaktepatan dosis dan adverse drug reactions pada pasien osteoartritis rawat jalan di RSUD Jombang periode 2016 (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim). Prahastiawan, B., & Suryani, M. (2016). PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DALAM PEMBERIAN OBAT OLEH PERAWAT DI RSJD PROPINSI JAWA TENGAH. Karya Ilmiah. Primadi, F., & Maliya, A. (2018). Gambaran aktivitas fisik pada lansia yang menderita rematik di desa sendang, donorojo, pacitan (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta). Purwoastuti, E. (2015). Waspadai Gangguan Rematik. Kanisius. Yogyakarta. Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2014). Diagnnosis dan Pengelolaan Artritis Reumatiod. Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 1-18. Diakses dari: https://reumatologi.or.id/wp-content/uploads/2020/10/Rekomendasi_Reumatoid_Artritis_2014.pdf SARI, F. N. (2019). Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Gangguan Nyeri Akut Pada Kasus Rheumatoid Arthritis Terhadap Tn. S Di wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara, Tanggal 13-15 mei 2019 (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang). Srivastava, S. B., Fluegel, N., & Mansukhani, R. P. (2019). Pharmacologic Management of Rheumatoid Arthritis. Orthopaedic Nursing, 38(6), 390-395. Setiawati, S., Alwi, S., Sudoyo, A. W., Simadibrata, M. K., Setiyohadi, B., & Syam, A. F. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.   Syamsuddin, S., & Zulkifli, A. (2021). THE FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT REUMATIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAWASANGKA KABUPATEN BUTON TENGAH TAHUN 2019. Indonesian Journal of Health and Medical, 1(2), 348-357. Trilia, T., & Yellisni, I. (2015). PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TENTANG REMATIK DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI PALEMBANG. Masker Medika, 3(1), 12-21. Wakhidah, S. U. N. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PENDERITA RHEUMATOID ARTHRITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK Di Puskesmas Siman Kabupaten Ponorogo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
Evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid anak dengan metode Gyssens Yasir, Angga Saputra; Merlianti, Yustika
JOURNAL OF Pharmacy and Tropical Issues Vol. 5 No. 1 (2025): June Edition 2025
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/pti.v5i1.164

Abstract

Evaluation of the use of antibiotics rationality in children's tifoid fever patients using Gyssens method Typhoid fever is an infectious disease caused by gram-negative bacteria, namely salmonella typii. The occurrence of typhoid fever because of an unhealthy lifestyle. The management of typhoid fever therapy with antibiotics and the success of typhoid fever therapy depends on the accuracy of using antibiotics. The purpose of this study was to evaluate the rationality of the use of antibiotic drug therapy in children diagnosed with typhoid fever with the Gyssens method in the Inpatient Installation of Pertamina Bintang Amin Hospital in Bandar Lampung in 2019. The method in this study was descriptive non-experimental with retrospective data collection from medical records. A child with typhoid fever. The data taken is in the form of medical record data including the name of the patient, diagnosis, age, gender, laboratory examination, drug use, dosage and duration of drug administration. The data was adjusted to the DIH (Drug Information Handbook), Clinical Pathways and Pharmaceutical Care parameters, which showed that of the 54 patients who used cefixime, ceftriaxone and cefotaxime antibiotics rationally in pediatric patients diagnosed with typhoid fever in the Inpatient Installation of Pertamina Bintang Amin Hospital, the amount was 100% Key words: Typhoid fever, antibiotics, pediatric patients Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu salmonella typii. Terjadinya demam tifoid karena pola hidup yang kurang sehat. Penatalaksanaan terapi demam tifoid dengan diberikan antibiotik dan keberhasilan terapi demam tifoid tergantung pada ketepatan penggunaan antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi rasionalitas penggunaan terapi obat antibiotik pada pasien anak diagnosis demam tifoid dengan metode gyssens di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Tahun 2019. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif non eksperimental dengan pengumpulan data secara retrospektif dari rekam medik pasien anak demam tifoid. Data yang diambil berupa data rekam medis diantaranya adalah nama pasien, diagnosis, usia, jenis kelamin,pemeriksaan laboratorium, penggunaan obat, dosis dan lama pemberian obat. Data disesuaikan dengan parameter DIH (Drug Information Handbook Ed24), Clinical Pathways dan Pharmaceutical Care, yang menunjukkan bahwa dari 54 pasien yang menggunakan antibiotik cefiksim,seftriakson dan sefotaksim terdapat 33 pemberian antibiotik yang tidak tepat dosis yang termasuk kedalam katagiri IIA dan 21 penggunaan antibiotik tepat atau yang termasuk dalam kategori 0. secara rasional pada pasien anak yang terdiagnosis demam tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin sebesar  100%