cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Attoriolong
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal Attoriolong diterbitkan oleh Jurusan Pendidikan Sejarah FIS UNM. Jurnal Attoriolong memuat tulisan yang terkait dengan Pemikiran, Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan. dipublikasikan dua kali dalam setahun, pada bulan Januari dan Agustus
Arjuna Subject : -
Articles 144 Documents
Peran K.H.Abdurrahman Ambo Dalle pada Pesantren Darud Da’wah Wal Irsyad Mangkoso di Barru, 1938-1949 Muin, Mukrimah; Ridha, Rasyid; Najamuddin, Najamuddin
Attoriolong Vol 19, No 1 (2021): Attoriolog Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian  ini bertujuan untuk mengetahui biografi Anregurutta K.H.Abdurrahman Ambo Dalle,  keterlibatan K.H.Abdurrahman Ambo Dalle dalam mendirikan pesantren Darud Da’wah Wal Irsyad Mangkoso di Barru serta dinamika Pondok Pesantren Darud Da’wah Wal Irsyad Mangkoso sebelumnya bernama MAI (Madrasah Arabiyah Al Islamiah) sejak dikembangkan oleh Anregurutta K.H.Abdurrahman Ambo Dalle. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan menggunakan tehnik pengumpulan data, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Anregurutta K.H.Abdurrahman Ambo Dalle  adalah sosok luar biasa lahir pada hari selasa tahun 1900 di UjungE Kecamatan Tana Sitolo, terletak 7 km sebelah utara Kota Sengkang, Ibu Kota Kabupaten Wajo. Anregurutta K.H. Abdurrahman Ambo Dalle merupakan putra tunggal dari pasangan Puang Ngati Daeng Patobo dan Puang Cendra Dewa. Anregurutta K.H. Abdurrahman Ambo Dalle pada masa kecil dikenal dengan namanya Ambo Dalle. Beliau selalu mendapatkan didikan yang baik dari orang tua terutama ibunya, sehingga telah memperlihatkan keteladanannya di tengah  masyarakat yang akan menjadi lampu di tengah-tengah  masyarakat yang terbukti dengan ilmu pengetahuannya dapat mendidirikan pesantren dan mengembangkannya di Mangkoso. Keterlibatan Anregurutta K.H. Abdurrahman Ambo Dalle untuk mencapai tujuan Darud Da’wah Wal Irsyad Mangkoso dengan mengadakan/ mendirikan sekolah-sekolah, pesantren, pengajian, menyiarkan dakwah islamiah dengan jalan tablig, penertbitan buku / majalah dan media lainnya, mengamalkan ta’aun (gotong royong) dan mengadakan kerjasama dengan golongan yang menyetujui asas dan tujuan Darud Da’wah Wal Irsyad Mangkoso. Adapun dinamika pesantren Darud Da’wah Wal Irsyad Mangkoso pada tahun pertama berdirinya, santri yang belajar semata-mata menuntut pengetahuan agama dan memiliki ijazah tanda kelulusan dari pondok pesantren sendiri. Ketika itu mulailah ditambahkan pengetahuan umum seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ilmu ukur, Ilmu Aljabar, Ilmu Bumi, Sejarah, Ilmu Hayat, Ilmu Falak dan Ilmu Alam. Sejalan dengan berkembangnya dunia pendidikan, keberadaan pesantren semakin dirasakan manfaatnya mengingat kemajuan tekhnologi semakin pesat dikhawatirkan akan merusak nilai-nilai dan norma-norma islam. Untuk itu dibutuhkan lembaga pendidikan islam yang mampu menampung nilai-nilai budaya islam dan mempertahankannya. Penelitian ini menggunakanmetode penelitian sejarah dengan tahapan kerja yaitu, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitif.
Sumomba Di Rantetarimsa, Kabupaten Mamasa 1980-2018 Sarbi, Sarbi; Jumadi, Jumadi; Asmunandar, Asmunandar
Attoriolong Vol 18, No 2 (2020): Attoriolog Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dan penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana latar belakang lahirnya sumomba, perkembangan sumomba  di Rantetarima (1980-2018), tahapan-tahapan dalam pelaksanaan sumomba, dan mengetahui nilai-nilai budaya yang terkandung dalam sumomba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumomba adalah upacara pernikahan bagi penghayat kepercayaan yang ada di Desa Rantetarima, Kabupaten Mamasa. Dalam pelaksanaannya sumomba, ini melalui beberapa rangkaian tahapan. Tahapan-tahapan ini ialah mekutana, meusi’, pesuaam, kasumombaam, kasiolikam, dan pedapokam. Awal mula adanya sumomba ini ada sejak manusia ada di bumi ini jutaan tahun sebelum masehi. Seiring dengan tuntutan zaman dan bertambahnya pengetahuan yang dimiliki masyarakatnya maka sumomba ini kemudian mengalami dinamika-dinamika dalam perhelatannya. Dinamika ini seperti dalam hal peralatannya dan pelaksanaanya. Namun dinamika ini tidaklah menghilangkan makna keaslian dari sumomba, masyarakat setempat masi mampu mempertahankannya dengan cara mempertahankan penamaan aslinya namun dalam hal barangnya sudah ada penambahan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sumomba ini diadakan setiap satu kali dalam satu tahun. Namun sering kali pula dalam satu tahun tidak diberlangsungkan sombaam. Kevakuman ini bukan berarti adanya larangan, namun karena tidak adanya mudah mudi yang siap untuk sumomba. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas empat tahapan yaitu: (1) heuristik (pengumpulan data atau sumber), (2) kritik sumber yang terdiri dari kritik intern dan ekstern, (3) interpretasi atau penafsiran sumber dan historiografi yaitu penulisan sejarah.
Pelabuhan Bima dalam Perdagangan Maritim Abad Ke XVII Yati, Suci; Najamuddin, Najamuddin; Bahri, Bahri
Attoriolong Vol 18, No 2 (2020): Attoriolog Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang sejarah munculnya pelabuhan Bima, untuk mengetahui bagaimanakah dinamika pelabuhan Bima dalam kegiatan perdagangan Maritim abad XVII dan dampaknya terhadap bidang ekonomi, sosial dan budaya dengan mendiskripsikan bagaimana Bima sebagai kerajaan bahari lintas pulau. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa asal usul munculnya pelabuhan Bima pada dasarnya karena letak geografisnya, yang dimana Bima pada zaman tradisional menjadi tempat singgah kapal-kapal. Pelaut atau para pedagang yang berlayar diperairan nusantara yang mencari rempah-rempah di kepulauan Maluku pasti singgah di Bima untuk mengisi pasokan atau memenuhi kebutuhan lainya, kemudian melanjutkan perjalanan ke Maluku untuk mencari rempah-rempah. Sehingga seiring berjalanya waktu berkembang pula aktivitas lainnya yang mendukung Bima menjadi pelabuhan penting di Nusantara. Tidak hanya itu adanya pelabuhan Bima merupakan bagian dari kebutuhan Kesultanan Bima yang pada saat itu memegang peranan penting dalam perkembangan daerah Bima. Dinamika perdaganganyang terjadi di Pelabuhan Bima tidak terlepas karena adanya Angin Muson. Angin Muson Timur Laut dan Barat Laut dimanfaatkan para pedagang yang dari arah Barat untuk berlayar ke Timur maupun sebaliknya dan Angin Muson Utara dan Tenggara yang membuat para pedagang dari Makassar semakin intens di Nusa Tenggara. Komoditi yang dihasilkan seperti beras, kayu sapan, kuda maupun budak sebagai hasil utama saat itu mampu menggaet para pedagang-pedagang dari daerah lain untuk datang melakukan perniagaan. Terutama hubungan dengan para pedagang dari Gowa. Hal ini pulalah yang mendorong niat dari kompeni untuk melakukan monopoli perdagangan di Bima dengan sebuah kontrak, dan dengan adanya aktivitas maritim di pelabuhan Bima tersebut mendorong tumbuh dan berkembangnya kehidupan yang mulitkultural dari segi sosial budaya serta pengembangan kehidupan ekonomi Kesultanan Bima pada abad ke XVII M.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode historis, melalui langkah-langkah yakni (1) heuristik, penelitian ini menggunakan kajian p ustaka,(2) Kritik,(3) Interpretasi, dan (4) Historiografi.
Rumah Adat “Tongkonan” Bastem, Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Selatan 1998-2019 Lolo, Fitri; Ridha, Rasyid; Jumadi, Jumadi
Attoriolong Vol 19, No 1 (2021): Attoriolog Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dan penulisan ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang pembangunan Tongkonan Bastem di Luwu, fungsi Tongkonan bagi masyarakat  Batem di Luwu, dan Perkembangan Tongkonan Bastem di Luwu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas empat tahapan yaitu: heuristik (pengumpulan data atau sumber), kritik sumber yang terdiri dari kritik intern dan ekstern, interpretasi atau penafsiran sumber, dan historiografi yaitu penulisan sejarah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembangunan Tongkonan Bastem dilakukan oleh dua suku besar yang ada di Sulawesi Selatan, yaitu suku Bugis (Luwu) dan Toraja. Mereka melakukan perluasan wilayah ke daerah Bastem dan membuat peradaban tersendiri, dan melakukan perkawinan antar suku, hingga akhirnya rumah Tongkonan Bastem berpadu antar dua budaya, yaitu Bugis (Luwu) dan Toraja. Fungsi Tongkonan Bastem sendiri sebagai istana atau tempat tinggal Parengge dan turunannya, sebagai lambang kebesaran dan tempat sumber kekuasaan dan peraturan pemerintah adat. Pada tahun 1998 Tongkonan Bastem tidak lagi digunakan sebagai pusat pemerintahan dan tempat upacara keagamaan. Rumah Tongkonan Bastem sudah mengalami perkembangan, seperti atapnya yang sudah menggunakan atap Seng.
Dinamika Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pantai Losari 2000-2019 Riski, Muftika; Jumadi, Jumadi; Amirullah, Amirullah
Attoriolong Vol 19, No 1 (2021): Attoriolog Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dan penulisan ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang munculnya pedagang kaki lima di Kawasan Pantai Losari Makassar, mengetahui dinamika pedagagang kaki lima di Pantai Losari Makassar, dan mengetahui kondisi sosial ekonomi pedagang kaki lima di Pantai Losari Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pedagang kaki lima Pantai Losari telah ada sejak tahun 1980an. Pedagang Kaki Lima di Pantai Losari telah mengalami ±4 kali relokasi sejak tahun 2000-2019. Penataan tersebut kemudian berdampak pada aspek sosial di mana pedagang kaki lima yang awalnya di dominasi oleh pedagang yang berlatarbelakang suku Jawa kemudian didominasi oleh suku Makassar. Selain itu pada aspek ekonomi, diperoleh informasi bahwa pendapatan atau penghasilan pedagang kaki lima sangat dipengaruhi oleh lokasi dan kondisi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas empat tahapan yaitu: heuristik (pengumpulan data atau sumber), kritik sumber yang terdiri dari kritik intern dan ekstern, interpretasi atau penafsiran sumber dan historiografi yaitu penulisan sejarah. 
Jaringan Orang Arab Hadhramaut dan Keturunannya di Makassar 1930-1952 Akkase Teng, Muhammad Bahar; Anjarsari, Hilda; Heriana, Heriana; Badollahi, Muhammad Zainuddin
Attoriolong Vol 19, No 1 (2021): Attoriolog Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat jaringan orang arab Hadramaut dan keturannya di Makassar pada tahun 1930-1952. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat empat nama besar dari jaringan keturanan Hadhramaut di Makassar antara lain K.H.S. Djamaluddin Assegaf Puang Ramma, Abdurahman Shibab, Sayyid Saleh bin Abdullah Al Habsyi, Abdurahman A. Basalamah. Keempat tokoh ini merupakan tokoh sentral dalam penyebaran agama islam, pengembangan seni dan budaya arab Hadramaut. Selain itu keturan Hadhramaut juga terlibat dalam politik dan perdagangan.
Gereja Toraja Jemaat Rantepao Klasis Rantepao 1935-2019 Dharmayu, Cristienancy; Ridha, Rasyid; Patahuddin, Patahuddin
Attoriolong Vol 19, No 1 (2021): Attoriolog Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui awal berdirinya Gereja Toraja Jemaat Rantepao Klasis Rantepao, perkembangan Gereja Toraja Jemaat Rantepao Klasis Rantepao, serta peranan Gereja Toraja Jemaat Rantepao Klasis Rantepao.Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas empat tahapan yaitu: heuristik (pengumpulan data atau sumber), kritik sumber yang terdiri dari kritik intern dan kritik ekstern, interpretasi atau penafsiran sumber dan historiografi atau penulisan sejarah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tahun 1913 merupakan tahun yang menandai datangnya Zendeling pertama ke daerah Toraja. Kemudian pada 1935 tepatnya tanggal 18 September 1935, di Jemaat Rantepao dibangun sebuah gereja yang memulai pemandirian jemaat yaitu Gereja Toraja Jemaat Rantepao Klasis Rantepao. Dalam tahun 1935-2019 perkembangan yang dialami oleh Gereja Toraja dari tahun ke tahun membuatnya semakin mandiri dan dewasa baik secara iman maupun materil. Dalam bidang sosial budaya, Gereja Toraja Jemaat Rantepao Klasis Rantepao selalu mengeluarkan program kerja yang menunjukkan pelayanan terhadap masyarakat dan juga seperti pemeliharaan dan pelestarian Budaya Toraja juga termasuk didalamnya. Selain itu, bidang keagamaan yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan pelayanan dalam bidang peribadahan menjadi prioritas utama dari Gereja Toraja Jemaat Rantepao Klasis Rantepao.
Sejarah Masuk dan Perkembangnya Islam di Australia Pada Abad Ke 18-20 M Syachrir, Khumaerah; Najamuddin, Najamuddin; Ahmadin, Ahmadin
Attoriolong Vol 19, No 2 (2021): Attoriolog Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan awal masuknya Islam dan kondisi penduduk Muslim serta perkembangan Islam di Australia pada abad ke-18 hingga abad 20M. Jenis penelitian ini adalah penelitian sejarah yang sifatnya deskriptif naratif dengan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan keadaan awal masuknya Islam dan proses perkembangan Islam di Australia. Dengan melalui tahap seperti heuristik, kritik sumber meliputi kritik internal dan eksternal, interpretasi dan tahap akhir yakni historiografi. Hasil analisis data yang bersumber dari buku-buku, jurnal maupun internet. Yakni Masuknya Islam ke Australia pertama kali dibawa oleh nelayan dari Sulawesi yang datang ke perairan Australia Barat, Australia Utara dan Queensland pada abad 17 M. Selanjutnya, Islam dibawa oleh penunggang unta dari Afghanistan yang didatangkan dalam ekspedisi ke padalaman Australia di abad 18 M. Kemudian, Islam dibawa oleh para Imigran dari berbagai daerah seperti Afghanistan, Malaysia, Lebanon, Turki, Bosnia, Pakistan, dan Indonesia di abad 19 dan 20 M. Kesimpulannya, Masyarakat Australia sekarang pada dasarnya adalah hasil dari proses pencampuran imigran yang memasuki Australia dalam tiga gelombang utama. Kondisi masyarakat sebagai melting pot itu tentu akan berpengaruh juga terhadap aspek kehidupan bangsa Australia. khususnya kehidupan beragama khususnya agama Islam, di mana Islam di Australia masih terbilang langka dan termasuk minoritas.
Kecamatan Bontocani, 1960-1979. Isfar, Awaluddin; Asmunandar, Asmunandar; Bustan, Bustan
Attoriolong Vol 19, No 2 (2021): Attoriolog Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum Kecamatan Bontocani sebelum tahun 1960, perkembangan Kecamatan Bontocani dari tahun 1960-1979, serta dampak pembentukan Kecamatan Bontocani pada bidang sosial, ekonomi, pendidikan dan infrastruktur dalam kurun waktu (1960-1979). Penelitian ini adalah penelitian sejarah yang bersifat deskriptif analisis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah dengan beberapa tahapan kerja yaitu heuristik (pengumpulan sumber), kritik sumber, interpretasi dan historiografi (penulisan karya sejarah). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kecamatan Bontocani sebelum tahun 1960 merupakan daerah hutan yang minim akan akses jalan. Sistem pemerintahan pada saat itu adalah pemerintahan Akkarungeng (kerajaan lokal) yang kemudian berubah menjadi pemerintahan distrik. Kehidupan masyarakat yang sangat sederhana dengan memanfaatkan sumber daya alam dengan cara bertani secara tradisional. Setelah menjadi sebuah kecamatan dan dipimpin oleh seorang camat, Bontocani perlahan mulai mengalami perkembangan diberbagai bidang. Camat pertama yang memerintah di Kecamatan Bontocani yaitu Andi Mappanganro (Petta Cani), kemudian dilanjutkan  camat kedua oleh seorang tentara yaitu Letnan Saguni Dewa. Pada pemerintahan camat kedua ini, perkembangan Kecamatan Bontocani jauh lebih baik ditandai dengan pembangunan yang dilakukan di berbagai bidang meliputi bidang sosial, ekonomi, pendidikan dan infrastruktur. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa setelah terbentuk menjadi sebuah kecamatan, peningkatan kualitas sumber daya manusia serta infrastruktur penunjang memberikan dampak pada peningkatan perekonomian masyarakat. Akhir penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan pembentukan Kecamatan Bontocani memberikan perkembangan yang lebih baik di berbagai bidang serta memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat.
Peranan Pemerintah dalam Pengelolaan Kawasan Wisata Budaya dan Sejarah Rumah Adat Atakkae Sebagai Daya Tarik Wisata Unggulan di Kabupaten Wajo Abriani, Andi
Attoriolong Vol 19, No 2 (2021): Attoriolog Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini ditulis untuk mengetahui tentang Peranan Pemerintah dalam Pengelolaan Kawasan Wisata Rumah Adat Atakkae sebagai Daya Tarik Wisata Unggulan Kabupaten Wajo dan Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pemerintah dalam pengelolaan Kawasan Wisata Rumah  Adat Atakkae sebagai Daya Tarik Wisata Unggulan Kabupaten Wajo. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jumlah pengunjung obyek wisata dari tahun 2017-2020. Sumber data penelitian ini adalah  sumber primer yang dituturkan atau sumber data. Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah Teknik kualitatif dimana peneliti menggunakan kata-kata secara deskriptif untuk menjelaskan fakta yang diperoleh peneliti menggunakankata-kata secara observasi, wawancara dan dokumentasi. Temuan penelitian ini yaitu factor-faktor yang berperan mendukung pengembangan objek wisata Rumah Adat Atakkae meliputi factor lokasi, topografi, keadaan iklin, sumber air, aksesibilitas, infrastruktur dan sapta pesona, sedangkan factor yang kurang mendukung adalah atraksi wisata dan akomodasi. Atraksi wisata atau daya Tarik yang terdapat di obyek wisata Rumah Adat ini tidak lain hanya pemandangan alam saja tanpa adanya atraksi wisata pendukung lainnya dan tidak tersedianya fasilitas akomodasi baik itu penginapan maupun rumah makan objek wisata Rumah Adat Atakkae.

Page 5 of 15 | Total Record : 144