cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Geodesi Undip
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Jurnal Geodesi Undip adalah media publikasi, komunikasi dan pengembangan hasil karya ilmiah lulusan Program S1 Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Arjuna Subject : -
Articles 839 Documents
PEMODELAN GEOID LOKAL UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Studi Kasus: Universitas Diponegoro Semarang Galih Rakapuri; Bambang Sudarsono; Bambang Darmo Yuwono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1093.55 KB)

Abstract

ABSTRAKGeoid disebut sebagai model bumi yang mendekati sesungguhnya.Lebih jauh geoid di definisikan sebagai bidang equipotensial gayaberat atau bidang nivo yang berimpit dengan permukaan laut rata – rata dan tidak terganggu (Kahar, S. 2007).Di dalam geodesi geoid bereferensi terhadap ellipsoid karena ellipsoid merupakan model matematis pendekatan bumi.Jarak antara permukaan ellipsoid dengan geoid dinamakan undulasi geoid.Di dalam geodesi besaran tinggi adalah salah satu unsur posisi yang sangat penting.Dalam penelitian ini metodologi yag digunakan adalah pengukuran gravimeter yang hasilnya diolah di software gravsoft sehingga menghasilkan pola undulasi gravimetrik. Dibandingkan dengan metodologi pengukuran sipat datar dan GPS geodetik sehingga menghasilkan tinggi H elevasi (ortometrik) dan tinggi h ellipsoid, hasil dari pengukuran digabungkan untuk menghasilkan pola undulasi geometrik .Berdasarkan hasil penelitian ini, nilai undulasi geoid didalam Universitas Diponegoro Tembalang Semarang yang dihasilkan dari metode gravimetrik menggunakan model gayaberat terukur berada pada rentang nilai terendah  26,177 meter berada di titik GD 35 hingga rentang nilai tertinggi 26,1960meter berada di titik GD 23 dan GD 22. Sedangkan untuk  nilai undulasi geoid local di wilayah Universitas Diponegoro Tembalang Semarang yang dihasilkan dari metode geometrik berada pada rentang nilai 26,658 meter di GD 35 hingga 26,737 meter di GD 05.Hasil geoid lokal Diponegoro Tembalang Semarang belum bisa di jadikan acuan tinggi untuk pengukuran praktis, kaerna nilai hasil pengukuran belum teliti.Kata Kunci :  Geoid, Geometrik, Gravimetrik, Undulasi ABSTRACTGeoid is called as an earth model which approach to the real earth surface. Furthermore, geoid is an gravity equipotential field or nivo field which coincide to the mean sea level and not disturb field (?) Geoid is referenced to ellipsoid because ellipsoid is mathematical model of earth approach. The distant between ellipsoid surface and geoid is called geoid undulation. Height element is one of important position elements in geodesy science.This research used gravimeter measurement method which its results was analyzed using gravsoft software so that producing the gravimetric undulation patterns. It then compared to leveling and GPS Geodetic method in order to get the result as H-elevation (orthometrik) and h-elevation (ellipsoid). The results of measuring was then combined to get geometric undulation patterns.By this research, it was finally known that geoid undulation value in Diponegoro University, Semarang which was gotten from gravimetric method used measured-gravity model has the lowest value of 26,177 in GD 35 and the highest value of 26,196 in GD 23 and GD 22. Besides, local geoid undulation value in Diponegoro University, Tembalang which was gotten from geometric method was in range of 26,658 – 26,737 in GD 35 and GD 05, respectively. Local geoid result in Diponegoro Semarang can’t be used as reference for height practical measurement model because it is still not accurate.Keywords : Geoid, Geometrik, Gravimetry, Undulation  *) Penulis, PenanggungJawab
Analisis Ruang Terbuka Hijau Kota Semarang Dengan Meggunakan Sistem Informasi Geografis Handayani Nur Arifiyanti; Moehammad Awaluddin; L. M. Sabri
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (605.39 KB)

Abstract

Ruang terbuka hijau atau yang sering disingkat RTH memiliki banyak pengertian. Di dalam pengaturannya RTH juga dapat disebut dengan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan (RTHKP). Fungsi hijau dalam ruang terbuka hijau (RTH) kotamerupakan penyeimbang antara polusi udara dengan lingkungan alam. Lebih dari itu, masih banyak fungsi RTH termasuk fungsi estetika yang bermanfaat sebagai sumber rekreasi publik.Pada penelitian ini menggunakan Citra Quickbird Kota Semarang, peta garis Kota Semarang, peta permukiman Kota Semarang dan data Taman Kota semarang tahun 2012 untuk membuat sistem informasi geografis tentang RTH Kota Semarang. Jenis RTH yang diteliti dalam penelitian ini adalah hutan, jalur hijau jalan, taman, lapangan, makam, sawah dan perkebunan. Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan software ArcGIS 9.3 dan Microsoft Excel 2010.Hasil penelitian ini menunjukkan dari 16 kecamatan yang dimiliki oleh Kota Semarang dengan luas sebesar 373,70  memiliki ruang terbuka hijau sebesar 17.149,902 Ha yang terdiri atas hutan 68.152.865,51, jalur hijau jalan 354.590,98 m, dan taman 268.143,41 , sedangkan ruang terbukah hijau privat yang dimiliki oleh Kota Semarang terdiri atas hutan produksi 23.347.152,35 , perkebunan 9.641.452,91, pertanian 17.588.565,97, lapangan 882,102,36 , dan makam 1.289.692,49 .Luasan kapasitas dari suatu taman atau yang bisa disebut dengan Carrying Capacity adalah 1,5 , dari acuan tersebut dan dilakukan perhitungan dengan cara perbandingan antara luasan taman dengan jumlah penduduk didapatkan hasil dari 64 taman aktif hanya 9 taman yang memenuhi standard dan 55 taman yang tidak memenuhi standart kapasitas taman bermain dan olahraga.Kata Kunci : Ruang Terbuka Hijau, Sistem Informasi Geografis, Carrying Capacity
PENENTUAN NILAI EKONOMI KEBERADAAN DAN NILAI PENGGUNAAN LANGSUNG UNTUK PEMBUATAN PETA ZONA NILAI EKONOMI KAWASAN DAN PETA UTILITAS MENGGUNAKAN SIG (Studi kasus : Kawasan Kebun Raya Bogor, Kota Bogor ) Diana Masmaulidia; Sawitri Subiyanto
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (639.537 KB)

Abstract

ABSTRAK    Kota Bogor merupakan kota hujan dimana memiliki banyak potensi wisata. Salah satu objek wisata yang mempunyai potensi ialah objek wisata Kawasan Kebun Botani Bogor atau yang sering disebut dengan  Kawasan Kebun Raya Bogor yang terletak di pusat Kota Bogor. Kawasan Kebun Raya Bogor merupakan suatu kawasan objek wisata alam, wisata sejarah dan sebagai pusat keilmuan pengembangan pertanian dan holtikultura di Indonesia yang memiliki nilai potensi yang dapat dikembangkan.  Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan (ZNEK) untuk menduga dan mengetahui seberapa besar keinginan seseorang untuk memberikan nilai fungsi ekonomi kawasan dan masyarakat sekitar yang memperoleh manfaat dari kawasan tersebut. Metode penarikan sampel (responden) yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah non probability sampling dengan teknik sampling insidental yaitu untuk responden yang secara kebetulan ditemui di lokasi wawancara. Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dan perhitungan Willingness To Pay  menggunakan perangkat lunak Maple 17 dengan TCM (Travel Cost Method) dan CVM (Contingent Valuation Method).Dalam penelitian, diperoleh hasil berupa Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan dengan nilai surplus konsumen wisatawan nusantara sebesar Rp. Rp. 4.260.405,- per individu pertahun, dengan nilai Willingness To Pay sebesar Rp 39.077,- sehingga diperoleh nilai total ekonomi objek Kawasan Kebun Raya Bogor sebesar Rp. 3.691.005.204.770 (nilai surplus konsumen per individu per tahun dikalikan dengan jumlah pengunjung tahun 2016).
ANALISIS ARAH PERTUMBUHAN WILAYAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIG (Studi Kasus : Kabupaten Bekasi) Charisma Parasandi Alfarizi; Sawitri Subiyanto; Fauzi Janu Amarrohman
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1508.742 KB)

Abstract

ABSTRAKWilayah adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki karakteristik tertentu dan berbeda dengan wilayah yang lain. Istilah lain dari wilayah yang umum digunakan adalah region. Pesatnya pembangunan menyebabkan tingginya perubahan pola penggunaan lahan. Lahan yang dulunya merupakan lahan kosong atau lahan tidak terbangun, banyak mengalami perubahan fungsi menjadi lahan terbangun. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bekasi. Analisis perubahan penggunaan lahan ini dilakukan dengan penggambaran peta penggunaan lahan Kabupaten Bekasi tahun 2000, 2005, dan 2010 menggunakan Citra Landsat 7 serta tahun 2015 dengan menggunakan Citra Landsat 8 kemudian untuk mendapatkan analisis perubahan lahan digunakan metode SIG.Berdasarkan analisis pada Citra Landsat 7 tahun 2000, 2005, dan 2010 serta Landsat 8 tahun 2015 di dapatkan luas Kabupaten Bekasi sebesar 130675,8769 Ha. Kecamatan yang paling pesat perkembangannya yaitu Kecamatan Cibitung, karena pada tahun 2000 lahan permukimannya hanya seluas 1183,232 Ha dari 4387,370 Ha atau sekitar 27%, sedangkan pada tahun 2015 lahan pemukimannya bertambah menjadi seluas 2454,887 Ha atau sekitar 56%. Dalam kurun waktu kurang lebih 15 tahun lahan pemukimannya bertambah sebesar 29%.Dengan menggunakan analisis tetangga terdekat (Nearests Neighbour Analysis) untuk mengetahui pola dari pertumbuhan wilayah Kabupaten Bekasi didapatkan pola dari tiap kecamatan dalam tiap tahunnya. Sedangkan, untuk menentukan arah pertumbuhan wilayah dilakukan pembobotan nilai, yang terdiri dari 3 unsur pembobotan. Yaitu, penilaian terhadap pola pertumbuhan kecamatan, perkembangan luas pemukiman, perkembangan kawasan industri. Kemudian setelah diberi pembobotan nilai, maka nilai dari pembobotan kecamatan yang tertinggi berarti merupakan arah dari pertumbuhan wilayah Kabupaten Bekasi. Dari hasil pembobotan tersebut, didapat hasil nilai pembobotan paling banyak yaitu pada Kecamatan Cibitung dengan nilai 6, sehingga arah pertumbuhan Kabupaten Bekasi mengarah pada Kecamatan Cibitung.Kata Kunci : Analisis Tetangga Terdekat, Perubahan Penggunaan Lahan, Pola Pertumbuhan Wilayah, SIG, Wilayah. ABSTRACTTerritories are parts of the earth surface that has a certain characteristic and each of them is different from one another. Another term of territory, which is commonly used, is called region. The rapid growing development is causing significant changes of field cultivation pattern. The fields that used to be empty or unused now are experiencing the function transformation into the developed ones. The purpose of this research is to find out the changes of field cultivation in Bekasi Regency. This analysis of the changes of field cultivation is done by drawing map of field cultivation in Bekasi Regency in the year of 2000, 2005 and 2010 by using Landsat 7 Imagery and also in 2015 by using Landsat 8 Imagery. Beside that, in order to obtain the field cultivation analysis, the author used SIG method.Based on the analysis of Citra Landsat 7 year 2000, 2005, 2010 and Landsat 8 year 2015, it is known that there were 130675,8769 Ha of subdistrict which had the most rapid development and the one was Cibitung Subdistrict. Cibitung Subdistrict used to have only 1183,232 Ha of settlement field from the total of 4387,370 Ha, approximately 27% in 2000. While in 2015, the settlement field is growing at the total of 2454,887 Ha, approximately 56%. In less than 15 years, the settlement field has grown at 29%.                By using the nearest neighbor analysis ( Nearests Neighbour analysis) to determine the pattern of growth in Bekasi Regency pattern obtained from each district in each year. Whereas , for determining the direction of growth in the region should be weighted value , which consists of three elements of the weighting . Namely , assessment of the growth pattern of the sub-district , a residential area development , the development of industrial estates . Then, after being given a weighting value then the value of the weighting of the highest districts means that a direction of growth of Bekasi District . The weighting of the results , the result is the weighting value most , namely in the District Cibitung with a score of 6 , so that the direction of growth leads to the District of Bekasi Regency Cibitung. Keywords : Field Cultivation Transformation, GIS, Region, The Growth Pattern Region and The Nearest Neighbour Analysis.*) Penulis, PenanggungJawab
PENGAMATAN PENURUNAN MUKA TANAH KOTA SEMARANG METODE SURVEI GNSS TAHUN 2018 Adzindani Reza Wirawan; Bambang Darmo Yuwono; L M Sabri
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (594.312 KB)

Abstract

Penurunan muka tanah atau land subsidence merupakan fenomena perubahan ketinggian muka tanah yang berlangsung dalam kurun waktu singkat atau lama yang persebarannya tidak merata di setiap lokasi. Penelitian penurunan muka tanah di Kota Semarang telah dilakuan secara berkelanjutan karena masih terjadi penurunan yang signifikan. Berdasarkan penelitian terdahulu, besarnya penurunan muka tanah di Kota Semarang bervariasi pada tiap tahunnya dan berbeda di setiap lokasi penelitian sehingga titik pengamatan harus tersebar merata di Kota Semarang. Pengamatan penurunan muka tanah pada penelitian tugas akhir ini menggunakan pengamatan GNSS metode statik selama ± 6 jam di 9 titik yang terdiri dari 8 titik pengamatan dan titik ikat. Penelitian ini juga didukung dengan data pengamatan titik yang sama pada tahun 2013, 2015, 2016 dan 2017. Data pengamatan diolah menggunakan software scientific GAMIT 10.7 yang diikatkan dengan titik ikat IGS sebagai titik ikat global dan titik TTG447 sebagai titik ikat lokal. Koordinat hasil pengolahan kemudian dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu yang akan didapatkan perubahan ketinggian titik pengamatan. Nilai laju penurunan muka tanah pada titik SMK3 sebesar 2,95269 cm/tahun; titik N259 sebesar 4,59026 cm/tahun; titik K371 sebesar 0,40994 cm/tahun dan titik KOP8 sebesar 6,17139 cm/tahun. Hasil analisa laju penurunan muka tanah menyatakan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara penurunan muka tanah dengan pengambilan air tanah di Kota Semarang.
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN HASIL INTERPRETASI VISUAL CITRA SATELIT UNTUK PENERIMAAN PBB (STUDI KASUS : KECAMATAN SEMARANG UTARA) Mamei Saumidin; Bambang Sudarsono; Bandi Sasmito
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (455.871 KB)

Abstract

Pesatnya pembangunan menyebabkan tingginya perubahan pola penggunaan lahan. Lahan yang dulunya merupakan lahan kosong atau lahan tidak terbangun, banyak mengalami perubahan fungsi menjadi  lahan terbangun. Perubahan penggunaan lahan dapat di monitoring menggunakan data spasial remot sensing. Akusisi data  remote sensing  secara berseri dari waktu ke waktu memungkinkan untuk melakukan analisis perubahan lahan. Citra yang dipakai dalam penelitian adalah Citra Ikonos tahun 2007, sedangkan pembandingnya merupakan peta penggunaan lahan kecamatan Semarang Utara tahun 2009. Software yang digunakan adalah E.R. Mapper 7.0  dan  Arc.GIS 10.  Proses rektifikasi menggunakan metode Map to Image  dimana titik GCP diperoleh berdasarkan data sekunder dari peta yang mempunyai liputan yang sama dengan citra yang akan dikoreksi. Berdasarkan pengolahan citra Ikonos tahun 2007 dan peta penggunaan lahan tahun 2009 didapatkan perubahan luas penggunaan lahan sebesar 62,656 Ha. Dengan adanya perubahan luas tersebut dapat mempengaruhi perubahan harga NJOP, perubahan harga NJOP yang terjadi sebesar 21,6 %.
KAJIAN PENENTUAN POSISI JARING KONTROL HORIZONTAL DARI SISTEM TETAP (DGN-95) KE SRGI (Studi Kasus : Sulawesi Barat) Amirul Hajri; Bambang Darmo Yuwono; Bandi Sasmito
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (983.217 KB)

Abstract

ABSTRAKBerdasarkan UU No 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, BIG (Badan Informasi Geospasial) sebagai salah satu instansi pemerintah memiliki tugas untuk menyediakan Titik Kontrol Geodesi. Sebelum BIG menetapkan SRGI sebagai datum referensi, Indonesia telah menggunakan Datum Geodesi Nasional 1995. Perubahan penggunaan datum ini juga berpengaruh pada penentuan posisi di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian pada Titik Jaring Kontrol Horizontal agar mengetahui perbedaan koordinat dalam sistem tetap (DGN-95) dan SRGI 2013 serta mendapatkan tujuh parameter yang di gunakan dalam transformasi koordinat.Penelitian ini menggunakan 12 data pengamatan Jaring Kontrol Horizontal di Sulawesi Barat pada tahun 2015. Titik ikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 stasiun IGS dan 8 stasiun CORS Indonesia. Pengolahan data menggunakan software GAMIT 10.6. Perhitungan velocity rate dan model deformasi menandakan perubahan nilai koordinat terhadap fungsi waktu. Dengan menggunakan metode tersebut, didapat koordinat secara SRGI 2013.Penelitian ini menghasilkan nilai koordinat dalam sistem tetap DGN-95, SRGI 2013 dan menghasilkan velocity rate pada masing-masing titik pengamatan. Estimasi solusi parameter transformasi dari DGN-95 ke SRGI terbaik yang diperoleh di dalam penelitian ini ialah : Tx = -0.0918, Ty =  0.0098, Tz  = -0.0195, λ = 0.999999989, k = 1.19326 x 10-08, θ = -3.72529 x 10-07, ω = -5.58794 x 10-09. Kata Kunci : DGN-95, SRGI 2013, GAMIT, Velocity Rate, Model Deformasi.ABSTRACTBased on law No. 4 of the year 2011 about Geospatial Information, BIG (Geospatial Information Agency) as one of the government agencies have a duty to provide geodetic control points. Before BIG set the SRGI as datum reference for Indonesia, Indonesia has used the National Geodetic Datum 1995. Change of use of the datum it is also influential on the determination of positions in Indonesia. Based on the foregoing it is necessary of a measurement as well as research at point Horizontal Control Network in order to find out how big a difference a coordinate obtained by using the processing system in DGN-95 and SRGI 2013 as well as getting seven parameters that are used in the transformation of coordinates.This research using 12 observation data horizontal control network in West Sulawesi in 2015. The point IGS used are 20 IGS stations and 8 CORS stations Indonesia. Data processing using software GAMIT 10.6. Velocity rate calculation and deformation models signifies change the coordinate value on the function of time. By using such methods, the obtained coordinates SRGI 2013.This research resulted in the value of coordinate statik system DGN-95, SRGI2013 and generate great velocity rate at each point of observation. Estimates solution best transformation parameters from DGN-95 to SRGI obtained in this study are: Tx = -0.0918, Ty =  0.0098, Tz  = -0.0195, λ = 0.999999989, k = 1.19326 x 10-08, θ = -3.72529 x 10-07, ω = -5.58794 x 10-09. Keywords : DGN-95, SRGI 2013, GAMIT, Velocity Rate, Deformation Model.
PEMBUATAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KAMPUS UNIVERSITAS DIPONEGORO BERBASIS ANDROID Giustia Puspa Geoda; Andri Suprayogi; Hani'ah Hani'ah
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (721.558 KB)

Abstract

ABSTRAKUniversitas Diponegoro adalah salah satu universitas terbesar di Provinsi Jawa Tengah dengan luas kampus Tembalang  sekitar 1.352.054 m2. Namun dengan luas tersebut, informasi mengenai lokasi berbagai macam fakultas yang terletak di Universitas Diponegoro masih tergolong minim. Kebutuhan masyarakat dan mahasiswa akan sistem informasi kampus yang memadai memiliki urgensi yang tinggi. Penelitian ini menggunakan data spasial dan non-spasial dari Universitas Diponegoro, baik itu berupa koordinat lokasi, foto, peta kampus dan informasi berbagai gedung maupun data dosen dan informasi tiap jurusan serta fakultas. Dengan popularitas smartphone Android menjadikannya sebagai platform sistem informasi kampus Universitas Diponegoro. Aplikasi ini dikembangkan menggunakan Framework Android SDK, bahasa pemrograman java dan PHP, MySQL sebagai basis data, dan Google Map. Hasil akhir dari penelitian ini adalah aplikasi Android sistem informasi geografis kampus Universitas Diponegoro yang berisi informasi dari tiap gedung yang ada di Universitas Diponegoro, data dosen, serta foto untuk memudahkan pencarian akan lokasi gedung tertentu di Universitas Diponegoro.Kata Kunci : Universitas Diponegoro, SIG, Aplikasi, Android ABSTRACTDiponegoro University is one of the largest university in Central Java with approximately 1.352.054 m2 area of campus in Tembalang. For an area with that number, the information’s availability about location of each major in University of Diponegoro was insufficient. The need for information on the campus demanding the availability of information systems that are informative and provide convenience for everyone who needs information about the campus. This research using spatial data coordinates of the position and photos of objects and attribute data in the form of a campus building inventory data. Android popularity makes it being this application’s platform while the coordinate data collection using GPS handheld. Maps using Google Maps then developed using Android SDK framework., MySQL with phpMyAdmin features used as database.. The final result of this research is the application of Diponegoro University campus map Android-based equipped with information of each building, major, lecturers, and images to look around the location of building we were looking for.  Keywords : Diponegoro University, GIS, Application, Android
ANALISIS KESESUAIAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN TAMAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Pradipta, Carlo; Nugraha, Arief Laila; Hani’ah, Hani’ah
Jurnal Geodesi Undip Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018
Publisher : Jurusan Teknik Geodesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (646.023 KB)

Abstract

ABSTRAK Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang atau mengelompok, tempat tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Adanya Ruang Terbuka Hijau di suatu wilayah adalah dapat berfungsi sebagai paru-paru kota, untuk membuat perkotaan tetap indah dan tidak penuh dengan polusi udara. Setiap wilayah kota harus menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30% dari luas wilayah, dimana 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Klasifikasi RTH publik Kabupaten Sukoharjo terdiri dari pemakaman, hutan kota, jalur hijau jalan, sempadan kereta api, sempadan sungai dan taman. Penelitian ini mengunakan citra Quickbird tahun 2009 untuk mengetahui sebaran dan luasan RTH pada Kabupaten Sukoharjo dengan cara interpretasi visual dan digitasi pada citra satelit tersebut. Kemudian dilakukan topologi pada hasil digitasi, selanjutnya dilakukan validasi lapangan untuk melihat kesesuaian dari hasil digitasi terhadap kondisi di  lapangan. Dari proses tersebut akan menghasilkan peta RTH Kabupaten Sukoharjo. Selanjutnya pada peta tersebut dilakukan analisis kesesuaian terhadap Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 dan analisis ketersediaan taman terhadap jumlah penduduk.Berdasarkan pengolahan citra resolusi tinggi didapatkan luasan RTH Kabupaten Sukoharjo sebesar 9.319.144,411 m2 atau sekitar 1,89% dari total luas wilayah Kabupaten Sukoharjo yang sebesar 492.130.650 m2. Berdasarkan analisis ketersediaan taman terhadap jumlah penduduk dengan studi wilayah di Kecamatan Sukoharjo dengan luas per kapita sebesar 0,271 m2 per jiwa dimana standar kapasitas taman per kecamatan adalah 0,2 m2 per jiwa. Kata Kunci : Kabupaten Sukoharjo, Ruang Terbuka Hijau, Sistem Informasi Geografis, Taman           ABSTRACT Green Open Space is an area extending/lines or grouped area, that its use is more is open, where naturally occurring or intentionally planted crops grow. The function of the Green Open Space in this area is as the lungs of the city, to keep an urban area beautiful and not filled with air pollution only. Each municipality must provide 30% Green Open Space of the total area, of which 20% of public Green Open Space and 10% private Green Open Space. The classification of public Green Open Space in Sukoharjo Regency consists of cemeteries, forests, roadway lines, railway borders, river borders and parks. This research uses Quickbird image in 2009 to know the distribution and extent of Green Open Space in Sukoharjo Regency by visual interpretation and digitization on the satellite image. The next step is to do the topology on digitized results, then do the validation to see the suitability of the results of digitization on conditions in the field. From the process will produce Green Open Space map in Sukoharjo Regency. Furthermore on the map will be analyzed of the suitability to the Minister of Public Works Regulation Number 5/2008 and will be analyzed of park availability to the population.Based on the high resolution image processing, the Green Open Space area of Sukoharjo is 9,319,144.411 m2 or about 1.89% of the total area of Sukoharjo Regency which is 492,130,650 m2. From these results indicate that the total area of Green Open Space is not in accordance with the area recommended in the Minister of Public Works Regulation Number 5/2008. Based on the analysis of park availability to the total population in Sukoharjo Regency,  in Sukoharjo sub-district per capita area of 0.271 m2 per person, where the standard of park capacity per sub-district is 0.2 m2 per person. Keywords : Geographic Information System, Green Open Space, Park, Sukoharjo Regency
DETEKSI OBJEK BERBAHAYA DAN PEMODELAN 3D JARINGAN KELISTRIKAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI LIDAR Studi kasus: Koridor jaringan kelistrikan di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia Alfian Adi Atmaja; Yudo Prasetyo; Haniah Haniah
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1157.814 KB)

Abstract

ABSTRAKPada era modern seperti sekarang ini, energi listrik sudah menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Saluran transmisi udara merupakan salah satu komponen penting dalam penyaluran energi listrik pada sistem tenaga listrik. Keamanan infrastruktur jaringan kelistrikan secara signifikan memberikan efek dalam kehidupan sehari-hari dan aktivitas industri. Ada banyak faktor dan objek yang mengancam keamanan jaringan kelistrikan yaitu vegetasi, pohon dan bangunan di sekitar jaringan kelistrikan; selain itu juga kerusakan pada infrastruktur jaringan kelistrikan itu sendiri, dan lain-lain. Pengawasan yang akurat secara terus-menerus terhadap jaringan kelistrikan tersebut dapat mencegah terjadinya situasi yang berbahaya seperti pemadaman listrik total.Sekarang ini, perusahaan milik negara yang menangani masalah kelistrikan di Indonesia yaitu PT. PLN masih sangat bergantung pada petugas lapangan dalam pengawasan jaringan kelistrikan secara manual. Hal tersebut masih kurang efektif dan sangat mahal, pada sisi lain juga masih sangat berbahaya. Akhir-akhir ini, sistem LiDAR udara mulai digunakan dalam pengawasan jaringan kelistrikan dengan pemodelan secara 3D. Sistem ini dianggap dapat membuat biaya dan waktu pengawasan jadi lebih efisien karena dapat memetakan jaringan kelistrikan secara cepat dengan akurasi 30 titik/m2. Dalam penelitian ini bertujuan untuk melakukan rekonstruksi model jaringan kelistrikan secara 3D dari data LiDAR udara pada koridor jaringan kelistrikan 150 KV (2000 m X 600 m) di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.Metode yang dilakukan terdiri dari 3 komponen utama, yaitu deteksi, ekstraksi, dan pemodelan. Powerline dideteksi secara otomatis dengan bentuk geometrik yang umum menggunakan satu set algoritma, termasuk vertical spacing filtering dan density-based filtering. Powerline secara lengkap selanjutnya diekstraksi menggunakan metode Hough Transform. Terakhir, merekonstruksi model jaringan kelistrikan secara 3D agar dapat digunakan untuk mendeteksi objek berbahaya di sepanjang koridor jaringan kelistrikan sesuai dengan SNI 04-6918-2002 tentang ruang bebas dan jarak bebas minimum pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa pemodelan jaringan kelistrikan secara 3D dapat dilakukan dan efektif untuk mendeteksi objek berbahaya di sepanjang koridor jaringan kelistrikan, sehingga dapat digunakan untuk mendukung manajemen dan pengawasan jaringan kelistrikan di Indonesia.Kata kunci :  3D, Jaringan Kelistrikan, LiDAR, Powerline, Rekonstruksi ABSTRACTNowadays in modern era, electric energy has been primary needed in our daily activities.Transmission powerline is important part to transmit electricity in powerline system. The safety of powerline infrastructure significantly affects to our everyday life and industrial activities. There are many factors and objects to threaten powerline safety, which includes encroaching vegetation, surrounding trees, surrounding building, structural faults of insulator, tower and so on. A timely and accurate monitoring of those keys, powerlines features enables to prevent causing possible dangerous situation such as blackout.At present, most of utility firms such as PT.PLN heavily relies on men-centric and manual powerline monitoring methods which are time consuming and costly, moreover hazardous. Recently, airborne LiDAR system was introduced as a cost effective data acquisition tool which enables to rapidly capture 3D powerline scene with up to 30 points/m2. This study aims at 3D reconstruction workflow for powerline extracted from airborne LiDAR data of 150 kV transmission line corridors (2000 m by 600 m) in Gowa, South Sulawesi Province, Indonesia.The proposed workflow consists of three components: detection, extraction, and modelling. The powerlines are automatically detected with regular geometric shape using a set of algorithms, including Vertical Spacing Filtering and density-based filtering. The complete powerlines are then extracted using Hough Transform method. Finally, the 3D powerline are reconstructed to evaluate the proposed workflow for danger objects detection according to SNI 04-6918-2002 about the Indonesian standard rule for minimum distance in horizontal and vertical space in the powerline corridor. The results obtained demonstrate that powerlines can be reconstructed in 3D, which are useful in detection of danger objects to support powerline corridor management.Keywords : 3D, LiDAR,Powerline, Reconstruction*) Penulis penanggung jawab

Page 8 of 84 | Total Record : 839


Filter by Year

2012 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 13, No 2 (2024): Jurnal Geodesi Undip Vol 13, No 1 (2024): Jurnal Geodesi Undip Vol 12, No 4 (2023): Jurnal Geodesi Undip Vol 12, No 3 (2023): Jurnal Geodesi Undip Vol 12, No 2 (2023): Jurnal Geodesi Undip Vol 12, No 1 (2023): Jurnal Geodesi Undip Vol 11, No 4 (2022): Jurnal Geodesi Undip Vol 11, No 3 (2022): Jurnal Geodesi Undip Vol 11, No 2 (2022): Jurnal Geodesi Undip Vol 11, No 1 (2022): Jurnal Geodesi Undip Vol 10, No 4 (2021): Jurnal Geodesi Undip Vol 10, No 3 (2021): Jurnal Geodesi Undip Volume 10, Nomor 2, Tahun 2021 Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021 Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020 Volume 9, Nomor 3, Tahun 2020 Volume 9, Nomor 2, Tahun 2020 Volume 9, Nomor 1, Tahun 2020 Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019 Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019 Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019 Vol 8, No 1 (2019) Volume 7, Nomor 4, Tahun 2018 Volume 7, Nomor 3, Tahun 2018 Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018 Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018 Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017 Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017 Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016 Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015 Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015 Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015 Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015 Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014 Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014 Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014 Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013 Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013 Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013 Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012 More Issue