cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Indonesian Journal of Human Nutrition
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : 24426636     EISSN : 23553987     DOI : https://doi.org/10.21776
Core Subject : Health,
Indonesian Journal of Human Nutrition (IJHN) merupakan jurnal ilmiah yang memuat artikel penelitian di bidang gizi manusia dan di terbitkan oleh Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan terbit dua kali dalam setahun (bulan Mei dan November).
Arjuna Subject : -
Articles 199 Documents
Asam Lemak Bebas dan Bilangan Asam Selai Kacang “Home Fortification” selama Penyimpanan (Free Fatty Acids and Acid Values of "Home Fortification" Peanut Butter during Storage) Kusuma, Titis Sari; Kusnadi, Joni; -, Winarsih
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.925 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2016.003.02.4

Abstract

AbstrakSelai kacang tanah merupakan salah satu komoditi tinggi lemak dan protein yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan “home fortification” untuk anak usia 6-24 bulan sehingga dapat mencegah terjadinya stunting, wasting, dan underweight. Lemak kacang tanah mudah teroksidasi dan menjadi tengik jika selama proses penyimpanan  jika tidak disimpan dengan benar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu pasteurisasi terhadap asam lemak bebas dan bilangan asam produk selai kacang tanah selama proses penyimpanan. Rancangan penelitian menggunakan Nested Design 3 faktor penelitian. Faktor penelitian I, pembuatan selai kacang tanah (tanpa pasteurisasi, 710C, 10 menit; pasteurisasi 800C, 1 menit), dengan 3 kali ulangan setiap kelompok. Faktor  penelitian II, waktu penyimpanan dalam minggu (0, 1, 2, dan 3 minggu).  Faktor penelitian III, suhu simpan (suhu kamar, suhu dingin). Pengujian yang dilakukan adalah uji asam lemak bebas dan bilangan asam. Tidak terdapat perbedaan yang singnifikan (p=0,999) pada kadar asam lemak bebas dan bilangan asam, hal ini menunjukkan bahwa lemak belum mengalami proses oksidasi yang berlebihan selama proses penyimpanan 3 minggu baik di suhu dingin maupun di suhu ruang. Dapat disimpulkan bahwa selai kacang tanah home fortitication mempunyai jangka waktu aman untuk dikonsumsi anak usia 6-24 bulan dalam jangka waktu 3 minggu, karena mutu lemak masih baik.Kata Kunci: selai kacang tanah, suhu kamar, suhu dingin, asam lemak bebas, bilangan asam AbstractPeanut butter is one of the commodities with high fat and protein that can be used as a basis for making "home fortification" for children aged 6-24 months in order to prevent the occurrence of stunting, wasting and underweight. The fat of peanut is easily oxidized and turns rancid during storage if not properly stored. This study aimed to determine the effect of temperature and time of pasteurization of free fatty acids and acid values of peanut butter product during storing process. This research used Nested Design with three study factors, namely, the first factor that is the manufacture of peanut butter (without pasteurization, 71ᵒ C, 10 minutes; pasteurization, 80ᵒ C, 1 min, with 3 repetitions each group; the second factor that is the storage time in week (0, 1, 2, 3 weeks); and the third factor that is storing temperature (room temperature, cold temperature). The tests conducted were tests on free fatty acid and acid value. There is no significant difference (p = 0.999) in the levels of free fatty acids and acid values, it indicates that the fat has not experienced excessive oxidation during 3 week storage process both at cold temperature and at room temperature. It can be concluded that “home fortification” peanut butter has safe time period of consumption for children aged 6-24 months within a period of 3 weeks, because the fat quality is still good.Keywords:peanut butter,room temperature, cold temperature, free fatty acid, acid value
Asupan Serat dan IMT Wanita Usia Subur Suku Madura di Kota Malang Shanti, Karina Muthia; Andarini, Sri; Mutiyani, Mira; Wirawan, Nia Novita; Rahmawati, Widya
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.73 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2017.004.01.1

Abstract

AbstrakKonsumsi serat dapat berdampak positif terhadap kesehatan, salah satunya dapat menurunkan Indeks Massa Tubuh (IMT) melalui penurunan berat badan. IMT yang tinggi yaitu >23,0 kg/ m2 menunjukkan status gizi berada pada kondisi gizi lebih. Wanita Usia Subur (WUS) dengan kondisi gizi lebih dapat memberikan dampak pada siklus reproduksi wanita seperti infertilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan serat dengan IMT pada WUS suku Madura di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional dilaksanakan pada sampel WUS usia 18-44 tahun suku Madura di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang, selama Februari-Juni 2014. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling hingga diperoleh sejumlah 91 responden. Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan untuk memperoleh data IMT, sedangkan data asupan serat diperoleh dengan metode weighed food record pada satu hari biasa dan satu hari akhir pekan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata asupan serat sebesar 7,16±3,13 g/ hari. Proporsi status gizi responden yaitu 6,6% gizi kurang, 28,6% normal, 30,8% overweight, dan 31,4% obesitas. Berdasarkan uji korelasi Pearson, diperoleh hubungan positif yang sangat lemah dan tidak signifikan antara asupan serat total dengan nilai IMT (p= 0,255 dan r= 0,121).Kata kunci: asupan serat, indeks massa tubuh, wanita usia subur, suku Madura AbstractDietary fiber intake can have a positive impact on health, one of which can reduce Body Mass Index (BMI) through weight loss. High BMI (>23.0 kg/m2) indicates overnutrition status. Overnutrition status on women of reproductive age (WRA) can impact the reproductive cycle such as infertility. This study aims to determine the correlation between total dietary fiber intake and BMI among Madurese women of reproductive age in Kedungkandang Malang. This observational research with cross sectional approach was conducted on Madurese women aged 18 to 44 years old in Kedungkandang Malang from February to June 2014. Samples were chosen by purposive sampling technique and obtained 91 respondents. Body height and weight measurements were performed to obtain BMI data, whereas fiber intake data were obtained using weighed food record method on a weekday and one day on weekend. The results showed an average fiber intake of 7.16 ± 3.13 g/day. The nutritional status proportions of respondents were 6.6% malnutrition, 28.6% normal, 30.8% overweight, and 31.4% obesity. The Pearson correlation test showed a very weak and insignificant positive relationship between total fiber intake with BMI value (p=0.255 and r=0.121).Keywords: dietary fiber intake, body mass index, women of reproductive age, Madurese
Efek Program SBABS Terhadap Pencegahan Stunting Anak Baduta di Kabupaten Banggai dan Sigi Hafid, Fahmi; Djabu, Udin; -, Udin; -, Nasrul
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.972 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2017.004.02.2

Abstract

AbstrakProgram stop buang air besar sembarangan(SBABS) merupakan program sanitasi total berbasis masyarakat yang membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat merubah perilaku untuk tidak melakukan aktivitas buang air besar sembarangan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh program stop buang besar sembarangan terhadap pencegahan stunting anak baduta di Kabupaten Banggai dan Sigi. Desain penelitian yang digunakan case control. Penelitian dilaksanakan pada wilayah pelaksanaan program stop buang air besar di Sulawesi Tengah dengan prevalensi stunting yang tinggi yaitu Kabupaten Banggai dan Sigi pada tanggal 8 September hingga 7 Oktober 2016. Sampel sebanyak 352 orang anak usia 1-2 Tahun. Pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling. Uji perbedaan menggunakan uji Mann-Whitney U. Hasil analisis menunjukkan proporsi baduta stunting sebesar 15,6%. Jumlah sampel pada kelompok SBABS sebanyak 116 orang (33,0%) dengan rerata tinggi badan -0,36±1,6 sedangkan pada kelompok non SBABS sebanyak 236 orang (67,0%) dengan rerata tinggi badan -0,94±1,5. Terdapat perbedaan yang bermakna antara pertumbuhan baduta kelompok SBABS dengan non SBABS (p=0,002). Program stop buang air besar sembarangan mencegah stunting anak baduta di Kabupaten Banggai dan Sigi. Kata kunci: Program SBABS; Stunting; Baduta AbstractOpen Defecation Free (ODF) program is a total sanitation community-based program that encourages clean and healthy living behavior, prevents the spread of environment-based diseases, and improves community ability to change their behavior not to carry out open defecation. The purpose of this research is to analyze the influence of open defecation free program on the prevention of stunting baby under two years in Banggai and Sigi. The research design used was case control. This research was conducted from 8 September to 7 October 2016 in the implementation areas of open defecation free program in Central Sulawesi that have high stunting prevalence, i.e Banggai and Sigi Regencies. The sample obtained was 352 babies aged 1-2 years by using consecutive sampling method. Mann-Whitney U test was used to test the differences. The analysis result shows that the proportion of stunting babies under 2 years was 15.6%. The number of samples in ODF group was 116 babies (33.0%) with mean height -0.36±1.6, whereas in non-ODF group was 236 babies (67.0%) with mean height -0.94±1.5. There is a significant difference between the growth of baby under two years in ODF group and non ODF (p=0,002). Open defecation free program prevents stunting baby under two years in Banggai and Sigi Regencies.Keywords: Open Defecation Free program; Stunting; Baby under two years
Kebiasaan Makan, Aktivitas Fisik, dan Indeks Massa Tubuh Mahasiswa S-1 UNS Nurkhopipah, Aisyah; Probandari, Ari Natalia; Anantanyu, Sapja
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.728 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2017.004.02.6

Abstract

 AbstrakBagian penting dari mahasiswa adalah mereka mengalami masa transisi kuat dengan perubahan lingkungan yang ditandai dengan pola makan yang tidak sehat dan kurang aktivitas fisik yang menempatkan mahasiswa pada risiko yang lebih besar dari kenaikan berat badan . Kelebihan berat badan dan obesitas terjadi pada mahasiswa, menurut Centers for Disease Control (CDC), prevalensi obesitas pada mahasiswa laki-laki adalah 29,5% dan pada mahasiswa perempuan sebesar 32,6%. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kebiasaan makan dan aktivitas fisik dengan Indeks Massa Tubuh  mahasiswa  S-1 UNS. Jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Subyek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program studi S-1 UNS pada tahun 2016 yaitu sejumlah 24.826 orang. Data dianalisis dengan chi square dan regresi logistic multinomial. Hasil uji korelasi chi square, menunjukkan bahwa Kebiasaan Makan tidak berhubungan secara signifikan dengan IMT Normal - Kurus ataupun IMT Normal - Gemuk (p = 0,193 & p = 0,446), sedangkan Aktivitas Fisik mempunyai hubungan yang signifikan dengan IMT Normal - Gemuk (p = 0,029), tetapi tidak berhubungan dengan IMT normal-kurus.(p= 0,655).Kata Kunci : Kebiasaan Makan; Aktivitas Fisik; mahasiswa; IMTAbstractThe important part of the students is that they experience a strong transition period with environmental changes characterized by an unhealthy diet and lack of physical activity that puts students at greater risk of weight gain. Overweight and obesity occurs in college students, according to the Centers for Disease Control (CDC), the prevalence of obesity in male students is 29.5% and in female students 32.6%. The purpose of this study was to analyze the relationship between eating habits and physical activity with the body mass index of S-1 UNS students. Type of observational analytic research with Cross Sectional approach. The subjects of this study are all students of S-1 UNS program in 2016 that is 24,826 people. Data were analyzed by chi square and multinomial logistic regression. The result of chi square correlation test showed that Eating Habits did not correlate significantly with Normal BMI - Thin or Normal BMT - Overweight (p = 0,193 & p = 0,446), whereas Physical Activity had significant relation with Normal BMT – Overweight  (p = 0,029 ), But not related to normal BMI-thin (p = 0.655)..Keywords: Eating Habits; Physical Activity; student college; BMI
Sisa Makanan Pasien Rawat Inap: Analisis Kualitatif Tanuwijaya, Laksmi Karunia; Sembiring, Lydia Gresari; Dini, Cleonara Yanuar; Arfiani, Eva Putri; Wani, Yudi Arimba
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.379 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2018.005.01.6

Abstract

Penyelenggaran makanan di rumah sakit merupakan sistem pendukung dalam mempercepat kesembuhan pasien dari penyakit.  Sisa makanan pasien mencerminkan  rendahnya daya terima pasien terhadap makanan yang dapat meningkatkan risiko malnutrisi. Penting untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap adanya sisa makanan pada piring pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan menganalisis secara kualitatif mengenai faktor yang memengaruhi pasien rawat inap menyisakan makanan di rumah sakit Universitas Muhammadiyah Malang. Desain penelitian adalah studi kualitatif  menggunakan wawancara mendalam kepada pasien, yang memiliki sisa makanan > 25% melalui observasi langsung sisa makanan dengan pendekatan Comstock pada 6 pasien yang berusia 18-35 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata sisa makanan pasien dalam 3 kali waktu makan adalah 57%. Faktor yang dominan mempengaruhi pasien menyisakan makanan  meliputi faktor internal (kondisi klinis, kebiasaan makan, jenis kelamin), faktor eksternal  (rasa makanan, suhu makanan, tekstur, warna makanan, porsi dan variasi bahan makanan), faktor lingkungan (makanan luar rumah sakit). Faktor internal, faktor eksternal, dan faktor lingkungan secara langsung mempengaruhi persepsi pasien terhadap makanan rumah sakit sehingga mendorong pasien untuk menyisakan makanan rumah sakit.  Kata kunci: sisa makanan; kualitatif; rumah sakitAbstract Food service management in a hospital is a support system in accelerating the patient’s recovery from illness. Plate waste of the patient reflects low acceptance of a patient to food that may increase malnutrition risk. It is important to identify the factors that affect the occurrence of plate waste on patient food. This study aimed to explore and to analyze qualitatively about the factors that affect inpatients’ plate waste in Universitas Muhammadiyah Malang hospital. This study was a qualitative study using in-depth interviews to patients who had >25% plate waste through food waste direct observation using Comstock approach in 6 patients aged 18-35 years. The results show that the average patient's plate waste in 3 meal times was 57%. The dominant factors affecting the patient plate waste include internal factors (clinical conditions, eating habits, gender), external factors (food taste, food temperature, texture, food color, portion, and variety of foodstuffs), and environmental factors (food from outside). Internal factors, external factors, and environmental factors directly influence the patient's perception of hospital food, stimulating patients to plate waste.Keywords: plate waste; qualitative; hospital
Asupan Vitamin C tidak Berhubungan dengan Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri di SMA Negeri 5 Kota Malang Habibie, Intan Yusuf; Oktavia, Fransiska; Indiah Ventiyaningsih, Agustiana Dwi
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.585 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2018.005.02.5

Abstract

Abstrak Hemoglobin (Hb) adalah komponen sel dаrаh merаh yаng berperan dalam mengаngkut oksigen dаn kаrbondioksidа, dan kondisi anemia ditemukan ketika kadar Hb dalam darah <12 g/dL. Kelompok usia remaja merupakan kelompok yang rawan menderita anemia, khususnya remaja putri mengingat remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya. Resiko anemia dapat dicegah salah satunya dengan konsumsi diet yang sehat dengan konsumsi makanan kaya zat besi. Akan tetapi, zat besi yang diserap dalam tubuh bergantung pada bahan makanan yang dapat menghambat dan meningkatkan penyerapan zat besi. Makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat gizi salah satunya adalah vitamin C. Tujuаn penelitiаn ini untuk mengetаhui hubungаn аsupаn vitаmin C terhаdаp kаdаr hemoglobin pаdа remаjа putri di SMА Negeri 5 di Kotа Mаlаng. Jenis penelitiаn ini аdаlаh penelitiаn observаsi аnаlitik, dengan menggunakan desain cross-sectionаl. Populаsi dаlаm penelitiаn ini аdаlаh remаjа putri SMА 5 di Kotа Mаlаng dengan jumlah 58 orаng responden dan uji statistik yang digunakan adalan uji statistik korelasi Pearson. Berdаsаrkаn uji statistik, diperoleh hasil bаhwа tidаk terdаpаt hubungаn аntаrа аsupаn vitаmin C terhаdаp kаdаr hemoglobin pаda remаjа putri di SMА Negeri 5 di Kota Mаlаng dengan p-value sebesar 0,383 (p>0,05), dengan rata-rata asupan vitamin C 140 ± 85,19 mg, dan rata-rata kadar Hb remaja putri 12,7 ± 1,33 g/dL. Kesimpulan dari penelitian ini tidak terdapat hubungan antara vitamin C dengan kadar Hb pada remaja putri di SMA Negeri 5 di Kota Malang.Kata kunci: hemoglobin, vitamin C, remaja putri Abstract Hemoglobin (Hb) is a cell component that has a role in carrying oxygen and carbon dioxide, and an anemia condition is found when blood Hb level is below 12 g/dL. Adolescent is an age group that is prone to anemia, especially young women who experience monthly menstrual cycle. The risk of anemia can be prevented by consuming a healthy diet rich in iron. However, iron absorbed in the body depends on food ingredients that can inhibit or increase iron absorption. One of the foods that can increase the nutrient absorption is vitamin C. This study aims to recognize the correlation between vitamin C intake and hemoglobin level in female adolescents in Public Senior High School 5 (SMA Negeri 5) in Malang. The type of this study was analytical observation using a cross sectional design. The population in this study was female adolescents in SMА Negeri 5 Mаlаng with a total of 58 respondents, and the statistical test used was the Pearson correlation statistical test. Results from the statistical test showed that there is no relationship between vitamin C intake and hemoglobin level in female adolescents in SMА Negeri 5 Mаlаng with p-value=0.383 (p>0.05), the average vitamin C intake was 140 ± 85.19 mg, and the mean value of Hb level of the female adolescents was 12.7 ± 1.33 g/dL. This study concludes that there is no relationship between vitamin C intake and the hemoglobin level in female adolescents in SMA Negeri 5 Malang. Keywords: female adolescents, hemoglobin, vitamin C
Hubungan antara Tingkat Asupan Vitamin A, Zinc, dan Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) dengan Kejadian Diare Balita Restuti, Arisanty Nur Setia; Fitri, Yeyen Annisa
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.277 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2019.006.01.4

Abstract

Pemberian suplementasi zat gizi mikro (vitamin A, zinc dan PUFA) dapat mempercepat proses penyembuhan diare pada anak, akan tetapi belum diketahui apakah defisiensi asupan zat gizi mikro tersebut dapat meningkatkan resiko kejadian diare pada anak. Zat gizi mikro tersebut melindungi dari infeksi yang menyebabkan diare. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui hubungan tingkat asupan Vitamin A, Zinc, dan PUFA terhadap kejadian diare balita usia 6-24 bulan. Desain penelitian yaitu survei analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi balita usia 6-24 bulan dengan jumlah sampel 100 balita. Pengumpulan data menggunakan kuesioner diare dan wawancara recall 1 x 24 jam sebanyak 3 kali. Analisis statistik menggunakan SPSS 16.0 for Windows dengan uji Korelasi Chi Square dan Gamma Test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara kejadian diare dengan tingkat asupan Vitamin A (p=0,000), Zinc (p=0,012), PUFA (0,007). Kesimpulan yaitu terdapat hubungan antara tingkat asupan Vitamin A, Zinc, PUFA terhadap kejadian diare pada balita usia 6-24 bulan.Kata kunci: Balita, Diare, Polyunsaturated Fatty Acid, Vitamin A, ZincAbstract Micronutrient Supplementation (Vitamin A, Zinc, And PUFA) can accelerate the healing process of diarrhea in children, but until recently whether deficiencies in micronutrient (vitamin A, zinc, and PUFA) intake can increase the risk of diarrhea in children has not been known. These micronutrients protect against infections that cause diarrhea. The purpose of this study was to determine the relation between Vitamin A, Zinc, and PUFA intake levels and the diarrhea incidence in infants aged 6-24 months. This research was an analytical survey with a cross-sectional design. The population was 6-24 months infants with a sample of 100 infants. Data collection was using diarrhea questionnaire and recall interviews 1 x 24 hours for three times. Statistical analysis was using SPSS 16.0 for Windows with Chi-Square Correlation and Gamma Test. The results showed a significant relationship between diarrhea and the level of Vitamin A intake (p = 0.000), Zinc (p = 0.012), PUFA (0.007). In short, there is a relationship between the level of Vitamin A, Zinc, and PUFA intake on the incidence of diarrhea among infants aged 6-24 months.Keywords: infants, diarrhea, Polyunsaturated Fatty Acid, Vitamin A, Zinc. 
Intervensi Pendidik Sebaya Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Gizi Seimbang pada Remaja di MTsN Model Limboto Nuryani, Nuryani; Paramata, Yeni
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (73.767 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2018.005.02.4

Abstract

Abstrak Periode remaja dikategorikan kelompok rawan masalah gizi dan mempunyai risiko kesehatan tinggi disebabkan pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Remaja cenderung mudah mengikuti pengaruh teman sebayanya, sehingga pendekatan positif berupa kelompok pendidik sebaya diharapkan mampu memperbaiki sikap dan perilaku gizi seimbang pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi seimbang remaja setelah diberikan edukasi dari kelompok teman sebaya. Metode penelitian adalah quasy experiment dengan rancangan two group pre-post test design. Penelitian dilakukan di MTS Negeri Model 1 Limboto. Pengambilan sampel secara accidental sampling. Sampel untuk kelompok educator sebanyak 30 siswa, sementara yang menjadi sasaran target remaja kelompok peer educator sebanyak 128 siswa. Variabel penelitian meliputi pengetahuan, sikap dan perilaku gizi seimbang dikumpulkan sebelum dan setelah pemberian edukasi gizi. Analisis data menggunakan uji paired t-test untuk membandingkan skor masing–masing variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok remaja peer educator terjadi peningkatan skor pengetahun 28,77 ± 23,58 (p-value=0,000), skor sikap 4,72 ± 5,99 (p-value=0,000), skor perilaku gizi seimbang 7,56 ± 8,26 (p-value=0,000), sementara pada kelompok remaja sasaran kelompok peer educator terjadi peningkatan skor pengetahun 2,17 ± 15,05 (p-value=0,104), skor sikap 0,86 ± 6,57 (p-value=0,140) dan skor perilaku gizi seimbang 1,14 ± 9,97 (p-value=0,198). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan skor pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi seimbang secara signifikan pada kelompok peer educator, namun tidak signifikan pada kelompok sasaran peer educator.Kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, gizi seimbang, peer educator  Abstract Adolescence period is categorized as a group prone to nutritional problems and has high health risk caused by rapid growth and development. Adolescents tend to follow their peers’ influence, thus a positive approach in a form of peer educators is expected to improve attitudes and behavior on balanced nutrition among adolescents. The study aims to assess the changes of knowledge, attitudes, and behavior about balanced nutrition in adolescents after given education from peer groups. The research method used was quasy experiment with two group pre-post test design. The study was conducted in Islamic Junior High School 1 Limboto. Sampling was taken by accidental sampling. The sample for peer educators was as many as 30 students, while the targeted adolescents of the peer educators were 128 students. The research variables including knowledge, attitudes, and behavior on balanced nutrition were collected before and after the provision of nutritional education. Data analysis was using paired t test to compare the scores of each variable. The results showed that in the peer educator there were increases in knowledge score 28.77 ± 23.58 (p-value=0.000), attitude score 4.72 ± 5.99 (p-value=0.000), behavior score 7.56 ± 8.26 (p-value=0,000), while in the peer educator target group, there were increases on knowledge score 2.17 ± 15.05 (p-value=0.104), attitude score 0.86 ± 6.57 (p-value=0.140) and behavior score 1.14 ± 9.97 (p-value=0.198). It is concluded that there are significant increases in the scores of knowledge, attitudes, and behavior about balanced nutrition in the peer educator group, but not significant in the peer educator target group. Keywords: attitude, balanced nutrition, behavior, knowledge, peer educator
Hubungan Asupan Zat Gizi dan Status Gizi Remaja Putri di SMK Ciawi Bogor Rachmayani, Siti Andina; Kuswari, Mury; Melani, Vitria
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.107 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2018.005.02.6

Abstract

Abstrak Pada usia remaja pelajar lebih mementingkan penampilan fisik. Remaja putri termasuk kelompok yang rentan mengalami masalah gizi. Asupan makan yang buruk menjadi penyebab umum masalah gizi pada remaja. Keseimbangan antara zat gizi yang masuk dibutuhkan untuk kesehatan yang optimal. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi dan status gizi pada remaja putri. Data yang digunakan merupakan data primer berupa karakteristik responden. Sampel yang digunakan adalah 150 remaja putri di SMK Sumpah pemuda 2 Ciawi Bogor. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman. Persentase responden dengan asupan energi cukup sebesar 73,3%, persentase responden dengan asupan protein kurang sebesar 88%, persentase responden dengan dan asupan karbohidrat cukup sebesar 51,3%. Kesimpulan penelitian ini adalah Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi, protein, dan karbohidrat dengan status gizi. Untuk mencapai status gizi optimal, remaja harus memenuhi kebutuhan asupan energi dan zat gizi makro, terutama asupan protein yang sangat dibutuhkan dalam masa pertumbuhan.Kata kunci: Remaja putri, Asupan gizi, Status gizi Abstract In adolescence, students are more concerned about physical appearance. Female adolescents are a group particularly vulnerable to nutritional problem. Poor food intake becomes a common cause of nutritional problems in adolescents. Balance between nutrition intakes is needed for optimal health. This study used a cross sectional design which aimed to determine the relationship between nutrition intake and nutritional status in female adolescents. The data used were primary data in a form of respondents’ characteristics. The sample used was 150 female adolescents in SMK Sumpah Pemuda 2 Ciawi Bogor. The statistical test used was the Spearman correlation test. The percentage of respondents with sufficient energy intake was 73.3%, the percentage of respondents with less protein intake was 88%, the percentage of respondents with and enough carbohydrate intake was 51.3%. There is a significant relationship among energy, protein, and carbohydrate intake with nutritional status. To reach optimal nutritional status, adolescents must meet the needs of energy intake and macro nutrients, especially protein intake that is highly needed in the growing period. Keywords: female adolescent, nutrition intake, nutritional status
Studi Preferensi Konsumen terhadap Nasi Putih dan Nasi Jagung Putih pada Pekerja Wanita di Kantor Pemerintah Kota Malang Maligan, Jaya Mahar; Pratiwi, Devitasari Dian; Widyaningsih, Tri Dewanti
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (582.571 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2019.006.01.5

Abstract

Ketergantungan bangsa Indonesia terhadap konsumsi beras cukup tinggi ketika jumlah produksi beras turun. Diperlukan sebuah upaya untuk mengatasi masalah ketergantungan terhadap komoditas beras dan bahan impor lainnya. Kegiatan diversifikasi dapat digunakan untuk mencari alternatif bahan pangan pokok alternatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan preferensi konsumen pada produk nasi jagung putih dan nasi putih, pengaruh aspek sensori terhadap keputusan pembelian produk beras jagung putih untuk dijadikan sebagai pangan pokok alternatif, serta karakteristik kimia nasi jagung putih dan mengetahui potensi produk beras jagung sebagai pangan pokok alternatif. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk data laboratorium, metode dependent T-test untuk analisis data organoleptik, dan metode regresi linier berganda untuk mengetahui aspek sensori terhadap keputusan pembelian produk. Hasil pengujian organoleptik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kesukaan responden terhadap produk nasi putih dengan nasi jagung putih. Sampel nasi jagung putih mengandung protein sebesar 2,73%; lemak 0,08%; kadar air 77,52%; kadar abu 0,62%; karbohidrat 19,04%; total gula 1,66%; serat pangan 19,53%; dan total energi sebesar 87,84%. Hasil keputusan pembelian produk terhadap aspek kenampakan, cita rasa, dan tekstur dihasilkan bahwa aspek cita rasa nasi jagung putih sangat berpengaruh dalam keputusan pembelian produk. Sebanyak 60,67% responden menyatakan bahwa beras jagung putih berpotensi untuk dijadikan pangan pokok alternatif dan proporsi beras jagung putih:beras putih yang dapat dikonsumsi dan diterima oleh responden adalah sebesar 30,4 : 69,6..Kata Kunci: Jagung Putih, Preferensi konsumen, Diversifikasi, Pangan PokokAbstractThe dependence of Indonesian citizen on rice is quite high when the amount of rice production falls. To overcome this problem, efforts are needed to reduce this dependence on rice and other imported food ingredients. Diversification can be used to find other staple food alternatives. The purpose of this study was to determine the comparison of consumer preferences on products of white corn rice and white rice, the effect of sensory aspects on the purchasing decision of white corn rice products as a staple food alternative, the chemical characteristics of white corn rice, and finding the potential of white corn rice products as a staple food alternative. This study used descriptive method for laboratory data, dependent T-test method for organoleptic data analysis, and multiple linear regression method to determine the sensory aspects of product purchasing decisions. The organoleptic test results showed that there were significant differences in the respondents' preference for white rice and white corn rice. The sample of white corn rice contains 2.73% protein; 0.08% fat; 77.52% moisture content; 0.62% ash content; 19.04% carbohydrate; 1.66% total sugar; 19.53% food fiber; and 87.84% total energy. The result of product purchase decisions on aspects of appearance, taste, and texture showed that the taste aspect of white corn rice is very influential in product purchasing decisions. As many as 60.67% of respondents stated that white corn rice has the potential to be used as an alternative staple food and the ratio of white corn rice : white rice that can be consumed and received by respondents was 30.4: 69.6.Keywords:  White corn, Consumer preference, Diversification, Staple food  

Page 7 of 20 | Total Record : 199