cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Indonesian Journal of Human Nutrition
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : 24426636     EISSN : 23553987     DOI : https://doi.org/10.21776
Core Subject : Health,
Indonesian Journal of Human Nutrition (IJHN) merupakan jurnal ilmiah yang memuat artikel penelitian di bidang gizi manusia dan di terbitkan oleh Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan terbit dua kali dalam setahun (bulan Mei dan November).
Arjuna Subject : -
Articles 199 Documents
Korelasi Indeks Massa Tubuh dan Kadar Albumin dengan Konversi Sputum Pasien Tuberkulosis Dina Keumala Sari; Juli Yosa Mega; Juliandi Harahap
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol. 6 No. 2 (2019)
Publisher : Department of Nutrition, Faculty of Health Sciences, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2019.006.02.4

Abstract

Abstrak Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia termasuk di Propinsi Sumatera Utara. Telah dilaporkan efikasi yang baik dari pengobatan TB di berbagai daerah, keberhasilan pengobatan TB dipengaruhi oleh banyak factor termasuk status nutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan adanya hubungan indeks massa tubuh dan albumin dengan konversi sputum pasien tuberculosis, khususnya pasien tuberculosis paru positif kuman Basil Tahan Asam. Penelitian ini dilaksanakan di dua Pusat Kesehatan Masyarakat di Kota Medan antara bulan Oktober dan Nopember 2018. Seluruh subjek penelitian sejumlah 39 pasien TB dengan positif kuman Basil Tahan Asam ikut serta. Subjek penelitian menerima pengobatan TB sesuai panduan. Indeks masa tubuh, albumin, dan sputum diukur dengan menggunakan stature meter dan timbangan digital. Proporsi subjek penelitian di bawah normal, normal dan di atas normal adalah 13 (33.3%), 21 (53.9%) and 5 (12.8%), berturut-turut. Kadar albumin termasuk kadar normal ditemukan pada 25 subjek penelitian (64.1%), dan selebihnya termasuk kategori rendah. Indeks massa tubuh normal berhubungan bermakna dengan peningkatan kadar albumin (p<0.05). setelah dua bulan pemantuan terlihat konversi sputum berhubungan bermakna dengan nilai indeks massa tubuh yang normal dan atau kadar albumin yang normal (p<0.05). Simpulan yang didapat adalah status nutrisi adalah faktor penting dalam pengobatan TB.Kata kunci: albumin, Indonesia, indeks massa tubuh, konversi sputum, tuberculosis Abstract  Tuberculosis (TB) remains a major public issue in Indonesia including in North Sumatra province. Despite reported good efficacy of TB treatment in the region, the success of treatment depends on many factors including nutritional status. This study aims to determine the relationship between Body Mass Index and Albumin level with sputum conversion in AFB-positive pulmonary TB patients.The study was done in two primary health centres in Medan between October and November 2018. A total of 39 newly diagnosed TB patients with confirmed AFB-positve were included in the study.Participants received TB treatment according to the national guidelines. Body mass index, albumin, and sputum were measured using a stature meter and a digital scale.The proportion of participants with below normal, normal and above normal BMI status were 13 (33.3%), 21 (53.9%) and 5 (12.8%), respectively. Level of albumin was determined as normal in 25 participants (64.1%), and the remaining as low. Normal BMI status was significantly associated with increased albumin level (p<0.05). At 2 months follow-up, the sputum conversion was observed in 24 individuals (61.5%), and the conversion was significantly associated with normal BMI and/or normal albumin level (p<0.05). We concluded that nutritional status is an important factor in the success of TB treatment. Keywords: albumin, body mass index, sputum conversion, tuberculosis, Indonesia
Trajektori Pertumbuhan Anak Stunting dan Normal di Indonesia Ernis Asanti; Drajat Martianto; Dodik Briawan
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol. 6 No. 2 (2019)
Publisher : Department of Nutrition, Faculty of Health Sciences, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2019.006.02.5

Abstract

Abstrak Secara global, kegagalan pertumbuhan linier merupakan bentuk paling umum dari kekurangan gizi  pada masa anak-anak, dimana sekitar 165 juta anak balita mengalami stunting. Akan tetapi, masih terdapat perdebatan mengenai kaitan antara stunting pada anak-anak dengan kejadian kegemukan maupun obesitas pada usia-usia selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis trajektori IMT/U dari anak-anak hingga remaja pada anak yang memiliki riwayat stunting dan normal. Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif, dengan menggunakan data sekunder Indonesia Family Life Survey (IFLS) yang merupakan kolaborasi dari Research and Development (RAND) dan Survey Meter. Subjek pada penelitian ini adalah 314 (43.6%) anak yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pendekatan yang digunakan untuk mempelajari trajektori IMT/U adalah Individual Growth Curve (IGC) model. Analisis IGC dilakukan dengan prosedur Linear Mixed Model pada IBM SPSS Statistics versi 25. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat selisih nilai z-score IMT/U sebesar 0.505 (β= -0.505; SE= 0.138; p<0.01) antara anak yang mengalami stunting dan normal pada awal pengukuran. Nilai z-score IMT/U anak stunted akan mengalami penurunan 0.078 kali lebih kecil (β= -0.078; SE= 0.011; p<0.01), akan tetapi kemudian mengalami peningkatan 0.011 kali lebih tinggi (β= 0.01; SE= 0.002; p<0.01) dibandingkan dengan anak normal. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan trajektori IMT/U anak yang memiliki riwayat stunting dan normal.Kata kunci: IMT/U; stunting; trajektori Abstract  Globally, linear growth failure is the most common form of childhood malnutrition, with around 165 million children under five are stunting. However, the link between stunting in children with the risk of overweight or obesity at later ages are still debated. This study aimed to analyze the trajectory of BAZ from children to adolescents in children who were stunted and normal. This study was a retrospective cohort study, using secondary data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS) which is a collaboration of RAND and Survey Meter. The subjects in this study were 314 (43.6%) children who met the inclusion and exclusion criteria. BAZ trajectory approach used was the Individual Growth Curve (IGC) model. IGC analysis was carried out by Linear Mixed Model procedure using IBM SPSS Statistics version 25.  This study indicated that there was a 0.505 (β= -0.505; SE= 0.138; p<0.01) difference in the z-score of BAZ between children who were stunted and normal at the initial measurement. The decreasing of stunted child’s BAZ was 0.078 times smaller (β= -0.078; SE= 0.011; p<0.01), but then the BAZ would increase 0.011 times higher (β= 0.01; SE= 0.002; p<0.01) than the normal children. This study showed that there were differences of BAZ trajectory between stunted and normal children. Keywords: BAZ; stunting; trajectory
Penggunaan Aplikasi Berbasis Android “Food Digital Map” untuk Panduan Konsumsi Makanan pada Remaja Surmita surmita; Widartika Widartika; Mona Fitria
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol. 6 No. 2 (2019)
Publisher : Department of Nutrition, Faculty of Health Sciences, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2019.006.02.1

Abstract

Abstrak Asupan gizi pada masa remaja perlu mendapat perhatian agar sesuai dengan kebutuhan dan sebagian remaja kurang dari kebutuhan. Remaja memerlukan panduan dalam mengkonsumsi makanan  agar sesuai dengan kebutuhan. Penelitian ini menggunakan aplikasi berbasis android  yang disebut “Food Digital Map” untuk membantu remaja dalam menghitung kebutuhan zat gizi dan asupan makanan yang dikonsumsi sehari-hari, sehingga remaja dapat mengkonsumsi zat gizi dalam jumlah seimbang.  Aplikasi Food Digital Map ini merupakan program yang dirancang untuk menghitung kebutuhan gizi dan asupan makanan yang diaplikasikan pada Android.  Desain penelitian menggunakan metode eksperimental untuk melihat kesesuaian asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) pada remaja yang diberikan aplikasi Food Digital Map untuk digunakan sebagai panduan untuk mengukur kebutuhan dan asupan makan sehari-hari. Penelitian dilaksanakan di SMPN 14 dan SMPN 7 Bandung pada bulan Maret – September 2017.  Hasil penelitian ini menunjukkan  bahwa ada pengaruh pemberian Aplikasi Food Digital Map terhadap kesesuaian asupan dan kebutuhan zat gizi karbohidrat dan lemak (p< 0,05),  tetapi untuk asupan protein belum menunjukkan perbedaan yang signifikan ( p >0,05).Kata kunci: Food Digital Map, kesesuaian asupan dan kebutuhan, karbohidrat, protein, lemak Abstract Nutrien intake in teenager must be balance with nutrient requirement. Nutrition intake in some teenagers is less than the requirement and others exceed the requirements.  Teenager need a guide to consumse food  to be equal with their nutrient requirement. This research used Food Digital Map software to help teenagers in calculating nutritional requirements and intake consumed daily. Food Digital Map are Software applied on Android Program that can use to calculate nutrient requirement and intake. Research design uses experimental to see the suitability of macro nutrient intake (carbohydrate, protein, fat) in teenager which given application of Food Digital Map to be used as a guide to measure nutritional requirement and   intake. Place of study at SMPN 14 and SMPN 7 Bandung conducted in March - September 2017. The results of this study indicate that there are significant effect of used Food Digital Map Program for balance of nutritional intake and requirement for carbohydrate and fat (p< 0.05), but there are no significant difference  for protein intake (p> 0.05). Keywords: Food Digital Map, balance of intake and requirement,  carbohydrate,  protein, fat
Potensi Penggunaan Metode In Vitro dalam Memperkirakan Pemeringkatan Indeks Glikemik In Vivo pada Beberapa Varietas Beras yang Dimasak Aprinia Dian Nurhayati; Rimbawan Rimbawan; Faisal Anwar; Adi Winarto
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol. 6 No. 2 (2019)
Publisher : Department of Nutrition, Faculty of Health Sciences, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2019.006.02.6

Abstract

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah menguji metode in vitro yang paling potensial digunakan dalam skrining indeks glikemik (IG) pada nasi yang menurut literatur memiliki IG berbeda (rendah, sedang dan tinggi). Metode Englyst et al. (2003) dan Argyri et al. (2016) menjadi metode in vitro terpilih yang diuji validitasnya untuk mengetahui kemampuan keduanya dalam menggolongkan pangan sesuai hasil pengujian IG in vivo. Sebanyak enam varietas beras dimasak menggunakan rice cooker kemudian nasi diuji kadar proksimat (protein, lemak, air, abu, karbohidrat), serat pangan total, amilosa, amilopektin dan pati. Sebanyak 20 orang yang memenuhi kriteria inklusi dibagi dalam dua kelompok sebanding untuk diukur kadar gula darah 2 jam setelah mengonsumsi makanan. Nasi hitam Cirebon, Cisokan dan Inpara 5 memiliki IG sedang, sedangkan nasi Inpari 24, Sintanur dan ketan Grendel tergolong IG tinggi. Kadar glukosa nasi pada metode Englyst et al. (2003) menit ke-20 dan Argyri et al. (2016) menit ke-120 apabila dibuat pemeringkatan terendah hingga tertinggi menunjukkan urutan peringkat yang sesuai dengan urutan nilai IG in vivo. Kesimpulan penelitian ini adalah metode Argyri et al. (2016) menunjukkan hasil yang lebih mendekati nilai IG in vivo dan prosedur pengukuran yang dilakukan lebih mirip dengan proses pencernaan pada tubuh manusia, sehingga metode ini lebih direkomendasikan dalam memperkirakan pengkategorian IG in vivo pada sampel berupa nasi (r2=0,461, p<0,01).Kata kunci: indeks glikemik, in vitro, nasi Abstract  The aim of this study was to test the most potential in vitro methods to used in screening the glycemic index (GI) of rice which according to the literature had different GI category (low, medium, high). Englyst et al. (2003) and Argyri et al. (2016) became the selected in vitro method that tested their validity by determine their ability to classify food according to the results of in vivo GI. Six rice varieties were cooked using a rice cooker then tested for proximate analysis (protein, fat, water, ash, carbohydrate), total dietary fiber, amylose, amylopectin and starch. A total of 20 subjects who met the inclusion criteria were divided into two comparable groups to measure their blood glucose levels for 2 hours after consuming test food. Cirebon black rice, Cisokan and Inpara 5 have moderate GI, while Inpari 24, Sintanur and Grendel glutinous rice were classified as high GI. Glucose levels of rice as measured by Englyst et al. (2003) at 20th minute and Argyri et al. (2016) at 120th minute has a comparable rank with in vivo GI. The conclusion of this study is method by Argyri et al. (2016) showed results that were closer to the in vivo GI and the measurement procedure was more similar to the digestive process in the human body, thus its became more recommended method to estimating the categorization of in vivo GI in rice samples (r2=0,461, p<0,01). Keywords: glycemic index, in vitro, rice
Potensi Labu Kuning (Cucurbita moschata) sebagai Makanan Tinggi Serat dalam Bentuk Cair Nurjanah, Hanna; Setiawan, Budi; Roosita, Katrin
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2020.007.01.6

Abstract

Abstrak Kelompok pra lansia dan lansia merupakan penderita diabetes terbanyak di Indonesia. Proses penuaan dapat menyebabkan kesulitan dalam proses makan. Modifikasi makanan menjadi bentuk cair membuat makanan lebih mudah untuk ditelan. Makanan tinggi serat direkomendasikan untuk penderita diabetes karena dapat meningkatkan kontrol glukosa darah. Labu kuning merupakan pangan sumber serat yang dimungkinkan dapat membantu menurunkan risiko perkembangan penyakit diabetes. Tujuan penelitian adalah membuat tepung labu kuning, mengembangkan formula makanan dalam bentuk cair dengan bahan dasar labu kuning, mengetahui karakteristik organoleptik, mutu gizi, dan viskositas formula. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap. Penyusunan formula berdasarkan jumlah tepung labu kuning, terdiri dari tiga formula yaitu F1(70 g), F2 (80 g), and F3 (90 g). Pengujian karakteristik organoleptik menggunakan skala hedonik. Panelis yang digunakan merupakan panelis semi terlatih. Kadar air, abu, protein, lemak, dan karbohidrat menggunakan analisis proksimat, kadar serat pangan menggunakan metode enzimatis dan viskositas menggunakan viskometer. Hasil penilaian hedonik menunjukkan bahwa formula F3 merupakan formula terpilih. Formula terpilih memiliki kadar air 86,06%, abu 0,49%, protein 1,42%, lemak 1,18%, karbohidrat 10,85%, serat pangan 5,81%, dan viskositas 6,5 cP. Formula labu kuning berpotensi sebagai makanan alternatif untuk penderita diabetes karena memiliki serat tinggi. Kata kunci: diabetes, makanan bentuk cair, serat pangan, tepung labu kuning AbstractThe highest diabetic population in Indonesia are among the pre-elderly and elderly age groups. Aging process could cause difficulties in eating. Modifying food into the liquid form will make food easier to swallow. High-fiber food is recommended for people with diabetes because it improves blood glucose control. Pumpkin is a food source rich in fiber that is possible to help to reduce the risk of diabetes development. This research aimed to produce pumpkin flour, develop a food formula in liquid form made from pumpkin, and determine the organoleptic characteristics, nutrition content, and viscosity of the formula. This study used a complete randomized design. The formulation was based on the amount of pumpkin flour that consists of three formulas; F1(70 g), F2 (80 g), and F3 (90 g). The organoleptic characteristic test was done using a hedonic scale. The panelists involved were semi-trained panelists. The analysis on water, ash, protein, lipid and carbohydrate levels was done using proximate analysis, the dietary fiber level was using the enzymatic method, and viscosity measurement was using a viscometer. According to hedonic assessment results, the selected formula was F3. The selected formula has 86.06% water, 0.49% ash, 1.42% protein, 1.18% fat, 10.85% carbohydrate, 5.81% dietary fiber, and 6.5 cP of viscosity. Yellow pumpkin formula has the potency as the alternative food for people with diabetes because of its high dietary fiber. Keywords: diabetes, dietary fiber, food liquid form, pumpkin flour
Pengaruh Pemberian Yoghurt dan Soyghurt terhadap Konsistensi Feses Pasien Penyakit Ginjal Kronik dengan Hemodialisis Guntiyastutik, Enik; Sugiarto, Sugiarto; Nuhrawangsa, Adi Magna Patriadi
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2020.007.01.1

Abstract

Abstrak Peningkatan kadar urea darah pada pasien penyakit ginjal kronis (PGK) dapat menyebabkan terjadinya disbiosis mikrobiota usus yang ditandai dengan penurunan bakteri sakarolitik dan peningkatan bakteri proteolitik yang menyebabkan semakin lamanya waktu transit feses dan terjadinya konstipasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian yoghurt dan soyghurt terhadap konsistensi feses pasien PGK dengan hemodialisis. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah randomized control trial. Penelitian menggunakan 3 kelompok yaitu kontrol, intervensi yoghurt dan intervensi soyghurt. Subjek penelitian adalah 34 orang pasien PGK dengan hemodialisis, dengan kriteria inklusi: PGK stage 5, laki laki dan perempuan, usia 40-60 tahun, tidak mendapatkan terapi antibiotika selama minimal 21 hari, dan menjalani hemodialisis 2x/minggu. Data yang diperiksa dari responden adalah konsistensi feses pada awal dan akhir intervensi dengan menggunakan Bristol Tool Scale . Data ditabulasi dan dianalisis menggunakan Kruskall-Wallis dan Wilcoxon dengan SPSS for Windows. Pemberian yoghurt dan soyghurt selama 30 hari pada pasien PGK dengan hemodialisis  melunakkan konsistensi feses secara bermakna, tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna antara pemberian yoghurt dan soyghurt terhadap perubahan konsistensi feses. Sehingga dapat disimpulkan pemberian yoghurt atau soyghurt sama-sama memberikan efek terhadap perubahan konsistensi feses pasien PGK dengan hemodialisis. Kata kunci: penyakit ginjal kronis, hemodialisis, yoghurt, soyghurt AbstractThe increase of blood urea level in patients with Chronic Kidney Disease (CKD) may lead to gut microbiota dysbiosis indicated by saccholytic bacteria reduction and proteolytic bacteria addition, which causes a longer transit time of feces and constipation. This study aimed to analyze the effect of yoghurt and soyghurt administration on the fecal consistency in CKD patients with hemodialysis. This study used Randomized Control Trial design. The study used three groups, namely control, yoghurt intervention, and soyghurt intervention. The research subjects were 31 patients with CKD who underwent hemodialysis at RSUD dr. Saiful Anwar Malang under the following criteria: stage five of CKD, male or female, aged 40-60 years, did not get antibiotic therapy for 21 days, and underwent hemodialysis 2 times/week. Data examined from respondents were the consistency of feces at the beginning and the end of the intervention used Bristol Tool Scale. Data were tabulated and analyzed using Kruskal-Wallis dan Wilcoxon test with SPSS for Windows. Administration of yoghurt and soyghurt for 30 days in CKD patients improved the fecal consistency of CKD patients with hemodialysis to be softer. In conclusion, both yoghurt and soyghurt could give the same effect on the fecal consistency of CKD patients with hemodialysis. Keywords: Chronic Kidney Disease, hemodialysis, yoghurt, soyghurt
Pengaruh Pemberian Cookies Galohgor terhadap Tingkat Kecukupan dan Status Gizi Bayi Nuraelah, Almira; Roosita, Katrin; Ekayanti, Ikeu
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2020.007.01.5

Abstract

Abstrak Air susu ibu (ASI) memiliki banyak manfaat dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama periode 6 bulan pertama kehidupan. Produksi ASI pada ibu menyusui dapat ditingkatkan antara lain dengan konsumsi pangan laktogogum. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian cookies Galohgor yang mengandung laktagogum terhadap tingkat kecukupan dan status gizi bayi. Penelitian merupakan studi quasi eksperimental. Subjek penelitian merupakan 20 orang ibu postpartum di Kota Bogor. Subjek yang terpilih dikelompokkan menjadi kelompok kontrol (n=11) yang diberikan 40 g cookies tanpa penambahan galohgor dan kelompok cookies galohgor yang diberikan 40 g cookies yang mengandung galohgor selama 14 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecukupan karbohidrat pada kelompok cookies galohgor lebih besar secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol (124,9±32,6% vs. 90,8±31,1%, p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bb/u terdapat hubungan yang signifikan terhadap tingkat kecukupan energi dan karbohidrat (p>0,05). Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bb/u bayi pada kelompok galohgor secara signifikan lebih besar dibandingkan kelompok kontrol (3415,5±487,9 g vs. 3190±292,8 g, p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian cookies galohgor berpengaruh terhadap tingkat kecukupan energi dan karbohidrat serta peningkatan berat bayi menurut umur. Kata kunci: berat badan bayi, lactagogum, galohgor, ibu postpartum, tingkat kecukupan bayi AbstractBreast milk has many benefits and fulfills the nutritional needs of infants in the first six months of life. Breast milk production of nursing mother could be boosted by consuming lactagogue. This study aimed to analyze the effect of Galohgor lactagogue cookies (GC) on nutrients adequacy level and nutritional status of infants. A quasi-experiment design was used in this study. Subjects of this study were 20 postpartum mothers in Bogor, West Java. The subjects were grouped into a control group (n = 11) given 40 g of cookies without galohgor and a galohgor cookies group given 40 g cookies containing galohgor for 14 days. The result showed that carbohydrate adequacy level of the galohgor cookies group was significantly higher than that in the control group (124.9 ± 32.6% vs 90.8 ± 31.1%, p<0.05). The results showed that weight-for-age was significantly associated with energy and carbohydrate adequacy levels of infants. The results showed that infant weight-for-age in the galohgor cookies group was significantly higher compared to that in the control group (3415.5 ± 487.9 g vs 3190 ± 292.8 g, p<0.05). These results suggested that galohgor cookies has a beneficial effect on energy intake and carbohydrate sufficiency and improve the weight-for-age of the infant. Keywords: nutrient adequacy, lactagogue, galohgor, postpartum mothers, weight for age
Paternal Roles in Breastfeeding in Jakarta, Indonesia: A Mixed-method Approach Februhartanty, Judhiastuty; Muslimatun, Siti; Shankar, Anuraj H; Djakababa, Nelden; Suradi, Rulina
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2020.007.01.4

Abstract

Abstract We explored paternal roles in timely breastfeeding initiation and exclusive breastfeeding practices in Jakarta using a mixed-methods approach in sequence of focus group discussions (FGDs – phase 1) and a quantitative survey (phase 2). The study population was parents with infants aged below 6 months. Data on paternal roles, maternal attributes, and breastfeeding practices were collected from 43 purposively selected parents in phase 1 and 536 couples in phase 2. FGDs provided insights to finalize the questionnaire for the survey. Nine paternal roles were identified: 1-accompanying the mother during antenatal and postnatal visits, 2-suggesting places for health checkups and delivery, 3-seeking information about child nutrition, 4-accompanying the mother during delivery, 5-facilitating psychological support of the mother, 6-childcare involvement, 7-engagement in childcare discussions, 8-involvement in decisions about infant feeding mode, and 9-enthusiasm for fatherhood. Roles 3 (aOR=1.65; 95%CI=1.07 to 2.54) and 9 (1.59; 1.04-2.44) were positively associated with timely initiation of breastfeeding. Role 8 was positively associated with exclusive breastfeeding (1.69; 1.10-2.60), but roles 2 (0.49; 0.32-0.76) and 5 (0.97; 0.41-0.64) were negatively associated with exclusive breastfeeding. Fathers played roles in breastfeeding practices under study. Fathers need a tailored breastfeeding promotion to stimulate necessary support for breastfeeding mothers. Keywords: initiation of breastfeeding, exclusive breastfeeding, fathers, mixed-methods approach, Indonesia
Potensi Ekstrak Etanol Biji Cucurbita moschata terhadap Kadar Malondehaldehid Mencit Model Diabetes Suwanto, Suwanto; Gustomi, Mono Pratiko; Kurnijasanti, Rochmah
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2020.007.01.3

Abstract

Abstrak Kebutuhan akan kesehatan diharapkan pada semua orang, namun kesehatan harus perlu dijaga agar tidak terpapar adanya radikal bebas yang berlebihan, karena akan memicu timbulnya penyakit diabetes mellitus disertai adanya peningkatan kadar malondehaldehid. Pencegahan radikal bebas yang berlebihan dapat memanfaatkan biji Cucurbita moschata. Antioksidan pada biji Cucurbita moschata berperan dalam mengatasi dan mencegah adanya stres oksidatif pada penderita diabetes mellitus. Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak etanol biji Cucurbita moschata terhadap kadar malondehaldehid mencit model diabetes. Metode penelitian eksperimental dengan desain post test control group design, mencit jantan sebanyak 24 ekor umur 1 bulan dengan berat badan 20-30 gram, dibagi menjadi 6 kelompok: kontrol negatif, kontrol positif, kontrol metformin, dan  kelompok perlakuan ekstrak etanol biji Cucurbita moschata dosis 180, 360 dan 720 mg/kg BB diberikan secara sonde oral selama 14 hari. Pengamatan terhadap kadar malondehaldehid. Hasil penelitian pemberian ekstrak etanol biji Cucurbita moschata pada semua dosis kelompok perlakuan dapat menurunkan kadar malondehaldehid (Kruskal Wallis p 0,04 < 0,05), sedangkan dosis yang lebih efektif sebanyak 360 mg/kgBB. Kesimpulan semua dosis kelompok perlakuan dapat menurunkan kadar malondehaldehid, sedangkan dosis yang lebih efektif sebanyak 360 mg/kgBB. Kata kunci: Cucurbita moschata, malondehaldehid, diabetesAbstractEverybody expects of being healthy, but health must be maintained to avoid excessive free radical exposure since it will trigger the onset of diabetes mellitus that is accompanied by an increase in the malondialdehyde level. Prevention of excessive free radicals can be done by utilizing Cucurbita moschata seeds. Antioxidants in Cucurbita moschata seeds play a role in overcoming and preventing oxidative stress in people with diabetes mellitus. The study aimed to determine the potential of ethanol extract of Cucurbita moschata seeds on the malondialdehyde level in diabetic mice. This study applied an experimental research method with a posttest control group design. The subjects were 24 male mice aged one month with a bodyweight of 20-30 grams and were divided into six groups: negative control, positive control, metformin control, and treatment groups of ethanol extract Cucurbita moschata seed doses of 180, 360, and 720 mg/kgBW given orally for 14 days. The results of the study showed that ethanol extract of Cucurbita moschata seeds on all treatment doses could reduce the malondialdehyde level (Kruskal Wallis p 0.04 <0.05), but the most effective dose was 360 mg/kgBW. In short, all treatment doses can reduce the malondialdehyde level, but the most effective dose is 360 mg/kgBW. Keywords: Cucurbita moschata, malondialdehyde, diabetes
Aktivitas Antioksidan dan Total Fenolik Minuman Fungsional Nanoenkapsulasi Berbasis Ekstrak Sirih Merah Safithri, Mega; Indariani, Susi; Septiyani, Dinie
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2020.007.01.7

Abstract

Abstrak Pengembangan minuman fungsional dari ekstrak sirih merah yang ditambahkan dengan beberapa ekstrak rempah telah dilakukan sebelumnya. Akan tetapi, hasil uji sensori masih tergolong rendah karena masih terdapat rasa pahit pada minuman fungsional tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan minuman fungsional berbasis ekstrak daun sirih merah dengan teknologi nanoenkapsulasi dan mengevaluasi total fenolik, aktivitas antioksidan in vitro serta mutu sensori. Pembuatan minuman fungsional nanoenkapsulasi menggunakan carrier agent berupa gum arab dan maltodekstrin (1:3; 1:1; 3:1), sedangkan active agent berupa campuran ekstrak daun sirih merah dan rempah-rempah (kayu manis, jahe merah, jeruk nipis). Aktivitas antioksidan menggunakan metode CUPRAC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minuman ready to drink memiliki nilai total fenol (786,23±1,52 mg GAE/g) dan aktivitas antioksidan (1583,97±85,52 µM troloks/g ekstrak) lebih baik dibandingkan dengan minuman fungsional nanoenkapsulasi. Akan tetapi, minuman fungsional nanoenkapsulasi memberikan mutu sensori yang lebih disukai dibandingkan dengan minuman ready to drink. Nanoenkapsulasi dapat memperbaiki mutu sensori minuman fungsional sirih merah, tetapi menurunkan nilai total fenol dan aktivitas antioksidan in vitro. Kata kunci: gum arab, maltodekstrin, minuman fungsional AbstractThe development of functional drink from red betel extract which is added with several spice extracts has been previously conducted. However, the result of the sensory test was still not good because there was still a bitter taste in the functional drink. This study aimed to develop functional drink based on red betel extract with nanoencapsulation technology and evaluate total phenolic, in vitro antioxidant activity, as well as sensory value. The nanoencapsulated functional drink was made from carrier agent, which were arabic gum and maltodextrin (1:1; 1:3; 3:1), while the active agent were a mixture of red betel extract and spices (cinnamon, red ginger, lime juice). Antioxidant activity used the CUPRAC method. The result showed that ready to drink (RTD) drink which had a total phenolic value (786.23±1.52 mg GAE/g) and antioxidant  activity (1583.97±85.52 µM trolox/g extract), was better than the nanoencapsulated functional drink. However, nanoencapsulated functional drink provide sensory quality which is more preferable than the RTD drink. The nanoencapsulated technology could improved sensory value of red betel functional drink, but it decreased total phenolic value and antioxidant activity in vitro. Keywords: arabic gum, functional drink, maltodextrin

Page 9 of 20 | Total Record : 199