cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
JITRO (Jurnal Ilmiah dan Teknologi Peternakan Tropis)
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : 24067489     EISSN : 24069337     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis (JITRO) adalah jurnal ilmiah mempublikasikan hasil penelitian dan review bidang peternakan.
Arjuna Subject : -
Articles 471 Documents
Peningkatan Protein Susu Sapi Melalui Pendekatan Seleksi Gen Pengontrol Protein Susu (Review) Asmarasari, Santiananda Arta; Sumantri, Cece; Gunawan, Asep; Taufik, Epi; Anggraeni, Anneke
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 5, No 3 (2018): JITRO, September
Publisher : Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (34.169 KB)

Abstract

ABSTRAKMakalah ini ditulis dengan tujuan untuk   mengupas upaya peningkatan protein susu sapi perah  melalui pendekatan seleksi gen pengontrol protein susu. Metode penulisan makalah dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahapan pertama, tahap persiapan, dilakukan dengan mengumpulkan dan membaca jurnal, makalah prosiding, buku yang diperoleh dari hasil dari pencarian pada internet. Dilanjutkan dengan memilih dan menentukan jurnal hasil penelitian, makalah ilmiah pada prosiding, buku terkait dengan topik yang sudah ditentukan, yaitu sesuai dengan topik makalah yang akan dibuat. Tahapan ke dua, penyusunan outline makalah yang akan ditulis, dimana pada tahapan ini untuk menentukan skema berfikir penulis terkait dengan topik yang akan di bahas. Tahapan ke tiga, mengembangkan kerangka makalah dengan menggunakan literatur ilmiah, teori, hasil penelitian yang diperoleh dari pustaka yang sudah di unduh dari internet serta sudah di baca sebelumnya. Tahapan ke empat, pemeriksaan terhadap isi makalah yang sudah ditulis, baik secara substansi maupun redaksional. Dari studi pustaka yang dilakukan disimpulkan bahwa peningkatan kualitas susu sapi mulai beralih kepada peningkatan kadar protein susu, karena alsan gizi dan ekonomi. Proses pemuliaan dalam menghasilkan ternak sapi perah dengan keunggulan memiliki kandungan protein susu yang tinggi  lebih efektif dilakukan dengan pendekatan bioteknologi molekuler. Kandungan protein susu sapi dikontrol oleh gen gen pengontrol protein susu sapi. Sehingga, dalam prosesnya, untuk menghasilkan ternak sapi perah dengan keunggulan memiliki kandungan protein susu tinggi, dapat dilakukan dengan pendekatan seleksi berdasarkan gen pengontrol protein susu, yaitu CSN1S1, CSN2, CSN1S2, dan CSN3. Setelah diketahui, gen pengontrol utama yang menyebabkan tingginya kadar protein susu sapi, maka akan dapat diketahui secara mudah ternak ternak sapi perah yang memiliki keunggulan tersebut, sehingga pelaksanaan seleksi terhadap ternak sapi perah yang akan diseleksi  dapat dilakukan dari sejak usia dini.Kata kunci: protein susu, seleksi, gen pengontrol proteinABSTRACT            This paper was written with the aim to explore efforts to increase the milk protein of dairy cows through a milk protein control gene selection approach. Paper writing method is done in several stages. The first stage, the preparation stage, is done by collecting and reading journals, proceedings papers, books obtained from the results of searching on the internet. Followed by selecting and determining the research journal, scientific papers in proceedings, books related to the topic that has been determined, which is in accordance with the topic of the paper to be made. The second stage, the preparation of the outline of the paper to be written, where at this stage to determine the authors thinking scheme related to the topic to be discussed. The third stage, develops the framework of the paper using scientific literature, theory, research results obtained from libraries that have been downloaded from the internet and read earlier. The fourth stage, an examination of the contents of the paper that has been written, both in substance and editorial. From the literature study, it was concluded that improving the quality of cows milk began to shift to an increase in milk protein levels, due to nutritional and economic conditions. The process of breeding in producing dairy cattle with the advantage of having high milk protein content is more effectively carried out by molecular biotechnology approaches. The content of cows milk protein is controlled by a cows milk protein control gene gene. So, in the process, to produce dairy cattle with the advantage of having high milk protein content, it can be done with a selection approach based on milk protein control genes, namely CSN1S1, CSN2, CSN1S2, and CSN3. Once known, the main controller gene that causes high levels of cows milk protein, it will be easily known dairy cattle that have these advantages, so that the selection of dairy cattle to be selected can be done from an early age.Keywords: milk protein, selection, protein control genes
Pengaruh Penambahan Stabilizer Pati Talas Lokal (Colocasia esculenta) terhadap Viskositas, Sineresis dan Keasaman Yogurt pada Inkubasi Suhu Ruang Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih; Djalal Rosyidi; Lilik Eka Radiati; Purwadi Purwadi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 5, No 3 (2018): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.592 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v5i3.4706

Abstract

ABSTRACTThis study aims to examine the effect of adding local taro starch stabilizer (Colocasia esculenta) to physicochemical properties (viscosity and sineresis) and acidity (pH and total acid) of yogurt at room temperature incubation. The material used includes: cow milk; skim milk; starch from taro tubers from the traditional market of Malang, East Java; starter of lactic acid bacteria (S. thermophillus, L. bulgaricus, and L. acidhopilus). The research method used was a completely randomized laboratory experiment consisting of 6 treatments of adding taro starch, namely: P0: 0% (without taro starch); P1: 0.5%; P2: 1%; P3: 1.5%; P4: 2%; and P5: 2.5%. Pasteurization of milk at 85 °C for 30 minutes, addition of starter BAL 3% with an incubation period of 24 hours at room temperature. Each treatment was repeated 4 times. The data obtained were analyzed using the Variant Analysis method, if the treatment gave effect then continued with Duncan's Multiple Distance Test (UJBD). The results showed that there was a very significant effect (P <0.01) of the addition of taro starch to the viscosity, syneresis, pH, and total acid of yogurt at room temperature incubation. The addition of different concentrations of taro starch stabilizer varies the values of viscosity (1007.5-4596.25 cP), sineresis (10.11-20.33%), pH (4.16-4.20) and total acid (0,94-1.08%) yogurt. The conclusion of this study is the addition of local taro starch stabilizer up to 2.5% concentration providing optimal physicochemical and acidity properties of yogurt. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penambahan stabilizer pati talas lokal (Colocasia esculenta) terhadap sifat fisiko (viskositas dan sineresis) dan keasaman (pH dan total asam) yogurt pada inkubasi suhu ruang. Materi yang digunakan meliputi: susu sapi; susu skim; pati dari umbi talas yang berasal dari pasar tradisional Kota Malang, Jawa Timur; starter bakteri asam laktat (S. thermophillus, L. bulgaricus, dan L. acidhopilus). Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan laboratorium dengan rancangan acak lengkap yang terdiri dari 6 perlakuan  penambahan pati talas yaitu  P0: 0% (tanpa pati talas); P1: 0,5%; P2: 1%; P3: 1,5%; P4: 2%; dan P5: 2,5%. Pasteurisasi susu pada pemanasan 85°C selama 30 menit, penambahan  starter BAL 3% dengan masa inkubasi 24 jam pada suhu ruang. Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode analisis varian, apabila perlakuan memberikan pengaruh maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan (UJBD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) penambahan pati talas  terhadap viskositas, sineresis, pH, dan total asam yogurt pada inkubasi suhu ruang. Penambahan konsentrasi stabilizer pati talas yang berbeda  memberikan variasi nilai terhadap viskositas (1007,5-4596,25 cP), sineresis (10,11-20,33%), pH (4,16-4,20) dan total asam (0,94-1,08%) yogurt. Kesimpulan penelitian ini adalah penambahan stabilizer pati talas lokal sampai dengan konsentrasi 2,5% memberikan sifat fisiko dan keasaman yogurt yang optimal.
Penggunaan Tepung Limbah Udang sebagai Bahan Pakan Sumber Protein terhadap Performa Produksi Puyuh Fase Layer (Coturnix-coturnix japonica) Hamdan Has; Astriana Napirah; Widhi Kurniawan; Natsir Sandiah
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 5, No 3 (2018): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.134 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v5i3.4733

Abstract

ABSTRAKLimbah udang merupakan limbah pengolahan udang yang memiliki potensi sebagai pakan sumber protein bagi ternak puyuh. Penelitian ini bertujuan mengkaji penggunaan tepung limbah udang (TLU) sebagai sumber protein pakan pada puyuh fase layer. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap empat perlakuan lima ulangan perlakuan yang digunakan terdiri dari empat level penggunaan tepung limbah udang dalam ransum yaitu P0 (kontrol), P1 (5% TLU), P2 (7,5% TLU) dan P3 (10% TLU), tiap unit perlakuan disi dengan 5 ekor puyuh. Puyuh yang diguanakan adalah puyuh fase layer umur 20 minggu, sebanyak 100 ekor yang didistribusikan kedalam 20 unit percobaan. Bahan pakan yang digunakan adalah jagung, dedak padi, konsentrat petelur dan tepung limbah udang. Data yang diperoleh dianalisis ragam dan data yang berbeda nyata (P<0,05) diuji lanjut menggunakan uji duncan. Variabel yang diamati adalah performa produksi: konsumsi pakan, produksi telur, bobot telur dan konversi ransum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan TLU dalam ransum (P1,P2 dan P3) menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05) dibanding kontrol pada minggu ke-tiga penelitian terhadap bobot telur dan konversi ransum, penggunaan TLU (P1,P2,P3) selama lima minggu meningkatkan konsumsi ransum (P<0,05) dibanding kontrol tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap produksi telur, bobot telur dan konversi ransum. Kesimpulan penelitian ini bahwa penggunaan TLU dalam ransum dapat digunakan hingga level 7,5% sedangkan level 10% menunjukkan adanya penurunan rata-rata performa produksi.Kata kunci: tepung limbah udang, puyuh fase layer, performa produksiABSTRACTShrimp waste was shrimp processing waste which has the potential as protein source for quail feed. This study was aimed to examine the use of shrimp waste flour (SWF) asprotein source for laying quail feed. This study used  completely randomized design that consist of four treatments and five replications.The treatmentswere using levels of shrimp waste flour in feed and consist of P0 (control), P1 (5% SWF), P2 (7.5% SWF) and P3 (10% SWF ). Each treatment unit was filled with 5 quails. One hundred of 20 weeks laying quails were used in this study. Self mixing feed that contained corn, rice bran, laying concentrate and shrimp waste flour were used in this study. The data obtained were analyzed using analyze of variance and continued using Duncan multiple range test. The variables observed were production performance that consist of feed consumption, egg production, egg weight and feed conversionratio. The results showed that the use of SWF in feed (P1, P2 and P3) showed a significant effect (P <0.05) compared to controls in the third week of research on egg weight and feed conversion ratio.The use of SWF (P1, P2, P3) for five weeks increased feed consumption (P <0.05) compared to controls but not significantly different (P>0.05) for egg production, egg weight and feed conversion. The conclusion of this study was the use of SWF in feed can be used until 7.5% on laying quail feed while the level of 10% indicates a decrease in average production performance.Keywords: shrimp waste flour, laying quail, production performance
Optimalisasi Penggunaan Level Sabun Kalsium Minyak Kedelai dalam Ransum Terhadap Karakteristik Fermentasi, Populasi Mikroba dan Kecernaan Nutrien Secara In Vitro Menggunakan Cairan Rumen Sapi Bali Ali Bain; Komang G. Wiryawan; Dewi Apri Astuti; Chairrusyuhur Arman; Sri Suharti
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 5, No 3 (2018): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.988 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v5i3.4707

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi optimalisasi penggunaan level sabun kalsium yang berbeda dalam ransum secara in vitro terhadap karakteristik fermentasi, populasi mikroba dan kecernaan nutrien ransum, menggunakan sumber inokulum cairan rumen sapi Bali. Penelitian dilaksanakan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4 jenis perlakuan dalam 3 ulangan.  Ransum penelitian terdiri atas : R1, 40% rumput lapang (RL) + 60% konsentrat (K), R2 (40% RL + 60% K, mengandungn 2.5% SCa-kedelai), R3 (40%  RL + 60% K, mengandung 5% SCa-kedelai), R4 (40%  RL + 60% K, mengandung 7.5% SCa-kedelai). Variabel yang diukur terdiri atas karakteristik fermentasi in vitro (pH, N-NH3, produksi total volatile fatty acids), populasi mikroorganisme (total bakteri dan total protozoa), dan kecernaan nutrien (kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik). Data dianalisis menggunakan analysis of varians  (ANOVA) dan perbedaan antara perlakuan diuji dengan Duncan’s Multiple Range Test.  Hasil penelitian menunjukkan, penambahan SCa-kedelai pada level yang berbeda dalam konsentrat tidak mempengaruhi pH, konsentrasi amonia, populasi mikroba, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik fermentasi tetapi berpengaruh sangat nyata (P<0.002) terhadap produksi total VFA. Produksi total VFA tertinggi diperoleh pada ransum perlakuan R4 (konsentrat yang mengandung 7.5% SCa-kedelai). Produksi total VFA tertinggi diperoleh pada perlakuan R4 dan produksi total VFA paling rendah terjadi pada perlakuan ransum R1 (kontrol).  Produksi total VFA  ransum R1 dan R2 dan ransum R2 dan R3 tidak berbeda nyata namun produksi total VFA ransum R3 lebih tinggi dibanding ransum kontrol. Penambahan SCa-kedelai dalam konsentrat menghasilkan produksi total VFA tetinggi namun mulai menekan populasi total bakteri. Mempertimbangkan hasil peubah fermentasi dan populasi mikroba serta biaya pembuatan produk sabun kalsium, SCa-kedelai pada level 5% merupakan level penggunaan SCa-kedelai yang terbaik dalam ransum.Kata kunci: sabun kalsium, fermentasi, in vitro, kecernaanABSTRACTThe study to evaluate the optimalization the different level of soybean oil calcium soap (CaS-soybean) in ration on in vitro fermentation using Bali cattle rumen fluid. The experiment was arranged in a complete randomized block design with 4 different ration treatments and 3 replicates. Ration treatments were R1: 40% native grass (NG) + 60% concentrate (C), R2 : 40% NG + 60% C, supplemented with 2.5% soybean oil calcium soap (CaS-soybean), and R3 (40% NG + 60% C, supplemented with 5.0% CaS-soybean and R4 (40% NG + 60% C, supplemented with 7.5% CaS-soybean). Variables measured were fermentation characteristics (pH, NH3-N, total volatile fatty acids), microbial population (total bacteria and total protozoa), and nutrient digestibility (dry matter and organic matter digestibility). Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and the differences between treatments means were examined by Duncan Multiple Range Test. Results of the study  showed that the four different level of CaS-soybean in ration did not have any significant effect (P>0,05) on pH, NH3-N, total bacteria, total protozoa, dry matter and organic matter digestibility. The treatments significantly increased (P<0.05) the production of total volatile fatty acids.  The highest production of total VFA was obtained from ration R4 (concentrate containing 7.5% CaS-soybean) and the lowest was obtained from treatment R1 (control). There were no significant differences between R1 and  R2, and between R2 and R3 on the total VFA production. However, the total productions of VFA in ration R3 were higher than that of the control ration. The addition of CaS-soybean in the concentrate had increased the total production of VFA, but at the same time, it began pressing the total population of bacteria. Considering the results of the fermentation variables and microbial population as well as the cost of making calcium soap products, CaS-soybean at 5% level was selected as the best level of CaS-soybean in ration.Keywords : calcium soap, fermentation, in vitro, digestibility
Kualitas Semen dengan Berbagai Formulasi Pengencer Dasar Air Kelapa Hijau Selama Simpan Dingin pada Sapi Madura Aulia Puspita Anugra Yekti; Jois Harsah; Muchamad Luthfi; Muhammad Dikman; Asri Nurul Huda; Kuswati Kuswati; Trinil Susilawati
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 5, No 3 (2018): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.732 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v5i3.4738

Abstract

ABSTRAKInseminasi Buatan dengan menggunakan semen cair digunakan untuk daerah yang sulit nitrogen cair dan mempunyai kualitas yang lebih baik dari pada semen beku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas berbagai bahan pengencer dasar air kelapa penyimpanan dingin 2-5°C.Penelitian ini dilaksanakan di Loka Penelitian Sapi Potong Grati, Pasuruan. Semen yang digunakan berasal dari sapi madura sebanyak dua ekor, berumur 5 dan 3 tahun  dan berat badan yaitu 397 kg dan 360,5 kg. Sapi madura ditampung seminggu 2 kali dengan motilitas > 70% , sedangkan air kelapa yang digunakan adalah air kelapa hijau yang masih muda. Pengenceran semen cair dibagi menjadi 4 yaitu P0 (CEP-3 + 20% kuning telur) sebagai kontrol, P1 (air kelapa hijau +20% kuning telur), P2 (P1 + 0,4% putih telur + 1% fruktosa) dan P3 (P1 + 0,4% putih telur kuning telur +2% fruktosa). Data dianalisis menggunakan uji Pearson’s Chi Square dan Uji Deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan motilitas spermatozoa sesuai standar SNI yaitu motilitas> 40% pada pengencer CEP-3 dapat disimpan selama hari ke-8 (40,50±6,43%) sedangkan pada pengencer dasar air kelapa hijau pada P1, P2 dan P3 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) selama disimpan 6 hari yaitu 40,50±10,12%, 38,00±4,22%, 40,00±8,50%. Abnormalitas dari semua perlakuan menunjukan nilai <20%. Viabilitas didapatkan nilai tertinggi pada perlakuan P0(89,58±2,16%) kemudian P1(89,39±3,79%), P2(88,62±4,59%) dan P3(87,93±4,41%).Kata kunci: CEP-3, semen cair, sapi madura, simpan dingin, air kelapa hijau ABSTRACTArtificial Insemination using liquid semen is performed for areas that where liquid nitrogen is difficult to find and havng better quality than frozen semen. Purpose of this research was to investigate the quality on various coconut water base diluents on liquid semen of madura bull during cold storage of 2-5°C. Research was conducted at Laboratory of Reproduction of Grati Beef Cattle Research Station, Pasuruan.Semen that is used comes from two madura bulls aged 5 and 3 years with body weight is 397 kg and 360.5 kg. The semen was collected twice a week with motility> 70%, and the coconut water used is unripe green coconut water. The research treatments were P0 (CEP-3 + 20% egg yolk) as control, P1 (unripe green coconut water + 20% egg yolk), P2 (P1+ 1% fructose + 0.4% egg white) and P3 (P1+ 0.4% egg white + 2% fructose). Data were analyzed using Pearson's Chi Square test and Descriptive Test. The results showed that the motility of spermatozoa was within Indonesian National Standard (SNI) with more than 40% motility in the CEP-3 diluent and it can be stored until the 8th day (40.50 ± 6.43%). The basic diluents of green coconut water at P1, P2 and P3 was not significantly affected (P> 0.05) until 6 days storing with the motility number average are 40.50 ± 10.12%, 38.00 ± 4.22%, 40, 00 ± 8.50%. The abnormality of all treatments was under 20%. The highest viability was showed by treatment P2 (89.58±2.16%), followed by P4 (89.39 ± 3.79%), P3 (88.62 ± 4.59%) and the lowest was P4 (87.93 ± 4.41%). Keywords:CEP-3, liquid semen, madura bull, cool storage, green coconut water ABSTRACT               Artificial Insemination using liquid semen is performed for areas that where liquid nitrogen is difficult to find and havng better quality than frozen semen. Purpose of this research was to investigate the quality on various coconut water base diluents on liquid semen of madura bull during cold storage of 2-5°C. Research was conducted at Laboratory of Reproduction of Grati Beef Cattle Research Station, Pasuruan.Semen that is used comes from two madura bulls aged 5 and 3 years with body weight is 397 kg and 360.5 kg. The semen was collected twice a week with motility> 70%, and the coconut water used is unripe green coconut water. The research treatments were P0 (CEP-3 + 20% egg yolk) as control, P1 (unripe green coconut water + 20% egg yolk), P2 (P1+ 1% fructose + 0.4% egg white) and P3 (P1+ 0.4% egg white + 2% fructose). Data were analyzed using Pearson's Chi Square test and Descriptive Test. The results showed that the motility of spermatozoa was within Indonesian National Standard (SNI) with more than 40% motility in the CEP-3 diluent and it can be stored until the 8th day (40.50 ± 6.43%). The basic diluents of green coconut water at P1, P2 and P3 was not significantly affected (P> 0.05) until 6 days storing with the motility number average are 40.50 ± 10.12%, 38.00 ± 4.22%, 40, 00 ± 8.50%. The abnormality of all treatments was under 20%. The highest viability was showed by treatment P2 (89.58±2.16%), followed by P4 (89.39 ± 3.79%), P3 (88.62 ± 4.59%) and the lowest was P4 (87.93 ± 4.41%).
Evaluasi Kandungan Nutrisi Pakan dan Daya Hambat Tepung Biji Asam Kandis (Gracinia cowa) sebagai Bahan Pakan Unggas Febri Puska Padang; Osfar Sjofjan; Edhy Sudjarwo
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 5, No 3 (2018): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.658 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v5i3.4708

Abstract

Kandis acid (Gracinia cowa) has been used for cooking, medicine, beauty, etc., but using of seeds has not been profitable so it was wasted. Seeds can be used as a fitobiotic to replace antibiotics or as feed ingredients. The purpose of this study was to determine the food ingredient and the inhibitory of bacteria on kandis seeds flour. This research was conducted by laboratory experiments using Kandis seeds flour as a material, analysis proximate used to represent the composition of feedstuft, bioactive used test flavonoid quantitaf seconder and the inhibitory test with hollow diffusion methode. The results of the test were dry matter 89.11%, crude fat 4.77, fiber 18.57, crude protein 0.99, tannin 0.29%, GE 5244 kcal / kg, Ca 0.72%, P 0, 22%, flavonoids 0.44%, density 413 g / mL. The smallest inhibitory bacteria produced by lactic acid bacteria then Salmonella and Escherichia coli. The food ingredient represented that value Kandis acid seeds flour can be used as food and there are bacterial inhibitory by the activity of flavonoids and tannins. The conclusion is the kandis acid seeds have potential as feed ingredients and phytobiotics Keywords: gracinia cowa, flavonoid, proximate analysis, inhibition
KUALITAS DAN KAPASITASI SPERMATOZOA SAPI BALI, MADURA, DAN PERANAKAN ONGOLE Aulia Puspita Anugra Yekti; Willy Saputra Saputra Tatulus; Dian Ratnawati; Luqman Affandhy; Kuswati Kuswati; Asri Nurul Huda; Trinil Susilawati
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 5, No 2 (2018): JITRO, Mei
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.664 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v5i2.4739

Abstract

ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas dan kapasitasi spermatozoa pada sapi potong lokal. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai standar uji kualitas semen. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua ekor sapi jantan ongole, sapi bali dan sapi madura. Hasil penelitian  menunjukkan bahwa persentase motilitas spermatozoa sapi bali 70,83±2,04%, sapi madura 70,00±0,00% dan sapi PO 71,67±2, 58%. persentase Viabilitas spermatozoa sapi bali adalah 89,39±2,84%, sapi madura 90,60 ± 3,13% dan sapi PO 92,13±2,08%. Persentase abnormalitas spermatozoa sapi bali adalah 3,48±1,09%, sapi madura 2,13±0,86% dan sapi PO 2,86±0,51%. Konsentrasi sperma sapi bali 1126,67±169,08 juta/mL, sapi madura 1076,67±3,94 juta/mL dan sapi PO 1210±160,87 juta/mL. Total spermatozoa motil pada sapi bali adalah 3136,9±653,4 juta/mL, sapi madura 3520,41±357,48 juta dan sapi PO 3653,83±1293,59 juta/mL. Persentase status akrosom spermatozoa adalah 85,72±1,72%, sapi madura 85,35±0,76% dan sapi PO 86,40±1,97%. Data yang didapatkan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap dimana hasil analisa menunjukkan tidak ada perbedaan kualitas yang signifikan (P>0,05). Dapat disimpulkan perbedaan jenis pada sapi lokal tidak berpengaruh pada kualitas dan kapasitas spermatozoa, tetapi sapi PO memiliki persentase yang lebih tinggi dari kualitas dan kapasitasi sperma dibandingkan sapi bali dan sapi madura.Kata kunci : kualitas semen, spermatozoa, kapasitasi, sapi lokalABSTRACTThe purpose of this research was to determine the differences in the quality and capacitation of local beef cattle sperm. In addition, this study was also expected to be used as a standard of semen quality test. The material used in this study were two bulls of crossbreed ongole, bali cattle and madura cattle. The results of this study revealed that percentage of motility  sperm bali cattle  70.83 ± 2.04%, madura cattle 70.00 ± 0.00% and PO cattle 71.67 ± 2, 58%. percentage of  Viability sperm of bali cattle was 89.39 ± 2.84, madura cattle 90.60 ± 3.13% and PO cattle 92.13 ± 2.08%. Percentage of abnormality sperm bali cattle  were 3.48 ± 1.09%, madura cattle 2.13 ± 0.86% and PO cattle 2.86 ± 0.51%. percentage of concentration sperm bali cattle 1126.67 ± 169.08 million / mL, madura cattle 1076.67 ± 73.94 million / mL and PO cattle 1210 ± 160.87 million / mL. percentage of  total motile sperm bali was 3136.9 ± 653.4 million / mL, madura cattle 3520.41 ± 357.48 million and PO cattle 3653.83 ± 1293.59 million / mL. percentage of status acrosom sperm is 85.72 ± 1.72%, madura cows 85.35 ± 0.76 and cattle PO 86.40 ± 1.97. Data of this research was analyzed using Block  Randomized Design (BRD) which showed not  significant differences in quality (P> 0.05). The conclusion based on the observations made in this research, differences in local cattle have no effect on the quality and capacitation of spermatozoa, but cross breed ongole cattle have a higher percentage of quality and capacitation of sperm than bali cattle and madura cattle. Semen of bali cattle, and madura cattle used in this study can be used for artificial insemination.Keywords: semen quality, sperm capacitation, local cattle 
Perbandingan Performa Kuantitatif Sapi Brahman Cross di Peternakan Rakyat dengan di Perusahaan Komersial pada Umur 18-24 Bulan M. Dima Iqbal Hamdani; Ali Husni; M. Tino Fajar; Sulastri Sulastri
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 5, No 3 (2018): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.647 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v5i3.4721

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk membandingkan performa kuantitatif sapi brahman cross pada umur 18-24 bulan di peternakan rakyat dan di perusahaan komersial pada bulan Agustus sampai Oktober. Pengamatan dilakukan terhadap 50 ekor sapi brahman cross di perusahaan komersial dan 50 ekor sapi brahman cross di peternakan rakyat dengan menggunakan metode survey dan pengambilan sampel menggunaan purposive sampling. Peubah yang diamati meliputi ukuran-ukuran tubuh yang meliputi bobot badan, lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak. Hasil penelitian menunjukan bahwa sapi brahman cross di perusahaan komersial memiliki performa kuantitatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan sapi brahman cross di peternakan rakyat. Sapi brahman cross di peternakan rakyat memiliki rata-rata bobot badan (271,12+26,03 cm), lingkar dada (154,04+6,01 cm), panjang badan (107,42+3,42 cm), dan tinggi pundak (124+2,23 cm), sedangkan sapii brahman cross di perusahaan komersial memiliki rata-rata bobot badan (383,92+35,05 kg), lingkar dada (175,9+4,27 cm), panjang badan (111,1+6,99 cm), dan tinggi pundak (128,4+4,84 cm).Kata kunci: sapi brahman cross, bobot badan, lingkar dada, panjang badan, tinggi pundakABSTRACTResearch was conducted to determine the quantitative performance of brahmancross catlle 18-24 month in traditional farmer and commercial companies. Research was conducted on 50 brahmancross catlle in traditional farmer and 50 brahman cross catlle in commercial companies, sample observation is determined by purposive sampling. Research uses a survey conducted from August to October 2016. The results showed a quantitative brahman cross catlle in convensional farmer trait average body weight (271,12 ± 26,05 kg), chest circumference (154,04±6,01 cm), body length (107,42±3,42 cm), and shoulder height (124±2,23 cm), and the results showed a quantitative brahman cross catlle in commercial companies trait average body weight (383,92 ± 36,06 kg), chest circumference (175,9±4,27 cm), body length (111,1±6,99 cm), and shoulder height (128,4±4,84 cm). The results showed that brahman cross cattlein commercial companies have higher quantitative performance than those at the traditional farmerKeywords: brahman cross cattle, body weight, chest circumference, body lenght, shoulder height.
Perubahan Suhu, pH, Protein Kasar, dan Serat Kasar pada Fermentasi Biji Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus) dan Tepung Jagung dengan Level Jamur Trichoderma viride yang Berbeda Catur Suci Purwati; Danang Riyadi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 5, No 3 (2018): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.81 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v5i3.4766

Abstract

ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah mengetahui proses fermentasi yang tepat digunakan untuk meningkatkan kualitas protein kasar dan serat kasar pada biji kecipir dan menentukan level terbaik penambahan jamur Trichoderma viride yang mampu meningkatkan kualitas protein kasar dan serat kasar pada biji kecipir sehingga mampu meningkatkan kualitas dan tingkat kecernaan. Produk yang akan dihasilkan pada penelitian ini adalah alaternatif pakan fermentasi biji kecipir (Psophocarpus tetragonolobus) untuk peternak unggas. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan yaitu P0 = biji kecipir dengan 10% tepung jagung tanpa fermentasi; P1 = Biji kecipir dengan 10% tepung jagung + 0,1% jamur Trichoderma viride (Tv); P2 = biji kecipir dengan 10% tepung jagung + 0,2% Tv; dan P3 = biji kecipir dengan 10% tepung jagung + 0,3% Tv. Materi yang digunakan adalah biji kecipir yang dihaluskan digunakan sebagai substrat dan dihomogenkan dengan cara diaduk. Masing-masing sampel perlakukan ditimbang sebanyak 100 g, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dengan ketebalan 2 cm  dan dilubangi agar tercipta suasana aerob. Selanjutnya diinkubasikan dalam ruang fermentor pada suhu 30oC selama 7 hari. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Peubah yang diamati pH, suhu, protein kasar dan serat kasar. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan suhu, penurunan pH, serta kenaikan pada protein kasar dan penurunan serat kasar.Kata kunci: biji kecipir, Trichoderma viride, pH, suhu, protein, serat kasar ABSTRACTThe purpose of this study was to determine the proper fermentation process used to improve the quality of crude protein and crude fiber in winged beans and the best level of addition of Trichoderma viride fungus which could improve the quality of crude protein and crude fiber in winged beans to improve feed quality and digestibility. The result product of this study is an alternative fermented winged bean (Psophocarpus tetragonolobus) feed for poultry farmers. This study utilized completely randomized design with four treatments. P0 = Unfermented winged beans with cornstarch, P1 = winged beans with 10% cornstarch + 0,1% Trichoderma viride fungus (Tv), P2 = winged beans with 10% cornstarch + 0,2% Tv, P3 = winged beans with 10% cornstarch + 0,3% Tv. The material used were powdered winged beans as substrate then homogenized by stirring. Each sample was weighed 100 g, then put into a plastic bag with a 2 cm thickness and perforated to create an aerobic atmosphere. Subsequently, the sample was incubated in a fermenter room at 30oC for 7 days. Each treatment was repeated 3 times. Variables observed for pH, temperature, crude protein, and crude fiber. The result of this study concluded that there were change in temperature, decrease in pH, increase in crude protein, and decrease in crude fiber.Keywords: winged beans, Trichoderma viride, pH, temperature, protein, crude fiber
Alternatif Kebijakan Pengendalian Pemotongan Sapi Bali Betina Produktif di Timor Barat Maria Krova; J. G. Sogen; Maria Y. Luruk
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 5, No 3 (2018): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.004 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v5i3.4816

Abstract

Salah satu persoalan yang terjadi di daerah sentra  produksi  adalah pemotongan betina produktif. Fenomena tersebut diduga terjadi pula di Timor Barat sebagai salah satu daerah kantong produksi sapi bali. Sapi bali adalah salah satu plasma nuftah yang memiliki persoalan sistemik karena melibatkan banyak pelaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pengendalian pemotongan betina produktif dalam manajemen dan kelembagaan aktual. Pendekatan pemahaman sistem  agribisnis sapi bali di Timor Barat dilakukan dengan prespektif dinamika sistem. Informan kunci ditentukan melalui pemetaan pelaku dalam rantai pasok sapi bali. Penentuan informan kunci menggunakan metode snow ball sampling. Banyaknya informan kunci tergantung pada kejenuhan informasi yang diperoleh. Data, informasi, dan pengetahuan primer dikumpulkan berdasarkan observasi, focuss group diskusi (FGD), dan wawancara mendalam (indepth study)  dengan informan kunci. Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas: data numerik, data tertulis, dan model mental. Pemodelan dengan dinamika sistem akan menggunakan perangkat lunak Ventana Simulation (Vensim). Hasil analisis dan pembahasan menunjukkan manajemen dan kelembagaan aktual yang melibatkan berbagai pelaku dalam sistem ketersediaan daging sapi untuk pasar lokal belum memiliki peran untuk pengendalian pemotongan betina produktif. Kebijakan yang diperlukan untuk mengendalikan pemotongan sapi bali betina produktif, adalah meningkatkan calf crop dan menekan mortalitas.Kata kunci: betina produktif, pemotongan, sapi bali, sistem, Timor Barat. ABSTRACTOne of the problems that occur in the center of production is slaughtering productive cows. This phenomenon is thought to occur in West Timor as one of the production center of bali cattle production. Bali cattle are one of the plasma nuftah which has systemic problems due to involve many actors. This study aims to determine the efforts to control the slaughtering of productive cows in actual management and institutions. An understanding approach to the bali cattle agribusiness system is carried out with a perspective dynamics system. Key informants were determined through mapping of actors in the supply chain of bali cattle. Determination of key informants is applying the snow ball sampling methods. Data are collected based on observation, FGD, and in-depth interviews. Data collected consists of: numeric and written data, and also mental models. Modeling with dynamics system will use Vensim software. The results show that actual management and institutions do not yet have a role to control the slaughtering of productive cows. The policy needed to control the slaughter of productive bali cows is to increase calf crop and  reduce mortality.Keywords: productive, slaughtering, bali cows, system, West Timor