cover
Contact Name
Suriana
Contact Email
suriana0568@gmail.com
Phone
+6285396691601
Journal Mail Official
biowallacea@uho.ac.id
Editorial Address
alan H.E.A. Mokodompit, Kampus Baru, Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Halu Oleo Kendari
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
BioWallacea Journal of Biological Research
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : 23556404     EISSN : 26856360     DOI : https://doi.org/10.1234/1234
Core Subject : Health, Agriculture,
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) telah memiliki ISSN 2355-6404 (print) dan ISSN 2685-6360 (online) yang merupakan salah satu jurnal nasional dan diterbitkan oleh Jurusan Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo. Jurnal ini fokus pada ilmu biologi dan serumpun. Jurnal BioWallacea menerima naskah-naskah terbaik dari penulis yang bersifat asli hasil penelitian maupun telaah (review). Naskah ditulis dengan baik untuk setiap topik berkaitan dengan biologi yang berkembang saat ini serta bidang-bidang lain, termasuk: Penelitian Ekologi Fisiologi Ekofisiologi Taksonomi Botani Zoologi Mikrobiologi Biologi Laut Ilmu terapan berkaitan dengan ilmu Biologi seperti Bioteknologi, Biokimia, dan Biologi Sel serta Molekuler. Penelitian yang berkaitan isu lingkungan, termasuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Articles 157 Documents
Keanekaragaman dan Kerapatan Jenis Mangrove di Desa Kase Kecamatan Leksula Kabupaten Buru Selatan Efraim Samson; Vergenia Sigmarlatu; Deli Wakano
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 7, No 1 (2020): BioWallacea and Sains
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1515.833 KB) | DOI: 10.33772/biowallacea.v7i1.11036

Abstract

This study aims to determine the diversity and density of mangrove vegetation in Kase Village, Leksula Subdistrict, South Buru Regency. The study uses the line transect method with several observation plots that are stratified. A total of 20 transects were placed at the study site with the size of each plot, namely for seedling level, which is 2 x 2 m, while for the level of a sapling, namely 5 x 5 m and for the level of trees, which is 10 x 10 m. The results showed that in the mangrove area in Kase Village, Leksula Subdistrict, South Buru Regency, 3 mangrove species were found, namely Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorhiza, and Sonneratia alba, which belong to two families (Rhizophoraceae, Sonneratiaceae) and 3 genera, (Rhizophora, Bruguiera, Sonneratia). The total number of mangrove individuals, that is 699 individuals from 419 levels of seedlings, 116 levels of a sapling, and 164 levels of trees. The species with the highest density and relative density values at the level of tree growth, namely Rhizophora apiculata, and at the level of sapling and seedlings, namely Bruguiera gymnorhiza. While Sonneratia alba, tends to have density values and species densities that tend to be low at all three growth rates. Furthermore, the results of the diversity index analysis in the mangrove area of Kase Village, Leksula Subdistrict, South Buru Regency, showed that the diversity of species (H´) mangroves for each growth level was 0.76 (seedlings); 0.82 (sapling); and 1.02 (trees), or classified as low to moderate category. Keywords: Mangrove, Diversity, Abundance, Kase Village  Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kerapatan jenis vegetasi mangrove di Desa Kase, Kecamatan Leksula Kabupaten Buru Selatan. Penelitian menggunakan metode line transect dengan beberapa plot pengamatan yang dibuat bertingkat. Sebanyak 20 transek ditempatkan pada lokasi penelitian dengan ukuran plot masing-masing, yakni untuk tingkat semai, yakni 2 x 2 m, sedangkan untuk tingkat anakan, yakni 5 x 5 m dan untuk tingkat pohon, yakni 10 x 10 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada area mangrove di Desa Kase Kecamatan Leksula Kabupaten Buru Selatan, ditemukan 3 spesies mangrove yakni Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorhiza, dan Sonneratia alba, yang tergolong ke dalam dua family (Rhizophoraceae, Sonneratiaceae) dan 3 genus, (Rhizophora, Bruguiera, Sonneratia). Jumlah total individu mangrove, yakni 699 individu yang terdiri dari 419 tingkat semai, 116 tingkat anakan, dan 164 tingkat pohon. Spesies dengan nilai kerapatan dan kerapatan relatif tertinggi pada tingkat pertumbuhan pohon, yakni Rhizophora apiculata, dan pada tingkat anakan serta semai, yakni Bruguiera gymnorhiza. Sedangkan Sonneratia alba, cenderung memiliki nilai kerapatan dan kerapatan jenis yang cenderung rendah pada ketiga tingkat pertumbuhan tersebut. Kemudian, hasil analisis indeks keanekaragaman di area mangrove Desa Kase Kecamatan Leksula Kabupaten Buru Selatan, menunjukan bahwa keanekaragaman jenis (H´) mangrove untuk masing-masing tingkat pertumbuhan, yakni 0.76 (semai); 0.82 (anakan); dan 1.02 (pohon), atau tergolong kategori rendah hingga sedang.                                                      Kata Kunci: Mangrove, Keanekaragaman, Kerapatan, Desa Kase
Karakterisasi Morfologi Phytophthora sp. Asal Buah Kakao Desa Olo-oloho, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara Muzuni Muzuni; Haidin Haidin; Nur Arfa Yanti
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 7, No 1 (2020): BioWallacea and Sains
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1145.963 KB) | DOI: 10.33772/biowallacea.v7i1.11812

Abstract

This study aimed to determine the morphological characteristics of Phytophthora sp. isolated from cocoa fruits from Olo-oloho Village, Konawe Regency, Southeast Sulawesi. Isolation of Phytophthora sp. carried out by the point method using V4 (Vegetable Juice Agar) media incubated at 27ºC for 24 hours. Morphological characterization of Phytophthora sp. included characterization of colony morphology and cell morphology. The results showed that the colony morphological characteristics were white colonies, cotton-like textures, the uneven edge of the colony, zoning and radial lines. The morphological characteristics of the cell had asexual spores in the form of sporangium and chlamydospores, hyphae are not aseptic, greenish-black zoospores, zoospores are round and double-flagged, and have sporangiophores. Keywords: Phytophthora sp., colony morphology, cell morphology
Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi Agusrinal Agusrinal; Muhsin Muhsin; L.O.A Parman Rudia
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 7, No 2 (2020): Biodiversitas on Asian Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1504.264 KB) | DOI: 10.33772/biowallacea.v7i2.14591

Abstract

The mangrove ecosystem is one of the natural resources that is the target of conservation, from the various potential natural resources that exist in the Wakatobi National Park. Mangrove ecosystems support biodiversity conservation, by providing shelter, breeding grounds, nursery, and feeding grounds for various types of animals including several groups of animals that are threatened with extinction, from reptiles, amphibians, aves, and mammals. Mangrove ecosystems can also protect coral reef ecosystems and seagrass. The aim of this research was to analyze the composition and diversity of mangrove species and to formulate a mangrove ecosystem management strategy in Kaledupa Island. This study uses a vegetation analysis method and a SWOT analysis. The results of vegetation analysis showed that there were eight species of mangroves on Kaledupa Island which were divided into four families. These species of mangroves are Avicennia marina, Xylocarpus granatum, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, and Sonneratia alba. The highest and lowest mangrove species diversity indexes in Kaledupa Island were shown by the weaning and seedling strata, respectively with values 1,86 and 1,66. Based on the results of the SWOT analysis, mangrove ecosystem management strategies were formulated, namely (1) utilizing the status of the mangrove ecosystem as a conservation area and the existence of strict regulations to preserve mangroves so that they have the potential to become attractive ecotourism areas and (2) empower communities to provide mangrove seeds through the establishment of a nursery so that rehabilitation is no longer hampered by the reason that there are no seeds that are ready for planting.Abstrak             Ekosistem mangrove merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang menjadi target konservasi, dari berbagai potensi sumberdaya alam yang ada di kawasan Taman Nasional Wakatobi. Ekosistem mangrove mendukung konservasi keanekaragaman hayati, dengan menyediakan tempat tinggal, tempat berkembang biak, tempat pengasuhan anak dan tempat mencari makan berbagai jenis hewan, termasuk beberapa golongan hewan yang terancam kepunahan, mulai dari golongan reptil, amphibi, aves, dan mamalia. Ekosistem mangrove dapat juga melindungi ekosistem terumbu karang (coral reefs), dan padang lamun (sea grass). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis komposisi dan keanekaragaman jenis mangrove serta merumuskan strategi pengelolaan ekosistem mangrove di Pulau Kaledupa. Penelitian ini menggunakan metode analisis vegetasi dan analisis SWOT. Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa terdapat delapan jenis mangrove di Pulau Kaledupa yang terbagi ke dalam empat famili. Jenis mangrove tesebut adalah Avicennia marina, Xylocarpus granatum, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, dan Sonneratia alba. Indeks keanekaragaman jenis mangrove tertinggi dan terendah di Pulau Kaledupa ditunjukkan masing-masing oleh strata sapihan dan semai dengan nilai 1,86 dan 1,66. Berdasarkan hasil analisis SWOT, dirumuskan dua strategi pengelolaan ekosistem mangrove yaitu (1) memanfaatkan status ekosistem mangrove sebagai daerah konservasi dan adanya regulasi yang ketat untuk menjaga kelestarian mangrove sehingga berpotensi untuk dijadikan daerah ekowisata yang menarik dan (2) memberdayakan masyarakat untuk menyediakan bibit mangrove melalui pembentukan kebun bibit sehingga rehabilitasi tidak terhambat lagi dengan alasan tidak tersedianya bibit yang siap tanam.
Pengaruh Salep Ekstrak Daun Nilam (Pogestemon cablin Benth.) Pada Penyembuhan Luka Bakar Mencit (Mus musculus L.) Wa Ode Harlis; Nurhayu Malik; Dwi Arinto Adi; Inda Yani
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 7, No 2 (2020): Biodiversitas on Asian Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1171.982 KB)

Abstract

The purpose of this study was to determine the influence of patchouli leaf extract ointment (Pogestemon cablin Benth.) To cure burns of mice (Mus musculus L.) A total of 25 mice aged 2-3 months, divided into 5 treatment groups and 5 replications namely K- control (air), K+ (bioplacenton), K1 (patchouli leaf extract ointment 10 mg/g), K2 (patchouli leaf extract ointment 15 mg/g) and K3 (patchouli leaf extract ointment 20 mg/g). Burns are made by means of the backs of mice induced by hot metal coins with an area of 1 cm and a depth of 0.2 cm. Patchouli leaf extract ointment was given after making the wound in all groups by administering extract 13.760 mg/head/day for K1 20.25 mg/head/day and  27.5 mg/ head/day with one time daily administration for 14 days. The parameters observed in the healing of burns are the absence of exudate (blistered skin), erythema (redness of the skin), swelling, the length of time the wound closes and the wound heals which is marked by a completely closed wound and the growth of hair on the back of mice. This study was an experimental study using a Completely Randomized Design (CRD), data on the duration of wound healing were analyzed by ANOVA (α = 0.05%) and LSD test. The results showed that the dosage of patchouli leaf extract (Pogestemon cablin Benth.) K3 20 mg/g is more effective in accelerating the healing time of burns compared to a positive control (bioplacenton 10%) or administration of synthetic drugs.Abstrak             Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh salep ekstrak daun nilam (Pogestemon cablin Benth.) pada penyembuhan luka bakar mencit (Mus musculus L.) 25 ekor mencit yang berumur 2-3 bulan, dibagi dalam 5 kelompok perlakuan dan 5 ulangan yaitu K- kontrol (air), K+ (bioplacenton10 %), K1 (salep ekstrak daun nilam 10 mg), K2 (salep ekstrak daun nilam 15 mg) dan K3 (salep ekstrak daun nilam 20 mg). Pembuatan luka bakar dilakukan dengan cara punggung mencit diinduksi dengan koin logam panas dengan luas 1 cm dan kedalaman 0,2 cm. Pemberian salep ekstrak daun nilam diberikan setelah pembuatan luka pada semua kelompok dengan pemberian salep ekstrak 13,95 mg/ekor/hari untuk K1 20,55mg/ekor/hari dan 27,9 mg/ekor/hari dengan waktu pemberian satu kali sehari selama 14 hari. Parameter pengamatan peyembuhan luka bakar yaitu tidak adanya kulit melepuh, eritrema (kemerahan pada kulit), pembengkakan, lama waktu luka menutup dan luka sembuh yang ditandai dengan luka menutup sempurna dan tumbuhnya bulu pada punggung mencit.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), data lama waktu peyembuhan luka dianalisis dengan ANOVA (α=0,05%) dan uji BNT Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dosis salep ekstrak daun nilam (Pogestemon cablin Benth.)K3 20 mg/g lebih efektif dalam mempercepat waktu penyembuhan luka bakar dibandingkan dengan kontrol positif atau pemberian obat sintetik (bioplacenton 10%).
Etnobotani Arenga pinnata oleh Masyarakat Lokal Desa Bah Bolon Tongah Sumatera Utara dan Konservasinya Marina Silalahi
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 7, No 2 (2020): Biodiversitas on Asian Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1847.017 KB) | DOI: 10.33772/biowallacea.v7i2.12326

Abstract

Arenga pinnata (AP) is a multifunctional plant used by various ethnic groups in Indonesia, including the Batak Ethnics in North Sumatra. Ethnobotany study is one way to find out the sustainable use of AP. This study aims to examine the use of AP and its conservation conservatives by the Batak ethnic community in the village of Bah Bolon Tongah, North Sumatra. This research was conducted with an ethnobotany approach through surveys and interviews with informants. Data analysis was carried out qualitatively to explain the utilization and conservation of AP. The Arenga pinnata by the local community in the Bah Bolon Tongah village is called pola, bagot, and tuak. The AP organs have different names is hodong (a compound leaf), halto (inflorescence), and ijuk (fibers produced by the stem). All parts of AP have been used such as leaves (roof, broom), stems (water pipes, buffalo bridles, "combs"), fibers (roofs, brooms), male inflorescence (sap), and fruit (kolang-kaling). Those sap is used as a traditional drink known as tuak and is sold to collectors. People who have dry land cultivate AR, especially sloping land so they can withstand landslides. The source of the puppies is chosen based on the character of the host with good vigor. 
Pengaruh Ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara) Terhadap Penampakan Histopatologi Thallus Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) Emand Syapriawan Tolanamy; Agusrinal Agusrinal; Ardiansyah Ardiansyah
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 7, No 2 (2020): Biodiversitas on Asian Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1064.259 KB) | DOI: 10.33772/biowallacea.v7i2.14593

Abstract

The purpose of the study was to analyze the ability of Lantana camara extract on preventing and decreasing the transmission ratio of bacteria causing ice-ice disease of seaweed thallus Kappaphycus alvarezii by cohabitation and to find out the difference of histopathology of the thallus. The effect of thallus submersion interaction and the growths were analyzed statistically. The results showed tembelekan leaf extract solution can inhibit the growth of the bacteria by cohabitation method. Submersion treatment for 60 minutes was able to suppress the ability of pathogens transmitting than 30 and 90 minutes by the cohabitation method. Pathologically, an 60 minutes submersion treatment shows better than any other treatments Abstrak Penelitian ini bertujuan menguji kemampuan larutan ekstrak daun tembelekan Lantana camara dalam mencegah dan mengurangi tingkat transmisi bakteri penyebab penyakit ice-ice pada thallus rumput laut Kappaphycus alvarezii secara kohabitasi, prevalensi secara in vivo dan melihat perbedaan pada thallus secara histopatologi. Hasil penelitian menunjukkan larutan ekstrak daun tembelekan dapat menghambat pertumbuhan bakteri  penyebab ice-ice secara kohabitasi. Perlakuan perendaman selama 60 menit lebih mampu menekan kemampuan transmisi bakteri pathogen dibandingkan selama 30 dan 60 menit. Dilihat dari penampakan secara histopatologi, perlakuan 60 menit perendaman memperlihatkan jaringan yang lebih baik dibandingkan dua perlakuan lainnya
Identifikasi Antropogenik Pencemaran Tanah oleh Sampah Domestik Rosliana Eso
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 7, No 2 (2020): Biodiversitas on Asian Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1363.298 KB) | DOI: 10.33772/biowallacea.v7i2.13828

Abstract

Abstrak :Telah dilakukan penelitian tentang antropogenik pencemaran tanah dengan menganalisis kandungan logam berat tanah pada tumpukan sampah  di sekitar pemukiman tepatnya di jalan Chairil Anwar, Kecamatan Wua-Wua, Kota Kendari. Sampel tanah di gali menggunakan bor tanah dengan kedalaman 0 sampai 90 cm  yang seterusnya dihaluskan dan diayak dengan ayakan 200 mess. Sampel tanah dianalisis dengan metode XRF (X-Ray Fluorescence) untuk mengidentifikasi kandungan logam berat di dalam tanah. Sementara itu, suseptibilitas magnetik tanah dianalisis dengan menggunakan susceptibilitiy meter Bartington MS2B untuk mengetahui sifat magnetiknya.   Hasil pengukuran menunjukkan bahwa tanah tersebut telah tercemar  unsur logam berat seperti  Besi, Mangan, Seng,  dan Chromium dengan persentase  yang jauh melebihi ambang batas yang seharusnya ada dalam tanah, sementara itu  kandungan unsur logam berat Pb (Timbal),  As (Arsenik) dan Cu (Tembaga) belum melampaui ambang batasnya. Berdasarkan hasil analisis sifat magnetik tanah sumber pencemaran tanah berasal dari antropogenik aktivitas manusia.Keywords: Antropogenik, pencemaran tanah, suseptibilitas magnetik
Fitoremediasi Limbah Laundry Kota Kendari Menggunakan Tanaman Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Sri Ambardini; Sitti Wirdhana Ahmad; Andi Asrul Amir
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 7, No 2 (2020): Biodiversitas on Asian Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1463.868 KB)

Abstract

This study aims to determine how much the ability of Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Plants to accumulate phosphate laundry waste from Kendari City and to determine the phytoremediation mechanism of laundry waste by calculating the bioconcentration factor (BCF) and translocation factor (TF) phosphate in Pandan plant was planted on media with varying concentrations of laundry waste. This type of experimental research was prepared based on the Completely Randomized Design (CRD) pattern consisting of control P0 (1,000 mL water) and 4 treatments: P1 (250 mL laundry waste + 750 mL water), P2 (500 mL laundry waste + 500 mL water), P3 (750 mL laundry waste + 250 mL water) and P4 (1,000 mL laundry waste). Data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA). The results showed that the largest accumulation of laundry waste phosphate in Pandan Wangi plants was in treatment P4 (0.071%), then P3 (0.063%), P2 (0.061%), P1 (0.059%) and P0 (0.055%). Based on the Anova test, the average of each treatment was not significantly different from the control of laundry waste phosphate accumulation. The Pandan Wangi plant (Pandanus amaryllifolius Roxb.) was able to phytoremediation laundry waste through a phytoextraction mechanism with BCF <1 and TF> 1 values. Keywords: Phytoremediation, Pandananus amaryllifolius Roxb. , Bioconcentration, Translocation, Laundry Waste. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan tanaman Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) mengakumulasi fosfat limbah laundry yang berasal dari kota Kendari dan untuk mengetahui mekanisme fitoremediasi limbah laundry dengan menghitung faktor biokonsentrasi (BCF) dan faktor translokasi (TF) fosfat dalam tanaman Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) yang ditanam pada media dengan variasi konsentrasi limbah laundry. Jenis penelitian eksperimental disusun berdasarkan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari  kontrol P0 (1.000 mL air) dan 4 perlakuan: P1 (250 mL limbah laundry + 750 mL air), P2 (500 mL limbah laundry + 500 mL air), P3 (750 mL limbah laundry + 250 mL air) dan P4 (1.000 mL limbah laundry). Data dianalisis menggunakan Analysis of Varian (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa akumulasi fosfat limbah laundry dalam tanaman Pandan Wangi, terbesar pada perlakuan P4 (0,071 %), kemudian P3 (0,063 % ), P2 (0,061%), P1 (0,059 %) dan P0 (0,055 %). Berdasarkan uji Anova, rata – rata setiap perlakuan tidak berbeda nyata dengan kontrol terhadap akumulasi fosfat limbah laundry. Tanaman Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) bersifat indikator dan mampu melakukan fitoremediasi limbah laundry melalui mekanisme fitoekstraksi dengan nilai BCF < 1 dan TF > 1. Kata Kunci: Fitoremediasi, Pandan Wangi, Biokonsentrasi, Translokasi, Limbah  laundry.
Potensi Tanaman Azolla sebagai Pakan Ternak di Nusa Tenggara Timur (NTT) Asrul Asrul; Dede Rival Novian
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 7, No 2 (2020): Biodiversitas on Asian Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1206.848 KB) | DOI: 10.33772/biowallacea.v7i2.14429

Abstract

One of the main problems in the world of livestock is the high cost of feed. About 50-70% of the farm's operational costs are used up for the provision of feed. One alternative animal feed that can be used is the Azolla plant. Azolla plant is known as a fern plant that generally floats on water and is one of the plants that has a high protein content. East Nusa Tenggara (NTT), especially Kupang regency, is known as one of the beef cattle producing areas, but over time the availability of feed has decreased. Therefore there needs to research on the potential of Azolla which lives in the Kupang district to be used as animal feed. Morphological identification, proximate analysis of nutrient content, and watercontent of Azolla were the methods used in this study. The result is that the type of Azolla found is the type of Azolla microphylla. The proximate test showed that the crude protein content was 16,81%, crude fat was 2,80%, the extract without nitrogen (BETN) was 24,03%, and the crude fiber was 24,03. The water nutrient analysis showed that Azolla microphylla lived water with an average pH of 7,85, with a dissolved oxygen content of 7,4 ppm, NO2-N 0,004 ppm, and PO4-P with a level of 0,135 ppm. Azolla microphylla that lives in Kupang district, East Nusa Tenggara (NTT), has the potential to be used as animal feed.AbstrakSalah satu persoalan utama dalam dunia peternakan adalah tingginya biaya untuk pakan. Sekitar 50-70% biaya operasional peternakan habis untuk penyediaan pakan. Salah satu alternatif pakan ternak yang bisa digunakan adalah tanaman azolla. Tanaman azolla dikenal sebagai tanaman paku-pakuan yang umumnya mengapung diatas air dan merupakan salah satu tanaman yang kandungan proteinnya tinggi. Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya kabupeten Kupang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil sapi potong, namun seiring berjalannya waktu ketersedian pakan semakin menurun. Oleh karena itu perlu ada penelitian tentang potensi Azolla yang hidup di kabupaten Kupang untuk dijadikan pakan ternak. Identifikasi morfologi, analisis proksimat kandungan nutrient dan anilisis kandungan air azolla merupakan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Hasilnya jenis azolla yang ditemukan merupaka tipe Azolla microphylla. Uji proksimat menunjukkan kandungan protein kasarnya 16,81%, lemak kasar 2,80%, bahan ekstrak tampa nitrogen (BETN) 24,03%, dan serat kasarnya 24,03. Analisis nutrien airnya menunjukkab bahwa Azolla microphylla hidup air yang pH nya rata rata 7,85 dengan kandungan oksigen terlalut 7,4 ppm, NO2-N 0,004 ppm dan PO4-P dengan kadar 0,135 ppm. Azolla microphylla yang hidup di kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mempunyai potenis untuk dijadikan sebagai pakan ternak. Kata kunci: Pakan Ternak, Azolla. Nusa Tenggara Timur (NTT)
Pertumbuhan Tumbuhan Legum (Calopogonium mucunoides Desv.) yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Nikel dengan Pemberian Logam Nikel (II) Nitrat Nurhayu Malik; Sri Ambardini; Nyoman Adrini
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 7, No 2 (2020): Biodiversitas on Asian Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1264.539 KB)

Abstract

The aims of this study was to determine the growth legum plant organs Calopogonium mucunoides Desv. on nickel post-mining soil which is nickel (II) Nitrate. This type of research was experimental using RAL consisting of control and treatment of Ni metal concentrations with a level of 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm and 500 ppm with 4 replications respectively. This research was conducted in a green house majoring in Biology and lasted for 74 days. Growth parameters included plant height, stem diameter,and number of leaves. Data were analyzed by one-way ANOVA test and continued with BNT and DMRT tests. The results showed that the treatment given Ni metal significantly affected all growth parameters.   Keywords: Growth, heavy metalaccumulation, Calopogonium mucunoides Desv., nickel post-mining soil, NickelAbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan organ tumbuhan legum Calopogonium mucunoides Desv. pada tanah pasca tambang nikel yaitu nikel (II) Nitrat. Jenis penelitian ini adalah eksperimental menggunakan RAL yang terdiri dari kontrol dan perlakuan konsentrasi logam Ni dengan taraf 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm dengan 4 kali ulangan. Penelitian ini dilakukan di green house jurusan Biologi dan berlangsung selama 74 hari. Parameter pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun. Data dianalisis dengan uji ANOVA satu arah dan dilanjutkan dengan uji BNT dan DMRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan logam Ni berpengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan.Kata kunci: Pertumbuhan, akumulasi logam berat, Calopogonium mucunoides Desv., Tanah pasca tambang nikel, Nikel