cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik Sipil
ISSN : 08532982     EISSN : 25492659     DOI : 10.5614/jts
Core Subject : Engineering,
Jurnal Teknik Sipil merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan berkala setiap tiga bulan, yaitu April, Agustus dan Desember. Jurnal Teknik Sipil diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 1990 dengan membawa misi sebagai pelopor dalam penerbitan media informasi perkembangan ilmu Teknik Sipil di Indonesia. Sebagai media nasional, Jurnal Teknik Sipil diharapkan mampu mengakomodir kebutuhan akan sebuah media untuk menyebarluaskan informasi dan perkembangan terbaru bagi para peneliti dan praktisi Teknik Sipil di Indonesia. Dalam perkembangannya, Jurnal Teknik Sipil telah terakreditasi sebagai jurnal ilmiah nasional sejak tahun 1996 dan saat ini telah terakreditasi kembali (2012-2017). Dengan pencapaian ini maka Jurnal Teknik Sipil telah mengukuhkan diri sebagai media yang telah diakui kualitasnya. Hingga saat ini Jurnal Teknik Sipil tetap berusaha mempertahankan kualitasnya dengan menerbitkan hanya makalah-makalah terbaik dan hasil penelitian terbaru.
Arjuna Subject : -
Articles 964 Documents
Penggunaaan Terak Nikel Sebagai Agregat Beton Pemberat Pipa Gas Lepas Pantai Sugiri, Saptahari; Soemardi, Biemo W.; Sutha, Gde Pradnyana; Louis, Louis
Jurnal Teknik Sipil Vol 12, No 4 (2005)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.341 KB)

Abstract

Abstrak. Terak nikel merupakan produk limbah industri nikel yang banyak terdapat di Soroako, Sulawesi Selatan dan merupakan hasil limbah industri nikel PT. INCO. Dalam seminggu limbah terak nikel yang dihasilkan   mencapai 48679 ton. Terak nikel memiliki bobot yang berat sehingga sangat cocok digunakan sebagai bahan agregat beton pemberat pipa. Dengan semakin berkembangnya explorasi gas lepas pantai, maka penggunaan beton pemberat pipa gas semakin meningkat, dan oleh karenanya terak nikel menjadi sangat potensial untuk digunakan sebagai agregat beton pemberat karena bobotnya yang berat dan jumlah terak nikel yang sangat banyak. Berdasarkan hasil penelitian beton pemberat agregat terak nikel, dengan metoda ACI didapat kuat tekan 50.77 Mpa, kemudian campuran tersebut memenuhi persyaratan absorpsi beton dibawah 5% yaitu 0.69% dan berat jenis beton pipa pemberat terak nikel didapat 3267 kg/m3.Abstract. Nickel slag is a by-product from “PT INCO”, a nickel mining industry in Soroako, South Celebes. The quantity of nickel slag product can reach to 48679 tons per week. Nickel slag has a very heavy weight thus making it suitable for use as aggregate material in concrete for weighted pipes. The rapid expansion of offshore gas explorations has given rise to the need and development of weighted pipes, and therefore nickel slag is very potential for use as aggregate in concrete for weighted pipes due to its heavy weight and abundance as by-product. Research studies on concrete for weighted pipes using nickel slag aggregate using ACI method resulted in a compression strength of 50,77 Mpa. Furthermore the mixture complies with the requirement for concrete absorption to be lower then 5% which is 0,69%, and the specific gravity is 3267 kg/m3.
Model Hak Guna Air dan Insentif / Disinsentif Bagi Pemerintah Otonomi Kabupaten / Kota di Jawa Barat (Studi Kasus DAS Cimanuk – Jawa Barat) Natasaputra, Suardi; Tuah, Hang; Legowo, Sri; Soekarno, Indratmo
Jurnal Teknik Sipil Vol 13, No 2 (2006)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.286 KB)

Abstract

Abstrak. Penelitian ini mempelajari model hak guna air (HGA) dan model insentif / disinsentif bagi daerah otonom kabupaten yang diformulasikan berdasarkan kondisi tataguna lahan dan karakteristik alamiah daerah aliran sungai (DAS). Tujuannya untuk meningkatkan sinergitas dan keterpaduan pengelolaan SDA secara keseluruhan DAS. Karena air merupakan komoditas yang vital dan esensial serta rawan konflik dalam kehidupan manusia, model HGA pada masing-masing daerah otonom didasarkan atas ketersediaan air pada setiap kabupaten/kota berdasarkan hujan rata-rata tahunan yang jatuh pada wilayah kabupaten/kota (daerah otonom) dikurangi debit minimum untuk menjaga kelestarian biota sungai. Model insentif/disinsentif didasarkan pada parameter sisa HGA suatu daerah otonom yang dapat dimanfaatkan oleh daerah otonom lainnya. Parameter tersebut dalam model diinterpretasikan sebagai koefisian manfaat (Cm), koefisien sisa (Cs), dan koefisien bobot (Cb). Besarnya insentif bagi kabupaten surplus air adalah perkalian dari koefisien-koefisien tadi dengan jumlah pendapatan daerah seluruh DAS (hasil hak guna usaha air). Simulasi model pada DAS Cimanuk, menunjukan Kabupaten Garut, Sumedang, dan Majalengka memiliki HGA lebih besar dari jumlah pemakaiannya (surplus), sedangkan kabupaten Indramayu mengalami kekurangan (defisit). Kelebihan air dari 3 (tiga) kabupaten tersebut dimanfaatkan selain untuk memenuhi kebutuhan air di kabupaten Indramayu, juga untuk kabupaten Cirebon dan kota Cirebon sebagai tetangga terdekat. Daerah yang mendapat insentif pada DAS Cimanuk, adalah kabupaten Garut, Sumedang, dan Majalengka, dan yang mendapat disinsentif adalah kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Kota Cirebon. Upaya konservasi seperti perubahan pola tata guna lahan dan pembangunan waduk seperti waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang, sangat berpengaruh terhadap peningkatan penghasilan masing-masing daerah otonom. Model insentif bermafaat untuk mengatur pembagian peran dan bagi hasil pajak antara propinsi dan kabupaten didalam DAS.Abstract. This study observed water rights and incentive/disincentive models for autonomous kabupaten/kota which are formulated based on land management condition and natural characteristics of the related river basin. The objective of this research is to improve river basin management integratedly andsynergically. As water is a vital and essential commodity yet a sources a conflict in human life, water rights model in every autonomous government is based on the water availability in the related autonomous region (kabupaten/kota) taken from annual rainfall minus minimum discharge in order to keep river biota conservation. Incentive/disintencive model is based on the parameter of the remaining water rights in one autonomous region able to be benefited by other autonomous regions. This parameter is interpreted as beneficial coefficient (Cm), remaining coefficient (Cs), and weight coeffisient (Cb). The amount of incentive for kabupaten with water surplus is the multiplication of the abve mentions coeffients with the total number of income throughout those river basins (water rights outcome). Model simulation in the Cimanuk river basin showed that Kabupaten Garut, Sumedang, and Majalengka possess greater water rights from the point of view of their usage (surplus), whereas Kabupaten Indramayu experienced deficit. Water excesses from those three kabupaten is benefited to meet water requirement not only by Kabupaten Indramayu, but by Kabupaten Cirebon and Kota Cirebon as well as the nearest neighbours. The areas obtaining insentive from the Cimanuk river basin are Kabupaten Garut, Sumedang, and Majalengka, and those which obtaining disincentive are Kabupaten Indramayu, Cirebon and Kota Cirebon. The conservation efforts such as changing in land management pattern and dam construction like Jatigede dam at kabupaten Sumedang, strongly influenced to the increase of income of the related autonomous governments. The incentive model is very beneficial to arrange the distribution of role and tax sharing between provincial and the kabupaten governments within river basin.
Observasi Garis Freatis pada Model Bendungan Berdasarkan Kepadatan Tanah Melalui Model Fisik Azmeri, Azmeri; Rizalihadi, Maimun; Yanita, Irma
Jurnal Teknik Sipil Vol 20, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.689 KB)

Abstract

Abstrak. Kestabilan tubuh bendung tergantung pada besar kecilnya rembesan yang terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan mengamati pola aliran garis freatis yang terjadi pada tubuh bendungan serta menghitung debit rembesan yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan model tubuh bendungan yang terbuat dari tanah lempung kekuning-kuningan dengan memvariasikan tingkat kepadatan tanah sebesar 60%, 65%, dan 70%. Penelitian uji model menggunakan bejana kaca setebal 10 mm dengan panjang 180 cm, lebar 44 cm, dan tinggi 68 cm dengan skala 1 : 25 dari prototipenya. Penelitian ini memiliki 3 variasi tinggi air tampungan, yaitu 35 cm, 45 cm, dan 55 cm. Pola aliran rembesan ini dianalisis dengan menggunakan teori perhitungan aliran yaitu metode Dupuit, metode Schaffernak, dan metode Cassagrande. Pada penelitian ini, pada kondisi kepadatan tanah 60%, 65%, dan 70% hanya pada kondisi air tampungan 55 cm yang dapat memenuhi metode Cassagrande. Besar debit yang dihasilkan menurut perhitungan dan penelitian masing-masing untuk kepadatan 60%, 65%,70% adalah 6,015 x 10-6 cm3/det dan 8,07 x 10-6 cm3/det, 5,806 x 10-6 cm3/det dan 7,80 x 10-6 cm3/det, 5,372 x  10-6 cm3/det dan 7,21 x 10-6 cm3/det. Perbedaan debit dari hasil perhitungan dan penelitian menunjukkan kalibrasi pemodelan belum sempurna. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kepadatan tanah pada tubuh bendungan maka semakin kecil debit rembesan yang dihasilkan. Abstract. Stability of dam depends on the size of the seepage that occurs. The purpose of this study was to see and observe flow pattern of phreatic line occurred on dam body and calculate the resulting seepage discharge. This study used a model dam body made of yellowish clay with varying soil density 60%, 65%, and 70%. Model test study used 10 mm thick glass vessel with a length of 180 cm, width of 44 cm, height of 68 cm with a 1:25 scale of prototype. This study had three height variations of water level, which is 35 cm, 45 cm, and 55 cm. Seepage flow pattern was analyzed by using flow computation theories, namely Dupuit, Schaffernak, and Cassagrande method. The discharge resulting from the calculation and physical modelling each soil density are for 60%, 65%, 70% was6,015 x 10-6 cm3/det and 8,07x10-6 cm3/det, 5,806 x 10-6 cm3/det and 7,80 x 10-6 cm3/det, 5,372 x 10-6 cm3/det and 7,21 x 10-6 cm3/det Differences in discharge from the calculation and studies indicated that the calibration models were not perfect. The results obtained show that the higher the density of the soil on the dam body, the smaller the resulting seepage discharges.
Perbandingan Kinerja Pendekatan Simulasi dan Analitis pada Kasus Perhitungan Dampak Konsumsi Float Aktivitas Nonkritis dalam Penjadwalan Proyek Wibowo, Andreas
Jurnal Teknik Sipil Vol 14, No 2 (2007)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.482 KB)

Abstract

Abstrak. Tulisan ini membandingkan hasil perhitungan menggunakan pendekatan simulasi dan analitik dampak konsumsi waktu ambang aktivitas nonkritis terhadap skedul dan biaya proyek. Dasar teori yang digunakan untuk analisis adalah teori reliabilitas yang populer dikombinasikan dengan beberapa pendekatan seperti probabilistic network evaluation technique (PNET) dan transformasi Rosenblatt. Kedua pendekatan menghasilkan kesimpulan bahwa pengunduran aktivitas nonkritis meski belum melebihi waktu ambang total yang dimiliki tetap berpengaruh negatif terhadap jadwal dan biaya proyek. Secara probalistik konsumsi waktu ambang yang bertambah mengakibatkan waktu penyelesaian proyek bertambah yang pada gilirannya meningkatkan biaya total proyek. Hasil perbandingan menunjukkan meski tidak ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya, dalam beberapa hal pendekatan analitik berkinerja lebih baik daripada pendekatan simulasi dalam kekonsistenan menjelaskan hubungan yang terjadi antara jadwal, biaya, dan konsumsi waktu ambang.Abstract. This paper compares the computational results of using simulation and analytical approaches on the impact of float consumption on the total project cost and schedule. The base theories employed for analysis are wellknown reliability theories combined with approximation methods such as probabilistic network evaluation technique (PERT) and Rosenblatt transformation. The two approaches arrive at a conclusion that delay in an noncritical activity despite not exceeding total float remains to severely affect the project schedule and cost. Probabilistically, an increase in float consumption escalates the time completion of project which in turn increases the total project cost. The comparison results exhibit that although substantial difference is not observable, insome respects the analytical approach outperforms the simulation one in terms of consistency of explaining the relationship among schedule, cost, and float consumption.
Kajian Analitik dan Eksperimental Frekuensi Sistem Struktur Braced Monopod Anjungan Lepas Pantai Rizaldi, Adi; Nasution, Amrinsyah
Jurnal Teknik Sipil Vol 20, No 3 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.225 KB)

Abstract

Abstrak. Anjungan lepas pantai (offshore platform) dengan sistem struktur braced monopod menerima beban layan dan beban lingkungan gelombang, arus, angin, dan gempa. Beban gelombang merupakan beban lingkungan yang berpengaruh pada anjungan lepas pantai (offshore platform). Oleh karena itu, perlu dievaluasi sensitivitas tanggap anjungan lepas pantai (offshore platform) tersebut pada tingkat kenyamanan layan sistem struktur. Dilakukan kajian eksperimental di laboratorium pada sistem struktur portal ruang tiga kaki satu lantai dengan pembebanan impact (impulse) untuk melihat pengaruh peredam eksternal (Tuned Mass Damper (TMD) spons dan kabel peredam dashpot) dalam mereduksi tanggap (perpindahan dan percepatan), frekuensi natural, dan damping ratio sistem struktur. Hasil eksperimen menunjukkan redaman eksternal (TMD spons dan kabel peredam dashpot) cukup efektif meningkatkan nilai damping ratio, mereduksi tanggap struktur (perpindahan dan percepatan), namun kurang efektif mereduksi frekuensi alami struktur. Frekuensi yang relatif sama dibandingkan terhadap frekuensi sistem tanpa redaman eksternal memperlihatkan tidak signifikan tambahan kekakuan sistem oleh  peredam eksternal. Abstract. Braced monopod offshore structures are usually subjected to service and environmental loads such as current, wind, and earthquake. Wave is the environmental load that has dominant effect to offshore structures. Therefore, evaluation of responsivness of offshore structures must be done in level of comfort serviceability. Experimental study has been done in laboratory to 3D model of one story frame structure with three legs. The dynamic external load was impact load to observe effect of external damper (tuned mass damper (TMD)-sponge and dashpot cable damper) to obtain responses (displacement and acceleration), natural frequencies, and damping ratios of structural system. Experimental results showed that external damper (tuned mass damper (TMD)-sponge and dashpot  zable damper) are quite effective to increase damping ratio and to reduce responses (displacement/acceleration) of structures. They were less effective to reduce natural frequencies of the structures. The frequency from experimental study of which structure without external damper compared to structure with external damper added, are not significant in differences; showed that added stiffness on structures by external damper is insignificance.
Persamaan Gelombang Nonlinier pada Dasar Perairan Miring Hutahean, Syawaluddin
Jurnal Teknik Sipil Vol 15, No 1 (2008)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.503 KB)

Abstract

Abstrak. Paper ini merupakan kelanjutan dari paper sebelumnya yang ditulis oleh Hutahaean (2007b) dimana persamaan dikembangkan untuk kondisi dasar perairan datar dan Hutahaean (2007c) untuk dasar perairan miring. Pengembangan yang dilakukan adalah dengan mengerjakan persamaan momentum terbatas pada perumusan persamaan dispersi. Selain itu diformulaskan juga persamaan shoaling dimana pada perhitungan shoaling diperairan dangkal terlihat terjadinya fenomena breaking. Abstract. This paper is an extension of earlier paper written by Hutahaean (2007b) for flat bottom and Hutahaean (2007c) for sloping bottom. The improvement is the application of limited momentum equation in derivation of dispersion equation. In this paper equation of shoaling is also derived where shoaling calculation in shallow water show breaking phenomena.
Rasio Ikatan Pembuluh sebagai Substitusi Rasio Modulus Elastisitas pada Analisa Layer System pada Bilah Bambu dan Bambu Laminasi Bahtiar, Effendi Tri; Nugroho, Naresworo; Karlinasari, Lina; Darwis, Atmawi; Surjokusumo, Surjono
Jurnal Teknik Sipil Vol 21, No 2 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1007.219 KB)

Abstract

Abstrak. Anatomi bambu disusun oleh sel-sel yang heterogen. Komponen anatomi bambu yang memberikan sumbangan terbesar pada sifat mekanisnya adalah ikatan pembuluh, sehingga kerapatan ikatan pembuluh dapat digunakan sebagai variabel dasar untuk menganalisa sifat mekanis bambu. Kerapatan ikatan pembuluh bergradasi dari tepi hingga ke dalam bambu sehingga dapat diturunkan suatu fungsi linier ataupun non linier sebagai pendekatannya. Rasio modulus elastisitas (E) yang lazim digunakan pada metode transformed cross section, pada penelitian ini dicoba diganti dengan rasio ikatan pembuluh dengan asumsi bahwa keduanya adalah ekuivalen. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat nilai korelasi Pearson yang tinggi antara hasil teoritis dan hasil empiris, sedangkan hasil uji t-student data berpasangan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara keduanya. Dengan demikian model transformasi yang diturunkan dapat digunakan untuk melakukan analisa layer system pada bilah bambu maupun bambu laminasi dengan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. Dari ketiga model transformasi terpilih (linier, logaritmik, dan power) model power adalah model yang terbaik karena menghasilkan nilai yang paling mendekati data empiriknya.Abstract. Bamboo anatomy is constructed from many types of cells. Vascular bundles are the cells which give the highest contribution to the bamboo strength, thus the density distribution of vascular bundles could be used as the main variable for analyzing the layer system of bamboo strip and laminated bamboo. The density of vascular bundles distribution degrade from outer to inner in a regular manner which could be fitted by linear and nonlinear function. Ratio of modulus of Elasticity (E) which widely used in transformed cross section method for analyzing the layered system was substituted by ratio of density distribution of vascular bundles within assumption that both are highly correlated. The data in this study proved that there was high Pearson’s correlation between the theoretical and empirical result, and the paired t-student test also showed both were not significantly different; thus the new method could be applied in very good result. There are three model applied in this study namely linear, logarithm, and power. Power model is the best among others since its theoretical results the nearest estimation to the empirical measurement.
Peta Respons Spektrum Provinsi Sumatera Barat untuk Perencanaan Bangunan Gedung Tahan Gempa Delfebriyadi, Delfebriyadi
Jurnal Teknik Sipil Vol 16, No 2 (2009)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1122.113 KB)

Abstract

Abstrak. Gempa aceh pada bulan Desember 2004 silam telah membuktikan zona sumber gempa subduksi Sumatera mampu menghasilkan magnitude Mw9,0 yang hampir setara dengan kejadian gempa pada zona subduksi di sekitar kepulauan Mentawai pada tahun 1883. Berdasarkan pertimbangan itu, dilakukan studi analisis hazard kegempaan pada wilayah Provinsi Sumatera Barat berdasarkan kriteria desain yang disyaratkan dalam SNI-1726-2002, yaitu untuk umur bangunan 50 tahun dan nilai kemungkinan terlampaui 10%. Analisa tersebut dilakukan berdasarkan teori probabilitas total dengan memanfaatkan perangkat lunak EQRISK yang dimodifikasi dan menggunakan pemodelan sumber gempa 2-D berdasarkan kajian seismotektonik dan identifikasi regional fault. Respons spektra desain di permukaan tanah diperkirakan berdasarkan faktor amplifikasi yang mengacu pada NEHRP 1997 berdasarkan spektra percepatan di batuan dasar untuk periode 0,2 detik dan 1,0 detik. Hasil akhir yang diperoleh adalah peta spektral percepatan pada lapisan batuan dasar di wilayah Provinsi Sumatera Barat dan respons spekra desain permukaan tanah dengan periode ulang 500 tahun.Abstract. The big earthquake event acted in Desember, 2004, shows that the subduction zone of the Sumatran trench is able to produce the magnitude 9,0 which is almost equal with the magnitude of the big earthquake event on Mentawai island in 1883. Therefore, a seismic hazard analysis was conducted on area of province West Sumatera to evaluate the significant code which develops based on SNI-1726-2002, that implements spectral hazard for 10 % probability of exceedance in building life time period of 50 years. The analyses were carried out using 2-D earthquake source model and the seismic hazard analysis software named EQRISK that is based on the total probability theorm. The design response spectrum on site ground surface are approximated by the amplification factor of NEHRP 1997 codes on spectral periods of 0,2 second and 1,0 second. The final result of this study are the spectral acceleration maps on the bedrock of province West Sumatera, and the design response spectrum on site ground surface for return period of 500 years.
Kualitas Papan Zephyr Pelepah Sawit dan Papan Komposit Komersial Sebagai Bahan Bangunan Wardani, Lusita; Massijaya, Muhamad Yusram; Hadi, Yusuf Sudo; Darwaman, I Wayan
Jurnal Teknik Sipil Vol 22, No 2 (2015)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.08 KB) | DOI: 10.5614/jts.2015.22.2.2

Abstract

Abstrak. Papan zephyr dapat dibuat dari pelepah sawit dari limbah perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan membandingkan kualitas Papan Zephyr Pelepah Sawit (PZP) dengan beberapa jenis papan bio-komposit komersial (plywood, papan blok dan papan partikel) yang ada dipasar berdasarkan sifat fisis-mekanisnya. PZP yang dibandingkan adalah papan zephyr dibuat dari 3 lapis lembaran zephyr yang disusun bersilang dengan perekat urea formaldehida. Papan komposit komersial diambil secara acak di toko bahan bangunan. Hasil penelitian diperoleh PZP 3 lapis, plywood, papan blok dan papan partikel masing-masing mempunyai kerapatan 0.79 g cm⁻³, 0.81 g.cm⁻³, 0.40 g.cm⁻³ dan 0.67 g.cm⁻³. Nilai rata-rata MOE masing-masing adalah 617.6(x10² kg.cm⁻²), 728.47 (x10² kg.cm⁻²), 398.74 (x10² kg.cm⁻²) dan 199.22(x10² kg.cm⁻²) dan MOR 405 kg cm⁻², 541 kg cm⁻²., 207 kg cm⁻². dan 119 kg cm⁻² serta kuat pegang sekrup masing-masing, 88.49 kg, 92 kg, 53.6 kg dan 61.4 kg. Papan zephyr hasil pengolahan limbah pelepah sawit ternyata mempunyai kualitas yang sama baiknya dengan plywood, bahkan lebih baik daripada papan blok dan papan partikel yang diuji. Abstract. Zephyr board can be made from oil palm petiole, the waste from oil palm plantation. The objective of this study was to compare the quality of palm petiole zephyr board (PPZB) and the quality of several types of commercial biocomposite boards (plywood, block board, and particle board) available in market based on their physicalmechanical properties. PPZB that was compared was the zephyr board made from 3 layers of zephyr strands arranged crossly with urea formaldehyde adhesive. The target density was 0.8 g cm⁻³, and the board size was 300 mm x 300 mm x 10 mm at a pressing temperature of 120 ⁰C, and a pressure of 25 kg cm⁻² for 10 minutes. The commercial composite boards were taken randomly from a hardware store. The results of the study showed that3-layer PPZB, plywood, block board and particle board each had the density of 0.79 g cm⁻³, 0.81 g.cm⁻³, 0.40 g.cm⁻³ and 0.67 g.cm⁻³, respectively. The respective average value of MOE of each board was 617.6(x10² kg.cm⁻²), 728.47(x10² kg.cm⁻²), 398.74 (x10² kg.cm⁻²) and 199.22(x10² kg.cm⁻²), and that of MOR of each board was 405 kg cm⁻², 541 kg cm⁻², 207 kg cm⁻², and 119 kg cm⁻², while the screw holding strength of each was 88.49 kg, 92 kg, 53.6 kg and 61.4 kg, respectively.
3D Nonlinear Parallel FEM for Analyzing Dynamic Response of the Large- Scale Saturated Soil Layers-Civil Structures Interaction Problem (Part I: Formulation and its Numerical Solution) Tanjung, Jafril
Jurnal Teknik Sipil Vol 17, No 2 (2010)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.844 KB)

Abstract

Abstract. In this analytical study a 3D nonlinear parallel FEM algorithm was developed to overcome the physical limitation of a single processor computer when analysing the dynamic response of interaction between a large-scale saturated soil layers and civil structures. The parallel algorithm was derived based on the Domain Decomposition Method (DDM) such that a boundary value problem can be converted into an interface problem. The DDM was used to partite a whole of analytical domain into several non-overlapping subdomains. One feature of the current algorithm is most parts of the computation processes are performed in subdomain basis without interprocessor communication. The interprocessor communication is only take place when solving the interface problem. An iterativesolver of the Conjugate Gradient (CG) algorithm incorporating with the interprocessor communication based on hypercube networking was used to solve it interface problem. Abstrak. Dalam studi analitik ini, algoritma paralel elemen hingga non-linier dikembangkan untuk mengatasi kelemahan dari kemampuan komputer berprosesor tunggal dalam menganalisis tanggap dinamik pada masalah interkasi antara lapisan tanah jemuh dan struktur sipil dalam skala besar. Algoritma paralel dijabarkan berdasarkan motode dekomposisi domain untuk mengubah masalah nilai batas ke masalah interfes. Metode dekomposisi domain digunakan untuk membagi keseluruhan domain yang dinalisis menjadi beberapa subdomain yang tidak saling overlap. Keungulan dari algiritma yang dikembangkan ini adalah sebagian besar proses perhitungan dilakukan dalam basis subdomain tanpa adanya komunikasi antar prosesor. Komunikasi antar prosesor hanya dilakukan ketika menyelesaikan masalah interfes. Metode iteratif Conjugate Gradient, yang digabungkan dengan komunikasi antar prosesor berbasiskan jejaring hypercube, digunakan untuk menyelesaikan masalah interfes tersebut.

Filter by Year

2003 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 32 No 2 (2025): Jurnal Teknik Sipil - Edisi Agustus Vol 32 No 1 (2025): Jurnal Teknik Sipil - Edisi April Vol 31 No 3 (2024): Jurnal Teknik Sipil - Edisi Desember Vol 31 No 2 (2024): Jurnal Teknik Sipil - Edisi Agustus Vol 31 No 1 (2024): Jurnal Teknik Sipil - Edisi April Vol 30 No 3 (2023): Jurnal Teknik Sipil Vol 30 No 2 (2023): Jurnal Teknik Sipil Vol 30 No 1 (2023): Jurnal Teknik Sipil Vol 29 No 3 (2022): Jurnal Teknik Sipil Vol 29 No 2 (2022): Jurnal Teknik Sipil Vol 29 No 1 (2022): Jurnal Teknik Sipil Vol 28 No 3 (2021): Jurnal Teknik Sipil Vol 28 No 2 (2021): Jurnal Teknik Sipil Vol 28 No 1 (2021): Jurnal Teknik Sipil Vol 27 No 3 (2020) Vol 27 No 2 (2020) Vol 27 No 1 (2020) Vol 27, No 1 (2020) Vol 26, No 3 (2019) Vol 26 No 3 (2019) Vol 26 No 2 (2019) Vol 26, No 2 (2019) Vol 26, No 1 (2019) Vol 26, No 1 (2019) Vol 26 No 1 (2019) Vol 25, No 3 (2018) Vol 25, No 3 (2018) Vol 25 No 3 (2018) Vol 25, No 2 (2018) Vol 25 No 2 (2018) Vol 25, No 1 (2018) Vol 25 No 1 (2018) Vol 24, No 3 (2017) Vol 24 No 3 (2017) Vol 24, No 2 (2017) Vol 24 No 2 (2017) Vol 24, No 2 (2017) Vol 24 No 1 (2017) Vol 24, No 1 (2017) Vol 23, No 3 (2016) Vol 23 No 3 (2016) Vol 23 No 2 (2016) Vol 23, No 2 (2016) Vol 23 No 1 (2016) Vol 23, No 1 (2016) Vol 22 No 3 (2015) Vol 22, No 3 (2015) Vol 22, No 2 (2015) Vol 22 No 2 (2015) Vol 22, No 1 (2015) Vol 22 No 1 (2015) Vol 21 No 3 (2014) Vol 21, No 3 (2014) Vol 21 No 2 (2014) Vol 21, No 2 (2014) Vol 21, No 1 (2014) Vol 21 No 1 (2014) Vol 20 No 3 (2013) Vol 20, No 3 (2013) Vol 20, No 2 (2013) Vol 20 No 2 (2013) Vol 20 No 1 (2013) Vol 20, No 1 (2013) Vol 19, No 3 (2012) Vol 19 No 3 (2012) Vol 19 No 2 (2012) Vol 19, No 2 (2012) Vol 19 No 1 (2012) Vol 19, No 1 (2012) Vol 18, No 3 (2011) Vol 18 No 3 (2011) Vol 18, No 2 (2011) Vol 18 No 2 (2011) Vol 18 No 1 (2011) Vol 18, No 1 (2011) Vol 17, No 3 (2010) Vol 17 No 3 (2010) Vol 17 No 2 (2010) Vol 17, No 2 (2010) Vol 17, No 1 (2010) Vol 17 No 1 (2010) Vol 16, No 3 (2009) Vol 16 No 3 (2009) Vol 16 No 2 (2009) Vol 16, No 2 (2009) Vol 16 No 1 (2009) Vol 16, No 1 (2009) Vol 15, No 3 (2008) Vol 15 No 3 (2008) Vol 15, No 2 (2008) Vol 15 No 2 (2008) Vol 15, No 1 (2008) Vol 15 No 1 (2008) Vol 14 No 4 (2007) Vol 14, No 4 (2007) Vol 14, No 3 (2007) Vol 14 No 3 (2007) Vol 14 No 2 (2007) Vol 14, No 2 (2007) Vol 14, No 1 (2007) Vol 14 No 1 (2007) Vol 13, No 4 (2006) Vol 13 No 4 (2006) Vol 13, No 3 (2006) Vol 13 No 3 (2006) Vol 13 No 2 (2006) Vol 13, No 2 (2006) Vol 13, No 1 (2006) Vol 13 No 1 (2006) Vol 12 No 4 (2005) Vol 12, No 4 (2005) Vol 12, No 3 (2005) Vol 12 No 3 (2005) Vol 12 No 2 (2005) Vol 12, No 2 (2005) Vol 12 No 1 (2005) Vol 12, No 1 (2005) Vol 11, No 4 (2004) Vol 11 No 4 (2004) Vol 11, No 3 (2004) Vol 11, No 3 (2004) Vol 11 No 3 (2004) Vol 11, No 2 (2004) Vol 11 No 2 (2004) Vol 11, No 1 (2004) Vol 11 No 1 (2004) Vol 10, No 4 (2003) Vol 10 No 4 (2003) Vol 10 No 3 (2003) Vol 10, No 3 (2003) Vol 10, No 2 (2003) Vol 10 No 2 (2003) Vol 10 No 1 (2003) Vol 10, No 1 (2003) More Issue