cover
Contact Name
Muhammad Ikhwan Rizki
Contact Email
ikhwanrizki@unlam.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jps@unlam.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota banjarmasin,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Pharmascience
ISSN : 23555386     EISSN : 24609560     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Pharmascience memuat naskah hasil penelitian dan artikel review bidang kefarmasian. Naskah dapat berasal dari mahasiswa, dosen, peneliti, dan lembaga riset. Setiap naskah yang diterima redaksi Jurnal Pharmascience akan ditelaah oleh Mitra Bebestari dan Anggota Redaksi. Jurnal Pharmascience terbit 2 (dua) kali dalam setahun yaitu Februari dan Oktober. Redaksi menerima pemesanan Jurnal Pharmascience untuk berlangganan atau pembelian setiap terbitan.
Arjuna Subject : -
Articles 319 Documents
Penggunaan Obat Rasional (POR) dalam Swamedikasi pada Tenaga Kesehatan di STIKES Sari Mulia Banjarmasin Dewi Susanti Atmaja; Aprillia Rahmadina
Jurnal Pharmascience Vol 5, No 2 (2018): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v5i2.5792

Abstract

Swamedikasi merupakan kegiatan umum yang dilakukan oleh seseorang ketika sedang sakit. Swamedikasi yang tepat dengan pemberian informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan akan membantu proses penyembuhan pasien dengan mengoptimalkan terapi. Tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan tentang penggunaan obat rasional seharusnya memiliki perilaku positif dalam swamedikasi untuk dirinya sendiri dan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran swamedikasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di STIKES Sari Mulia terkait Penggunaan Obat Rasional (POR). Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode explanatory survey. Responden adalah tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat dan bidan) yang bekerja sebagai pengelola di STIKES Sari Mulia berjumlah 75 orang. Responden diminta untuk mengisi kuesioner suervei penggunaan obat rasional. Gambaran dari pengisian kuesioner tersebut terdapat 62,7% responden yang melakukan swamedikasi ketika sedang sakit dan responden yang mengetahui tentang penggunaan obat rasional hanya 80,0% dari total keseluruhan responden. Kata kunci: Penggunaan Obat Rasional (POR), swamedikasi, tenaga kesehatan Self-medication is common thing to do by someone if he or she gets sick. Right self medication with proper information given by health-workers can help patient’s healing process with optimizing therapy. Health-workers who have knowledge about rational use of medicine should have positive behavior in self-medication for themselves and patient’s. This research aimed to see how self-medication is done by health-workers at STIKES Sari Mulia with rational use of medicine. The design of this research is descriptive using explanatory survey method. Respondents are health-workers (doctor, pharmacist, nurse and midwife) who work at STIKES Sari Mulia with total of 75 persons. Respondents will be asked to fill a questionnaire about rational use of medicine. Questionnaire result shows about 62,7% of respondents do self-medication when they get sick and total respondents who know about rational use of medicine is only 80,0% of all respondents. Keywords: Rational use of medicine, self-medication, health-workers
Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) Lutfi Chabib; Oktavia Indrati; Muhammad Ikhwan Rizki
Jurnal Pharmascience Vol 2, No 1 (2015): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v2i1.5816

Abstract

Abstrak            Lidah buaya (Aloe vera) mengandung komponen seperti  acetylated mannans, polymannans, anthraquinone C-glycosides, anthrones, anthraquinones dan  berbagai jenis lectins. Komponen dalam lidah buaya yang bermanfaat sebagai laksatif adalah anthraquinon glycoside. Salah satu sediaan farmasi yang menarik adalah tablet effervescent, dimana bentuk sediaan ini mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya adalah mudah untuk dikonsumsi dan bisa dikembangkan variasi rasa, sehingga diharapkan masyarakat dapat tertarik untuk mengkonsumsi sediaan lidah buaya dalam bentuk tablet effervescent. Tujuan penelitian ini yaitu mendapat formulasi optimum dari  tablet effervescent ekstrak lidah buaya. Lidah buaya dihaluskan lalu dimaserasi. Ekstrak lidah buaya diformulasi dalam empat bentuk formula yang berbeda dengan metode peleburan. Dilakukan pemeriksaan sifat fisik granul dan tablet yang terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan lidah buaya (Aloe vera) dapat diformulasikan kedalam sediaan tablet  effervescent. Dari data evaluasi formulasi sediaan tablet effervescent lidah buaya (Aloe vera) yang paling baik untuk dibuat tablet effervescent yaitu formula I yang berisi granul ekstrak 150 mg, laktosa 1890 mg, asam sitrat 100 mg, asam tartat 300 mg, natrium bikarbonat 400 mg, PEG 6000 60 mg, aspartame 100 mg, dan pengaroma secukupnya. Kata Kunci: Aloe vera, tablet effervescent, formulasi AbstractAloe vera containing components such as acetylated mannans, polymannans, anthraquinone C-glycosides, anthrones, anthraquinones and various types of lectins. Components in aloe vera useful as laksatife is anthraquinon glycoside. One of the interesting pharmaceutical preparations is effervescent tablets, where has several advantages, is easy to take the variation flavors, so hopefully people can be interested to consume aloe vera preparations in the form of effervescent tablets. The purpose of this study was to get optimum formulation of Aloe vera effervescent tablets. Aloe vera is pulverized and then macerated. Aloe vera extract was formulated in six different formulas with fusion method. Then, physical properties of the granules and tablets were examinated. Results showed aloe (Aloe vera) could be formulated into effervescent tablets. The best formula for Aloe vera effervescent tablets was formula I which containing 150 mg of granule extract 150 mg, 1890 mg of lactose, 100 mg of citric acid, 300 mg of tartat acid, 400 mg of sodium bicarbonate, 60 mg of PEG 6000, 100 mg of aspartame, and flavor to taste. Keywords: Aloe vera, effervescent tablets, formulation  
Uji Antioksidan Senyawa Terpenoid Dari Fraksi M-17 Ekstrak Metilena Klorida Kulit Batang Tumbuhan Kasturi (Mangifera casturi) Budi Prayitno; Kholifatu Rosyidah; Maria Dewi Astuti
Jurnal Pharmascience Vol 3, No 1 (2016): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v3i1.5832

Abstract

 ABSTRAK  Penelitian tentang isolasi senyawa dari ekstrak metilen klorida telah dilakukan. Hasil analisis diduga senyawa tersebut adalah senyawa (23-E)-27-nor-3β-hidroksisikloart-23-en-25-on. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikril hidrazil). Vitamin C digunakan sebagai kontrol positif. Senyawa 1 memiliki nilai IC50 sebesar 6.751 ppm dan IC50 vitamin C sebesar 2,98 ppm, sehingga senyawa ini tidak aktif antioksidan.  Kata kunci: Mangifera  casturi., antioksidan, triterpenoid  ABSTRACT Research on the isolation of compounds from the fraction of M 17 of methylene chloride extract has been done. The suspected compound is (23-E)-27-nor-3β-hydroxycycloart-23-ene-25-one. The aims of this study were to determine the antioxidant activity against DPPH radical fraction isolates extracts of plants kasturi to DPPH. The antioxidant activity assay was conducted by DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl) method, vitamin C using as a positive control. Compound 1 has an IC50 value of 6.751 ppm while the value of IC50 for vitamin C was 2,98 ppm, so the compound is not an active antioxidant compounds.  Key words: Mangifera casturi, Antioxidant, triterpenoid 
Uji Aktivitas Infusa Akar Tawas Ut (Ampelocissus rubiginosa L.) Sebagai Hepatoprotektor Terhadap Mencit Putih Jantan Balb/C Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (CCl4) Karunita Ika Astuti; Khoerul Anwar; Agung Biworo
Jurnal Pharmascience Vol 3, No 2 (2016): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v3i2.5739

Abstract

Hepatoprotektor adalah senyawa atau zat yang berkhasiat melindungi sel hati terhadap pengaruh zat toksik yang dapat merusak hati. Tumbuhan Tawas ut (Ampelocissus rubiginosa L.) merupakan tanaman yang secara empiris digunakan oleh masyarakat Kalimantan Tengah sebagai hepatoprotektor. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan bukti, mengetahui dosis efektif, dan gambaran kerusakan hati mencit sebagai efek hepatoprotektor ekstrak infusa akar tawas ut pada mencit jantan Balb/C. Penelitian dilakukan dengan pemberian infusa akar tawas ut pada dosis 30%, 40%, dan 50% selama 7 hari pada mencit putih jantan yang kemudian diinduksi karbon tetraklorida (CCl4). Penelitian untuk melihat nilai SGPT dan SGOT pada serum darah serta histopatologi hati. Metode menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan dibagi menjadi 6 kelompok dengan 5 kali pengulangan. Kontrol positif menggunakan Hepa-Q dan kontrol negatif menggunakan CCl4. Hasil paling efektif dari semua kelompok terdapat pada dosis 30% dengan nilai SGPT dan SGOT sebesar 97,80 ± 18,40 U/L dan 157,00 ± 16,914 U/L, sedangkan untuk kontrol negatif memiliki nilai 375,80 ± 96,693 U/L pada SGPT dan 435,60 ± 96,432 U/L pada SGOT. Gambaran kerusakan hati secara histopatologi menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok positif dengan kelompok dosis 30% yang juga pada kelompok normal, sehingga menunjukkan adanya daya hepatoprotektor infusa tawas ut pada dosis 30%. Kata Kunci : infusa, akar tawas ut, Ampelocissus rubiginosa L., hepatoprotektor.
Rendemen dan Flavonoid Total Ekstrak Etanol Kulit Batang Bangkal (Nauclea subdita) dengan Metode Maserasi Ultrasonikasi Destria Indah Sari; Liling Triyasmono
Jurnal Pharmascience Vol 4, No 1 (2017): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v4i1.5755

Abstract

ABSTRAK Penggunaan jenis dan konsentrasi pelarut ekstraksi merupakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi jumlah rendemen dan kandungan metabolit sekunder suatu ekstrak. Bangkal (Nauclea subdita) merupakan salah satu tumbuhan di Kalimantan Selatan, dan bagian kulit batangnya sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mengatasi pengaruh buruk sinar matahari. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rendemen dan kandungan flavonoid total dalam ekstrak etanol kulit batang bangkal dengan metode maserasi ultrasonikasi. Konsentrasi pelarut etanol divariasikan menjadi 30%, 50%, 70%, dan 96%. Hasil rendemen yang diperoleh untuk masing-masing konsentrasi tersebut yaitu 2,60%; 1,88%; 1;88%; 1,92%. Sedangkan total flavonoid yang diperoleh dari dua replikasi sebesar 12,329 ± 0,251 EK, 8,865 ± 0,058 EK, 18,012 ± 0,461 EK, dan 44,728 ± 2,525 EK. Kata kunci : bangkal (Nauclea subdita), rendemen, flavonoid total, maserasi ultrasonikasi ABSTRACT Solvent type and concentration were some factors that could effect extract yield and secondary metabolites content. Bangkal (Nauclea subdita) were one of the plant on South Kalimantan, and its bark were used to treat sunrays negative effect. This research was aimed to determined extract yield and total flavonoid content using ultrasonicated maceration methode. Ethanol concentration were varied to 30%, 50%, 70%, and 96%. Yield obtained from those concentrations were 2.06% , 1.88%, 1.88%, and 1.92%, respectively. While total flavonoid content obtained from conducted in duplication were 12.329 ± 0.251 QE, 8.865 ± 0.058 QE, 18.012 ± 0.461 QE, and 44.728 ± 2.525 QE, respectively. Keywords: Nauclea subdita, extract yield, total flavonoid, ultrasonicated maceration.
Formulasi dan Karakterisasi Fisik Tablet Floating Mukoadhesif Ranitidin HCl Aristha Novyra Putri; Dyera Forestryana
Jurnal Pharmascience Vol 4, No 2 (2017): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v4i2.5771

Abstract

Gastrotentive Drug Delivery System merupakan sistem penghantar yang bermanfaat untuk memperpanjang waktu tinggal sediaan di dalam lambung yang bertujuan untuk pemberian obat lokal pada saluran cerna bagian atas ataupun untuk efek sistemik. Ranitidin hydrochloride (RHCl) adalah golongan histamine H2 receptor antagonist memiliki waktu paro ranitidine HCl yaitu 2 – 3 jam, bioavailabilitas absolut ranitidine HCl 50%, ranitidin HCl sangat baik diabsorbsi di lambung, dan dimetabolisme di kolon, sehingga bioavailabilitas di kolon sangat rendah, sehingga cocok dikembangkan dalam bentuk Gastroretentive Drug Delivery System (GRDDS). Penilitian ini bertujuan untuk memformulasi sediaan tablet floating mukoadhesif Rantidin HCl berdasarkan rancangan formula factorial design 23, sehingga menghasilkan 8 formula. Selanjutnya dilakukan uji karakteristik fisik granul dan tablet tablet floating mukoadhesif Rantidin HCl. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kecepatan alir granul ada rentang 4,599±0,115 - 7,615±0,081 gr/detik; sudut diam pada rentang 26,47±0,164 - 30,31°±1,769; fisik tablet keseluruhan formula berbentuk bulat; warna putih kekuningan; memiliki diameter 12,9 mm; ketebalan tablet 2,8 ± 0,05 - 3,53 ± 0,05 mm; rentang rata – rata bobot tablet 8 formula adalah 478,2±0,81 - 578,3±0,64 mg; friability pada rentang 0,28±0,002 - 0,47±0,002 %; dan uji swelling index terjadi pengembangan tablet dari waktu ke waktu selama 6 Kata kunci: Ranitidin HCl, floating-muccoadhesive, swelling index, Gastroretentive, Factorial Design
Efek Imunomodulator Infusa Umbi Bawang Dayak (Eleutherina palmifolia L. Merr) Dengan Metode Bersihan Karbon Rahmi Muthia; Karunita Ika Astuti
Jurnal Pharmascience Vol 5, No 1 (2018): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v5i1.5787

Abstract

ABSTRAK Perkembangan pengetahuan banyak mengangkat penggunaan bahan alam untuk alternatif pilihan sebagai imunomodulator. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek imunomodulator dari infusa umbi Bawang Dayak (Eleutherina palmifolia L. Merr) dengan metode bersihan karbon pada mencit putih jantan. Skrining fitokimia yang diujikan pada umbi Bawang Dayak yaitu uji flavonoid, alkaloid, steroid, kuinon, tanin dan saponin. 25 mencit galur Balb/C dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari kelompok P1 sebagai kontrol positif yang diberikan stimuno dosis 0,78 mg/20 gram BB; kelompok P2 yang diberikan aquadest, kelompok P3, P4 dan P5 yang diberikan Infusa umbi Bawang Dayak dengan dosis berturut-turut yaitu 13 mg/20 gBB, 26 mg/20 gBB, dan 52 mg/20 gBB. Perlakuan pemberian diberikan secara oral selama 7 hari. Pada hari ke-8 dilakukan uji imunomodulator dengan metode bersihan karbon. Hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya senyawa saponin, flavonoid dan alkaloid. Hasil Uji imunomodulator menunjukkan adanya infusa umbi Bawang Dayak dosis 52 mg/20 gBB menunjukkan efek imunomodulator terbesar. Infusa umbi Bawang Dayak memiliki aktivitas imunmodulator. Kata Kunci : Imunomodulator, Infusa, Umbi Bawang Dayak, Eleutherina palmifolia ABSTRACT The development of knowledge raised the use of natural materials as an alternative choice as an immunomodulator. The aim of this study was to know the imunomodulatory effect of Bawang Dayak Bulb (Eleutherina palmifolia L. Merr) by using carbon clearance method on male mice. The phytochemical screening were tested to flavonoids, alkaloids, steroids, quinones, tanins, and saponins. 25 male Balb/C mice divided into 5 groups consisting of P1 groups as positive control given stimuno 0,78 mg/20 gBB; P2 groups as negative control given aquadest, P3, P4 and P5 groups given Bawang Dayak Bulb Infusion with doses respectively 13 mg/20 gBB, 26 mg/20 gBB, and 52 mg/20 gBB. Each groups were adminstered orally one a day for seven days. On the eighth day, imunomodulatory test were performed by using carbon clearence method. The phytochemical screening revealed the presence of flavonoids, alkaloids, and saponins. Results of imunommodulatory test showed Bawang Dayak Bulb infusion doses 52 mg/20 gBB has the highest immunomodulatory effect. Bawang Dayak Bulb Infusion showed imunomodulatory effect. Keywords : Imunomodulator, Infusion, Bawang Dayak Bulb, Eleutherina Palmifolia
Aktivitas Imunomodulator Fraksi n-Heksan dari Herba Sambiloto (Andrographis paniculata, (Burm.F) Nees ) Terhadap Mencit yang Diinduksi Vaksin Hepatitis B dengan Parameter Ig G Mamik Ponco Rahayu
Jurnal Pharmascience Vol 2, No 1 (2015): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v2i1.5811

Abstract

AbstrakHerba sambiloto (Andrographis paniculata Burm. Nees) mengandung banyak komponen senyawa kimia yang telah banyak di teliti dengan aktivitas sebagai hepatoprotektor dan salah satu kandungan zat aktifnya yaitu andrographolid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dari A. paniculata yang mempunyai aktivitas sebagai imunomodulator dan hepatoprotektor terhadap mencit Balb/c yang telah diinduksi vaksin hepatitis B. Ekstraksi herba sambiloto menggunakan alat Soxhlet dengan pelarut yang berseri. Vaksin hepatitis B digunakan sebagai penginduksi mencit Balb/c. Sebagai tolok ukur imunostimulator adalah peningkatan jumlah antibodi IgG dengan ELISA tidak langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan (2,7 mg/20 g BB mencit) menunjukkan peningkatan IgG tertinggi. Tiga fraksi teraktif dengan peningkatan jumlah  IgG tertinggi sampai terendah yaitu F2 (0,569 mg/20 g BB mencit), F1(0,126 mg/20 g BB mencit), F4(0,094 mg/20 g BB mencit). Kata Kunci : Herba sambiloto (Andrographis paniculata Burm. Nees), Imunomodulator, Hepatoprotektor, Vaksin Hepatitis B  AbstractAndrographis herbs (Andrographis paniculata Burm. Nees) has many active compounds , which  shown hepatoprotector activity and one of its component is andrograpolide. Therefore, the aim of this study were to search the active compounds from A. paniculata as imunomodulator from the BALB/c mice was induced by hepatitis B vaccine. Andrographis herbs was extracted using Soxhlet by series of solvents. The isolation process was guided with in vivo imunommodulatory assay induced by hepatitis B vaccine in Balb/c mice. The  imunostimulant activity was assesed through the increasing of IgG antibody.   Hexane extract (2.7 mg /20 g mice) was increasing the titer of IgG higher than others. The fractions activity on increasing IgG titer from highest to lowest were F2 (0.569 mg/20 g mice), F1(0.126 mg/20 g mice), F4(0.094 mg/20 g mice). Keywords : Andrographis herbs (Andrographis paniculata Burm. Nees), Immunomodulator, Hepatoprotektor, hepatitis B vaccine
Analisis Kinerja Instalasi Farmasi di BLUD Rumah Sakit Kota Banjarbaru Dengan Metode Balanced Scorecard Berdasarkan Perspektif Keuangan dan Perspektif Pelayanan Periode 2012-2014 Windi Ayu Aprilliani; Nani Kartinah; Ratna Suci Wahyu Hardiati
Jurnal Pharmascience Vol 2, No 2 (2015): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v2i2.5827

Abstract

ABSTRAK Peningkatan mutu dan kinerja rumah sakit perlu dilakukan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat. Balanced Scorecard merupakan metode yang koheren dan kompherensif sebagai alat evaluasi manajemen karena dapat mengukur dari empat perspektif, yaitu keuangan, pelanggan, proses pelayanan dan pertumbuhan pembelajaran. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dan cross sectional berupa data primer dan data sekunder. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: 1) kinerja perspektif keuangan tahun 2012 hingga tahun 2014 diperoleh rata-rata rasio ekonomi sebesar 95,84%; rasio efisiensi sebesar 893,71%; dan rasio efektivitas sebesar 91,94%. 2) kinerja perspektif pelayanan tahun 2012 hingga tahun 2014 diperoleh rata-rata nilai ALOS 3,67 hari; BOR 88,47%; TOI 0,52 hari; BTO 81,12 kali; GDR 17,17‰; NDR 7,64‰; tingkat ketersediaan obat 88%; dispensing time : waktu maksimal racikan 68 menit dan non racikan 48 menit; tingkat antrian pasien 68,05%; komponen yang tertera pada etiket meliputi nama RS, alamat RS, tanggal pembuatan resep, nama pasien aturan pakai dan peringatan khusus; dan informasi obat yang diberikan meliputi cara pakai obat 68,99%, cara simpan obat 28,80% dan jangka waktu pengobatan 31,96%. Diperoleh kesimpulan kinerja perspektif keuangan termasuk kriteria cukup baik dengan deskriptif persentase sebesar 61,54%; kinerja pelayanan rawat inap termasuk kriteria cukup baik dengan deskriptif persentase sebesar 77,78%; dan kinerja perspektif pelayanan rawat jalan termasuk kriteria kurang dengan deskriptif persentase sebesar 60%.Kata kunci: evaluasi, kinerja, Balanced Scorecard, perspektif keuangan, perspektif pelayanan, Instalasi Farmasi BLUD RS Kota BanjarbaruABSTRACTThe increase of hospital quality and performance needs to be done to give a qualified service to society. Balanced Scorecard is a coherent and comprehensive method as a management evaluation tool because it can measure from four perspectives, such as finance, customer, process of service and learning growth. Data collecting was conducted retrospectively and in a cross sectional way in form of primary and secondary data. The study result showed that: 1) the average economical ratio of financial perspective performance in 2012 until 2014 was 95.84%; efficiency ratio was 893.71%; and affectivity ratio was 91.94%. 2) from service perspective performance in 2012 until 2014 it was obtained the average values of ALOS (3.67 days); BOR (88.47%); TOI (0.52 day); BTO (81.12 times); GDR (17.17‰); NDR (7.64‰); medicine availability level (88%); dispensing time: maximum time of mixing was 68 minutes and non mixing was 48 minutes; patient queue level (68.05%); components printed on etiquette included a hospital’s name, hospital’s address, prescription making date, patient’s name, using rule and special warning; medical information given included the way to use medicine (68.99%), the way to keep medicine (28.80%), and the interval of medicinal treatment (31.96%). The conclusions were the performance of financial perspective included in fairly good criteria with percentage description of 61.54%; the performance of inpatient service included in fairly good criteria with percentage description of 77.78%; and the performance of outpatient service included in not good (poor) criteria with percentage description of 60%.Keywords: evaluation, performance, Balanced Scorecard, financial perspective, service perspective, Pharmacy installation of Local Public Service Agency in Hospital Banjarbaru
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Pada Pengobatan Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Pekauman Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan Herda Ariyani
Jurnal Pharmascience Vol 3, No 2 (2016): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v3i2.5734

Abstract

Tuberkulosis Paru termasuk penyakit menular kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Berdasarkan Survei Pravelensi TB oleh Badan Litbangkes Kemenkes RI, dewasa ini diketahui bahwa Indonesia merupakan negara peringkat kedua dengan kasus TB terbanyak di dunia. Waktu pengobatan yang panjang dengan jenis obat lebih dari satu menyebabkan penderita sering terancam putus berobat selama masa penyembuhan dengan berbagai alasan, oleh karena itu penyakit ini sangat perlu mendapat perhatian untuk ditanggulangi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan kepatuhan penderita dalam program pengobatan TB paru di Puskesmas Pekauman Kota Banjarmasin. Jenis penelitian kuantitatif dan menggunakan desain deskriptif korelasional. Pengambilan data dilakukan menggunakan angket dalam bentuk kuisioner dengan teknik purposive sampling. Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 23 digunakan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan. Sebanyak 20% responden berpengetahuan baik, 42,5% berpengetahuan cukup, 35% berpengetahuan kurang dan 2,5% berpengetahuan sangat kurang, 92,5% patuh dan 7,5% tidak patuh selama pengobatan. Analisa data dilakukan dengan uji Spearman Rho dengan jumlah responden sebanyak 40 orang. Berdasarkan analisa statistik α = 0.05 diperoleh r = 0,383 dan ρ = 0,015, sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahun dengan kepatuhan penderita TB paru. Semakin baik tingkat pengetahuan penderita terhadap penyakit, cara penularan dan pengobatan TB Paru maka akan semakin baik pula kepatuhan yang dimiliki, dan begitu pula sebaliknya. Diharapkan kepada dokter, farmasis, perawat, dan petugas kesehatan lain dapat berkolaborasi membangun partnership yang baik untuk memberikan pendidikan kesehatan yang adekuat bagi penderita terutama terkait pentingnya kepatuhan dalam menjalani terapi. Kata kunci : Pengetahuan; Kepatuhan; Tuberkulosis Paru; Mycobacterium tuberculosis

Page 7 of 32 | Total Record : 319