Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

Uji Diagnostik Tes Serologi Widal Dibandingkan dengan Tubex Tf Tes sebagai Baku Emas untuk Diagnosis Demam Tifoid di Laboratorium Primera Clinica Shella Olivia Arimbi; Cicilia Windiyaningsih; Nani Aisyiyah
Jurnal Persada Husada Indonesia Vol 10 No 36 (2023): Jurnal Persada Husada Indonesia
Publisher : STIKes Persada Husada Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56014/jphi.v10i36.361

Abstract

Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang timbul secara sporadik endemik dan ditemukan sepanjang tahun. Demam tifoid sekilas seperti penyakit ringan dengan gejala klinik tidak khas. Diagnosis klinik demam tifoid sulit ditegakkan karena manifestasi kliniknya tidak khas, maka diperlukan pemeriksaan laboratorium penunjang diagnosis demam tifoid. Pemeriksaan Widal merupakan pemeriksaan serologis penunjang diagnosis demam tifoid yang masih sering diusulkan oleh klinisi hingga saat ini. Prosedur pemeriksaan Widal relatif mudah sehingga dapat dilakukan di berbagai sarana kesehatan, hasilnya cepat diperoleh, dengan biaya relatif ekonomis. Tubex TF adalah sarana penunjang diagnosis demam tifoid yang relatif baru dipasarkan, dengan prosedur pemeriksaan cukup sederhana, dan hasilnya relatif cepat diperoleh yaitu sekitar ± 1 jam. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan validitas dan reliabilitas uji diagnostik tes serologi Widal dibandingkan dengan Tubex TF test sebagai baku emas untuk diagnosis Demam Tifoid di Laboratorium Primera Clinica. Penelitian ini menggunakan data pasien yang dicurigai menderita demam tifoid di Laboratorium Primera Clinica pada bulan Mei sampai September 2017. Subyek penelitian berjumlah 50 orang dengan semua umur. Tes serologi widal dibandingkan dengan tubex tf, menentukan gold standar kemudian menilai diagnostik widal dan tubex tf. Pada penelitian ini didapat hasil nilai sensitivitas tubex tf 50% (widal 9%), spesifitas 56,52% (7%), Agrement 56% (56%), Prevalance 8% (44%), Kappa 0,02 , NPV 9% (50%), PPV 92% (56,52%), LHR+ 1,14 (3), LHR- 0,88 (0,14). Simpulan: Akurasi Tubex tf untuk mendiagnosis demam tifoid lebih baik dibandingkan dengan tes serologi Widal.
Ko-Infeksi HIV-TB: Studi Cross Sectional Intan Pertiwi; Cicilia Windiyaningsih; Adria Rusli; Farida Murtiani
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 9 No 1 (2023): Jurnal Kesehatan Komunitas (Inpress)
Publisher : LPPM Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25311/keskom.Vol9.Iss1.1303

Abstract

WHO states that co-infection of the disease that is often experienced by HIV/AIDS patients is Tuberculosis and is the main cause of mortality for HIV/AIDS patients. This study aims to determine the determinants of HIV-TB infection. Analytical research using case-control study design. The research sample was medical record data of HIV-TB co-infected patients at RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso in 2011-2016. The sample size is 160 with a random sampling technique. Analysis of univariate, bivariate, and multivariate data. The results showed that the factors of access to health facilities, weight loss, comorbid with other OIs, CD4 values ​​6 months after ARV and COPD were associated with HIV-TB infection with HIV in patients and the determinant factor of HIV-TB infection was weight loss. The incidence of HIV-TB Co-Infection can be influenced by factors of the patient's clinical condition and environmental factors. To improve services at the HIV department and TB DOTS department it is necessary to measure body weight for the nutritional status of HIV/AIDS patients.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat Pada Penderita Tuberkulosis Paru Ulfah Ulfah; Cicilia Windiyaningsih; Zainal Abidin; Farida Murtiani
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 4 No. 1 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v4i1.44

Abstract

Latar Belakang: Kepatuhan pasien dalam minum obat merupakan faktor penting dalam keberhasilan suatu pengobatan TB paru. Tingginya angka putus berobat mengakibatkan tingginya kasus resisten obat. Metode: desain studi kasus kontrol (Case Control Study) menggunakan data primer dan sekunder. Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien TB Paru yang berobat di Puskesmas Cipunagara Tahun 2015 sampai Juni 2017. Besar sampel 68 yang terdiri dari 84 kasus dan 84 kontrol yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan regresi logistik berganda. Hasil: faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan TB paru adalah dukungan keluarga (Pvalue=0.003; OR=2,956), jenis kelamin (Pvalue=0,045; OR=1,961), pendidikan (Pvalue=0,045; OR=1,962), pekerjaan (Pvalue=0.043; OR=1,989), pengetahuan (Pvalue=0,005; OR= 2,529), efek samping obat ((Pvalue=0,045; OR=1,961), peran PMO (Pvalue=0,000; OR=3,500), jarak fasilitas kesehatan (Pvalue=0,044; OR= 1,967), sikap petugas (Pvalue=0,020; OR=2,172). Faktor yang tidak berhubungan dengan kepatuhan pengobatan TB paru adalah pendapatan (Pvalue=0,164) dan usia (Pvalue=0.535). Kesimpulan: faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan TB Paru adalah peran PMO. Oleh karena itu diperlukan pelatihan bagi kader-kader TB (PMO) untuk meningkatkan pengetahuan TB, kemampuan menjaring suspek TB dan membantu meningkatkan kepatuhan pengobatan.
Perubahan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Cipayung Jakarta Timur Yeny Sulistyowati; Cicilia Windiyaningsih; Tiwi Nurhastuti
Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat (Pamas) Vol 7, No 3 (2023): Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat (PAMAS)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM Universitas Respati Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52643/pamas.v7i3.3382

Abstract

Based on data from the Indonesian Health Profile in 2017 there were 433 districts / cities infected with dengue disease with an incidence rate of 68,407 cases with 493 deaths (Ministry of Health RI, 2018). Meanwhile, for the DKI Jakarta Province area, the highest number of dengue sufferers in 2017 was in the East Jakarta area of 1,265 cases (DKI Jakarta Health Office, 2018). Riskesdas data in 2018 shows the proportion of Mosquito Nest Eradication (PSN) carried out by households as a whole in Indonesia the proportion is 31.2% and for DKI Jakarta province itself the proportion is 28%. In the implementation of PSN, it is differentiated based on urban and rural areas, for urban areas the proportion is 32.7% and for rural areas the proportion is 29.4%. (Riskesdas, 2018). Data on dengue cases in the Cipayung District Health Center area in 2016 amounted to 623 cases, in 2017 it dropped to 78 cases, in 2018 it dropped again to 52 cases, but in early 2019, from January to March, it increased to 152 cases, and the Cipayung District Health Center was included in the first rank of the highest dengue cases in the East Jakarta region (Cipayung PKC Surveillance, 2019). The activity was held online, on Wednesday, November 4, 2020. The number of participants was 367 people. After 3 months, the change in behavior of PSN DBD COMBI was evaluated and communicated again the change in the hope that dengue cases would decrease significantly. The output of this service activity is https://jakarta.tribunnews.com/2020/11/04/200-peserta-ikuti-webinar-lppm-urindo-bahas-tuntas-penyakit-menular, URINDO Website in News: urindo.ac.id and on Youtube URINDO. In addition, there was an increase in community empowerment (1), knowledge increased in support attitudes and dengue cases decreased. Keywords: Community Empowerment, PSN, DHF
Pengaruh Kompetensi dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Melati Kota Tangerang Dengan Disiplin Kerja Sebagai Variabel Mediasi Elly Herawati Panggabean; Cicilia Windiyaningsih; Ahdun Trigono
Jurnal Kewarganegaraan Vol 7 No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31316/jk.v7i2.5869

Abstract

Abstrak Tuntutan dan harapan masyarakat sekitarnya yang mengharapkan perawatan yang lengkap baik secara holistik, responsif, dan berfokus pada pemulihan pasien di RSU Melati, penting dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh kompetensi dan budaya organisasi terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Melati, Kota Tangerang, dengan disiplin kerja sebagai variabel mediasi. Metode analisis jalur digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari 69 responden perawat di rumah sakit tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh langsung yang signifikan antara budaya organisasi dan disiplin perawat di Rumah Sakit Melati. Faktor lain seperti lingkungan rumah sakit dan jam layanan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap disiplin kerja perawat. Terbukti bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap kinerja perawat di rumah sakit tersebut. Faktor-faktor seperti etika kerja dan job description memainkan peran penting dalam meningkatkan kinerja perawat. Disiplin kerja juga memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap kinerja perawat. Penerapan SOP yang ketat dan pengembangan pola pelayanan yang efektif dapat membantu meningkatkan kinerja perawat secara keseluruhan. Kompetensi terbukti bahwa kompetensi memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap disiplin kerja perawat di Rumah Sakit Melati. Faktor-faktor seperti pengalaman dan tingkat pendidikan memainkan peran penting dalam meningkatkan tingkat disiplin perawat. tetapi, tidak ada pengaruh langsung yang signifikan antara kompetensi dan kinerja perawat. Faktor lain seperti sertifikasi dan pelatihan tambahan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja perawat. Tidak ada pengaruh tidak langsung yang signifikan antara budaya organisasi yang dimediasi oleh disiplin kerja dan kinerja perawat di Rumah Sakit Melati. Faktor-faktor seperti fasilitas dan pelayanan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja perawat, dan terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan antara kompetensi yang dimediasi oleh disiplin kerja dan kinerja perawat. Kata Kunci: Kompetensi, Budaya organisasi, disiplin kerja dan kinerja. Abstract The demands and expectations of the surrounding community for comprehensive, holistic, responsive, and patient-centered care at RSU Melati make it important to conduct research aimed at investigating the influence of competence and organizational culture on the performance of nurses at Rumah Sakit Melati, Tangerang City, with work discipline as a mediating variable. Path analysis method was used to analyze data obtained from 69 nurse respondents at the hospital. The research findings indicate that there is no significant direct influence between organizational culture and nurse discipline at Rumah Sakit Melati. Other factors such as hospital environment and service hours have a greater influence on nurse work discipline. It is evident that organizational culture has a significant direct influence on the performance of nurses at the hospital. Factors such as work ethics and job description play an important role in improving nurse performance. Work discipline also has a significant direct influence on nurse performance. Strict implementation of standard operating procedures (SOPs) and the development of effective service patterns can help improve overall nurse performance. Competence has been proven to have a significant direct influence on nurse work discipline at Rumah Sakit Melati. Factors such as experience and educational level play an important role in increasing the level of nurse discipline. However, there is no significant direct influence between competence and nurse performance. Other factors such as certification and additional training have a greater influence on nurse performance. There is no significant indirect influence between organizational culture mediated by work discipline and nurse performance at Rumah Sakit Melati. Factors such as facilities and services have a greater influence on nurse performance. Additionally, there is a significant indirect influence between competence mediated by work discipline and nurse performance. Keywords: Competence, Organizational culture, work discipline, nurse performance.