Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Musik Suling Bambu di Siulak Kerinci: Seni dan Budaya dalam Kesinambungan dan Perubahan Masvil Tommy Masvil; Awerman Awerman Awerman; Hajizar Hajizar Hajizar
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 2, No 1 (2014): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (79.592 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v2i1.17

Abstract

Musik Suling Bambu merupakan kesenian pertunjukan yang berkembang di Masyarakat Siulak Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Musik Suling Bambu berawal bermain individu sampai bermain bersama dan ditonton oleh masyarakat luas. Ia terus mengalami perkembangan. Perubahan tersebut terutama dalam bentuk pertunjukan. Penelitian ini di uraikan kenyataan di lapangan sesiaui dengan permasalahan perubahan, bentuk pertunjukan musik Suling Bambu masyarakat Siulak. Mendasari hal di atas, maka penelitian ini difokuskan pada rumusan masalah yang akan membahas (1) Bagaimana bentuk pertunjukan musik Suling Bambu masa lampau dan sekarang di masyarakat Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, (2) Bagaimana bentuk Struktur musik Suling Bambu di masyarakat Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, (3) Bagaimana fenomena musik Suling Bambu di masyarakat Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, tujuan penelitian untuk memahami dan menganalisis bentuk pertunjukan dan bentuk musik suling bambu dengan pendekatan musikologi dan didukung oleh pendekatan historis, sosiologi dan antropologis. Data yang diperoleh melalui (1) Observasi, (2) wawancara, (3) dokumentasi. Data tersebut dibedah dengan menggunakan teori perubahan dan teori analisis musik.Perubahan Musik Suling Bambu tidak lepas dari pengaruh perubahan sosial dalam masyarakat pendukungya. Perkembangan musik Suling Bambu terlihat dari perubahan dari bentuk pertunjukannya dari masa lampau sampai bentuk pertunjukan masa sekarang. Namun musik Suling Bambu hidup dinamis di tengah kehidupan masyarakat Siulak.Kata Kunci : Perkembangan, perubahan, bentuk pertunjukan musik, Suling Bambu
Eksistensi Musik Ansambel Suling Bambu masyarakat Siulak Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi Masvil Tomi; Hadiyanto Hadiyanto
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 2 No. 02 (2018): Desember 2018
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.211 KB) | DOI: 10.22437/titian.v2i02.5794

Abstract

Musik Ansambel Suling Bambu merupakan salah satu musik Tradisional di Siulak kabupaten Kerinci, yang masih dijumpai pada saat sekarang ini. Waktu panen Musik ansambel Suling Bambu ini selalu dimainkan oleh masyarakat Siulak Gedang, sebagai pesta mereka merayakan keberhasilan panen mereka yang berlipat ganda, yang sesuai dengan apa yang diharapkan mereka kepada tuhan yang maha esa. Disinilah perkembangan Musik ansambel Suling Bambu dimasyarakat Siulak, Musik ansambel Suling Bambu tidak hanya dimainkan sendiri waktu kejenuhan atau kebosanan tiba menyergapi mereka lagi istirahat di ladang atau di sawah yang mereka garap. Tapi Musik ansambel Suling Bambu mulai dimainkan dengan bersama dan mulai di pakai vokal. Dengan meniup suling bersama-sama. Penelitian ini menguraikan kenyataan di lapangan sesuai dengan permasalahan keberadaannya di tengah masyarakat Siulak, bentuk struktur musik Ansambel Suling Bambu masyarakat Siulak. Mendasari hal di atas, maka penelitian ini di fokuskan pada rumusan masalah yang akan membahas (1) Bagaimana keberadaan musik ansambel Suling Bambu, (2) Bagaimana bentuk Struktur musik ansambel Suling Bambu di masyarakat Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Musik Tarawak Tarawoi dalam Ritual Ngagah Harimau di Masyarakat Pulau Tengah Kabupaten Kerinci Masvil Tomi; Hadiyanto; Amor Seta Gilang Pratama; Muhammad Alfath; Putri Anisa Utami
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 3 No. 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.567 KB) | DOI: 10.22437/titian.v3i2.8177

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk penyajian Musik Tarawak Tarawoi Dalam Ritual Ngagah Harimau di Masyarakat Pulau Tengah Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Penelitian ini dilakukan karena Musik Tarawak Tarawoi Dalam Ritual Ngagah Harimau tersebut memiliki fungsi tersendiri. Tarawak Tarawoi merupakan musik yang digunakan dan dipercayakan bisa untuk memangil Roh nenek moyang dan penjaga hutan di desa Pulau Tenggah Kecamatan Keliling Danau Kerinci, upacara ritual itu mengambarkan bagaimana hubungan antara manusia dan harimau pendekatan penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Objek penelitian ini adalah Musik Tarawak Tarawoi Dalam Ritual Ngagah Harimau yang dikaji dari fungsi dan bentuk penyajiannya. maka penelitian ini di fokuskan pada rumusan masalah yang akan membahas: Penyajian Musik Tarawak Tarawoi Dalam Ritual Ngagah Harimau di Masyarakat Pulau Tengah Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.
GONG BETINO DAN GONG JANTAN: KONSTRUKSI GENDER PADA ALAT MUSIK GONG BULUH KERINCI Amor Seta Gilang Pratama; Masvil Tomi; Dwi Rahariyoso
Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran dan Kajian Tentang Bunyi Vol 22, No 2 (2022)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/keteg.v22i2.4673

Abstract

This research focuses on the relationship between the cultural structure of Kerinci, and the Gong Buluh traditional music. What is being explored is how material culture is, also seen in treating the reed gong as a traditional musical instrument in Kerinci. The method used in this research is a qualitative method with a case study approach. The process of collecting data is by conducting ethnographic interviews. Ethnographic interview is a type of interview that is not too formal, friendly, but inserts ethnographic questions, such as questions that are descriptive, structural, and contrast. There are two stages of data analysis technique. The first stage is to codify the data that has been obtained. The second stage is to carry out an analysis between data, to see the relationship between the structure of the kerinci culture and Gong Buluh, using the theory or concept that has been referred to. The results of the study show that epistemologically, the structure of the reed gong is divided into two parts, namely the gong betina and the gong jantan. Gong betina have a higher sound intensity than gong jantan. The terms betina and jantan in the context of the gong become a duality related to the structure of the Kerinci culture. The Kerinci tribe adheres to a materiallineal system, in which women (ninik mamak, inner child) are the highest customary authority holders. The structure of the gong reed thus has a similarity to the construction of the Kerinci culture which is the basis and convention in rituals traditions, especially Kenduri Sko.
PENERAPAN PRINSIP KOMPOSISI MUSIK ERA ROMANTIK PADA KARYA PILAR BERDASARKAN RITUAL MUJI SIALANG Daniel, Nugroho; Tomi, Masvil; Dekti, Gen
Prabung Seni: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol. 3 No. 2 (2024): Jurnal Prabung Seni | Pengkajian dan Penciptaan Seni Pertunjukan
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jpps.v3i2.39405

Abstract

Perubahan karya-karya seni pada Era Romantik membawa pengaruh besar pada capaian estetika seni mengarah pada kebebasan para seniman dalam wilayah subjektifitas dan berekspresi. Hal tersebut membawa penggarap pada pengolahan objek material sebuah mantra berasal dari ritual Muji Sialang di Desa Jambi Kecik, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi yang berjudul Muji Batang. Mantra ini berisi puji-pujian terhadap leluhur yang dimaksudkan untuk merayu dan meminta izin agar diberi kelancaran dalam pengambilan madu pada pohon Sialang. Penciptaan karya musik ini bertujuan untuk mengetahui cara menggabungkan dua disiplin ilmu, yaitu musikologi dan semiotika dalam pembuatan komposisi musik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu survei lapangan, observasi, data musikologi dan non material musik (wawancara). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa objek material yang diangkat dapat dianalisis dengan semiotika dan musikologi yang kemudian diwujudkan dalam sebuah karya komposisi musik dengan gaya musik Era Romantik. Setiap gerakan dalam karya Pilar memiliki subjudul yang berbeda untuk merepresentasikan hubungan antara teks mantra dan peristiwa musikal, yaitu gerakan I (Bangka Kayu), gerakan II (Baner Kayu), gerakan III (Batang Kayu), gerakan IV (Kulit Kayu), gerakan V (Getah Kayu), gerakan VI (Dahan kayu), dan gerakan VII (Ranting Kayu).
Hierarki Musikal Nyanyian Mantra Nyaru dalam Ritual Asyeik di Kerinci: Pendekatan Analisis GTTM Dekti, Gen; Pramasheilla, Dinda Assalia Avero; Tomi, Masvil; Kumala, Ofa Yutri; Anandhita, Nur Arif
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 9 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/titian.v9i1.45963

Abstract

Penelitian ini mengkaji struktur hierarki dan sistem tonalitas dalam nyanyian mantra nyaru yang digunakan dalam ritual asyeik di Kerinci dengan menerapkan pendekatan analisis generatif (GTTM). Studi ini mengintegrasikan metode kualitatif melalui observasi partisipatif dan wawancara dengan pelaku ritual, serta metode kuantitatif melalui analisis notasi digital untuk mengidentifikasi grouping structure, metrical structure, time-span reduction, dan prolongational reduction dalam komposisi musik tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun mantra nyaru merupakan ekspresi spontan yang diwariskan secara lisan, terdapat struktur musikal yang kompleks dengan dominasi cabang kanan, di mana pola ketegangan dan resolusi tonal tampak jelas. Temuan ini mengungkap koherensi struktural yang mendasari mekanisme musikal dalam tradisi Kerinci serta membuka peluang untuk penelitian komparatif dan pengembangan model analisis musikal guna mendukung pelestarian budaya tradisional. Abstract This study investigates the hierarchical structure and tonal system inherent in the "mantra nyaru" chants performed during the asyeik ritual in Kerinci, employing a generative analytical approach based on the Generative Theory of Tonal Music (GTTM). The research integrates qualitative methods—through participatory observations and interviews with ritual practitioners—with quantitative techniques involving digital transcription analysis to identify grouping structures, metrical frameworks, time-span reduction, and prolongational reduction within the musical compositions. Findings reveal that although the mantra is an orally transmitted and seemingly spontaneous expression, it possesses a complex musical architecture marked by a dominant right-branch formation where clear tonal tensions and resolutions are discernible. These results underscore the structural coherence that underpins the musical mechanisms of the Kerinci tradition and provide a promising foundation for comparative studies and the development of analytical models aimed at enhancing the preservation of traditional culture.
Musik Kelintang Perunggu pada Tiga Pertunjukan dalam Upacara Pernikahan Masyarakat Melayu Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jayadi Hedri, Syahdir; Gilang Pratama, Amor Seta; Tomi, Masvil
Prabung Seni: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol. 3 No. 1 (2024): Prabung Seni | Pengkajian dan Penciptaan Seni Pertunjukan
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jpps.v3i1.31103

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa uraian fakta yang diperoleh dari hasil survey pada tiga daerah di Tanjung Jabung Timur mengenai musik kelintang perunggu. Peneliti melihat permasalahan yang menarik dan perlu dikaji lebih lanjut terhadap musik tersebut dalam konteks upacara pernikahan yang mana cukup banyak dimainkan di daerah Tanjung Jabung Timur. Hasil dari survey lapangan terhadap 3 kelompok pertunjukan musik kelintang perunggu ini, menunjukkan gejala persamaan dan perbedaan lagu serame dan bagubang yang dimainkan dalam konteks malam Tari Inai, oleh kelompok pemusik tersebut dengan pola permainan tersendiri. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk, menjawab rumusan permasalahan yang dicoba untuk diungkapkan yakni struktur lagu serame dan bagubang serta persamaan dan perbedaan lagu serame dan bagubang yang dimainkan dalam tiga konteks upacara pernikahan oleh tiga kelompok musik kelintang perunggu yaitu di daerah Mendaraha Ilir, Teluk Majelis, dan Sabak Ilir. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan analisis komparatif menggunakan konsep keilmuan musikologi analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan diantara dua kelompok variabel (data) atau lebih. Dapat diartikan bahwa analisis komparatif adalah cara peneliti untu melihat dua atau lebih data yang serupa serta melihat bagaimana perbedaan dan kesamaan yang dimilikinya. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bentuk lagu Serame dan Bagubang pada musik kelintang perunggu adalah Ireguler, atau musik yang tidak memiliki bentuk yang konstan pada 3 kelompok musik kelintang perunggu. Serta setiap kelompok mempunyai pola-pola sendiri yang mereka dapatkan dari seniman kelintang perunggu terdahulu yang berasal dari daerah mereka masing-masing.