Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PENGEMBANGAN MOTIF BATIK BERBASIS TINGGALAN ARKEOLOGI KELURAHAN LEGOK KOTA JAMBI TAHAP II Nainunis Aulia Izza; Ari Mukti Wardoyo Adi; Nugrahadi Mahanani; Wulan Resiyani; Amor Seta Gilang Pratama
Diseminasi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2022)
Publisher : Pusat Pengabdian kepada Masyarakat- LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33830/diseminasiabdimas.v4i1.2359

Abstract

This program is a continuation of the activities in the previous year. The newest batik motifs were inspired by ornaments and archaeological remains from the Situs Candi Solok Sipin. In 2020, batik tulis, the Makara Ekikarana motif has been produced. In 2021, the team try to make batik cap inspired by the Yaksa figure on the Makara and Stupa from the Situs Candi Solok Sipin. The batik cap is related to the purpose of preparing products at affordable prices, it's hoping that the batik is marketed more broadly. In addition, this new motif can also enrich the batik repertoire at the Rumah Batik Kelurahan Legok. The method is held in stages; the first stage is the preparation. During the preparation stage, we make motif design and make coordination with the Kelurahan Legok dan Rumah Batik. After the batik cap motif is ready, the next step is to make a stamp. After the preparation stage was completed, the next step is to produce a batik cap in 3 (three) days. On the last day, we make a product launch, the products are ready to be marketed. The results achieved include the creation of the Yaksa Stupa motif which is applied to cloth and masks.
Musik Tarawak Tarawoi dalam Ritual Ngagah Harimau di Masyarakat Pulau Tengah Kabupaten Kerinci Masvil Tomi; Hadiyanto; Amor Seta Gilang Pratama; Muhammad Alfath; Putri Anisa Utami
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 3 No. 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.567 KB) | DOI: 10.22437/titian.v3i2.8177

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk penyajian Musik Tarawak Tarawoi Dalam Ritual Ngagah Harimau di Masyarakat Pulau Tengah Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Penelitian ini dilakukan karena Musik Tarawak Tarawoi Dalam Ritual Ngagah Harimau tersebut memiliki fungsi tersendiri. Tarawak Tarawoi merupakan musik yang digunakan dan dipercayakan bisa untuk memangil Roh nenek moyang dan penjaga hutan di desa Pulau Tenggah Kecamatan Keliling Danau Kerinci, upacara ritual itu mengambarkan bagaimana hubungan antara manusia dan harimau pendekatan penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Objek penelitian ini adalah Musik Tarawak Tarawoi Dalam Ritual Ngagah Harimau yang dikaji dari fungsi dan bentuk penyajiannya. maka penelitian ini di fokuskan pada rumusan masalah yang akan membahas: Penyajian Musik Tarawak Tarawoi Dalam Ritual Ngagah Harimau di Masyarakat Pulau Tengah Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.
SOUND OF “AIR BALIAN”: SEBUAH KOMPOSISI MUSIK BERDASARKAN AIR DALAM RITUAL ASEAK PENGOBATAN Muhammad Alfath; Amor Pratama
Sorai: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik Vol 13, No 2 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/sorai.v13i2.3419

Abstract

Music composition this sound of "Air Balian" means the sound of balian water. The word balian water refers to offerings used balian (shaman) Aseak Beubat ritual (treatment), which is in Empih Hamlet, Sumur Anyir Village, Sungai Penuh City. Basically this offering is water, with the chanting of this medium believed to be a medicine to cure pusako disease. But in fact in the life of water is not always positive, sometimes the water can destroy. The program was revealed into two musical sections namely Part I Shackled, and Part II Liberation. The musical elements of ritual mantras are used as vocabularies, and were developed with several classical music techniques (baroque-romantic) and 20-21 century music techniques. This work was played in a mix ensemble formation with music instruments violin, viola, violoncello, clarinet, triangle, shaker, tympanic, and vocal.
KEKOMPAKAN DAN KEBERSAMAAN ANTAR SISWA YANG DIBANGUN MELALUI LAGU-LAGU DALAM BINSIK SIANG Amor Seta Gilang Pratama
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 20, No 1 (2018): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
Publisher : LPPMPP Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (924.478 KB) | DOI: 10.26887/ekse.v20i1.386

Abstract

Kekompakan dan kebersamaan merupakan hal yang penting di dalam lingkungan militer. Lagu-lagu yang hadir dalam kegiatan Binsik Siang merupakan media yang dapat membangun kekompakan dan kebersamaan antar sesama siswa militer di Skadik 405. Berlari dan bernyanyi dalam kegiatan Binsik Siangdapat membangun kekompakan derap langkah kaki antar sesama siswa, dan juga membangun kebersamaan dengan bernyanyi secara bersama-sama. Proses terjadinya kekompakan dan kebersamaan ketika berlari dan bernyanyi, terlebih dahulu melalui proses penyesuaian dan rutinitas. Kekompakan dan kebersamaan yang dibangun melalui lagu-lagu Binsik Siang, seperti yang dinyatakan Blacking merupakan cermin dari budaya masyarakatnya, yang dalam hal ini merupakan budaya militer. Oleh sebab itu hal tersebut harus dibangun, dan lagu-lagu dalam kegiatan Binsik Siang memfasilitasi hal tersebut.Kajian ini dibahas menggunakan ilmu Antropologi dan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan Etnografi
GONG BETINO DAN GONG JANTAN: KONSTRUKSI GENDER PADA ALAT MUSIK GONG BULUH KERINCI Amor Seta Gilang Pratama; Masvil Tomi; Dwi Rahariyoso
Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran dan Kajian Tentang Bunyi Vol 22, No 2 (2022)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/keteg.v22i2.4673

Abstract

This research focuses on the relationship between the cultural structure of Kerinci, and the Gong Buluh traditional music. What is being explored is how material culture is, also seen in treating the reed gong as a traditional musical instrument in Kerinci. The method used in this research is a qualitative method with a case study approach. The process of collecting data is by conducting ethnographic interviews. Ethnographic interview is a type of interview that is not too formal, friendly, but inserts ethnographic questions, such as questions that are descriptive, structural, and contrast. There are two stages of data analysis technique. The first stage is to codify the data that has been obtained. The second stage is to carry out an analysis between data, to see the relationship between the structure of the kerinci culture and Gong Buluh, using the theory or concept that has been referred to. The results of the study show that epistemologically, the structure of the reed gong is divided into two parts, namely the gong betina and the gong jantan. Gong betina have a higher sound intensity than gong jantan. The terms betina and jantan in the context of the gong become a duality related to the structure of the Kerinci culture. The Kerinci tribe adheres to a materiallineal system, in which women (ninik mamak, inner child) are the highest customary authority holders. The structure of the gong reed thus has a similarity to the construction of the Kerinci culture which is the basis and convention in rituals traditions, especially Kenduri Sko.
Penciptaan Tari Kreasi Berbasis Tinggalan Arkeologis Di Kelurahan Legok Provinsi Jambi Amor Seta Gilang Pratama; Kurniadi Ilham; Radius Nopiansyah; Nugrahadi Mahanani; Dwi Rahariyoso
GERVASI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 7, No 1 (2023): GERVASI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/gervasi.v7i1.4526

Abstract

Kecamatan Legok Kota Jambi memiliki potensi tinggalan arkeologi yang dapat dieksplorasi menjadi produk kreatif. Masyarakat Legok, sejauh ini masih belum banyak melakukan eksplorasi terhadap potensi tersebut. Tim Pengabdian Masyarakat FKIP Universitas Jambi, berinisiatif untuk mengeksplorasi salah satu tinggalan arkeologi yaitu makara, untuk dijadikan sumber penciptaan tari kreasi. Tujuannya adalah agar masyarakat Legok mempunyai karya tari kreasi, dan mampu menjadi identitas serta mendongkrak pariwisata. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan mikro riset terhadap makara, eksplorasi pencarian gerak, penggarapan oleh koreografer, dan penggabungan antara gerak tari dan musik. Hasil dari pengabdian ini adalah terciptanya tari kreasi Arkhadwipa, yang ditarikan oleh 5 remaja putri, yang berasal dari Kelurahan Legok.
LAGU-LAGU DALAM KEGIATAN BINSIK SIANG SEBAGAI PENANAMAN NILAI-NILAI KEMILITERAN KEPADA SISWA SKADIK 405 AMOR SETA GILANG PRATAMA
Harmoni: Jurnal Pemikiran Pendidikan, Penelitian Ilmu-ilmu Seni, Budaya dan Pengajarannya Vol 6, No 1 (2016): HARMONI
Publisher : Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muham

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Binsik siang di Skadik 405 merupakan suatu kegiatan fisik militer yang di dalamnya mengandung proses penanaman nilai-nilai kemiliteran bagi para siswa Skadik 405. Penulisan dalam naskah ini dilakukan dalam bentuk studi literatur dan pengamatan lapangan. Pada hasilnya menunjukkan bahwa kegiatan fisik yang disertai dengan lagu-lagu kemiliteran terdapat proses pengulangan ingatan yang dalam hal ini berperan untuk menguatkan ingatan para siswa mengenai nilai-nilai heroisme dan nasionalisme. Melalui teks lagu yang dinyanyikan dalam kegiatan Binsik siang, nilai-nilai tersebut di manifestasikan pada pola-pola pembinaan dan kedisiplinan. Nilai-nilai kemiliteran merupakan suatu kode etik atau norma yang harus selalu dijalankan, dipatuhi, serta dihayati oleh setiap lapisan militer, tak terkecuali siswa Skadik 405.
Pendampingan Digitalisasi Ingatan Tentang Sejarah, Kesenian Dan Tradisi Warga Sungai Bahar Pradita, Dennys; Mustafa, Hanif Risa; Pratama, Amor Gilang Seta; Lestari, Inda; Mahanani, Nugrahadi
Beujroh : Jurnal Pemberdayaan dan Pengabdian pada Masyarakat Vol. 2 No. 3 (2024): Beujroh : Jurnal Pemberdayaan dan Pengabdian pada Masyarakat
Publisher : Yayasan Sagita Akademia Maju

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61579/beujroh.v2i3.205

Abstract

Community memory is a legacy that has a very high value for a community or region. Community memories can be dangerous because they fade and even disappear. This paper will describe a program to document the memories of transmigrant communities in Sungai Bahar. This service program uses data collection modalities by collecting memories through interviews and then documenting them. The community that inhabits the Sungai Bahar area has been around since the 1980s. With the development of time, these speakers are getting older and decreasing in number. The existence of this documentation is a step to document memories so that future generations can know the origin and development of the region which can be accessed through gadgets so that the history and culture of the region does not fade with time.
FUNGSI GONDANG MULA-MULA PADA UPACARA ADAT SAURMATUA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA SIBOLGA PROVINSI SUMATERA UTARA Sinaga, Maya Putri Ayu; Santoso, Ady; Gilang Pratama, Amor Seta
Prabung Seni: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol. 3 No. 2 (2024): Jurnal Prabung Seni | Pengkajian dan Penciptaan Seni Pertunjukan
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jpps.v3i2.36071

Abstract

Upacara adat Saurmatua adalah upacara kematian adat masyarakat Batak Toba yang dilakukan di Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara. Pada umumnya, dalam Upacara Adat Saurmatua ini akan dimainkan repertoar Gondang Mula-mula. Repertoar Gondang Mula-mula ini akan dimainkan apabila Raja Parhata (ketua adat dalam marga) selesai memberikan Umpasa (petuah) kepada pihak keluarga jenazah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menekankan aspek deskripsi musik dan teori fungsi, yaitu menyangkut struktur musik menurut Leon Stein dan teori fungsi menurut Allan P Meriiam dari repertoar Gondang Mula-mula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur musikal Gondang Mula-mula pada dasarnya terdapat 3 motif yang terdapat dalam 10 birama yang ada, yang ditemukan motif a, motif b dan motif c dengan beberapa jenis pengembangan motif yaitu repetisi, transisi, augmentasi, trungcation. Terdapat pula 3 frase yaitu frase introduksi,, frase, frase B. Pada repertoar ini juga memiliki jarak interval nada yang ditemukan yaitu Mayor 2, Mayor 3, Minor 2, Perfect 1, Perfect 4, Perfect 5 dan Minor 3. Teori musik menurut Allan P merriam terdapat 10 namun yang berhubungan dengan repertoar ini terdapat 5 jenis yaitu fungsi keagamaan, fungsi komunikasi, fungsi kelangsungan budaya, fungsi simbolik, dan fungsi ekpresi emosional.
From Oral to Archive: Documentation of the Transmigrant Experience of Sungai Bahar, Jambi Province Mustafa, Hanif Risa; Pradita, Dennys; Lestari, Inda; Pratama, Amor Seta Gilang; Mahanani, Nugrahadi
Proceeding International Conference on Malay Identity The 2nd International Seminar on Language, Literature, Education, Arts and Culture
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This paper examines the process of documenting the experiences and memories of transmigrants in Sungai Bahar. The memories and experiences of the early transmigrants of Sungai Bahar need to be documented as they age and the number of actors decreases. The results of the documentation can be used as historical sources. The documentation is done digitally which can be accessed by all groups. The documentation results show that the transmigrants have their own experiences starting from the registration process, departure to placement in Sungai Bahar. Furthermore, placement in the Bahar River with forest conditions and partly in the form of oil palm plantations is a challenge for migrants in the Bahar River forest. The existence of documentation that can be accessed by all groups can facilitate documentation and disseminate historical sources for academics or history owners or residents.