Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

SAWITRI (Sampah Wisata Pentingsari): MODEL PENGELOLAAN SAMPAH AKTIVITAS WISATA DESA PENTINGSARI, YOGYAKARTA Vitasurya, Vincentia Reni
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 5 (2014): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1051.375 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i5.1092

Abstract

Abstract: The development of agriculture-based village into a tourist village is an interesting phenomenon to study in continuity to see the wisdom of local communities to improve the welfare of rural communities. Sustainable tourism in rural areas has significance for developing rural village-based tourism on the natural environment, that rely on an agrarian lifestyle as one tourist attraction but has a greater economic value than before. In the example Pentingsari village, it appears that there are forces in the village which causes people to continue to attract tourists to visit and while still preserving the agrarian life. The existence of tourist activity would leave traces that need to be observed of which is waste. This paper is part of research on empowerment model tourist village and tried to explore how people attempt to manage the impact of waste, so that it can preserve the environment as part of a tourist attraction. The method used is to conduct in-depth interviews and observations of daily people doing tourist activities. The expected result is to know how much waste is generated as a result of garbage tourist activity and how people attempt to cope with these problems. This result can be a model of environmental conservation that can be used for the development of rural tourism in the futureKeywords: waste management model, rural tourism, environmental conservation, rural tourism.Abstrak: Perkembangan desa berbasis agraris menjadi desa wisata merupakan fenomena menarik yang perlu diteliti secara berkelanjutan untuk melihat kearifan lokal yang dapat mensejahterakan masyarakat pedesaan. Pariwisata berkelanjutan di pedesaan memiliki makna mengembangkan kawasan pedesaan menjadi desa wisata yang berbasis pada kelestarian lingkungan alamiah yang mengandalkan gaya hidup agraris sebagai salah satu atraksi wisatanya, namun memiliki nilai ekonomis yang lebih besar dari sebelumnya. Pada contoh desa Pentingsari terlihat adanya kekuatan di desa tersebut yang menyebabkan masyarakat dapat terus menarik minat wisatawan untuk berkunjung dan sekaligus tetap melestarikan kehidupan agrarisnya. Keberadaan aktivitas wisata tentu meninggalkan jejak yang perlu dicermati diantaranya adalah limbah sampah. Tulisan ini merupakan bagian dari penelitian tentang model pemberdayaan desa wisata dan mencoba menggali bagaimana upaya warga untuk menanggulangi dampak sampah sehingga dapat menjaga kelestarian lingkungan sebagai bagian dari atraksi wisata. Metode yang dipergunakan adalah dengan melakukan observasi dan in depth interview dari keseharian warga melakukan aktivitas wisata. Hasil yang diharapkan adalah mengetahui berapa besar limbah sampah dihasilkan sebagai dampak aktivitas wisata dan bagaimana upaya warga untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Hasil ini dapat menjadi model pelestarian lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan desa wisata dimasa yang akan datang.Kata kunci: model pengelolaan sampah, desa wisata, pelestarian lingkungan, wisata pedesaan
EMPYAK RAGUMAN, TRADISI DAN ESTETIKA RUMAH TRADISIONAL JAWA YANG SEMAKIN MEMUDAR Vitasurya, Vincentia Reni; Hadi, Purwanto
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 12, No 3 (2019): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1215.624 KB) | DOI: 10.24002/jars.v12i3.1868

Abstract

Abstract: Traditional Javanese houses known for their rich traditions are symbolized by the use of ornaments, construction and building materials. Empty raguman is one of the architectural elements of a Javanese house, in the form of an inner roof coating that functions as a ceiling. The sweetness made of bamboo blades arranged in a certain pattern is a symbol of the level of socio-economic ability of the homeowner. Its existence functions aesthetically and describes a strong tradition. The tradition of making empyak began with processing bamboo, assembling and installing fish is a manifestation of the value of mutual cooperation in Javanese society in the past. At present, empyak raguman is rarely found in traditional Javanese houses built in the modern era. The loss of this element is due to changes in the lifestyle of traditional communities in urban and rural areas. This paper aims to review the beauty of tradition, tradition and aesthetics in Javanese homes. The method used is literature review and its comparison with the practice of implementing it in some cases of traditional houses. The tradition of putting up a lot of raguman has not been carried out anymore, but the existence of empiri raguman which is still preserved is a symbol of pride for traditional homeowners. The results of this study are one of the inputs to preserve traditional values in Javanese houses.Keywords: empyak raguman, javanese house, traditional architecture, tradition, aestheticsAbstrak: Rumah tradisional Jawa dikenal kaya tradisi yang disimbolkan melalui penggunaan ornamen, konstruksi dan bahan bangunan. Empyak raguman adalah salah satu elemen arsitektur rumah Jawa, berupa pelapis atap bagian dalam yang berfungsi sebagai langit – langit. Empyak raguman terbuat dari bilah bambu yang disusun dengan pola tertentu menjadi simbol dari tingkatan kemampuan sosial ekonomi pemilik rumah. Keberadaannya berfungsi secara estetika dan menggambarkan tradisi yang kuat. Tradisi pembuatan empyak dimulai dengan pengolahan bambu, merangkai dan memasang empyak merupakan perwujudan nilai gotong royong masyarakat Jawa di masa lalu. Saat ini, empyak raguman jarang ditemukan pada rumah tradisional Jawa yang dibangun pada era modern. Hilangnya elemen ini karena perubahan gaya hidup masyarakat tradisional di perkotaan dan di perdesaan. Tulisan ini bertujuan mengulas kembali empyak raguman, tradisi dan estetikanya dalam rumah Jawa. Metode yang digunakan adalah kajian literatur dan komparasinya dengan praktek pelaksanaannya pada beberapa kasus rumah tradisional. Tradisi memasang empyak raguman sudah tidak dijalankan lagi namun keberadaan empyak raguman yang masih terpelihara menjadi simbol kebanggaan bagi pemilik rumah tradisional. Hasil kajian ini menjadi salah satu masukan untuk melestarikan nilai – nilai tradisional pada rumah Jawa.Kata Kunci: empyak raguman, rumah Jawa, arsitektur tradisional, tradisi, estetika
A Comparison Study of Tangible and Intangible Culture as Commercialisation Process of Tourism Village in Yogyakarta Lucia Asdra Rudwiarti; Anna Pudianti; Vincentia Reni Vitasurya
E-Journal of Tourism Volume 4 Number 2 (September 2017)
Publisher : Centre of Excellence in Tourism Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.448 KB) | DOI: 10.24922/eot.v4i2.36398

Abstract

The paper is an empirical study examining the tangible and intangible culture of rural tourism with a focus on rural transformation from daily local into commercial behaviour due to presence of tourism activities. It explores the process of commercialization of tangible and intangible culture. The case studies of Brayut and Pentingsari rural tourism village are studied through observation and interviews of physical and non-physical transformation with community members and the rural tourism manager. Both villages are the unique growing tourist village in Yogyakarta, but Brayut has a potential asset of maintained condition traditional Javanese house in whereas Pentingsari has an attractive natural of green village with the local cultural heritage. The qualitative empirical research study was applied to explore the transformation of cultural meaning by the locals before and after commercialization process. Firstly, the study reviewed the original tangible and intangible culture before transformation. Secondly, changes in cultural functions and meaning are analyzed in the current situation caused by its transforming into commercial activities. By examining the comparison of tangible and intangible culture in the commercializing process is built to understand the relationships between the two and the quality of its transformation.
ADAPTIVE SPACE OF JAVANESE TRADITIONAL HOUSE IN BRAYUT TOURISM VILLAGE YOGYAKARTA Vincentia Reni Vitasurya; Gagoek Hardiman; Suzanna Ratih Sari
TATALOKA Vol 21, No 1 (2019): Volume 21 No. 1, February 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1071.084 KB) | DOI: 10.14710/tataloka.21.1.170-179

Abstract

Traditional Javanese architecture, especially in rural areas, has undergone a major transformation. Transformation is owner’s response to various conditions, such as the increasing number of family members, the improvement of social status and economic conditions, the needs of modernization and the consequences of being involved in government’s programs.  This paper aim is to examine how the owners of traditional houses respond to nowadays changes reflected through their houses designs. Brayut tourism village is a traditional settlement located at Yogyakarta’s downtown area which is well known for its unique and well-preserved traditional Javanese houses. The transformation of traditional houses in Brayut is a combination of the need for change and persistence. On the one side, strong local traditions play a role in maintaining the elements of traditional houses and on the other side, dynamic modern needs play a role as a trigger for change. Adaptive space in the traditional house is a solution to this problem. The method used in this research is a case study on some Javanese traditional houses. An in-depth interview with the owners and mapping are also used to examine the chronology of traditional houses transformation.  Transformation aspects are defined on the affected physical architecture elements. The result of this study is the transformation occurs on function and meaning of space as an adaptive response from the owners. While the shape of space and buildings, generally preserved as an effort to maintain the bond of traditions and trust.
TINJAUAN MASTERPLAN SESAR OPAK BUKIT MENGGER BERBASIS PELESTARIAN OBJEK WARISAN GEOLOGI Vincentia Reni Vitasurya; Anna Pudianti; Lucia Asdra Rudwiarti
Share: Journal of Service Learning Vol. 9 No. 1 (2023): FEBRUARY 2023
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1093.1 KB) | DOI: 10.9744/share.9.1.65-74

Abstract

Tinjauan masterplan kawasan wisata Sesar Opak Bukit Mengger (SOBM) merupakan kegiatan pengabdian yang dilakukan tim dosen DAFT UAJY bersama dengan BAPPEDA Kab. Bantul DIY. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari proses penetapan Kawasan SOBM sebagai bagian dari pengembangan kawasan Geopark Heritage provinsi DIY. Proses tinjauan masterplan dilakukan melalui 4 tahap yang dimulai dari tinjauan dokumen, verifikasi, perancangan kembali dan penyusunan laporan. Tahapan penyusunan review melibatkan ahli geologi, masyarakat dan pemangku kepentingan guna menghasilkan rancangan pengembangan berbasis pelestarian lingkungan khususnya warisan geologi dan tanggap bencana. Sejalan dengan nilai budaya lokal, penerapan filosofi hamemayu hayuning bawana dan hamemasuh malaning bumi melandasi penerapan rancangan dengan mengedepankan penggunaan material yang ringan, ramah lingkungan dan berciri khas lokal. Pertimbangan teknis mitigasi bencana menjadi hal penting untuk diterapkan, diantaranya dengan merancang jalur evakuasi dan zonasi untuk pembatasan aktivitas. Jalur evakuasi diterapkan dengan memanfaatkan lahan terbuka dan jalur pejalan kaki alami yang sudah terbentuk, sedangkan pembatasan aktivitas diterapkan sebagai upaya mengurangi beban lingkungan kawasan. Kegiatan ini juga melibatkan tenaga ahli dalam bidang geologi untuk memberikan masukan teknis terkait perencanaan kawasan ini. Tinjauan perancangan ini merupakan pedoman pengembangan Kawasan untuk masa yang akan datang. Bagi DAFT UAJY, kegiatan ini menjadi wadah penerapan ilmu dan berkolaborasi bersama dengan berbagai pihak untuk menyusun kajian berbasis pelestarian khususnya untuk objek warisan geologi.
Modul Aquaponik sebagai Alternatif Pengembangan Wisata Tangguh Pangan di Desa Wisata Brayut Yogyakarta Vincentia Reni Vitasurya; Anna Pudianti; Lucia Asdra Rudwiarti
Seminar Nasional Penelitian dan Abdimas Vol 1 No 1 (2023): Juni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/senapas.v1i1.7363

Abstract

Dampak pandemic covid 19 yang berkelanjutan mengakibatkan desa – desa wisata mengalami keterpurukan terutama dari sisi perekonomian. Pembatasan yang diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan memaksa warga untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut salah satunya dengan kembali berswadaya untuk memenuhi kebutuhan pokok. Desa wisata Brayut yang selama ini mengandalkan atraksi wisata edukasi budaya dan tradisi pedesaan sebagai tambahan penghasilan, pada masa pandemi berupaya untuk kembali pada pertanian dan perkebunan untuk memenuhi kebutuhan pokok pangan warga. Gerakan ini selaras dengan Gerakan Kampung Tangguh Nusantara yang digalakkan TNI POLRI dan pemerintah sebagai upaya menanggulangi pandemic COVID 19 pada awal tahun 2020 yang lalu. Sejalan dengan hal tersebut, tim KKN tematik WIRADESA UAJY menerjunkan mahasiswa untuk membantu mendampingi masyarakat terutama untuk meningkatkan hasil pertanian, perkebunan dan perikanan melalui model aquaponic yang portable dan sederhana sehingga dapat dibuat pada lahan pekarangan warga. Respon warga dan pendampingan tim menghasilkan rencana pengembangan untuk sebaran perletakan modul aquaponic agar dapat memenuhi kebutuhan warga.
Penerapan Konsep Ekowisata dalam Perencanaan Masterplan Desa Ekowisata Pancoh, Sleman, Yogyakarta Vincentia Reni Vitasurya; Anna Pudianti; Lucia Asdra Rudwiarti; Elisabeth Budianto; Oliviea Oliviea; Ricky Hartono
Seminar Nasional Penelitian dan Abdimas Vol 2 No 1 (2024): Juni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/senapas.v2i1.9248

Abstract

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini bertujuan untuk mendorong Desa Wisata Pancoh menjadi model ekowisata berbasis partisipasi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan serta kemandirian ekonomi masyarakat lokal melalui Program Layanan Desain berbasis Kemitraan Masyarakat. Metode yang digunakan mencakup pemecahan masalah melalui proses perancangan untuk pengembangan destinasi wisata desa baru yang dilakukan oleh perguruan tinggi dalam menyediakan Layanan Desain. Pendampingan dalam merumuskan konsep masterplan wisata desa bertujuan untuk menciptakan branding produk unggulan dan desain fasilitas pendukung ecotourism, sehingga menambah destinasi wisata di Kabupaten Sleman. Kegiatan yang direncanakan diharapkan dapat membantu Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman dalam mengelola, mendampingi, dan mengembangkan desa wisata berkelanjutan, khususnya di Desa Wisata Pancoh, Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Luaran dari kegiatan ini adalah artikel ilmiah dalam seminar nasional yang membahas proses perancangan Master Plan untuk meningkatkan branding ecotourism berbasis partisipasi masyarakat di wilayah tersebut. Fokus kegiatan ini adalah menyelesaikan permasalahan di sektor pariwisata desa agar memiliki daya saing dan memperbaiki tata nilai masyarakat dalam aspek sosial budaya terkait pariwisata desa. Kegiatan juga mencakup pengembangan masyarakat yang belum produktif tetapi memiliki hasrat kuat melalui kelompok POKDARWIS ecotourism sebagai produk unggulan.
Pendampingan Pengembangan SPMI Perguruan Tinggi untuk Meningkatkan Akreditasi Program Studi Suharyanti, Yosephine; Rudwiarti, Lucia Asdra; Vitasurya, Vincentia Reni; Bharata, Bonaventura Satya
Jurnal Atma Inovasia Vol. 4 No. 4 (2024)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jai.v4i4.9520

Abstract

Banyaknya perguruan tinggi (PT) dan program studi (prodi) di Indonesia yang belum mengembangkan dan menerapkan sistem penjaminan mutu internal (SPMI) mendorong Direktorat Belmawa Dirjen Diktiristek untuk mengembangkan kemitraan dengan PT yang telah menerapkan SPMI dengan baik, untuk mengabdikan dirinya mendampingi PT lain yang masih dalam tahap merintis atau mengembangkan SPMI-nya. Universitas Atma Jaya Yogyakarta menjadi salah satu mitra Direktorat Belmawa untuk mendampingi tujuh PT dengan 37 prodi pada tahun 2022. Pendampingan ini bertujuan untuk mengakselerasi peningkatan implementasi SPMI pada PT dan prodi peserta, dan dijalankan melalui tiga kegiatan yaitu pendampingan pengembangan SPMI secara menyeluruh, sharing implementasi SPMI, serta pendampingan pengembangan monitoring dan evaluasi dan audit mutu internal. Kegiatan yang dilaksanakan pada rentang waktu Agustus-Desember 2022 ini berjalan dengan lancar dan partisipasi peserta cukup baik, walaupun interaksi terbatas karena hanya diijinkan diselenggarakan secara daring. Setelah satu setengah tahun sejak berakhirnya kegiatan pendampingan, dampaknya terlihat nyata yakni peningkatan peringkat akreditasi satu PT dan 32,4% prodi yang mengikuti pendampingan, yang mengindikasikan bahwa keberlanjutan hasil kegiatan berlangsung.
Rural slum criteria as determining the threshold for tourism village development Pudianti, Anna; Vitasurya, Vincentia Reni; Rudwiarti, Lucia Asdra
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur Vol 9 No 2 (2024): ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur | Mei 2024 ~ Agustus 2024
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/arteks.v9i2.3350

Abstract

The rapid development of tourism affects the quality of tourist attractions in several tourist destinations, including villages that are transforming into tourist villages. With the increasing increase of tourism operations in rural areas, the quality of life in tourist villages needs to be assessed to not exceed its carrying capacity. Only when the issue becomes worse have attempts been made to address excessive tourism thus far. Slums arise in rural locations, particularly in tourist communities, as a result of one of the quality reductions. By comparing the slum criteria with input from resource people in tourist villages regarding factors reducing carrying capacity in tourist villages, this study examines factors that may be threshold aspects for developing a village so that it does not become a village that exceeds its carrying capacity. There were three phases to this study's first review. The initial stage is a review of the literature to identify the causes of the decline in tourist communities. Secondly, an Analytic Hierarchy Process (AHP) technique survey of influential people in rural tourism was conducted to gather information for threshold-determining criteria. The last step involves comparing the rural slum parameters with the AHP results. Using the characteristics of rural slums, the comparison aims to generate an assessment of the threshold instrument for the development of tourism activities in rural regions. According to preliminary research, the slum criterion is an indicator that, when modified, could enhance the threshold instrument for building tourist villages.
Development of a traditional-based homestay typology in Bayan Village, North Lombok Regency, West Nusa Tenggara Vitasurya, Vincentia Reni; Suman, Meliana Putri; Pudianti, Anna; Setyonugroho, Gregorius Agung; Rudwiarti, Lucia Asdra; Shiraishi, Hideo; Wakita, Yoshihisa
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur Vol 9 No 2 (2024): ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur | Mei 2024 ~ Agustus 2024
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/arteks.v9i2.3357

Abstract

Bayan Village on Lombok Island is a tourist village that preserves the traditions of the Sasak-Bayan tribe. The potential of this village lies in the agricultural sector and local products. However, earthquakes and the COVID-19 pandemic have hindered the village's development. Therefore, rural area planning is needed for sustainable development. One aspect being developed is homestays, although their current use is limited to special interest tourism (research). This study aims to explore the constraints and potential of homestays in the development of Desa Bayan. The research findings show various homestay types with different designs, but they still preserve local traditions. This study also suggests the importance of considering local wisdom and cultural preservation in the development of this village. Thus, this research contributes to developing a tourist village in Desa Bayan, North Lombok, West Nusa Tenggara.