Articles
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LARUTAN NACL DIBANDINGKAN DENGAN D40% TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA ULKUS DM DI RSUD KUDUS
Kristiyaningrum, Kristiyaningrum;
indanah, indanah;
Suwarto, Tri
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 4, No 2 (2013): JURNAL ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Publisher : STIKES Muhammadiyah Kudus
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Latar Belakang : Ulkus diabetes merupakan komplikasi menahun yang paling ditakuti penderita karena lamanya perawatan serta biaya yang dikeluarkan. Upaya yang dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih berat diperlukan intervensi perawatan luka yang efektif dan efisien. Perawatan luka terbaru adalah menjaga agar luka tetap dalam kondisi lembab, hal ini dapat dilakukan dengan larutan glukosa seperti D40%. Perawatan luka dengan NaCl memberikan efek biasa terhadap kesembuhan luka. Pertimbangan dengan D40% dan luka lembab adalah biaya, kenyamanan dan keamanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan larutan NaCl 0.9% dibandingkan dengan D40% terhadap proses penyembuhan luka ulkus DM di RSUD Kudus. Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan pendekatan nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus dengan luka ulkus di RSUD Kudus. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling sehingga besar sampel adalah 20 responden (10 untuk perawatan dengan NaCl 0.9% dan 10 untuk perawatan dengan D40%). Uji analisis data menggunakan uji t-Test Independent Samples Test. Hasil : Uji statistik t-Test Independent Samples Test didapatkan nilai p value = 0.001 dan nilai t hitung 4.417, nilai t bersifat dua sisi sehingga nilai α yang dirujuk adalah α/2 = 0.025 sehingga dapat diketahui bahwa nilai t tabel = 2.101. Kesimpulan : Terdapat perbedaan rata-rata antara penggunaan larutan NaCl 0.9% dibandingkan dengan D40% terhadap proses penyembuhan luka ulkus DM (Ha diterima dan Ho ditolak) pada taraf signifikansi 5%. Untuk itu diperlukan upaya keatuhan penderita dalam proses perawatan luka dan terapi serta perawatan menggunakan metode yang efektif dan efisien agar luka sembuh secara optimal
HUBUNGAN RIWAYAT KEJADIAN POST PARTUM BLUES DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1 TAHUN DI DESA DEMPEL WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGRAYUNG
Indanah, Indanah;
Sukesih, Sukesih
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 8, No 1 (2017): JURNAL ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Publisher : STIKES Muhammadiyah Kudus
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Usia satu tahun termasuk dalam usia toddler (1 - 3 tahun), yaitu merupakan masa ke “Emasan“ karena pada usia ini anak mengalami perkembangan sangat cepat. Pada usia satu tahun ini perkembangan yang meliputi kemampuan motorik (kasar dan halus), bahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosi dan inteligensi berlangsung sangat cepat dan menjadi landasan perkembangan berikutnya. Apabila seorang ibu mengalami kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan secara terus menerus akan memberikan dampak yang lebih buruk pada anak tersebut. Kondisi itu dikenal dengan istilah “ post partum bluesâ€. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan riwayat kejadian post partum blues dengan perkembangan anak usia 1 tahun di desa Dempel wilayah kerja Puskesmas Karangrayung. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan Retrospectif, pengambilan sampel menggunakan total populasi dengan jumlah 50 responden.  Hasil uji statistik ada hubungan antara riwayat kejadian post partum blues dengan perkembangan anak usia 1 tahun di Desa Dempel wilayah kerja Puskesmas Karangrayung Kabupaten Grobogan, dengan hasil uji ststistik Chi square 8,318 dan nilai p value sebesar 0,016 (α < 0,05). Hendaknya ibu yang mempunyai anak usia 1 tahun untuk memberikan perhatian dan kasih sayang sejak dalam masa kehamilan, sebelum lahir, dan setelah lahir.
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT KUSTA DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECACATAN PADA PENDERITAKUSTA DI KABUPATEN KUDUS
Wiyarni, Wiyarni;
indanah, indanah;
Suwarto, Tri
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 4, No 1 (2013): JURNAL ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Publisher : STIKES Muhammadiyah Kudus
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Pengobatan penderita untuk memutuskan mata rantai penularan, menyembuhkan penyakit penderita dan mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum pengobatan. Selain kepatuhan minum obat, faktor yang berpengaruh terhadap kecacatan pada penderita kusta adalah peran keluarga untuk melakukan upaya pencegahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat kusta dan dukungan keluarga dengan kecacatan pada penderita kusta di Kabupaten Kudus.Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita kusta di Kabupaten Kudus sejumlah 77 orang. Tehnik sampling yang digunakan ini adalah tehnik total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Uji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji chi-square.Hasil penelitian diperoleh sebagian besar penderita kusta tidak patuh dalam minum obat yaitu sebanyak 48 orang (62,3%), sebagian besar keluarga tidak mendukung penderita kusta yaitu sebanyak 47 orang (61%), sebagian besar penderita kusta mengalami kecacatan tingkat 1 yaitu sebanyak 43 orang (55,8%). Nilai p value adalah 0,003 da 0,004 (< 0,05). Dapat disimpulkan ada hubungan kepatuhan minum obat kusta dengan kecacatan pada penderita kusta di kabupaten Kudus, ada hubungan dukungan keluarga dengan kecacatan pada penderita kusta di kabupaten kudus tahun 2013 (p value 0,004 < 0,05).Diharapkan tenaga kesehatan memeprtimbangkan dalam pengambilan tindakan terhadap upaya peningkatan kepatuhan minum obat dan keefektifan pelatihan perawatan diri terhadap peningkatan dukungan anggota keluarga penderita kusta.
PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA PRA SEKOLAH
indanah, indanah;
Yulisetyaningrum, Yulisetyaningrum
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 10, No 1 (2019): JURNAL ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Publisher : STIKES Muhammadiyah Kudus
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26751/jikk.v10i1.645
Perkembangan sosial emosional anak merupakan perkembangan tingkah laku pada anak dimana anak diminta untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, perkembangan sosial merupakan proses belajar anak dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral dan tradisi dalam sebuah kelompok. Banyak faktor yang berpengaruh dalam perkembangan sosial emosional anak. Faktor tersebut antara lain faktor Hereditas/Genetis/Keturunan, faktor Lingkungan, faktor Umum/interaksionisme antara genetis dan lingkungan.Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan jenis kelamin, jumlah saudara, Pendidikan orangtua, pendapatan orangtua, tipe keluarga dan pola asuh keluarga dengan perkembangan sosial emosional anak usia pra sekolah di Desa Kramat Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia pra sekolah di Desa Kramat Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Teknik stratified Random Sampling dengan jumlah 84 responden.Hasil dan kesimpulan dalam penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, jumlah saudara, Pendidikan orangtua, pendapatan orangtua, tipe keluarga dan pola asuh keluarga dengan perkembangan sosial emosional anak usia pra sekolah dengan nilai p value sebesar < 0.05.Kata Kunci: Perkembangan social emosional anak prasekolah
Pelatihan Kader Kesehatan untuk Meningkatkan Keterampilan Deteksi Dini Stunting
Indanah, Indanah;
Jauhar, Muhamad;
Kartikasari, Fitriana;
Kusumawardani, Lita Heni
Jurnal Litbang: Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK Vol 20, No 1 (2024): Juni
Publisher : Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (BAPPERIDA) Kabupaten Pati
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33658/jl.v20i1.341
ENGLISHThe success of finding new cases of stunting is influenced by the ability of health cadres to carry out early detection. The purpose of the study was to identify the effect of health cadre training on stunting early detection skills. The research design used quasi-experiments with variables, namely health cadre training and stunting early detection skills. The population is all health cadres, and there is a sample of 33 health cadres for each intervention and control group. Sample selection is done using the purposive sampling technique. The study was conducted at two Puskesmas in Kudus Regency in November 2021. The research instrument uses observation sheets. Health cadres attended four sessions over two days with duration of 45 to 60 minutes per session in the form of lectures and demonstrations. Data analysis used Wilcoxon and Mann-Whitney tests. Health cadre training improves stunting early detection skills with p value = 0.000 (p<0.05). Increasing the capacity of health cadres to find new cases of stunting in the community can be done through routine coaching that is integrated with child health service programs in health service facilities. INDONESIAKeberhasilan penemuan kasus baru stunting di masyarakat dipengaruhi oleh kemampuan kader kesehatan dalam melakukan deteksi dini. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh pelatihan kader kesehatan terhadap keterampilan deteksi dini stunting. Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen dengan 2 variabel, yaitu pelatihan kader kesehatan dan keterampilan deteksi dini stunting. Populasi penelitian seluruh kader kesehatan dan sampel 33 kader kesehatan untuk masing-masing kelompok intervensi dan kontrol. Pemilihan sampel menggunakanteknik purposive sampling. Kriteria inklusi berupa kader kesehatan aktif, belum pernah mendapatkan pelatihan serupa, berusia dewasa, pendidikan minimal SD, mampu membaca dan menulis. Penelitian dilakukan di dua Puskesmas di Kabupaten Kudus pada bulan November 2021. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi. Kader kesehatan mengikuti empat sesi selama dua hari dengan durasi 45-60 menit/sesi dalam bentuk ceramah dan demonstrasi. Materi terdiri dari konsep tumbuh kembang, deteksi dini stunting, dan komunikasi informasi edukasi stunting. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon dan Mann Whitney. Pelatihan kader kesehatan meningkatkan keterampilan deteksi dini stunting dengan nilai p = 0,000 (p<0,05). Peningkatan kapasitas kader kesehatan dalam menemukan kasus baru stunting di masyarakat dapat dilakukan melalui pembinaan rutin terintegrasi dengan program pelayanan kesehatan anak di fasilitas pelayanan kesehatan.
Hubungan Usia, Tingkat Pendidikan, dan Status Pekerjaan dengan Fathering Pada Anak Stunting di Desa Jurang Gebog Kudus
Shofanida, Nabila Adisty;
Indanah, Indanah;
Karyati, Sri
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 1 (2025)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31004/jptam.v9i1.25420
Peran orang tua terutama ayah mempengaruhi pola asuh anak yang sehat. Peran ayah yang dibentuk oleh konsep pengasuh, pendidik, pengawas, pendisiplin, pelindung, dan pendukung sangat berpengaruh terhadap pencegahan stunting balita. Kerja sama dalam membagi peran antara ibu dan ayah dalam memberikan perhatian terhadap anak, membantu tumbuh kembang anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh usia, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan terhadap kualitas pengasuhan ayah (fathering) pada anak stunting. Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan metode asosiatif atau korelasional. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 32 responden dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa kuesioner. Kuesioner tersebut adalah kuesioner demografi dan kuesioner ROFQ (Role of the Father Questinnaire). Uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji statistik Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia (nilai p=0,019) dan tingkat pendidikan ayah (nilai p=0,000) berpengaruh signifikan terhadap peran ayah, di mana usia yang lebih matang dan pendidikan lebih tinggi meningkatkan keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Namun, status pekerjaan (nilai p=0,149) tidak menunjukkan hubungan signifikan, meskipun ada kecenderungan bahwa pekerjaan sedikit mengurangi keterlibatan ayah dalam pengasuhan.
Hubungan Usia Kehamilan Ibu Dengan Status Nutrisi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Undaan Kabupaten Kudus
Pannes David Sahri, Pannes David Sahri;
Umi Faridah;
Indanah, Indanah
PESHUM : Jurnal Pendidikan, Sosial dan Humaniora Vol. 4 No. 3: April 2025
Publisher : CV. Ulil Albab Corp
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56799/peshum.v4i3.8748
The development of nutritional status in toddlers is greatly influenced by various factors, one of which is the mother's gestational age. The relationship between the mother's gestational age and the nutritional status of toddlers is one of the important aspects in child growth. This study aims to determine the relationship between the mother's gestational age and the nutritional status of toddlers in the Undaan Health Center work area, Kudus Regency. This type of research is a correlational analytical study with a cross-sectional approach. The sample used in this study was 68 toddlers taken using a purposive sampling technique. Data were collected through observation, maternal gestational age questionnaires and nutritional status questionnaires, and anthropometric measurements to determine the nutritional status of toddlers. Data analysis was carried out using the Chi-Square test to evaluate the relationship between maternal gestational age and toddler nutritional status. The results showed that there was a significant relationship between maternal gestational age and toddler nutritional status, with a p value = 0.002 (p> 0.05) and a correlation coefficient of 0.370. Thus, this study provides important insights into the factors that influence the nutritional status of toddlers. The conclusion shows that there is a significant relationship between maternal gestational age and nutritional status in toddlers in the Undaan Health Center work area, Kudus Regency in 2025.
Hubungan Kadar HbA1c dengan Kadar Ureum dan Kreatinin pada Penderita Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2
Hertanti, Nety Widya;
Indanah, Indanah
Jaringan Laboratorium Medis Vol 7, No 1 (2025): May 2025
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31983/jlm.v7i1.12779
Diabetes mellitus (DM) is a condition characterized by elevated blood sugar levels (hyperglycemia), where if blood sugar levels do not function normally, it will result in complications for the body. One of the indicators of diabetes mellitus is the HbA1c test. poor glycemic control triggers the onset of nephropathic complications, which can be diagnosed with urea and creatinine tests. This study aims to understand the relationship between HbA1c, urea, and creatinine levels in individuals with type 2 diabetes. This study uses a quantitative correlation analysis design with a cross-sectional design. A total of 48 respondents were selected using the random sampling method. The results of the measurement of the variables studied showed a high HbA1c level of (60.4%), a high urea level of (4.2%), and a high creatinine level of (39.6%). The Pearson correlation test shows that there is a positive relationship between HbA1c levels and urea levels, with a p-value of 0.006, which is less than 0.05 (0.006 0.05). Meanwhile, the relationship between HbA1c and creatinine shows that there is no significant relationship between HbA1c levels and creatinine levels, with a p-value of 0.352.
Relationship Between Daily Living Activity And Self Dependency In Non-Hemoragic Stroke Patients In The Stroke Unit
Fitriani, Indah Nur;
Soesanto, Edy;
Indanah, Indanah
Nursing Information Journal Vol. 5 No. 1 (2025): Nursing Information Journal
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIKES Banyuwangi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54832/nij.v5i1.1123
Stroke is a chronic disease that affects the quality of life and ability of daily living activities (ADL) of patients, especially in ischemic stroke patients. In Indonesia, stroke is the third largest cause of disability and death, 25.8 percent of sufferers experience total or partial paralysis. This causes sufferers to have difficulty in carrying out daily activities or Activity of daily living (ADL) and independence of self-perception (Self dependency). The purpose of this study was to determine the relationship between Activity Daily Living (ADL) and Self Dependency in non-hemorrhagic stroke patients. This study was conducted in December 2024 in the stroke unit of RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus using a descriptive analytical design with a cross-sectional approach. The population in this study was 250 with a sample of 106 patients selected using a purposive sampling technique. Data were collected through a questionnaire that included a measurement instrument for the level of dependence in the form of a questionnaire and a measuring instrument for calculating ADL (Barthel index). Data analysis using the Gamma Correlation test. The results of the analysis using the Gamma Correlation test statistical test with the SPSS program obtained a p-value of 0.001 < (a = 0.05) with a correlation coefficient (0.963) meaning that there is a very strong relationship between daily living activities and independence in non-hemorrhagic stroke patients in the Stroke Unit of Dr. Loekmono Hadi Kudus Hospital. Independence in cases of non-hemorrhagic stroke patients in the Stroke Unit of Dr. Loekmono Hadi Kudus Hospital mostly experienced moderate dependence while patient independence was in the category of requiring severe dependence assistance.
The Relationship Between Eating Junk Food and a Sedentary Lifestyle with Obesity in Elementary School Children
Ummah, Faridatul;
Indanah, Indanah;
Purnomo, Muhammad
Advances in Healthcare Research Vol. 3 No. 2 (2025): March - August
Publisher : Yayasan Pendidikan Bukhari Dwi Muslim
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.60079/ahr.v3i2.557
Purpose: Obesity is a long-term condition caused by the accumulation of fat in the body due to an imbalance between energy intake and expenditure. This study aims to investigate the relationship between junk food consumption and a sedentary lifestyle, as well as the incidence of obesity, among elementary school children, particularly at SD 1 Megawon, Kudus Regency. This study also aims to understand the types of fast food consumed and the duration of sedentary behavior in children. Research Method: The research design employed was quantitative, utilizing a correlational analytical approach and a case-control design. The study was conducted at SD 1 Megawon in March 2025. The sample consisted of 60 respondents, namely 30 children with obesity and 30 children without obesity, selected using purposive sampling. Data were collected through the Food Frequency Questionnaire (FFQ) to assess junk food consumption habits and the Adolescent Sedentary Activity Questionnaire (ASAQ) to measure sedentary activity. Data analysis was performed using bivariate analysis with the chi-square test. Results and Discussion: The results indicate a significant relationship between the frequency of junk food consumption and sedentary activity levels, as well as obesity, in elementary school children. The p-values for both variables indicate statistical significance (p < 0.05). Implications: These findings provide a crucial foundation for schools and parents to implement healthy eating patterns and encourage physical activity, thereby preventing childhood obesity from an early age.