Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

SEJARAH PUSKESMAS ANDOWIA DI KECAMATAN ANDOWIA KABUPATEN KONAWE UTARA (1982-2016) Nurtina, Nurtina; Hayari, Hayari
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 4 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (22.653 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v3i4.12857

Abstract

ABSTRAK: Masalah pokok penelitian ini adalah (1) Apa yang melatar belakangi pembangunan Puskesmas Andowia di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara?  (2) Bagaimana perkembangan Puskesmas Andowia di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara? Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sejarah yang bersifat deskriptif kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan strukturis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yang terdiri dari tiga yakni: (1) Heuristik (Pengumpulan Sumber), (2) Verifikasi (Kritik Sumber) dan (3) Historiografi (Penulisan Sejarah). Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Latar belakang pembangunan Puskesmas Andowia di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara yaitu  Pada awalnya sebelum ada Puskesmas Andowia, masyarakat setempat masih mempercayai dukun dapat menyembuhkan penyakit, Jadi pada saat itu masyarahkat setempat ketika mengalami sakit ataupun ada keluarga yang sakit mereka pergi ke dukun untuk berobat. (2) Perkembangan Puskesmas Andowia di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara (1982-1994) yaitu (a)  Pada tahun 1982-2016 dimana pada saat itu Puskesmas Andowia belum ada perkembangan secara fisik; (b)  Pada tahun 1994-2007 dimana adanya tambahan fasilitas kesehatan dari pemerintah setempat; (c)  Pada tahun 2007-2016  adanya lagi penambahan alat-alat peralatan kesehatan seperti suntik, ukur berat badan dan lain-lainnya. (d) Perkembangan kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Andowia Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara penulis memilih 5 dimensi kualitas, yaitu ketampakan fisik (tangibles), keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance) dan empati (empathy). Kata Kunci: Latar belakang, Perkembangan, Puskesmas ABSTRACT: The main problems of this research are (1) What is the background of the development of Andowia Health Center in Andowia Subdistrict, North Konawe Regency? (2) How is the development of Andowia Health Center in Andowia Subdistrict, North Konawe Regency? This type of research used in this study is a descriptive qualitative historical research. The approach used in this research is a structuralist approach. The method used in this study is the historical method according, which consists of three namely: (1) Heuristics (Collection of Sources), (2) Verification (Critical Sources) and (3) Historiography (Writing History). The results of this study are as follows: (1) The background of the development of the Andowia Community Health Center in Andowia Sub-district, North Konawe Regency, that is, before the Andowia Health Center was established, the local community still believed that the dukun could cure the disease. the sick they went to the shaman to seek treatment. (2) the development of Andowia Health Center in Andowia Subdistrict, North Konawe Regency (1982-1994), namely (a) in 1982-2016 where at that time the Andowia Health Center had no physical development; (b) In 1994-2007 where there were additional health facilities from the local government; (c) In 2007-2016 there was additional addition of medical equipment such as injections, weight measurements and others. (d) The development of the quality of health services in Andowia Health Center Andowia Subdistrict, North Konawe District, the authors chose 5 dimensions of quality, namely physical appearance (tangibles), reliability (reliability), responsiveness (responsiveness), assurance (assurance) and empathy (empathy). Keywords: Background, Development, Health Center
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI IPS MA ANNUR AZZUBAIDI KONAWE Zaskia, Kiki; Mursidin T, Mursidin T; Hayari, Hayari
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 4, No 4 (2019): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1046.925 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v4i4.12875

Abstract

ABSTRAK: Permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat meningkatkan efektivitas mengajar pada guru sosiologi kelas XI IPS MA Annur Azzubaidi? 2) Apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat meningkatkan aktivitas belajar sosiologi pada siswa kelas XI IPS MA Annur Azzubaidi? 3) Apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi pada siswa kelas XI IPS MA Annur Azzubaidi?. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas  XI IPS MA Annur Azzubaidi Kecamatan Meluhu, Kabupaten Konawe yang berjumlah 26 orang siswa putri. Aspek yang diteliti adalah guru, siswa dan hasil belajar. Prosedur penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus pelaksanaan penelitian tindakan tiap siklus dilakukan melalui empat tahap yaitu : 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3) Observasi dan Evaluasi serta 4) Refleksi. Indikator keberhasilan proses tindakan  yaitu : 1) Indikator efektivitas mengajar guru dikatakan tuntas apabila 90% telah melaksanakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) 2) Indikator aktivitas siswa dikatakan tuntas apabila 90% telah melaksanakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) 3) Indikator hasil belajar sosiologi dikatakan tuntas apabila 80% siswa telah tuntas dengan perolehan nilai 72 atau lebih, sesuai dengan KKM yang ditetapkan sekolah sebesar 72. Penelitian menunjukkan bahwa 1) Efektivitas mengajar guru dalam melaksanakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) yaitu pada siklus I sebesar 84,61% siklus II  sebesar 100%, 2) Aktivitas belajar siswa juga meningkat dengan skor perolehan siklus I sebesar 83,33% siklus II sebesar 100% 3) Hasil belajar sosiologi siswa kelas XI IPS MA Annur Azzubaidi Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), hal ini terlihat pada siklus I nilai rata-rata siswa 79,56 dengan persentase ketuntasan 61,53% adapun pada siklus II nilai rata-rata siswa 88,12 dengan persentase ketuntasan 82,60% sehingga ketuntasan belajar siswa tercapai. Kata Kunci: Efektivitas, Aktivitas, Hasil Belajar         ABSTRACT: The problems in this study are 1) Does the application of the problem based learning model can improve the effectiveness of teaching in class XI IPS MA Annur Azzubaidi sociology teachers? 2) Can the application of the problem based learning model improve sociology learning activities for students of class XI IPS MA Annur Azzubaidi? 3) Does the application of the problem based learning model can improve sociology learning outcomes in class XI IPS MA Annur Azzubaidi ?. This research is a Classroom Action Research (CAR) by applying a problem based learning model. The subjects of this study were students of class XI IPS MA Annur Azzubaidi, Meluhu District, Konawe District, totaling 26 female students. The aspects studied were teacher, student and learning outcomes. Classroom action research procedure consists of 2 cycles of action research implementation each cycle carried out through four stages, namely: 1) Planning, 2) Implementation of Actions, 3) Observation and Evaluation and 4) Reflection. Indicators of the success of the action process are: 1) Indicators of teaching effectiveness of teachers are said to be complete if 90% have implemented problem based learning models 2) Indicators of student activities are said to be complete if 90% have implemented problem based learning models (problem based learning) 3 ) Indicators of sociology learning outcomes are said to be complete if 80% of students have completed with 72 or more, in accordance with the KKM set by schools by 72. Research shows that 1) The effectiveness of teaching teachers in implementing problem-based learning models, namely on cycle I amounted to 84.61% cycle II amounted to 100%, 2) Student learning activities also increased with the acquisition score of cycle I amounted to 83.33% cycle II amounted to 100% 3) Sociology learning outcomes of students of class XI IPS MA Annur Azzubaidi District Meluhu District Konawe can be improved through the application of problem based learning models (problems based learning), this can be seen in the first cycle the average value of students 79.56 with a percentage of completeness 61.53% as for the second cycle the average value of students 88.12 with a percentage of completeness 82.60% so that students' mastery learning is achieved. Keywords: Effectiveness, Activities, Learning Outcomes
SEJARAH BANDARA MATAHORA DI PULAU WANGI-WANGI KABUPATEN WAKATOBI (2007-2017) Asmiani, Asmiani; Hayari, Hayari
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 3 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (22.653 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v3i3.12820

Abstract

ABSTRAK: Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah: (1) Apa latar belakang pembangunan Bandara Matahora di Pulau Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi, (2) Apa kendala yang dihadapi dalam pembangunan Bandara Matahora di Pulau Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi? (3) Apa dampak yang ditimbulkan terhadap pembangunan Bandara Matahora di Pulau Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi? dan (4) Bagaimana Perkembangan pembangunan Bandara Matahora di Pulau Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi? Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang dikemukakan oleh Helius Sjamsuddin, yang terdiri atas 3 tahap yaitu: (1) Heuristik yakni mencari sumber melalui wawancara, studi kepustakaan, dan penelitian lapangan, (2) Kritik Sumber terdiri atas kritik eksternal dan kritik internal guna mendapat data yang akurat, (3) Historiografi yang dimaksudkan dalam bentuk karya tulis kronologis, sistematis dan ilmiah. Penelitian ini menunjukan bahwa latar belakang perkembangan Bandara Matahora berawal dari pemikiran atau ide bupati wakatobi Ir. Hugua yang yang tergambar dalam visi misinya membangun dan menjadikan Kabupaten Wakatobi menjadi daerah yang digemari oleh banyak orang dengan visi “Terwujudnya Surga Nyta Bawah Laut di Pusat Segitiga Karang Dunia” (2) Kendala yang dihadapi dalam pembangunan Bandara Matahora dapat dilihat dari pandangan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk respon dari masyarakat berkaitan dengan pembangunan Bandara Matahora serta kecenderungan rencana yang dilakukan pasca Bandara terbangun. Respon yang dimaksud adalah respon mengenai pembangunan Bandara Matahora. Misalnya dari satu pihak menerima adanya Bandara Matahora dipihak lain ada yang menolak pembangunan Bandara Matahora. (3) Dampak dari pembangunan Bandara Matahora ialah terdapat dampak yang bersifat positif dan yang bersifat negatif bagi masyarakat dan daerah. (4) Perkembangan pembangunan Bandara Matahora dari tahun ke tahun semakin bagus, dimana Bandara yang menjadi kebanggaan masyarakat tersebut digunakan dengan semaksimal mungkin dan pembangunan tambahan Bandara terus berkelanjutan hingga saat ini. Disamping itu, banyak wisatawan dalam dan luar negeri yang menggunakan Bandara Matahora tersebut sebagai alternatif yang memungkinkan perjalanan masyarakat bisa dijangkau dengan cepat. Kata Kunci: Sejarah, Bandara Matahora, Pulau Wangi-Wangi, dan Wakatobi ABSTRACT: The main problems in this study are: (1) What is the background of the development of Matahora Airport on Wangi-Wangi Island, Wakatobi Regency, (2) What are the obstacles faced in the construction of Matahora Airport on Wangi-Wangi Island, Wakatobi Regency? (3) What are the impacts on the construction of Matahora Airport on Wangi-Wangi Island, Wakatobi Regency? and (4) How is the development of Matahora Airport development on Wangi-Wangi Island, Wakatobi Regency? This research uses the historical method proposed by Helius Sjamsuddin, which consists of 3 stages, namely: (1) Heuristics which is looking for sources through interviews, library research, and field research, (2) Source Criticism consists of external criticism and internal criticism in order to obtain data accurate, (3) Historiography intended in the form of chronological, systematic and scientific writing. This research shows that the background of the development of Matahora Airport originated from the thoughts or ideas of the Regent of Wakatobi, Ir. Hugua, who is depicted in his vision and mission to build and make Wakatobi Regency a favorite area for many people with the vision of "Realizing the Underwater Paradise of the Sea at the Center of the World Coral Triangle" (2) Constraints faced in the construction of Matahora Airport can be seen from the view of the community that is realized in the form of response from the public relating to the construction of Matahora Airport and the tendency of plans to be carried out after the Airport was built. The response in question is the response regarding the construction of Matahora Airport. For example, from one party accepting the existence of Matahora Airport, on the other hand there are those who reject the construction of Matahora Airport. (3) The impact of Matahora Airport development is that there are positive and negative impacts on the community and the region. (4) The development of the Matahora Airport development from year to year is getting better, where the Airport which is the pride of the community is used to the maximum extent possible and the construction of additional airports continues to the present. In addition, many domestic and foreign tourists who use the Matahora Airport as an alternative that allows people's trips can be reached quickly. Keywords: History, Matahora Airport, Wangi-Wangi Island, and Wakatobi
TRADISI PESONDO PADA MASYARAKAT KULISUSU KABUPATEN BUTON UTARA (1966-2017) Darnita, Darnita; Hayari, Hayari
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 2, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (605.235 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v2i2.8436

Abstract

ABSTRAK Tujuan dalam penelitian adalah: (1) Untuk menguraikan latar belakang pelaksanaan tradisi Pesondo pada masyarakat Kulisusu; (2) Untuk menjelaskan tahap-tahap pelaksanaan tradisi Pesondo pada masyarakat Kulisusu; (3) Untuk menjelaskan  perubahan tradisi Pesondo pada masyarakat Kulisusu; dan (4) Untuk menguraikan nilai-nilai  yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi Pesondo pada masyarakat Kulisusu.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut  Helius Sjamsuddin yang terdiri atas: (1) Heuristik, yaitu pengumpulan data melalui studi kepustakaan, pengamatan, dan wawancara; (2) Kritik sumber untuk kritik sumber yaitu penilaian data melalui kritik eksternal dan kritik internal; dan (3) Historiografi, yaitu penulisan sejarah melalui penafsiran, penjesalan, dan penyajian.Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa: (1) Latar belakang pelaksanaan tradisi Pesondo pada masyarakat Kulisusu adalah timbulnya rasa takut pada orang tua, cemas dan was-was jika pada anak pertamanya mengalami kelainan ataupun penyakit dari kalangan Ode sehingga timbul suatu anggapan bahwa dengan melakukan tradisi Pesondo akan dijauhkan dari hal-hal buruk pada anak; (2) Tahap-tahap pelaksanaan tradisi Pesondo pada masyarakat Kulisusu yaitu: a) Tahap awal, yakni penentuan waktu dan hari pelaksanaan tradisi Pesondo sesuai kesepakatan dari keluarga dengan melihat hari baik. b) Tahap pelaksanaan, yakni diawali dengan membersihkan badan dan dilanjutkan mengenakan busana atau baju yang berwarna merah dilanjutkan dengan acara Pesondo. c) Tahap terakhir yakni pembacaan do’a oleh dukun anak dan acara makan bersama; (3) Perubahan tradisi Pesondo pada masyarakat Kulisusu yaitu seiring dengan berkembangnya waktu, tradisi Pesondo telah mengalami pergeseran khususnya masalah syarat-syarat yang sudah berubah yang dulunya masih berlaku syarat yang telah ditentukan sebaliknya pada masa kini syarat tersebut telah berubah seperti pelaksanaan tradisi Pesondo yang dulunya hanya kalangan Ode dan sekarang tidak diharuskan dari kalangan Ode serta alat-alat dan busana yang digunakan dalam tradisi Pesondo mengalami perubahan; dan (4) Nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi Pesondo pada masyarakat Kulisusu adalah: (a) Nilai religius, (b) Nilai kejujuran, (c) Nilai disiplin, (d) Nilai kerja keras, (e) Nilai rasa ingin tahu, (f) Nilai komunikatif, dan (g) Nilai tanggung jawab. Kata Kunci: Tradisi, Pesondo
APPLICATION OF THE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) COOPERATIVE LEARNING MODEL TO IMPROVE IPS LEARNING OUTCOMES IN CLASS VIII STUDENTS AT MTs Guna, Aksan; Hayari, Hayari
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v5i2.15458

Abstract

ABSTRAK: Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Meningkatkan efektivitas mengajar guru IPS kelas VIII A MTs Negeri 02 Bombana melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2) Meningkatkan aktivitas belajar IPS pada siswa kelas VIII A MTs Negeri 02 Bombana melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 3) Meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII A MTs Negeri 02 Bombana melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Subjek penelitian ini adalah guru dan seluruh siswa kelas VIII A MTs Negeri 02 Bombana sebanyak 26 orang siswa. Data hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah efektifitas dan aktivitas yang diperoleh dari lembar observasi serta hasil belajar siswa yang diukur melalui tes siklus. Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Dari hasil analisis data yang diperoleh dengan kesimpulan bahwa: 1) Efektivitas mengajar guru pada siklus I mencapai 60% dan belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan dan pada siklus II meningkat menjadi 100% dan telah mencapai indikator kinerja. 2) Aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai 55% yang belum mencapai indikator kinerja, pada siklus II meningkat menjadi 91% dan telah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. 3) Hasil belajar IPS siswa pada siklus I nilai rata-rata mencapai 67,19 sedangkan pada siklus II nilai rata-rata mencapai 84,53. Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 31% atau 8 orang dari 26 siswa yang tuntas secara klasikal dan 69% atau 18 orang yang tidak tuntas secara klasikal dan pada siklus II hasil belajar IPS siswa mencapai 85% atau 22 orang dari 26 orang siswa yang tuntas hasil belajar secara klasikal dan 15% atau 4 orang yang tidak tuntas secara klasikal. Kata Kunci: Efektivitas, Aktivitas, Hasil Belajar, STAD ABSTRACT: This research is a classroom action research conducted in two cycles, each cycle consisting of planning, implementing, observing and reflecting. This study aims to: 1) Improve the teaching effectiveness of class VIII A social studies teachers at MTs Negeri 02 Bombana through the application of the STAD type cooperative learning model. 2) Increase social studies learning activities in class VIII A students of MTs Negeri 02 Bombana through the application of the STAD type cooperative learning model. 3) Improving social studies learning outcomes in class VIII A MTs Negeri 02 Bombana through the application of the STAD type cooperative learning model. The subjects of this study were the teachers and all students of class VIII A MTs Negeri 02 Bombana as many as 26 students. The result data obtained from this study are the effectiveness and activities obtained from the observation sheet and student learning outcomes that are measured through cycle tests. Data analysis was performed using descriptive statistics. From the results of data analysis obtained with the conclusion that: 1) The effectiveness of teaching teachers in the first cycle reached 60% and had not reached the predetermined performance indicators and in the second cycle increased to 100% and had reached the performance indicators. 2) Student learning activities in the first cycle reached 55% which had not reached the performance indicators, in the second cycle it increased to 91% and had reached the predetermined performance indicators. 3) Students' social studies learning outcomes in the first cycle the average score reached 67.19, while in the second cycle the average score reached 84.53. The increase in student learning outcomes in the first cycle reached 31% or 8 of the 26 students who completed classically and 69% or 18 students who did not complete classically and in the second cycle the social studies learning outcomes of students reached 85% or 22 of the 26 students who complete classical learning outcomes and 15% or 4 people who do not complete classically.  Keywords: Effectiveness, Activities, Learning Outcomes, STAD
SEJARAH DESA MADAMPI KECAMATAN LAWA KABUPATEN MUNA BARAT (1999-2017) Selfi, Wa Ode; Hayari, Hayari
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i2.13179

Abstract

ABSTRAK: Permasalahan utama dalam penelitian ini ialah: 1) Bagaimana asal usul pemberian nama Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat? 2) Apa latar belakang terbentuknya Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat? 3) Bagaimana proses terbentuknya Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat? 4) Bagaimana perkembangan Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat (1999-2017)? Metode penelitian menggunakan metode penelitian sejarah dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pengumpulan sumber (heuristik) yaitu kegiatan peneliti untuk memperioleh data, 2) Kritik sumber (verifikasi) yaitu untuk mengetahui otentitas (keaslian) dan kredibilitas (kebenaran) data yang berhasil dikumpulkan, 3) Penulisan sejarah (historiografi) yaitu, menyampaikan sintesa dalam bentuk kisah sejarah. Dalam kajian pustaka penelitian ini menggunakan konsep dan teori sejarah, konsep desa dan syarat terbentuknya desa, konsep pemerintahan desa, dan konsep perkembangan desa, serta penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Asal usul pemberian nama Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat di ambil berdasarkan hasil kesepakatan dari seluruh lapisan masyarakat, dan juga diilhami dari sebuah peristiwa sejarah pada zaman dulu. 2) Latar belakang terbentuknya Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat merupakan keinginan masyarakat setempat untuk membentuk desa tersendiri. Hal ini dilakukan karena untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik dalam bidang pemerintahan terutama dalam pelayanan pengurusan administrasi, yang memperkasai terbentuknya Desa Madampi yakni para tokoh adat dan para tokoh masyarakat. 3) Proses terbentuknya Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat merupakan keinginan masyarakat untuk memimpin daerahnya sendiri, yang diprakarsai oleh masyarakat yang tergabung dalam organisasi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), sekarang disebut Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), mengadakan suatu musyawarah untuk membahas bahwa Dusun Madampi layak untuk melakukan satu pemekaran wilayah. 4) Perkembangan Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat (1999-2017) yaitu dapat dilihat dari beberapa bidang seperti: a) Perkembangan bidang politik, b) Perkembangan pelayanan umum, c) perkembangan ekonomi, d) Perkembangan bidang pendidikan, dan e) Perkembangan sarana dan prasarana. Kata Kunci: Asal usul, latar belakang, proses, perkembangan Desa Madapi ABSTRACT: The main problems in this study are: 1) What is the origin of giving the name of Madampi Village, Lawa District, West Muna Regency? 2) What is the background of the formation of Madampi Village, Lawa District, West Muna Regency? 3) What is the process for the formation of Madampi Village, Lawa District, West Muna Regency? 4) How is the development of Madampi Village, Lawa District, West Muna Regency (1999-2017)? The research method uses historical research methods with the following steps: 1) Collection of sources (heuristics), namely the activities of researchers to obtain data, 2) Criticism of sources (verification), namely to determine the authenticity and authenticity of the data collected , 3) Writing history (historiography) that is, conveying synthesis in the form of historical stories. In the literature review, this research uses historical concepts and theories, village concepts and conditions for village formation, village governance concepts, and village development concepts, as well as research relevant to the title of this research. This study shows that: 1) The origin of giving the name of Madampi Village, Lawa Subdistrict, West Muna Regency was taken based on the agreement of all levels of society, and was also inspired by a historical event in the past. 2) The background of the formation of Madampi Village, Lawa Subdistrict, West Muna Regency is the desire of the local community to form their own village. This was done because to get better services in the field of government, especially in administrative management services, which strengthened the formation of Madampi Village, namely traditional leaders and community leaders. 3) The process of the formation of Madampi Village, Lawa Subdistrict, West Muna Regency was the desire of the community to lead their own area, initiated by the people who were members of the Village Community Resilience Institute (LKMD), now called the Community Empowerment Institute (LPM), held a meeting to discuss that Madampi Hamlet is eligible to undertake a regional division. 4) Development of Madampi Village, Lawa Subdistrict, West Muna Regency (1999-2017), which can be seen from several fields such as: a) Development of the political field, b) Development of public services, c) economic development, d) Development of education, and e) Development facilities and infrastructure. Keywords: Origins, background, process, development of Madapi Village
TRADISI KAMOMOSE SEBAGAI AJANG MENCARI JODOH DI KELURAHAN GU TIMUR KECAMATAN LAKUDO KABUPATEN BUTON TENGAH Husni, Muhamad Ihram; Darnawati, Darnawati; Hayari, Hayari
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 5, No 3 (2020): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v5i3.15674

Abstract

ABSTRAK:     Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan tradisi kamomose di Kelurahan Gu Timur Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah, 2) Untuk menjelaskan makna simbolik dalam tradisi kamomose di Kelurahan Gu Timur Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah, 3) Untuk menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi kamomose di Kelurahan Gu Timur Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah menurut Helius Sjamsuddin dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pengumpulan sumber (heuristik), 2) Kritik sumber (verifikasi), 3) Penulisan sejarah (historiografi). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Proses pelaksanaan tradisi kamomose di Kelurahan Gu Timur Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah terdiri dari; a) Tahap persiapan yaitu alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan tradisi kamomose adalah: (1) Gendang (ganda dhawa), terbuat dari kulit kambing atau sapi, (2) Mbilolo (gong), terbuat dari kuningan yang dipakai untuk mengiringi acara kamomose, (3) Dhawa-dhawa, merupakan alat musik tradisional yang dipasang didekat mbilolo, (4) Ndengu-ndengu, alat musik tradisional yang terbuat dari kuningan yang terdiri dari tiga buah. b) Tahap pelaksanaan yaitu; (1) Waktu pelaksanaan tradisi kamomose dimulai pukul 20.00 Wita sampai selesai, (2) Kalampi adalah pakaian yang digunakan peserta kamomose, (3) Pu’uno lambu adalah pihak penyelanggara tradisi kamomose, 4) Fopangano adalah peserta yang duduk dalam acara kamomose dan penabur gendang. 2) Makna simbolik yang terkandung dalam tradisi kamomose di Kelurahan Gu Timur Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah yaitu sebagai alat pemersatu untuk membina hubungan keakraban di Kelurahan Gu Timur. 3) Nilai yang terkandung dalam tradisi kamomose di Kelurahan Gu Timur Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah terdiri dari; a) Nilai spiritual yaitu pelaksanaannya disesuaikan dengan aturan-aturan agama, b) Nilai etika yaitu bentuk sikap yang baik agar selalu hidup berdampingan dan saling membantu dan, c) Nilai estetika yaitu memberikan keindahan tersendiri pada semua peserta yang mengikuti tradisi kamomose. Kata Kunci: Tradisi, Kamomose, Mencari Jodoh, Kelurahan Gu Timur ABSTRACT: The objectives of this study are: 1) To describe the process of implementing the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency, 2) To explain the symbolic meaning in the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency, 3) To explain the value -values contained in the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency. The method used in this research is the historical research method according to Helius Sjamsuddin with the following steps: 1) Source collection (heuristics), 2) Source criticism (verification), 3) Historical writing (historiography). The results of this study indicate that: 1) The process of implementing the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency consists of; a) The preparation stage, namely the tools used in the implementation of the chamomose tradition are: (1) Gendang (double dhawa), made of goat or cow skin, (2) Mbilolo (gong), made of brass used to accompany chamomose events, (3) Dhawa-dhawa, is a traditional musical instrument installed near the mbilolo, (4) Ndengu-ndengu, a traditional musical instrument made of brass consisting of three pieces. b) The implementation stage, namely; (1) When the chamomose tradition starts at 8:00 p.m. until finished, (2) Kalampi is the clothes worn by the chamomose participants, (3) Pu'uno lambu is the organizer of the chamomose tradition, 4) Fopangano is a participant who sits in the chamomose and sower event drum. 2) The symbolic meaning contained in the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency, which is as a unifying tool to foster a close relationship in Gu Timur Village. 3) The values contained in the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency consist of; a) Spiritual value, which is implemented according to religious rules, b) Ethical values, namely a form of good attitude so that they always live side by side and help each other and, c) Aesthetic values, namely giving beauty to all participants who follow the kamomose tradition  Keywords: Tradition, Chamomose, Finding a Match, Gu Timur Village
DESA TANGKENO SEBAGAI DESA WISATA DI KECAMATAN KABAENA TENGAH KABUPATEN BOMBANA (1997-2018) Safitri, indah; Hadara, Ali; Hayari, Hayari
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 5, No 4 (2020): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v5i4.15681

Abstract

ABSTRAK: Tujuan dalam penelitian ini adalah : (1) Untuk mendeskripsikan  Desa Tangkeno sebagai Desa Wisata di Kecamatan Kabaena Tengah (2) Untuk mendeskripsikan latar belakang terbentuknya Desa Tangkeno sebagai Desa Wisata di Kecamatan Kabaena Tengah (3) Untuk menjelaskan  tingkat kunjungan wisata ke Desa Tangkeno Kecamatan Kabaena Tengah (4) Untuk menjelaskan prospek pengembangan Desa Tangkeno menjadi Desa Wisata di Kecamatan Kabaena Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang dikemukakan oleh Helius Syamsudin yang terdiri atas 3 tahap yaitu: (1) Heuristik yakni mencari sumber melalui wawancara,studi kepustakaan, dan penelitian lapangan, (2) Kritik sumber terdiri atas kritik eksternal dan kritik internal guna mendapat data yang akurat, (3) Historiografi yang di maksudkan dalam bentuk tulisan secara sisitematis dan kronologis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Desa wisata Tangkeno adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Kabaena Tengah Kabupaten Bombana, terletak disebelah utara Gunung Sabampolulu. Dinobatkan sebagai desa wisata menjadikan Tangkeno sebagai ikon pariwisata Kabupaten Bombana. Kekayaan pesona alam, keunikan adat dan budaya, keunikan adat dan budaya diyakini mampu menarik dan memanjakan mata wisatawan yang berkunjung ke Desa yang juga dikenal dengan sebutan Negeri di Awan ini. (2) Latar belakang terbentuknya Desa Tangkeno adalah pada mulanya Desa Tangkeno masih bergabung dengan beberapa desa lainnya yaitu Enano, Lengora, dan Tangkeno yang dinamai dengan kepala desa gabungan. Pada saat perubahan sistem pemerintahan dari kepala gabungan menjadi desa maka Desa Tangkeno akhirnya dimekarkan di bawah pemerintahan Kabupaten Buton. (3) Tingkat kunjungan wisata ke Desa Tangkeno dapat dilihat sejak dari diresmikannya menjadi Desa Wisata, Tangkeno cukup banyak menarik para wisatawan untuk berkunjung baik wisatawan lokal, maupun wisatawan asing hal ini dapat dilihat dari meningkatnya tingkat kunjungan para wisatawan. (4) Prospek pengembangan Desa Tangkeno sebagai Desa Wisata membutuhkan strategi pengembangan yang kuat dan ditinjau dari aspek kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan. Kata Kunci: Perkembangan, Desa Wisata Tangkeno ABSTRACT: The objectives of this study are: (1) To describe Tangkeno Village as a Tourism Village in Kabaena Tengah District (2) To describe the background of the formation of Tangkeno Village as a Tourism Village in Kabaena Tengah District (3) To explain the level of tourist visits to Tangkeno Village Kabaena Tengah District (4) To explain the prospect of developing Tangkeno Village into a Tourism Village in Kabaena Tengah District. The method used in this research is the historical method proposed by Helius Syamsudin which consists of 3 stages, namely: (1) Heuristics, namely finding sources through interviews, literature study and field research, (2) Source criticism consists of external criticism and internal criticism. in order to obtain accurate data, (3) Historiography which is meant in writing systematically and chronologically. The results of this study indicate that: (1) Tangkeno tourism village is one of the villages located in Kabaena Tengah Subdistrict, Bombana Regency, located north of Mount Sabamp Honolulu. Having been named a tourist village, Tangkeno is a tourism icon for Bombana Regency. The wealth of natural charm, uniqueness of customs and culture, uniqueness of customs and culture is believed to be able to attract and spoil the eyes of tourists visiting this village which is also known as the Land of the Clouds. (2) The background for the formation of Tangkeno Village was that at first Tangkeno Village was still joined by several other villages, namely Enano, Lengora, and Tangkeno which were named after the joint village head. When the government system changed from a joint head to a village, Tangkeno Village was finally expanded under the Buton Regency administration. (3) The level of tourist visits to Tangkeno Village can be seen since the inauguration of a Tourism Village, Tangkeno has attracted quite a lot of tourists to visit both local and foreign tourists, this can be seen from the increasing level of tourist visits. (4) Development prospects Tangkeno Village as a Tourism Village requires a strong development strategy in terms of strengths, weaknesses, opportunities and challenges.  Keywords: Development, Tangkeno Tourism Village
ANALISIS PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI DESA POLENGA KECAMATAN WATUBANGGA KABUPATEN KOLAKA Hermianti, Hermianti; Halim, Muliha; hayari, hayari
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v6i2.20005

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini ialah: 1) Untuk mendeskripsikan pendapatan petani jagung dalam satu periode penanaman jagung di Desa Polenga Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka. 2) Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung di Desa Polenga Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Teknik pengumpulan data terdiri dari wawancara, angket dan dokumentasi 2) Teknik analisis data yaitu persentase dan analisis R/C ratio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Dengan jumlah informan 15 orang dilihat bahwa pendapatan yang efisien/menguntungkan yaitu Sirang dengan jumlah 2,97 dan Hasrida 2,70 dengan luas lahan 1 Ha. Hasil ini didapatkan setelah melakukan tes rasio pada masing-masing  informan. Sedangkan pendapatan yang terendah setelah melakukan tes rasio yaitu Tadi dengan jumlah 2,22, Zakaria 2,27, dan Asdar dengan jumlah 2,29 dengan luas lahan masing-masing 800 m2. Untuk informan dengan luas lahan tertinggiyaitu Ruspardi dengan luas lahan 2 Ha, setelah menggunakan rumus rasio yang didapatkan yaitu 2,42 yang berarti keuntungan yang didapatkan Ruspardi cukup tinggi namun tidak sebanyak yang didapatkan oleh informan Sirang dikarenakan harga jual jangung yang berbeda. Dan informan Ruspardi mempunyai biaya pengeluaran yang tinggi karena semakin luas lahan yang ditanami jagung maka semakin banyak pula biaya yang dikeluarkan sehinggaa pendapatan menguntungkan namun tidak terlalu tinggi. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung di Desa Polenga Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka, yaitu: (a) faktor luas lahan, (b) faktor cuaca, (c) faktor benih, (d) faktor pestisida, (e) faktor pupuk, (f) faktor harga.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII-1 fujiana, citra; hayari, hayari
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 6, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v6i1.19071

Abstract

Tujuan utama penelitian penelitian ini yaitu: (1) Untuk meningkatkan efektivitas mengajar guru IPS kelas VIII-1 SMP Negeri 19 Kendari melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick. (2) Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 19 Kendari melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick. (3) Untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 19 Kendari melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Prosedur penelitian ini meliputi: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Efektivitas mengajar guru siklus I dengan persentase sebesar 66,67% hal ini belum tercapainya indikator kinerja yang telah ditentukan sebesar 90% dan pada siklus II mengalami peningkatan dengan persentase 93,33% dengan demikian telah mencapai indikator kinerja yang ditentukan. (2) Aktivitas belajar siswa pada siklus I dengan persentase 61,54%  dan pada siklus II mengalami meningkatan dengan persentase 92,31% hal ini sudah mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan sebesar  90%. (3) Hasil belajar IPS siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 19 Kendari  meningkat dengan dengan persentase awal pada siklus I dengan nilai rata-rata 71,7 dengan ketuntasan belajar 55% sedangkan  pada siklus II  meningkat dengan nilai rata-rata 83,35 dengan ketuntasan belajar 90% dengan nilai  sesuai KKM yang telah ditetapkan dan indikator kinerja 80%. Kata Kunci : Talking Stick, Guru, Siswa, dan Hasil Belajar Â