Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

PENGARUH PENGINTEGRASIAN ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS PADA SISWA KELAS IV SDN 85 KENDARI Marzuki, Diana; Sumarna, Nana; Darnawati, Darnawati; La Ili, La Ili
Jurnal Wahana Kajian Pendidikan IPS Vol 3, No 2 (2019): Terbit 2 kali dalam setahun
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.722 KB) | DOI: 10.33772/jwkp-ips.v3i2.9690

Abstract

Tujuan Penelitian ini ialah: 1) mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan literasi matematis siswa yang diajar dengan pengintegrasian etnomatematika; (2) mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan literasi matematis yang diajar tanpa pengintegrasian etnomatematika; (3) pengaruh pengintegrasian etnomatematika  terhadap kemampuan literasi matematis siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dan alat pengumpulan data menggunakan instrument tes dan non tes. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 85 Kendari yang terdiri atas kelasIVB dan IVC. pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes bentuk uraian. Data dianalis dengan menggunakan statistic deskriptif dan inferensial dengan uji hipotesis menggunakan SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Hasil analisis deskriptif kemampuan literasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan pengintegrasian ethnomatematika diperoleh gambaran rata-rata sebesar 55,77, median sebesar 55,00 modus sebesar 53,33, standard deviasi sebesar 8,83, dan variance sebesar 78,12; (2) analisis deskriptif kemampuan kemampuan literasi matematis siswa yang diajarkan tanpa pengintegrasian ethnomatematika  diperoleh gambaran rata-rata sebesar 55,00, median sebesar 45,00, modus sebesar 33,33, standard deviasi sebesar 9,80, dan variance sebesar 96,14; (3) secara menyeluruh terdapat pengaruh kemampuan literasi matematis siswa yang diajar dengan pengintegrasian etnomatematika dan siswa yang diajar tanpa pengintegrasian etnomatematikaKata kunci : Etnomatematika; literasi matematis; pendekatan saintifik
ASOSIASI MAKROALGA DENGAN LAMUN DI PERAIRAN PULAU PANJANG Roem, Muhamad; Wiharyanto, Dhimas; Darnawati, Darnawati
Jurnal Borneo Saintek Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : LPPM Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (728.199 KB) | DOI: 10.35334/borneo_saintek.v1i1.886

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekologi makroalga dan lamun seperti persentase penutupan, kerapatan, komposisi jenis serta asosiasi makroalga dengan lamun di Perairan Pulau Panjang. Penelitian ini dilaksanakan, pada Bulan Desember 2016 ? April 2017 bertempat di perairan Pulau Panjang. Dalam penelitian ini digunakan metode transek kuadrat secara sistematis sampling pada ekosistem lamun. Transek kuadrat yang digunakan adalah transek kuadrat berukuran 0,5 x 0,5 m dengan masing-masing 6 stasiun yang terdiri 3 sub stasiun dan masing-masing sub stasiun terdiri dari 5 pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di perairan Pulau Panjang ditemukan 13 jenis makroalga yakni : Hypnea pannosa, Halimeda simulans, Padina boergensenii, Halimeda opantia, Cystoseira sp, Caulerpa sp, Halimeda cylindraca, hypnea sp, Codium sp dan Clorodesmis fastigiata, Sargassum sp, Avrainvillea ercta, Amphiroa sp, dan Caulerpa sp, sedangkan jenis lamun yang ditemukan ada 6 jenis yakni : Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichi, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium dan Enhalus acoroides. Kerapatan makroalga yang ditemukan berkisar 10.4 tegakan/m2, sedangkan lamun terdapat pada jenis Thalassia hemprichi dengan kisaran antara 634 tegakan/m2. Penutupan makroalga dan lamun pada perairan Pulau Panjang termasuk dalam kondisi baik/kaya. Asosiasi makroalga dengan lamun yang didapatkan di perairan Pulau Panjang yaitu bernilai negatif artinya saling berkompetensi (bersaing).
ADAT PERKAWINAN ORANG MUNA DI KELURAHAN LAIMPI KECAMATAN KABAWO KABUPATEN MUNA TAHUN 1995-2016 Arnianti, Arnianti; Darnawati, Darnawati; Batia, La
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 4 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i4.12861

Abstract

ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) Bentuk-Bentuk Adat Perkawinan Orang Muna di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna. dan, (2) Proses Pelaksanaan Adat Perkawinan Orang Muna di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna dan merupakan jenis penelitian sejarah yang bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan strukturis. Sumber data yang di gunakan terdiri dari sumber tertulis, sumber lisan dan sumber visual. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri dari: (1) heuristik atau pengumpulan sumber (2) kritik sumber, dan (3) historiografi. Temuan hasil penelitian ini menyatakan bahwa: (1) Bentuk-Bentuk Perkawinan Adat Orang Muna di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo mengenal 4 (empat) bentuk perkawinan adat, yaitu: (a) Gaa Angkanemata atau kawin pinang, (b) Gaa Pofileigho atau kawin lari, (c) Gaa Katapuatau kawin ikat/tunangan, dan (d) Gaa Kaintara/Kaghombuni atau kawin paksa. (2) Proses Pelaksanaan Adat Perkawinan Orang Muna di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna masih berjalan sebagaimana pelaksanaan perkawinan suku Muna pada umumnya, meskipun waktu pelaksanaannya di persingkat atau ada yang di rangkaikan tetapi tiap tahapan pelaksanaan tetap di lakukan. Adapun proses pelaksanaan perkawinan Gaa Angakanemata yang di maksud meliputi 14 (empat belas) tahapan sebagai berikut: (a) Dekamata, (b) Dempali-mpali, (c) Defenagho tungguno karete, (d) Kafeena, (e) Kataburi, (f) Paniwi(g) Adhati balano/Sara-sara, (h) Lolino ghawi, Kaokanuha dan Kafoatoha, (j) Penyerahan adat Matano kenta, (k) Katangka, (l) Kafelesau, (m) Kafewanui, (n) Kasukogho, (o) Kafosulino katulu. Pelaksanaan perkawinan Gaa Pofileigho ada 4 proses tahapan sebagai berikut: (a) Dofofoepe, (b) Katandugho, (c) Katangka, (d) Kafosulino katulu. Kata Kunci: Adat, Perkawinan, Orang Muna ABSTRACT: The purpose of this study is to describe: (1) Traditional Forms of Muna Marriage in the Village of Laimpi, Kabawo District, Muna Regency. and, (2) The Process of the Implementation of the Customary Marriage of Muna in the Village of Laimpi, Kabawo District, Muna Regency. This research was conducted in Laimpi Subdistrict, Kabawo District, Muna Regency and is a kind of descriptive qualitative historical research using a structuralist approach. Sources of data used consisted of written sources, oral sources and visual sources. The method used in this study consisted of: (1) heuristics or collection of sources (2) source criticism, and (3) historiography. The findings of this study state that: (1) Forms of Muna Customary Marriage in Laimpi Sub-District Kabawo District recognize 4 (four) forms of traditional marriage, namely: (a) Gaa Angkanemata or mating, (b) Gaa Pofileigho or elopement , (c) Gaa Katapu or marriage / engagement, and (d) Gaa Kaintara / Kaghombuni or forced marriage. (2) The process of the implementation of customary marriage of Muna people in Laimpi Village, Kabawo District, Muna Regency is still running as the implementation of Muna marriages in general, even though the implementation time is shortened or there is a framework, but every stage of implementation is still carried out. The marriage process of Gaa Angakanemata is meant to cover 14 (fourteen) stages as follows: (a) Dekamata, (b) Dempali-mpali, (c) Defenagho tungguno karete, (d) Kafeena, (e) Kataburi, (f) Kataburi, (f) ) Paniwi (g) Adhati balano / Sara-sara, (h) Lolino ghawi, Kaokanuha and Kafoatoha, (j) Submission of traditional Matano kenta, (k) Katangka, (l) Kafelesau, (m) Kafewanui, (n) Kasukogho, (o) Kafosulino katulu. The marriage of Gaa Pofileigho consists of 4 stages: (a) Dofofoepe, (b) Katandugho, (c) Katangka, (d) Kafosulino katulu. Keywords: Custom, Marriage, Mun People
PERILAKU BELAJAR SOSIOLOGI AKIBAT PEMANFAATAN INTERNET (STUDI PADA SISWA KELAS XI IPS SMAN 1 LASOLO) Nurlana, Siti; Darnawati, Darnawati
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 4, No 4 (2019): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (835.372 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v4i4.12880

Abstract

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk perilaku belajar sosiologi akibat pemanfaatan internet. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan prosedur mengacu pada Sugiyono dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) mengumpulkan data melalui sumber tertulis yaitu kegiatan peneliti untuk memperoleh data yang sesuai dengan pokus kajian. 2) sumber lisan yakni memperoleh data melalui keterangan lisan (wawancara) dengan para siswa dan siswi serta para guru yang telah memberikan penilaian dalam pembelajaran. 3) triangulasi berupaya untuk mengecek dari kebenaran data dan membandingkan dengan data yang di peroleh dari sumber lain pada berbagai fase penelitian lapangan. 4) kecukupan referensi yaitu mengumpulkan berbagai bahan-bahan catatan-catatan atau rekaman yang dapat di gunakan sebagai referensi. Hasil penelitian yaitu : bentuk-bentuk perilaku belajar sosiologi siswa IPS SMA Negeri 1 Lasolo akibat pemanfaatan internet yaitu : 1) kebiasaan siswa dan siswi saat mengikuti pelajaran, dimana saat proses belajar siswa masih sering berbicara dengan teman sebangku, menyontek hasil pekerjaan teman, mmengantuk dalam kelas saat guru sedang mengajar, dan kadang masih ada siswa yang malu bertanya atau menjawab karena takut salah. 2) cara mengatasi kesulian dalam belajar, biasanya siswa dan siswi menggunakan internet untuk solusi saat mengalami kesulitan dalam belajar, karena internet dapat memudahkan untuk mencari materi pelajaran yang diinginkan serta tidak cepat jenuh dalam membaca materi. 3) kebiasaan siswa dalam mengatasi ulangan/ujian, biasanya saat akan megatasi ujian/ulangan siswa mencari materi dari awal hingga akhir untuk dirangkum dalam buku catatan agar mudah dipelajari dan dipahami dan biasa siswa juga memanfaatkan internet untuk mencari sebagian materi yang kurang lengkap dibuku paket. Hasil belajar siswa mata pelajaran sosiologi setelah menggunakan media internet setiap tahunnya meningkat dengan nilai rata-rata 93 ditahun 2018 dan 98 ditahun 2019. Penggunaan media internet dalam pembelajaran sosiologi sebesar 80%. Apabila guru sosiologi hanya masuk menjelaskan guru tidak memperbolehkan menggunakan media internet dan memfouskan siswa terhadap penjelasan guru. Kata Kunci : Bentuk, Perilaku, Belajar, Internet. ABSTRACT: This study aims to describe the forms of sociological learning behavior due to the use of the internet. The method used in this study is a qualitative research method with procedures referring to Sugiyono with the following steps: 1) collecting data through written sources, namely the researcher's activities to obtain data in accordance with the focus of the study. 2) oral sources, i.e. obtain data through oral information (interviews) with students and students and teachers who have provided assessments in learning. 3) triangulation seeks to check the truth of the data and compare it with data obtained from other sources at various phases of field research. 4) adequacy of references, namely collecting various materials notes or records that can be used as a reference. The results of the study are: the forms of sociology learning behavior of Social Studies students of SMA Negeri 1 Lasolo due to the use of the internet, namely: 1) the habits of students and students when attending lessons, where during the learning process students still often talk to their peers, copy the results of friends' work, drowsiness in class when the teacher is teaching, and sometimes there are students who are embarrassed to ask or answer for fear of being wrong. 2) how to overcome difficulties in learning, usually students and students use the internet for solutions when experiencing difficulties in learning, because the internet can make it easier to find the desired subject matter and not quickly get bored in reading material. 3) students' habits in dealing with tests / exams, usually when they are going to take examinations / tests students look for material from beginning to end to be summarized in a notebook so that it is easy to learn and understand and ordinary students also use the internet to find some incomplete material in the package book. Student learning outcomes in sociology after using internet media every year increases with an average value of 93 in 2018 and 98 in 2019. The use of internet media in learning sociology is 80%. If the sociology teacher only enters explaining the teacher is not allowed to use internet media and makes students focus on the teacher's explanation.Keywords: Form, Behavior, Learning, Internet. 
POLA PENDIDIKAN ANAK PADA MASYARAKAT TOLAKI DESA ALOSI KECAMATAN KOLONO KABUPATEN KONAWE SELATAN (2000-2017) Apriadin, Apriadin; Darnawati, Darnawati
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 3 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (22.653 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v3i3.12817

Abstract

ABSTRAK: penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan materi, metode, media dan nilai-nilai pendidikan anak pada masyarakat Tolaki di Desa Alosi Kecamatan Kolono Kabupaten Konawe Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin yang terdiri atas: (1) Pengumpulan Sumber, yakni pengumpulan sumber melalui studi kepustakaan, dokumen, pengamatan, dan wawancara (2) Kritik Sumber yakni penilaian data melalui kritik eksternal dan kritik internal (3) Historiografi, yaitu penulisan sejarah melalui penafsiran, penjelasan, dan penyajian. Hasil penelitian dilapangan menunjukan bahwa: (1) Materi pendidikan anak pada pada masyarakat Tolaki di Desa Alosi yaitu Usia 1-3 tahun mengajarkan anak bagaimana cara berjalan, berbicara, dan makan,Usia 4-6 mulai di ajarkan nilai-nilai kesucian dari islam dalam masyarakat Usia 7-12 tahun materi mengarah kebentuk fisik Usia 13-19 tahun materi pemberian tanggung jawab dan kedisiplinan. (2) Metode pendidikan anak pada masyarakat Tolaki di Desa Alosi yaitu: Usia 1-3 metode demonstrasi dan metode perhatian atau pengawasan, Usia 4-6 tahun metode latihan keterampilan dan metode simulasi, Usia 7-12 tahun metode latihan keterampilan dan metode diskusi atau musyawarah, Usia 13-19 tahun metode ceramah, Usia 20 tahun ke atas metode keteladanan, ceramah, dan perhatian atau Pengawasan. (3) Media pendidikan anak pada masyarakat Tolaki di Desa Alosi yaitu Usia 1-3 tahun yaitu media-media sederhana seperti poster, Usia 4-6 tahun media yang digunakan kartun, Usia 7-12 tahun media yang digunakan adalah papan flanel, Usia 13-19 tahun sampai dewasa yaitu anak mulai diperkenalkan dengan teknologi seperti handphone, dan leptop, Usia 20 tahun ke atas medianya adalah media komputer. (4) Nilai-nilai yang terkandung dalam pola pendidikan anak pada masyarakat tolaki adalah: a) : Nilai religius, (b) Nilai kejujuran, (c) Nilai toleransi, (d) Nilai disiplin, (e) Nilai mandiri, (f) Nilai cinta tanah air. Kata Kunci: Materi, Metode, Media dan Nilai-Nilai, Pendidikan Anak ABSTRACT: This study aims to describe the material, methods, media and educational values of children in the Tolaki community in Alosi Village, Kolono Subdistrict, Konawe Selatan District. The method used in this study is the historical method according to Helius Sjamsuddin which consists of: (1) Collection of Sources, namely collection of sources through the study of literature, documents, observations, and interviews (2) Source Criticism namely the assessment of data through external criticism and internal criticism ( 3) Historiography, namely writing history through interpretation, explanation, and presentation. The results of the field research show that: (1) Children's educational materials in the Tolaki community in Alosi Village, namely 1-3 years old, teach children how to walk, talk, and eat, Ages 4-6 begin to teach the values of purity of Islam in age 7-12 years old material leads to physical form Age 13-19 years old material giving responsibility and discipline. (2) Children education methods in the Tolaki community in Alosi Village, namely: Ages 1-3 Demonstration methods and methods of attention or supervision, Ages 4-6 years skills training methods and simulation methods, Ages 7-12 years skills training methods and discussion methods or deliberation, Ages 13-19 years lecture method, Ages 20 years and above exemplary method, lecture, and attention or Oversight. (3) Children's educational media in the Tolaki community in Alosi Village, namely 1-3 years old, simple media such as posters, 4-6 years old media used by cartoons, 7-12 years old media used are flannel boards, Aged 13 -19 years until adulthood, that is, children are introduced to technology such as mobile phones and laptops. Age 20 years and above, the medium is computer media. (4) The values contained in the pattern of children's education in the Tolaki community are: a): Religious values, (b) Honesty values, (c) Tolerance values, (d) Discipline values, (e) Independent values, (f) The value of loving the motherland. Keywords: Material, Methods, Media and Values, Children's Education
SEJARAH ETNOPEDAGOGI PADA MASYARAKAT MORONENE DI KELURAHAN TAUBONTO KECAMATAN RAROWATU KABUPATEN BOMBANA Dewi Ningsi, Anggi Puspita Sari; Darnawati, Darnawati
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 4, No 3 (2019): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (839.496 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v4i3.12865

Abstract

ABSTRAK: Tujuan  utama dalam  penelitian  ini adalah: (1)  Untuk  mendeskripsikan  latar belakang  etnopedagogi pada masyarakat Moronene di Kelurahan Taubonto,  (2) Untuk mendeskripsikan implementasi etnopedagogi dalam lingkungan keluarga masyarakat Moronene di lingkungan sekitarnya, (3) Untuk  mendeskripsikan karakter yang  dikembangkan  etnopedagogi  dalam  budaya masyarakat Moronene. Prosedur penelitian ini terdiri atas 3 tahap yaitu:  (1)  Heuristik, yang terdiri dari a) penelitian kepustakaan, b) pengamatan, c) wawancara (2)  Kritik sumber, yang terdiri dari a) kritik eksternal b) kritik internal dan  (3)  Historiografi, yang terdiri dari a) penafsiran (interpretasi), b) penjelasan (eksplanasi), dan c) penyajian (ekspose). Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Latar belakang etnopedagogi pada Masyarakat Moronene, etnopedagogi merupakan landasan dalam pendidikan sejalan dengan salah satu landasan filosofi pengembangan pendidikan yang berakar pada budaya bangsa masa kini dan masa yang akan datang. (2) Implementasi etnopedagogi dalam lingkungan keluarga masyarakat Moronene yaitu: a) Pendidikan  dalam bidang agama, dalam hal agama suku Moronene mayoritas memeluk agama islam, adapun ajaran agama yang diberikan pada anaknya yaitu mengaji, sholat, menghafal ayat-ayat Al-Quran. b) Pendidikan dalam bidang bertata krama, dalam budaya masyarakat Moronene ada yang disebut Moko Anu dan Upalli, inilah yang membangun semangat manusia ketika ia pergi untuk menuntut ilmu maupun bekerja. c) Pendidikan dalam bidang bertutur kata, bertutur kata adalah sesuatu yang kita ucapakan dengan baik dan santun yang mencerminkan tingkah laku yang baik. dan d) Pendidikan bidang sosial agar memahami norma-norma yang ada dalam keluarga maupun dalam masyarakat. (3) Karakter yang dikembangkan pada etnopedagogi dalam budaya masyarakat Moronene yaitu: 1) Kejujuran, dimana anak sejak kecil sudah mulai diajarkan jujur kepada orang tuanya. 2) Disiplin, anak sejak masih kecil sudah mulai di ajarkan disiplin waktu agar kelak dewasa nanti ia bias lebih dispilin lagi dalam hal apa saja.. 3) Kemandirian, anak diajarkan mandiri agar kelak ia dapat mengurus dirinya sendiri tidak bergantung pada orang lain lagi.  4) Demokratis, ini ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anaknya, mereka membuat aturan-aturan yang di setujui bersama. dan 5) Tanggung jawab, tanggung jawab keluarga merupakan pusat pendidikan yang tidak hanya menyelenggarakan pendidikan diri dan sosial saja. Kata Kunci: Latar Belakang, Implentasi, Etnopedagi, Karakter ABSTRACT: The main objectives in this study are: (1) To describe the ethnopedagogical background of the Moronene community in the Taubonto Village, (2) To describe the implementation of ethno-agogy in the family environment of the Moronene community in the surrounding environment, (3) To describe the character developed by the ethnopedagogist in Moronene community culture. This research procedure consists of 3 stages, namely: (1) Heuristics, which consists of a) library research, b) observations, c) interviews (2) Critical sources, which consist of a) external criticism b) internal criticism and (3) Historiography, which consists of a) interpretation (interpretation), b) explanation (explanation), and c) presentation (exposure). The results showed that: (1) Ethnopedagogical background in the Moronene Society, ethnopedagogy is the foundation in education in line with one of the philosophical foundations of educational development that is rooted in the nation's culture today and in the future. (2) Implementation of ethnopedagogy in the Moronene community family environment, namely: a) Education in the field of religion, in terms of the majority Moronene religion embraces Islam, as for the religious teachings given to their children namely to recite, pray, memorize verses of the Koran. b) Education in the field of manners, in the culture of the Moronene community there is what is called Moko Anu and Upalli, this is what builds human enthusiasm when he goes to study and work. c) Education in the field of word-telling, word-telling is something that we say well and politely that reflects good behavior. and d) Social education in order to understand the norms that exist in the family and in the community. (3) The characters developed in ethnopedagogy in the culture of the Moronene community are: 1) Honesty, where children from childhood have begun to be taught honestly to their parents. 2) Discipline, children from childhood have begun to be taught the discipline of time so that later they can later be more disciplined in any case .. 3) Independence, children are taught independently so that one day they can take care of themselves not to depend on others anymore. 4) Democratic, this is marked by the open attitude between parents and children, they make rules that are agreed upon together. and 5) Responsibilities, family responsibilities are the center of education which does not only carry out self and social education. Keywords: Background, Implementation, Ethnopedagi, Character
PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA SISWA MADRASAH ALIYAH ANNUR AZZUBAIDI DI DESA LAROWIU Haryanti, Tatik; Karsadi, Karsadi; Darnawati, Darnawati
Jurnal Wahana Kajian Pendidikan IPS Vol 4, No 2 (2020): Terbit 2 kali dalam setahun
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jwkp-ips.v4i2.14507

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penanaman nilai-nilai karakter pada siswa Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi di Desa Larowiu. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian berjumlah 24 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Teknik analisis menggunakan model analisis kualitatif Miles dan Huberman serta keabsahan data menggunakan triangulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 18 nilai karakter hanya terdapat 8 nilai karakter yang dilaksanakan oleh Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi. Strategi penanaman nilai-nilai karakter pada siswa Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi melalui kegiatan kurikuler/akademik, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan sosial keagamaan. Faktor pendukung penanaman nilai-nilai karakter pada siswa yaitu manajemen program, kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler, sosial keagamaan, sarana dan prasarana yang memadai serta keaktifan dan kedisiplinan guru, sedangkan faktor penghambat adalah pengaruh lingkungan dari luar yang kurang baik. Upaya pihak sekolah untuk mengatasi hambatan dalam penanaman nilai-nilai  Karakter di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi yaitu melakukan koodinasi dengan orang tua dan masyarakat setempat untuk bersama-sama menjaga lingkungan sekolah dan mengawasi siswa.Kata Kunci: Penanaman Nilai; Karakter Siswa
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 KENDARI Erhas, Wardaningsih Widyasari; Darnawati, Darnawati; Herik, Eva
Jurnal Sublimapsi Vol 1, No 3 (2020): September
Publisher : Jurusan Psikologi FKIP Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/sublimapsi.v1i3.12617

Abstract

Prestasi remaja di sekolah sangat ditentukan oleh motivasi berprestasi yang dimiliki oleh remaja. Tinggi rendahnya motivasi berprestasi  dipengaruhi oleh lingkungan seperti teman sebaya. Remaja akan terpengaruh oleh aturan yang dibuat oleh kelompok teman sebaya dan akan mengubah sikap sesuai dengan keinginan orang lain yang disebut dengan konformitas. Bila remaja konformitas terhadap kelompok sebaya yang senang belajar, maka remaja akan terpengaruh untuk senang belajar sehingga memotivasi remaja untuk berprestasi begitupun sebaliknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas teman sebaya dengan motivasi berprestasi pada remaja di SMA Negeri 1 Kendari. Subjek penelitian berjumlah 40 orang dari kelas X IPS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitaif korelasional. Pengumpulan data menggunakan skala konformitas teman sebaya dan skala motivasi berprestasi. Sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan teknik random sampling.. Hasil analisis korelasi Product Moment Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan motivasi berprestasi pada remaja di SMA Negeri 1 Kendari dengan nilai signifikansi korelasi sebesar 0,670 dan korelasi pearson sebesar 0,070.Kata Kunci : Motivasi Berprestasi, Konformitas teman sebaya, Remaja
DESAIN PEMBELAJARAN SEJARAH BERKONTEN SEJARAH LOKAL BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SEJARAH PADA KELAS X IPS-II SMA Yusuf, yusuf; Darnawati, Darnawati
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 6, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v6i1.19073

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk meningkatkan keefektivan mengajar guru melalui desain pembelajaran sejarah berkonten sejarah lokal berbasis multimedia pada siswa kelas X IPS-II SMA Negeri 1 Batauga. (2) Untuk meningkatkan motivasi siswa kelas X IPS-II SMA Negeri 1 Batauga  melalui desain pembelajaran sejarah berkonten sejarah lokal berbasis multimedia. (3) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPS-II SMA Negeri 1 Batauga melalui desain pembelajaran sejarah berkonten sejarah lokal berbasis multimedia. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan memanfaatkan multimedia. Dilakukan dalam dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X IPS-II SMA Negeri 1 Batauga yang berjumlah 28 siswa. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu nilai keefektifan guru minimal 71, motivasi belajar siswa sebesar 75% dan hasil belajar siswa 68 berdasarkan KKM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Desain pembelajaran sejarah berkonten sejarah lokal berbasis multimedia dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar sejarah pada kelas X IPS-II SMA Negeri 1 Batauga. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan keefektifan guru, motivasi siswa dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai keefektivan guru mencapai 68.11 meningkat pada siklus II menjadi 73.90, keberhasilan ini dikarenakan guru telah melakukan perbaikan-perbaikan pada APKG II, sehingga kegiantan-kegiatan guru pada saat proses pembelajaran yang belum terlaksana pada siklus I sebelumnya telah terlaksana pada siklus II. Motivasi siswa pada siklus I mencapai 47.60% meningkat menjadi 75.62% pada siklus II, peningkatan motivasi siswa dikarenakan pada pelaksanaan pembelajaran siklus II guru memaksimalkan memotivasi siswa dan menampilkan multimedia semenarik mungkin, sehingga terbukti pengisian angket motivasi siswa pada siklus II mengalami peningkatan. Persentase keberhasilan hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 64.28% meningkat menjadi 75% pada siklus II, keberhasilan ini dikarenakan multimedia yang ditampilkan memuat video dan gambar sebagai bukti peninggalan sejarah sehingga merangsang siswa untuk tertarik dan mudah memahami penjelasan guru. Terbukti dari total 28 jumlah siswa, 4 siswa tidak tuntas, 3 siswa tidak hadir dan 21 siswa mendapatkan nilai tuntas.Kata Kunci: Multimedia, Sejarah Lokal, Motivasi, Hasil Belajar
TRADISI KAMOMOSE SEBAGAI AJANG MENCARI JODOH DI KELURAHAN GU TIMUR KECAMATAN LAKUDO KABUPATEN BUTON TENGAH Husni, Muhamad Ihram; Darnawati, Darnawati; Hayari, Hayari
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 5, No 3 (2020): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v5i3.15674

Abstract

ABSTRAK:     Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan tradisi kamomose di Kelurahan Gu Timur Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah, 2) Untuk menjelaskan makna simbolik dalam tradisi kamomose di Kelurahan Gu Timur Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah, 3) Untuk menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi kamomose di Kelurahan Gu Timur Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah menurut Helius Sjamsuddin dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pengumpulan sumber (heuristik), 2) Kritik sumber (verifikasi), 3) Penulisan sejarah (historiografi). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Proses pelaksanaan tradisi kamomose di Kelurahan Gu Timur Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah terdiri dari; a) Tahap persiapan yaitu alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan tradisi kamomose adalah: (1) Gendang (ganda dhawa), terbuat dari kulit kambing atau sapi, (2) Mbilolo (gong), terbuat dari kuningan yang dipakai untuk mengiringi acara kamomose, (3) Dhawa-dhawa, merupakan alat musik tradisional yang dipasang didekat mbilolo, (4) Ndengu-ndengu, alat musik tradisional yang terbuat dari kuningan yang terdiri dari tiga buah. b) Tahap pelaksanaan yaitu; (1) Waktu pelaksanaan tradisi kamomose dimulai pukul 20.00 Wita sampai selesai, (2) Kalampi adalah pakaian yang digunakan peserta kamomose, (3) Pu’uno lambu adalah pihak penyelanggara tradisi kamomose, 4) Fopangano adalah peserta yang duduk dalam acara kamomose dan penabur gendang. 2) Makna simbolik yang terkandung dalam tradisi kamomose di Kelurahan Gu Timur Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah yaitu sebagai alat pemersatu untuk membina hubungan keakraban di Kelurahan Gu Timur. 3) Nilai yang terkandung dalam tradisi kamomose di Kelurahan Gu Timur Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah terdiri dari; a) Nilai spiritual yaitu pelaksanaannya disesuaikan dengan aturan-aturan agama, b) Nilai etika yaitu bentuk sikap yang baik agar selalu hidup berdampingan dan saling membantu dan, c) Nilai estetika yaitu memberikan keindahan tersendiri pada semua peserta yang mengikuti tradisi kamomose. Kata Kunci: Tradisi, Kamomose, Mencari Jodoh, Kelurahan Gu Timur ABSTRACT: The objectives of this study are: 1) To describe the process of implementing the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency, 2) To explain the symbolic meaning in the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency, 3) To explain the value -values contained in the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency. The method used in this research is the historical research method according to Helius Sjamsuddin with the following steps: 1) Source collection (heuristics), 2) Source criticism (verification), 3) Historical writing (historiography). The results of this study indicate that: 1) The process of implementing the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency consists of; a) The preparation stage, namely the tools used in the implementation of the chamomose tradition are: (1) Gendang (double dhawa), made of goat or cow skin, (2) Mbilolo (gong), made of brass used to accompany chamomose events, (3) Dhawa-dhawa, is a traditional musical instrument installed near the mbilolo, (4) Ndengu-ndengu, a traditional musical instrument made of brass consisting of three pieces. b) The implementation stage, namely; (1) When the chamomose tradition starts at 8:00 p.m. until finished, (2) Kalampi is the clothes worn by the chamomose participants, (3) Pu'uno lambu is the organizer of the chamomose tradition, 4) Fopangano is a participant who sits in the chamomose and sower event drum. 2) The symbolic meaning contained in the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency, which is as a unifying tool to foster a close relationship in Gu Timur Village. 3) The values contained in the chamomose tradition in Gu Timur Village, Lakudo District, Central Buton Regency consist of; a) Spiritual value, which is implemented according to religious rules, b) Ethical values, namely a form of good attitude so that they always live side by side and help each other and, c) Aesthetic values, namely giving beauty to all participants who follow the kamomose tradition  Keywords: Tradition, Chamomose, Finding a Match, Gu Timur Village