Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Pengaruh Teknik Injeksi Multipel Sodium Dodecyl Sulfat (SDS) pada Deselularisasi Kulit Tikus Untuk Pembuatan Perancah (Scaffold) Kulit Dewi, Anak Agung Istri Agung Putri Septiani; Lestarini, Asri; Dewi, AA Ayu Asri Prima
E-Jurnal Medika Udayana Vol 13 No 07 (2024): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2024.V13.i07.P10

Abstract

Deselularisasi merupakan proses pembuatan perancah (scaffold) dengan mengisolasi matriks ekstraseluler (ECM). Teknik yang paling sering dilaporkan untuk mendeselularisasi jaringan kulit yaitu perfusi, namun terbatasnya pompa peristaltik membatasi penggunaan teknik ini. Teknik yang lebih efisien perlu di coba untuk mengetahui apakah efektif untuk mendeselularisasi jaringan kulit. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik injeksi multipel SDS pada deselularisasi kulit tikus untuk pembuatan perancah (scaffold) kulit. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan membagi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kemudian dilakukan isolasi jaringan dan proses deselularisasi. Selanjutnya hasil sampel yang telah didapat akan dilakukan evaluasi histologi, dan dinilai berdasarkan kriteria atau penilaian deselularisasi yaitu tidak adanya inti sel yang terlihat dalam analisis histologis dengan Hematoksilin Eosin (HE). Hasil penelitian kelompok perlakuan menunjukkan gambaran makroskopis yang tampak bening pada bagian dermis dan putih pada bagian epidermis dan gambaran mikroskopis memperlihatkan hilangnya sel dengan mempertahankan ECM, dibandingkan dengan kelompok kontrol yang memperlihatkan gambaran makroskopis jaringan yang berwarna merah pada bagian dermis dan tampak putih kecoklatan pada bagian epidermis, dan gambaran mikroskopis memperlihatkan gambaran sel yang masih utuh. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu injeksi multipel SDS merupakan teknik yang dapat menghasilkan kulit tikus terdeselularisasi dengan mempengaruhi hilangnya sel pada jaringan untuk pembuatan perancah (scaffold) kulit.
PKM Kesehatan dan Pengelolaan Bank Sampah Pada Warga Banjar Mawang, Gianyar Cahyawati, Putu Nita; Ningsih, Ni Luh Anik Puspa; Lestarini, Asri; Aryastuti, Anak Agung Sri Agung; Permatananda, Pande Ayu Naya Kasih
Community Service Journal (CSJ) Vol. 6 No. 2 (2024)
Publisher : Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/csj.6.2.2024.59-64

Abstract

Mitra pada kegiatan pengabdian ini adalah warga Banjar Mawang, Desa Kerta, Payangan, Gianyar. Berdasarkan penuturan kelian banjar, Banjar Mawang memiliki sedikitnya 15 orang lansia yang hampir tidak pernah mendapatkan pelayanan kesehatan. Bahkan terdapat 1 orang lansia yang dilaporkan hidup sendiri tanpa keluarga. Para warga juga harus mencari pelayanan kesehatan swasta di Desa Kerta, yang lokasinya cukup jauh. Selama ini di Banjar Mawang belum pernah dilakukan bakti sosial maupun pengecekan kesehatan pada warga khususnya lansia. Senam lansia yang umumnya dilakukan oleh pihak puskesmas juga dirasa masih sangat kurang pelaksanaannya. Oleh karenanya, warga sangat mengarapkan dilaksanakan pengecekan kesehatan di banjar tersebut. Banjar ini tidak memiliki tempat penampungan sampah. Banjar telah memiliki program bank sampah, namun belum terealisasi hingga saat ini. Salah satu kendala belum terealisasainya program ini adalah banyak warga yang belum memahami manfaat finansial dari pengelolaan bank sampah ini. Kegiatan PKM difokuskan pada pengelolaan kesehatan lansia dan bank sampah. Terdapat 2 bentuk kegiatan yang dilakukan yaitu pemeriksaan kesehatan dan pemberian edukasi. Sebelum dan sesudah pemaparan, masyarakat yang hadir diwajibkan mengisi pretest dan posttest untuk mengukur tingkat pengetahuan mengenai materi yang disampaikan. Berdasarkan hasil pretest dan posttest, terdapat peningkatan pengetahuan masyarakat Banjar Mawang mengenai bank sampah, di mana sekitar 90% masyarakat mendapatkan nilai 80. Kesimpulan dari kegiatan ini yaitu pelaksanaan kegiatan edukasi memberikan dampak baik terhadap peningkatan pengetahuan mitra terkait masalah kesehatan lansia dan bank sampah. Partisipasi dan kehadiran mitra selama kegiatan juga baik, dinilai dari kehadiran dan keaktifan selama pelaksanaan edukasi.
Pelatihan Cardiopulmonary Resuscitation pada Tenaga Kesehatan Klinik Pratama di Denpasar Cahyawati, Putu Nita; Yogiswara, Gde Candra; Lestarini, Asri; Aryastuti, Anak Agung Sri Agung; Permatananda, Pande Ayu Naya Kasih
Community Service Journal (CSJ) Vol. 6 No. 2 (2024)
Publisher : Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/csj.6.2.2024.82-85

Abstract

Henti jantung (cardiac arrest) merupakan salah satu tantangan utama masalah kesehatan di dunia. Cardiopulmonary resuscitation (CPR) merupakan prosedur awal yang dapat dilakukan untuk menangani korban dengan henti napas atau henti jantung. Tindakan ini merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat umum. Oleh karenannya, peran perawat dan tenaga kesehatan menjadi sangat krusial dalam membantu dan menolong pasien yang mengalami kondisi tersebut. Mitra pada kegiatan ini adalah perawat (tenaga kesehatan) di klinik pratama di Denpasar. Pemberikan edukasi ini diberikan oleh narasumber yaitu dari dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan program studi kedokteran dan program studi profesi dokter. Mitra yang hadir berjumlah 7 orang. Jumlah ini melebihi target awal kegiatan yaitu 5 orang. Mitra terdiri dari 3 orang (42,86%) wanita dan 4 orang laki-laki (57,14%). Berdasarkan observasi secara langsung dan pengisian ceklist materi yang diberikan, rerata capaian keterampilan mitra adalah 85 poin. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan edukasi dan pelatihan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra sebesar 85 poin. Kegiatan berlangsung dengan lancar dan memenuhi seluruh indikator yang telah ditetapkan. Partisipasi mitra selama pelaksanaan kegiatan sangat baik.
Perbedaan Kualitas Hidup pada Mahasiswa Kedokteran dengan Gangguan Refraksi dan Tanpa Gangguan Refraksi Yoni, Putu Diah Paramitha Dwi; Permatananda, Pande Ayu Naya Kasih; Putra, I Putu Rustama; Lestarini, Asri; Cahyawati, Putu Nita
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol 19, No 3 (2024): Juli - September 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jkmi.19.3.2024.19-24

Abstract

Latar belakang: Gangguan refraksi dikenal sebagai penyebab utama gangguan penglihatan dan salah satu penyebab kebutaan di seluruh dunia. Gangguan refraksi menyebabkan timbulnya gangguan psikosomatik, gangguan fungsional, gangguan kosmetik dan beban ekonomi sehingga gangguan refraksi akan berpengaruh pada produktivitas dan kualitas hidup penderitanya. Mahasiswa kedokteran diketahui lebih rentan menderita gangguan refraksi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kualitas hidup mahasiswa kedokteran dengan gangguan refraksi dan tanpa gangguan refraksi. Metode: Desain penelitian ini bersifat observasional analitik dengan metode potong lintang. Responden yang terlibat adalah 56 responden dengan gangguan refraksi dan tanpa gangguan refraksi. Kualitas hidup responden diukur dengan menggunakan kuesioner National Eye Institute Visual Function Questionnaire 25 (NEI-VFQ) versi Bahasa Indonesia. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji statistik independent t-test jika data terdistribusi normal. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan responden dengan gangguan refraksi memiliki skor kualitas hidup yang lebih rendah pada semua dimensi kualitas hidup NEI-VFQ 25 dibandingkan responden tanpa gangguan refraksi. Data kualitas hidup didapatkan tidak terdistribusi normal, sehingga dilakukan analisis dengan uji mann whitney, dan didapatkan nilai P 0,00 yang berarti perbedaan bermakna signifikan. Kesimpulan: Sebagai populasi yang rentan mengalami gangguan refraksi, mahasiswa kedokteran diharapkan melakukan upaya pencegahan yang maksimal terhadap gangguan refraksi karena gangguan refraksi dapat mempengaruhi kualitas hidup.
Peningkatan Gizi Keluarga Balita Stunting Melalui Kreativitas Pangan Lokal di Desa Bayung Gede Kecamatan Kintamani Lestarini, Asri; Udiyani , Desak Putu Citra; Cahyawati , Putu Nita; Aryastuti , Anak Agung Sri Agung; Permatananda, Pande Ayu Naya Kasih
Warmadewa Minesterium Medical Journal Vol. 3 No. 3 (2024): September 2024
Publisher : Warmadewa University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang berdampak negatif pada kesehatan, kecerdasan, dan masa depan anak. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan bahwa 49,2% balita di Desa Bayung Gede berisiko terkena stunting. Tingginya angka stunting ini berhubungan erat dengan rendahnya asupan gizi pada anak, yang dipengaruhi oleh pola asuh yang kurang tepat dan lemahnya ketahanan pangan keluarga. Keluarga balita stunting dan yang berpotensi mengalami stunting menjadi mitra utama dalam program pendampingan ini. Dua permasalahan utama yang akan diatasi adalah: 1) asupan gizi balita yang masih di bawah standar kecukupan gizi, dan 2) keterampilan ibu balita dalam membuat makanan pendamping ASI (MPASI) bergizi dari bahan pangan lokal masih terbatas. Solusi yang ditawarkan meliputi: 1) peningkatan pengetahuan ibu balita mengenai pola asuh dan nutrisi sehat serta keterampilan membuat PMT berbahan pangan lokal, dan 2) pemberian bantuan berupa paket gizi. Tahapan program pendampingan ini mencakup: 1) sosialisasi dengan semua pihak yang terlibat pada tahap awal, 2) penyuluhan kepada ibu balita mengenai pola asuh dan pelatihan membuat MPASI sehat untuk balita, dan 3) pemberian paket gizi berupa susu tinggi protein kepada keluarga yang membutuhkan. Hasil yang didapatkan dari program ini adalah peningkatan pengetahuan ibu balita yang dapat dilihat dari peningkatan postest (56,00) daripada pretest (89,50). Paket gizi juga telah diterima dengan baik oleh ibu balita. Dapat disimpulkan kegiatan telah berjalan dengan lancar dan diharapkan ke depannya terdapat kegiatan yang serupa secara berkelanjutan.
Antioxidant activity of ecoenzyme derived from Siamese orange peel (Citrus nobilis) at different fermentation duration Putri, Anak Agung Ayu Radismarani; Permatananda, Pande Ayu Naya Kasih; Pandit, I Gde Suranaya; Lestarini, Asri
Acta Biochimica Indonesiana Vol. 7 No. 2 (2024): Acta Biochimica Indonesiana
Publisher : Indonesian Society for Biochemistry and Molecular Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32889/actabioina.173

Abstract

Background: Ecoenzyme is an organic fermentation product derived from fruit peel waste, offering zero-waste system benefits along with antibacterial, insecticidal, and cleaning properties. Kintamani, a major producer of Siamese oranges (Citrus nobilis) in Bali, generates significant orange peel waste suitable for ecoenzyme production. However, the antioxidant potential of ecoenzymes remains poorly studied. Objective: This study aimed to evaluate the antioxidant activity of ecoenzymes produced from Kintamani Siamese orange peel waste, enhancing their beneficial value. Methods: This experimental study assessed and compared the antioxidant activity of ecoenzymes fermented for 10 days, 1 month, and 3 months. Antioxidant activity was measured using the 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) assay, with results expressed as IC50 values. Results: Antioxidant activity, classified according to Blois criteria, showed the highest activity after three months of fermentation. The mean IC50 values were 53,612 ppm for 10-day fermentation; 18,753 ppm for 1-month fermentation; and 6,727 ppm for 3-month fermentation. Conclusion: Ecoenzymes derived from Kintamani Siamese orange peel waste exhibited very weak antioxidant activity across all fermentation durations. A 3-month fermentation period is recommended to achieve the highest antioxidant activity compared to shorter durations.
Overview of knowledge, attitudes and behavior of housewives in Denpasar City towards self-medication Ruspita Sari, Ni Ketut Adelia; Kasih Permatananda, Pande Ayu Naya; Cahyawati, Putu Nita; Aryastuti, Sri Agung; Lestarini, Asri
Science Midwifery Vol 12 No 6 (2025): February: Health Sciences and related fields
Publisher : Institute of Computer Science (IOCS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35335/midwifery.v12i6.1840

Abstract

Self-medication is an effort to prevent and treat diseases without consulting a doctor, with housewives as the main actors. Factors that influence self-medication are knowledge, attitudes, and behavior. This study aims to determine the level of knowledge, attitudes, and behavior of housewives in Denpasar towards self-medication. The method used is descriptive observational with a cross-sectional approach. Respondents numbered 100 people who were selected based on inclusion and exclusion criteria. Data were collected through questionnaires and analyzed in the form of a frequency distribution table. The majority of respondents were 26-35 years old (60%), had a college/diploma education (68%), and worked as private employees (39%). The most frequently used medicine was cough and cold medicine (37%). The results showed that 67% of respondents had high knowledge, 58% had a positive attitude, and 92% had good behavior in self-medication. It is hoped that the results of this study will encourage rational self-medication practices, with the support of the government and health institutions in comprehensive education programs, including drug classification. The government and related agencies, including health education institutions, are trying to strengthen self-medication knowledge improvement programs, which not only focus on DAGUSIBU (can, use, store, dispose), but also drug classification and others.
Development of decellularized mouse auricular scaffolds using sodium dodecyl sulfate immersion-agitation for microtia tissue engineering Jaya, Putu KD.; Dewi, Anak AAAP.; Lestarini, Asri; Witari, Ni PD.; Evayanti, Luh G.
Narra J Vol. 5 No. 3 (2025): December 2025
Publisher : Narra Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52225/narra.v5i3.1610

Abstract

Effective treatment strategies for microtia remain limited due to the side effects and shortcomings associated with current therapeutic approaches. Tissue engineering, particularly the development of biological scaffolds, has emerged as a promising alternative. However, research on auricular scaffold fabrication in murine models using sodium dodecyl sulfate (SDS) and the immersion–agitation decellularization technique remains scarce. The aim of this study was to evaluate the effects of varying SDS concentrations on the decellularization efficiency and extracellular matrix (ECM) preservation of murine auricular tissue for scaffold development. Auricular tissues from mice (n=4) were immersed in Erlenmeyer flasks containing 0.1%, 0.5%, or 1% SDS and subjected to continuous agitation until the tissues became macroscopically translucent. Qualitative assessments included macroscopic appearance and microscopic evaluation using hematoxylin–eosin and Masson's trichrome staining. Quantitative analysis involved counting residual nuclei, while semiquantitative analysis of ECM area fractions was performed using ImageJ software. Statistical comparisons were conducted using one-way analysis of variance (ANOVA), with significance defined as p<0.05. The results demonstrated that the decellularized scaffolds exhibited macroscopic translucency, significantly reduced nuclear content (p=0.001), and preserved ECM integrity (p=0.012). Among the tested concentrations, 0.5% SDS provided the optimal balance between effective decellularization and ECM preservation. These findings support the potential application of murine auricular scaffolds decellularized with 0.5% SDS via the immersion–agitation method for future microtia tissue engineering.
ANALISIS BODY MASS INDEX (BMI) DAN DERAJAT PROTEINURIA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DENPASAR Paramitha, I Gusti Ayu Mas Diah; Lestarini, Asri; Sari, Ni Luh Putu Eka Kartika; Aryastuti, Anak Agung Sri Agung; Permatananda, Pande Ayu Naya Kasih; Cahyawati, Putu Nita
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.43217

Abstract

Diabetes melitus (DM) masih menjadi permasalahan kesehatan yang serius di dunia. Salah satu komplikasi DM tipe 2 yakni nefropati diabetik yang menyebabkan kerusakan pada struktur ginjal. DM tipe 2 timbul akibat adanya berbagai faktor risiko, seperti obesitas yang menunjukkan status gizi dan dapat diukur menggunakan body mass index (BMI). BMI menunjukkan tingkat metabolisme serta memengaruhi fungsi ginjal yang tercermin dari proteinuria pada DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara BMI dengan derajat proteinuria pada pasien DM tipe 2 di Denpasar. Metode yang digunakan ialah observasi analitik dengan pendekatan cross sectional serta menggunakan 50 subjek DM tipe 2 yang tersimpan di Laboratorium Biomolekuler FKIK Universitas Warmadewa. Pengumpulan data dilakukan melalui formulir yang berisi data dasar penderita, data onset, tekanan darah, kadar gula darah puasa, data BMI, serta data protein dalam urin. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (uji Spearman). Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar subjek berjenis kelamin laki-laki (56%), berusia 61-70 tahun (44%), memiliki riwayat menderita DM tipe 2 kurang dari 10 tahun (56%), memiliki tekanan darah kategori pre hipertensi (52%), dan memiliki gula darah puasa (GDP) yang tinggi (62%). Mayoritas subjek tergolong dalam kategori BMI normal (52%) dan memiliki proteinuria positif +1 (62%). Nilai p pada penelitian ini adalah 0,235 artinya terdapat hubungan yang tidak signifikan antara body mass index (BMI) dengan derajat proteinuria pada pasien DM tipe 2 di Denpasar.
HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DENPASAR Jaya, I Gede Putra Angga; Lestarini, Asri; Sari, Ni Luh Putu Eka Kartika
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 2 (2024): AGUSTUS 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i2.32010

Abstract

Diabetes melitus dapat menyebabkan berbagai komplikasi, salah satunya adalah nefropati diabetik dengan persentase sebesar 30% hingga 40%. Terdapat beberapa cara untuk mengetahui diagnosis diabetes melitus tipe 2 serta menentukan komplikasi yang terjadi, misalnya dengan penentuan kadar HbA1c dan serum kreatinin. Perhitungan HbA1c dapat digunakan untuk menentukan kadar gula darah dan menentukan komplikasi yang terjadi sedangkan kadar serum kreatinin dapat digunakan untuk menilai fungsi ginjal. Desain yang digunakan penelitian ini adalah observasi analitik melalui pendekatan cross-sectional dengan menggunakan seluruh sampel serum arsip yang berjumlah 50 sampel diabetes melitus tipe 2 di Laboratorium Biomolekuler FKIK Universitas Warmadewa. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji normalitas data dan uji korelasi Pearson dan Spearman. Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden, didapatkan bahwa sebagian besar subjek memiliki rentang usia 61-70 tahun (44%), dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki (58%), dan memiliki tekanan darah kategori pre-hipertensi (44%). Mayoritas subjek tergolong dalam kategori kadar HbA1c atau DM terkontrol baik (46%) dan memiliki kreatinin serum normal (66%). Berdasarkan uji normalitas, data pada penelitian tidak berdistribusi normal, sehingga menggunakan uji korelasi Spearman dan ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar HbA1c dengan kreatinin serum pada pasien DM tipe 2 di Denpasar.