Tuberkulosis (TB) merupakan masalah serius di Nusa Tenggara Timur (NTT). Data penelitian menunjukkan bahwa NTT merupakan provinsi dengan target deteksi kasus yang belum terpenuhi. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan insiden TB melalui berbagai upaya, termasuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan Strategi Eliminasi TB Nasional. Pengendalian TB di NTT menghadapi tantangan yang kompleks, seperti terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan, kurangnya kesadaran masyarakat tentang pengobatan penyakit ini, dan terbatasnya sumber daya manusia di sektor kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih efektif untuk meningkatkan deteksi kasus TB, pengobatan rasional yang menjangkau semua tingkat, serta penguatan skrining dan investigasi kontak. Solusi yang ditawarkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat meliputi kegiatan pencegahan melalui penyuluhan kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang cara mencegah penyakit menular dan edukasi tentang DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang). Tahap awal kegiatan ini adalah mengukur tingkat pemahaman tenaga kesehatan atau kader kesehatan mengenai definisi tuberkulosis, kemungkinan tindakan pencegahan, pengobatan, dan gaya hidup pasien. Setelah pre-test, akan dilakukan kuliah edukasi mengenai topik-topik tersebut. Peningkatan pemahaman relawan kesehatan dapat diukur setelah kegiatan menggunakan post test. Terdapat peningkatan rata-rata skor pre test dan post testl, dengan skor pre test rata-rata 56,8 dan skor post test rata-rata 77,3. Target luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah meningkatnya pemahaman relawan kesehatan tentang Program DAGUSIBU dan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah peningkatan jumlah penderita TB di Desa Lepolima.Mumere, Nusa Tenggara Timur