Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan

KONSEP DISAIN BALE GONG YANG BERSINERGI DENGAN RUANG LUAR, SEKRETARIAT LAN JAGABAYA, RUANG SEKEHA TRUNA DHARMA LAKSANA, DAN KOPERASI BANJAR KAJA, DESA PAKRAMAN PANJER, DENPASAR I Gede Surya Darmawan; I Wayan Wirya Sastrawan; Ni Komang Armaeni
WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan Vol. 3 No. 1 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/wicaksana.3.1.2019.1-9

Abstract

Pasca dilakukannya kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat tahun 2017 yang mengambil obyek Renovasi Bale Kulkul serta Atap Wantilan Banjar telah rampung terbangun akhir tahun 2017, pihak mitra 1 dan 2 yaitu Kelihan Gede dan Penyade Banjar Kaja Panjer kembali menghubungi tim dari Universitas Warmadewa tahun 2018 yang mana diwakilkan oleh tim dari Fakultas Teknik untuk meninjau keberadaan Bale Gong, Sekretariat Kelihan lan Jagabaya, Ruang Sekeha Truna Dharma Laksana, dan Koperasi Banjar. Keadaan fisik bangunan dengan empat fungsi yang berbeda ini jauh dari kata layak. Seperti pada Bale Gong, seluruh jendela menggunakan kaca gelap serta disain ruang yang tertutup membuat saat latihan megambel, pantulan gema suara gamelan sangat keras, serta perlu dihidupkan lampu setiap saat. Fungsi Bale Gong seperti kurang efektif karena hanya sebagai tempat penyimpanan. Tidak terkoneksinya Bale Gong dengan Ruang Luar menyebabkan saat ingin latihan ataupun saat ingin mencocokkan lagu gamelan dengan tarian dari penari, penabuh harus membawa keluar gamelan tersebut. Selain itu ruang-ruang lain juga tidak termanfaatkan dengan maksimal karena lebih dipakai sebagai tempat pengepul sampah plastik. Dari segi tampilan bangunan juga perlu didisain tampilan yang mengakomodir lingkungan sekitar yang didominasi bangunan arsitektur kontemporer. Permasalahan-permasalahan diatas tentunya dicari solusinya dalam wujud konsep desain yang mengakomodir keempat fungsi yang berbeda dalam satu massa bangunan yang tentunya terkoneksi dengan ruang luar. Desain yang dihasilkan dalam wujud gambar 2 dimensi dan 3 dimensi serta perencanaan RAB yang dipakai sebagai acuan tender pelaksanaan dan acuan dalam pembangunan. Kata kunci : konsep disain, empat fungsi dalam satu bangunan, sinergi dengan ruang luar
PERENCANAAN MASTERPLAN PASAR BATAN KENDAL KELURAHAN SESETAN, DENPASAR I Wayan Wirya Sastrawan; I Gede Surya Darmawan
WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan Vol. 4 No. 1 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (654.612 KB) | DOI: 10.22225/wicaksana.4.1.2020.74-81

Abstract

Kebutuhan Warga Banjar Suwung Batan Kendal akan dana dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan ritual adat keagamaan yang harus mereka selenggarakan setiap tahunnya merupakan salah satu faktor awal munculnya ide untuk membangun usaha bersama berupa pasar. Pasar Batan Kendal yang dibangun warga banjar sejak tahun 1996 kini dalam kondisi tidak layak pakai. Dengan kondisi pasar seperti itu warga banjar dan pengelola pasar sudah melakukan perombakan pasar secara bertahap mulai tahun 2016 yang juga melibatkan pihak Universitas Warmadewa sebagai mitra pendamping. Sayangnya, perombakan tahap pertama itu belum mencakup keseluruhan areal pasar dan hanya areal depan pasar yang dapat dilakukan perombakan. Tentunya keadaan ini memunculkan permasalahan baru seperti: terjadinya kesenjangan antara pedagang yang mendapatkan fasilitas fisik bangunan baru dengan pedagang yang masih dengan fasilitas bangunan lama. Dari keseluruhan permasalahan mitra tersebut maka solusi yang dapat diberikan yaitu dengan mendampingi dan secara bersama melakukan Perencanaan dan Perancangan Master Plan Pasar Batan Kendal. Dalam penyusunan master plan ini tentunya akan melibatkan warga banjar, penglelola, dan para pedagang pasar mulai dari tahapan survey, pencarian informasi kebutuhan pengunan/pemilik dan data lapangan, penyusunan alternative desain, diskusi alternative desain, hingga pada penyusunan desain akhir. Dari program ini terdapat target luaran yang ingin dicapai terutama untuk menyelesaikan masalah prioritas mitra adalah dokumen berupa gambar Master Plan Pasar Batan Kendal sekaligus dijadikan sebagai dokumen pendukung proposal penggalian dana pembangunan pasar. Kemudaian bentuk keberlanjutan kerjasama antara mitra ketika program ini berakhir adalah dengan mendampingi mitra ketika akan dilanjutkan pada tahap pelaksanaan.
Penerapan Mitigasi Bencana Pada Arsitektur dan Lingkungan Pesisir di Pulau Serangan Pascareklamasi I Gede Surya Darmawan; I Wayan Wirya Sastrawan
WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan Vol. 4 No. 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/wicaksana.4.2.2020.39-51

Abstract

Pulau Serangan bisa dikatakan sebagai satu-satunya hasil reklamasi terbesar di Bali yang memiliki berbagai daya tarik wisata seperti adanya Pura Sakenan sebagai salah satu Pura Dhang Khayangan, wisata pantai dan bahari, watersport, budidaya terumbu karang dan rumput laut serta budidaya penyu sehingga Pulau Serangan dikenal dengan sebutan “Pulau Penyu”. Tulisan dengan metode penulisan kualitatif deskriptif ini disajikan dengan tujuan untuk mengidentifikasi penerapan mitigasi bencana pada arsitektur dan lingkungan Pulau Serangan pascareklamasi. Hasil analisa didapatkan temuan bahwa wilayah yang paling padat ditinggali penduduk di Pulau Serangan adalah wilayah permukiman penduduk yang berada di sisi barat laut yang notabene wilayah yang paling aman namun tetap beresiko terjadinya bencana gempa disertai tsunami. Penerapan arsitektur dan lingkungan tanggap bencana, Pulau Serangan telah menerapkannya dengan baik terbukti dengan adanya Bangunan Tempat Evakuasi Sementara Tsunami (TES) sekaligus sehari-hari difungsikan sebagai Pasar Desa. Keberadaan TES Tsunami ini sangat vital baik dari sisi tata letak, kapasitas yang bisa ditampung serta sistem evakuasinya. Integrasi lingkungan terhadap keberadaan TES Tsunami ini perlu ditingkatkan seperti penempatan sistem petanda diperbanyak, penempatan zona greenbelt berupa hutan mangrove yang berhadapan dengan laut lepas serta penempatan bebatuan sebagai penahan gelombang air laut juga perlu diperbanyak sehingga dapat mereduksi kecepatan tsunami apabila terjadi sekaligus menjaga ekosistem laut dan darat.