Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) STKIP Kusuma Negara

Tantangan dan Peluang Perempuan dalam Berpolitik di Indonesia : Masyarakat Patriarki Herinto Sidik Iriansyah
Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) STKIP Kusuma Negara Vol 8 No 2 (2017)
Publisher : LPPM STKIP Kusuma Negara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam negara yang menganut sistem nilai patriarkal, seperti Indonesia, kesempatan perempuan untuk menjadi politisi relatif terbatasi karena persepsi masyarakat mengenai pembagian peran antara laki-laki dan perempuan, yang cenderung bias kearah membatasi peran perempuan wanita pada urusan rumah tangga. Ketentuan UUD 1945 pasal 28 H ayat (2 ) yang menyatakan “Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”. Ketentuan yuridis tersebut menjadi landasan yang kuat bagi semua golongan warga negara untuk bebas dari diskriminasi sistematik dan struktural dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pada aspek politik. Perbedaan gender sebetulnya tidak menjadi masalah selama tidak melahirkan ketidak adilan gender. Namun ternyata perbedaan gender baik melalui mitos-mitos, sosialisai, kultur,dan kebijakan pemerintah telah melahirkan hukum yang tidak adil bagi perempuan. Pada masyarakat patriarki, nilai-nilai kultur yang berkaitan dengan seksualitas perempuan mencerminkan ketidaksetaraan gender menempatkan perempuan pada posisi yang tidak adil. Faktor budaya Indonesia yang feodal dan patriarki yang mengungkung perempuan untuk beraktualisasi pada ramah-ramah domestik. Secara tradisi perempuan ditempatkan pada posisi yang kurang menguntungkan yakni hanya berpusat pada aktifitas rumah tangga. Bahkan ada semacam jargon orangtua yang enggan menyekolahkan anak perempuannya karena nantinya hanya akan diambil sebagai istri dan mengurusi rumah tangga saja, sehingga menjadi sebuah nilai yang berlaku pada masyarakat dimana laki-laki ditempatkan kedudukannya lebih tinggi dibandingkan kedudukannya dengan wanita. Adanya pemahaman masyarakat yang konservatif atas tafsir ajaran agama. Hal ini dapat dilihat dari berbagai dalil atau hukum agama yang memberikan keistimewaan kepada pihak laki-laki. munculnya hegemoni negara yang masih sangat besar terhadap warga negara yang terlihat dari dukungan atas budaya patriarki dalam segala aspek. Secara yuridis formal Indonesia tidak membedakan antara laki-laki dan wanita dalam bidang politik. Namun karena kendala baik yang bersumber dari intern wanita itu sendiri maupun factor eksternal, maka partisipasi politik wanita dalam pertumbuhannya jauh lebih rendah dibanding partisipasi politik laki-laki. Peningkatan partisipasi politik wanita dapat diupayakan melalui pemanfaatan peluang yang ada, baik yang sudah diatur dalam undang-undang maupun lembaga-lembaga tingkat internasional yang menangani masalah wanita. Tantangan yang antara lain meliputi aspek budaya, sosiologi dan perspektif gender dalam masyarakat patriarki, tantangan tersebut hendaknya dijadikan dasar untuk menyusun strategi dan program-program yang dirancang untuk menumbuhkan kesadaran serta peningkatan pengetahuan kaum perempuan, kader potensial untuk dapat aktif dalam arena politik.
Peningkatan Pemahaman Materi Keberagaman Suku Bangsa, Sosial, dan Budaya di Indonesia melalui Model Think Pair Share Berbantuan Media Audio-Visual Firly Nurmala; Herinto Sidik Iriansyah; Nanda Lega Jaya Putra
Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) STKIP Kusuma Negara Vol 11 No 2 (2020): Konsep dalam Lingkungan Pendidikan
Publisher : LPPM STKIP Kusuma Negara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37640/jip.v11i2.160

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan hasil belajar PKn di kelas IV SD Al Ihsan Jakarta Barat melalui Model Think Pair Share (TPS) berbantuan media audio visual. Penelitian ini menggunkan studi kualitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 dengan dua siklus. Setiap satu siklus ada dua pertemuan. Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi, Wawancara dan Tes. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis reduksi data, deskripsi data, dan verifikasi data. Subjek pada penelitian ini adalah 23 peserta didik yang terdiri dari 12 peserta didik laki-laki dan 11 peserta didik perempuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran TPS berbantuan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Peningkatan hasil belajar peserta didik pada siklus I rata-rata mencapai nilai 72,17, dan siklus 2 rata-rata nilai meningkat menjadi 81,09. Sehingga kesimpulan penelitian adalah: hasil belajar peserta didik pada materi keberagaman suku bangsa, sosial dan budaya di Indonesia kelas IV meningkat dengan diterapkan model pembelejaran TPS menggunakan media Audio Visual.
Manajemen Strategi Pengamanan Wilayah Nasional dalam Prespektif Geopolitik dan Geostrategi Perbatasan NKRI Herinto Sidik Iriansyah
Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) STKIP Kusuma Negara Vol 9 No 2 (2018)
Publisher : LPPM STKIP Kusuma Negara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

salah satu pedoman bangsa Indonesia adalah wawasan nasional yang berpijak pada wujud wilayah nusantara. Profil wilayah perbatasan dengan Negara tetangga mewujudkan bahwa faktor-faktor penyebab permasalahan di wilayah perbatasan meliputi semua aspek kehidupan nasional. Sumber ancaman (source of threat) terhadap “keamanan nasional” semakin luas baik dari dalam maupun luar negeri (Internal Theat/Ekternal Threat) tetapi juga bersifat Global. Geofolitik di Indonesia diartikan sebagai system politik sebagai wujud kebijaksanaan dan strategi nasional dalam mengatasi masalah-masalah perbatasan NKRI.
Krisis Asia, Kapitalisme dan Negara Kesejahteraan (Tinjauan Analisis Kapitalisme Korea Selatan) Herinto Sidik Iriansyah
Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) STKIP Kusuma Negara Vol 12 No 1 (2020): Sinergi antar Elemen Pendidikan
Publisher : LPPM STKIP Kusuma Negara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37640/jip.v12i1.277

Abstract

Krisis keuangan Asia dimulai pada tahun 1997 dengan ditandai jatuhnya nilai mata uang Thailand (Bath), pada awalnya krisis mata uang kemudian diikuti dengan krisis keuangan pada lembaga-lembaga keuangan non bank yang harus ditutup karena bangkrut. Krisis ekonomi tersebut diikuti dan menjalar ke Korea Selatan, Malaysia, Indonesia, Filipina, Singapura dan negara-negara Asia lainnya. Lembaga-lembaga Internasional bereaksi membantu krisis Asia yang pada awalnya The International Monetary Fund (IMF) setelah diminta bantuan oleh negara-negara Asia memberikan bantuan. Banyak analisis yang diberikan para pakar keuangan, ekonomi dan politik, salah satunya adalah Weiss dan Hobson yang bersangkutan menganalisis bahwa krisis ekonomi Asia penampakan Dua Wajah yakni; wajah eksternal yang berada di wilayah Deep Crisis dan wajah external berada di wilayah ordinary crysis, sedangkan krisis tersebut terjadi dari peran aktor-aktor internasional baik state maupun non state actor. Pendekatan kebijakan sosial yang diterapkan melakukan langkah-langkah welfare state, dengan program-program kesejahteraan yang dijalankan oleh Korea Selatan meliputi reformasi dibidang tenaga kerja, pasar dan keuangan, BUMN dan kebijakan sosial yang aktif untuk memberikan jaminan sosial bagi pengangguran atau bagi mereka yang menjadi miskin di masa reformasi ekonomi nasional. Weiss dan Hobson menyimpulkan bahwa kapitalisme terpimpin (state guided capitalism) merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis Asia.
Cyberbullying on Social Media and Its Implications for the Mental Health of Generation Z in the Context of the Second Principle Hardiyanto, Lutfi; Iriansyah, Herinto Sidik; Pudjiastuti, Sri Rahayu
Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) STKIP Kusuma Negara Vol 15 No 2 (2024): Innovative Educational Practices and Learning Strategies
Publisher : LPPM STKIP Kusuma Negara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37640/jip.v15i2.1828

Abstract

Cyberbullying, an escalating issue, involves humiliating and threatening others electronically, primarily on platforms like Instagram. Generation Z, familiar with technology from childhood, faces the highest cyberbullying rates. This study aims to describe the phenomenon of cyberbullying on social media against the mental health of Generation Z in Jakarta about the view of the second principle of Pancasila. This study uses the literature review theory with data obtained in the form of articles, books, journals, documents, and websites that have been carefully studied to trigger the social phenomenon that is being pursued in society from 2017 to 2023 obtained from the electronic database Google Scholar. The results of this study show that cyberbullying on Generation Z on social media has a huge impact that affects mental health in the context of civilized humanity, which is considered a violation of the second principle of Pancasila which highly upholds the value of justice because the rights and dignity of a person are not respected, where an individual is treated unequally because another individual considers himself to be better in a certain aspect. The individual acts arbitrarily and there is no behavior of mutual love among fellow human beings.