Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Karakter Tinggi Gelombang Signifikan, Dinamika Muka Laut dan Sirkulasi Arus Permukan Laut di Teluk Jakarta Berdasarkan Data Model Global: Characteristics of Significant Wave Heights, Sea Surface Height Dynamics, and Surface Current Circulation in Jakarta Coastal Bay Based on Global Model Data Setiyadi, Johar; Handoko, Dadang; Ayuningsih, Tarisa Lestari; Malik, Kurnia; Sartimbul, Aida; Pranowo, Widodo Setiyo
Jurnal Riset Jakarta Vol. 16 No. 2 (2023): Jurnal Riset Jakarta
Publisher : Dewan Riset Daerah (DRD) Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37439/jurnaldrd.v16i2.89

Abstract

Teluk Jakarta merupakan wilayah yang memiliki peran yang sangat penting untuk mendukung aktivitas maritim seperti menjadi tempat transportasi laut, parisiwata, industri dan pemukiman untuk penduduk sekitar. Sehingga perlunya dilakukan analisis pola pergerakan arus dan gelombang untuk menunjang kegiatan yang ada. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola pergerakan gelombang dan arus di Teluk Jakarta pada puncak tiap-tiap musim, yaitu musim barat (Januari 2023), musim peralihan pertama (April 2023), musim timur (Juli 2022), dan musim peralihan kedua (Oktober 2022) dengan menggunakan data global arsip CMEMS Marine Copernicus. Ocean Data View dan MS Excel digunakan untuk mengolah dan menganalisis data. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan, kecepatan maksimum arus (0,49 m/s) terjadi pada musim Barat dengan pola pergerakan dominan menuju ke timur, dimana sirkulasi ini dibangkitkan oleh gradien tinggi muka laut. Ketinggian gelombang signifikan maksimal (1,11 m) juga terjadi pada musim barat dengan pola penjalaran gelombang mengikuti arah tiupan angin.
Pola Arus dan Sebaran Fosfat di Perairan Selat Sunda: Ocean Current and Phosphate Distribution in The Sunda Strait Coastal Waters Rahayu, Shafira Primasty; Pranowo, Widodo Setiyo; Setiyadi, Johar; Sumardana, I Wayan Eka; Suprijanto, Jusup
Jurnal Hidropilar Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Hidropilar
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37875/hidropilar.v9i1.280

Abstract

Selat Sunda adalah selat yang letaknya di antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatra yang menghubungkan antara Laut Jawa dan Samudra Hindia. Faktor angin mempengaruhi pergerakan arus permukaan di suatu perairan. Sebaran fosfat di perairan dipengaruhi oleh pola arus yang terjadi di perairan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab terkait bagaimana pola dan sebaran fosfat di perairan Selat Sunda secara musiman. Metode penelitian menggunakan perangkat lunak ODV (Ocean Data View) versi 5.6.3. untuk menghasilkan gambaran pola arus secara horizontal, sebaran fosfat secara horizontal dan vertikal secara dua dimensi. Sumber yang didapatkan dari data sekunder melalui Marine Copernicus. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi spasial dan musiman dalam sebaran fosfat di perairan Selat Sunda secara runtut di mana setiap musim diwakili oleh bulan Januari (musim barat), bulan April (musim peralihan I), bulan Juli (musim timur), dan bulan Oktober (musim peralihan II). Alur arus paling dominan berasal dari Laut Jawa dengan melewati Selat Sunda kemudian berputar di Pulau Kalagian dan menuju Samudra Hindia. Berdasarkan sebaran fosfat secara horizontal, konsentrasi paling tinggi berada di sekitar perairan Banten dan Jakarta pada kedalaman yang rendah. Sedangkan sebaran fosfat secara vertikal, konsentrasi fosfat bertambah seiring bertambahnya kedalaman perairan. Penelitian ini memberikan wawasan mengenai karakteristik arus dan sebaran fosfat, serta pemahaman tentang sebaran fosfat dan variabilitas musiman yang terjadi.
Distribusi Nitrat di Perairan Selat Sunda: Nitrate Distribution in Sunda Strait Waters Nurjumanis, Amanda; Pranowo, Widodo Setiyo; Setiyadi, Johar; Sumardana, I Wayan Eka; Sunaryo, Sunaryo
Jurnal Hidropilar Vol. 10 No. 1 (2024): Jurnal Hidropilar
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37875/hidropilar.v10i1.286

Abstract

Nitrat (NO­3) adalah bentuk utama dalam nitrogen di perairan alami dan zat hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut di dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini akan dihasilkan dari proses oksidasi yang sempurna di perairan. Senyawa ini didapatkan dari proses oksidasi yang sempurna pada perairan. Nitrifikasi merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat dengan bantuan mikroorganisme yang penting dalam siklus nitrogen dan akan terjadinya pada kondisi aerob. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 9 – 27 Januari 2023. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi nitrat di Selat Sunda dan mengetahui hubungan nitrat dan arus di Perairan Selat Sunda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengolah data menggunakan ODV (Ocean Data View). Hasil dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan nitrat dengan arus, mendapatkan pola sebaran arus dan nitrat di Selat Sunda yang adanya perubahan kecepatan arus yang kompleks disebabkan dari gaya Coriolis. Kandungan nitrat di Selat Sunda mengalami penurunan dan kenaikan kadar nitrat. Nilai konsentrasi akan terus menurun apabila semakin menjauhi perairan sehingga menghasilkan suplai nitrat yang sedikit.
Massa Air di Laut Banda Berdasarkan Data Observasi Ekspedisi Jala Citra 2 – 2022 “Banda” dan Model Global: Characteristics of The Mass of Water in The Banda Sea Based on Observation Data of Jala Citra 2 – 2022 “Banda” Expedition and The Global Model Oktavianto, Eka Arif; Pranowo, Widodo S.; Adrianto, Dian; Handoko, Dadang; Setiyadi, Johar; Hascaryo, Anom
Jurnal Chart Datum Vol. 9 No. 2 (2023): Jurnal Chart Datum
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37875/chartdatum.v9i2.262

Abstract

Setiap perairan di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung pada kedalaman perairan tersebut. Secara bentuk topografi, Laut Banda memiliki kedalaman di atas 5000 m sehingga memiliki karakteristik massa air laut yang unik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkomparasi variabel massa air berupa suhu, salinitas dan densitas yang melewati Laut Banda berdasarkan data model global CMEMS Copernicus dengan data observasi Ekspedisi Jala Citra 2 – 2022 “Banda”. Penggambaran variabel massa air tersebut dilakukan dengan perangkat lunak ODV V.5.5.2 untuk mengklasifikasikan jenis massa air berdasarkan dimana daerah asalnya. Hasil penelitian menunjukkan jenis massa air dari data model global Copernicus dan observasi Ekspedisi Jala Citra 2 – 2022 “Banda” didominasi oleh 3 jenis massa air yaitu massa air yang berasal dari Samudera Pasifik Utara berupa Western South Pacific Central Water dengan karakteristik suhu 6⁰-22⁰C dan salinitas 34,5-35,8 PSU, serta massa air yang berasal dari Samudera Pasifik Selatan berupa Eastern South Pacific Central Water dengan karakteristik suhu 8⁰-24⁰C dan salinitas 34,4-36,4 PSU, kemudian North Pacific Equatorial Water dengan karakteristik suhu 6⁰-16⁰C dan salinitas 34,5-35,2 PSU.
Kajian Perawatan Kolam Pelabuhan dalam Aspek Hidro-Oseanografi (Studi Kasus Dermaga Sunda Pondok Dayung): Study on Port Pool Maintenance in Hydro Oeanography Aspects (Case Study on Sunda Piers Pondok Dayung) Wibowo, Nazil Syamtri Wibowo; Setiyadi, Johar; Putra, I Wayan Sumardana Eka; Astika, I Made Jiwa
Jurnal Chart Datum Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Chart Datum
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37875/chartdatum.v9i1.263

Abstract

Salah satu pangkalan yang sangat strategis di jajaran TNI AL yaitu Pangkalan TNI AL Pondok Dayung yang terletak di Ibukota Jakarta yang merupakan pangkalan paling strategis yang tidak hanya digunakan sebagai tempat berlabuhnya bagi Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) di bawah jajaran Komando Armada RI Kawasan Wilayah I (Koarmada I) dan Kapal TNI Angkatan Laut (KAL) di bawah Pangkalan Utama TNI AL III (Lantamal III) Jakarta. Dalam melaksanakan perawatan suatu pangkalan TNI AL diperlukan pengetahuan yang salah satunya adalah kedalaman suatu perairan, merujuk hal tersebut penelitian ini dilakukan dengan analisis data multibeam echosounder, karakteristik hidrodinamika dan laju pendangkalan di area tersebut yang sangat penting sebagai acuan navigasi untuk manuver kapal juga dalam perencanaan kegiatan pengerukan di perairan Kolam Dermaga Sunda TNI AL Pondok Dayung. Untuk mengetahui karakteristik hidrodinamika yaitu dengan metode pemodelan numerik menggunakan software MIKE-21 yang dapat memvisualisasikan kondisi di lapangan. Dalam simulasi pemodelan ini, arus dibangkitkan oleh interaksi pasang surut. Berdasarkan hasil simulasi model dengan inputan data parameter batimetri, garis pantai dan pasang surut menunjukkan karakteristik pola arus di area penelitian lebih didominasi oleh pengaruh pasang surut dan morfologi bentuk garis pantai/pelabuhan. Data penelitian ini berupa data primer yang dilaksanakan pada musim timur periode tanggal 22 Juli s.d. 5 Agustus 2022. Hasil validasi dengan data elevasi pasang surut dari stasiun pasut Pondok Dayung milik Badan Informasi Geospasial (BIG), didapat hasil simulasi model pada tanggal 15 Januari s.d. 15 Februari 2022 sebagai bulan perwakilan musim barat memiliki nilai RMSE yang baik yaitu 0,100456 dengan nilai korelasi 0,9047. Selanjutnya pada periode tanggal 21 Juli s.d. 5 Agustus 2022 sebagai bulan perwakilan musim timur memiliki nilai RMSE yang baik yaitu 0,120279 dengan nilai korelasi 0,8327. Kemudian hasil validasi data arus model dengan data arus lapangan pada periode tanggal 21 Juli s.d. 5 Agustus 2022 memiliki nilai RMSE yang baik yaitu 0,014834 dengan nilai korelasi 0,6746. Tingkat laju pendangkalan pada musim barat sebesar 10,6 cm dan laju pendangkalan pada musim timur sebesar 9,2 cm menghasilkan total laju pendangkalan sebesar 19,8 cm akumulasi per tahun dan akan terjadi pendangkalan 1 m dalam waktu ± 5 tahun. Adapun kedalaman rata-rata di area kolam Dermaga Sunda yaitu 8 meter. Apabila terjadi pendangkalan sebesar 3 meter mengakibatkan kedalaman menjadi 5 meter. Sehingga estimasi pelaksanaan perawatan pengerukan sekitar 15 tahun ke depan dengan asumsi draft kapal paling dalam yaitu KRI jenis Landing Platform Dock (LPD) dengan draft 4,5 meter.
Hydrodynamic Characteristics of the Lombok Strait During the 2022 West Monsoon Peak and Estimation of Ocean Current Power Generation Potential Malik, Kurnia; Pranowo, Widodo Setiyo; Sukoco, Nawanto Budi; Adrianto, Dian; Setiyadi, Johar; Handoko, Dadang
Computational And Experimental Research In Materials And Renewable Energy Vol 6 No 2 (2023): November
Publisher : Physics Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/cerimre.v6i2.43786

Abstract

The Lombok Strait is one of the crucial straits in the Indonesian area because it falls in the Indonesian Archipelagic Sea Lanes of Communication II (ALKI II), and is considered as a strategic chokepoint. Additionally, it serves as a passage for ARLINDO, facilitating the movement of water masses from the Pacific to the Indian Ocean. This unique attribute creates a diverse ecosystem in the Lombok Strait due to the convergence of marine organisms from both oceans. The Lombok Strait presents an opportunity for harnessing renewable energy from its currents. However, there is a scarcity of direct measurements and oceanographic data for the Lombok Strait, making it impractical and costly to conduct direct observations using oceanographic mooring instruments. Therefore, one approach to better understand natural phenomena in the ocean is to use numerical methods such as Computational Fluid Dynamics (CFD) with the Finite Element Method (FEM) application. In this study, the software Mike3FM was used, which incorporates both Computational Fluid Dynamics (CFD) and the Finite Element Method (FEM). This software used bathymetric data and coastlines to create a triangular mesh in the horizontal plane and a grid mesh in the vertical plane. The simulations conducted in January 2022, for 30 days with hourly intervals around the sill area showed an average current velocity of 1.2 m/s at various depths, including 5, 50, 150, and 250 meters. The current primarily flowed southward in the direction of the Indian Ocean. The conversion of avarage current velocity to electrical power at depths of 5, 50, 150, and 250 meters above the sill yielded values of 0.86 kW, 0.70 kW, 0.34 kW, and 0.19 kW, respectively. Based on the results of the hydrodynamic modeling experiments, it is evident that the Lombok Strait has the potential to develop ocean current power generation.Keywords: Hydrodynamics, the Lombok Strait, CFD, FEM, West Monsoon.
Experimental study of performance and prototype of elliptical altitude detection based on global navigation satellite system Zulfikar, Dwi Aji; Nurkarya, Yoyok; Setiyadi, Johar; Kurniawan, Endro Sigit; Carudin, Carudin; Suhadi, Suhadi
International Journal of Electrical and Computer Engineering (IJECE) Vol 15, No 2: April 2025
Publisher : Institute of Advanced Engineering and Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijece.v15i2.pp1720-1734

Abstract

Global navigation satellite system (GNSS) is a multi-satellite-based navigation system, in the GNSS positioning process involves several navigation satellites such as global positioning system (GPS) which is a navigation system to bring up more observation data so that it is very useful when determining the desired parameters in a real-time data processing. In the research, an experimental study is used to determine land subsidence which is one of the vertical deformations of the earth's crust as a consequence of crustal dynamics. The result of the analysis is raw position data with the average method of detecting the height of the ellipsoid in the XYZ location area. Data collection is done by observation using the absolute method for one hour for position and fifteen days of observation for height. While the equipment used is u-blox Neo-7M, MCU TTL RS-485 module, ESP32-S Dev Kit V1 module, memory card module and real time clock (RTC). The results of the observation validation analysis are i) GPS-1 Easting 1.09 m and Northing 1.08 m, GPS-2 Easting 1.19 m and Northing 1.32 m, GPS-3 Easting 0.54 m and Northing 0.64 m while GPS-AVG GPS Easting 0.56 m and Northing of 0.64 m, ii) The results of the GPS-1 ellipsoid height analysis are 3.76 m, GPS-2 4.28 m, GPS-3 of 3.69 m, and iii) GPS AVG of 3.01 m.
Analysis of Influence of Cyclone Seroja on Wave Height and Tide in the Indian Ocean Umam, Choirul Umam; Pranowo, Widodo Setiyo; Azhari, Ferian Azhari; Hendra, Hendra; Setiyadi, Johar
Journal Omni-Akuatika Vol 20, No 1 (2024): Omni-Akuatika May
Publisher : Fisheries and Marine Science Faculty - Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.oa.2024.20.1.1114

Abstract

Tropical Cyclone Seroja, which occurred in the Indian Ocean, was characterized by maximum wind speeds of 70 knots. As part of the impact assessment associated with the cyclone, wave height observations were conducted along its track and tidal examinations were carried out at Cape Cuvier and Kupang tidal stations. Therefore, this research aims to analyze the relationship between wind speed and wave height, as well as the impact of Cyclone Seroja on waves and tide. The results showed that Cyclone Seroja reached a very high intensity with maximum wind speeds of 70 knots and maximum wave height of 14.24 meters on April 11, 2021, at 06:00 UTC. Regression analysis showed an R-squared value of 0.716, indicating that 71.6% of the variation in wave height can be explained by wind speed. The correlation value of 0.846 indicated a strong relationship between wind speed and wave height. This research also analyzed the changes in residual tide height at Cape Cuvier tidal station on April 11, 2021, with a maximum residual height of 0.57 meters. Wave height propagation from wave station 1487 significantly influenced the residual tide value at Cape Cuvier, with wave height of 11.790 meters and a propagation speed of 40.42 km/h. At Kupang tidal station, there was a residual height change of up to 0.27 meters, caused by influence of low pressure around wave station 239, with an average pressure of 1001 pHa and an average wave height of 3.89 meters, propagating towards the Kupang tidal station during the formation phase of Tropical Cyclone Seroja. Keywords: Cyclone; Seroja; Wave; Tide; Indian Ocean.
COMPUTING AND CLASSIFICATION OF ACOUSTIC BACKSCATTER VALUES OF THE BOTTOM SUBSTRATE OF JAKARTA BAY USING MULTIBEAM ECHOSOUNDER Lazuardi, Muhammad Nur Riza; Manik, Henry Munandar; Setiyadi, Johar
Jurnal Perikanan Unram Vol 15 No 1 (2025): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v15i1.1383

Abstract

Jakarta Bay is a semi-closed water area with numerous activities that trigger sedimentation, which can disrupt navigation and construction activities in Jakarta Bay. Sediment analysis and classification are useful to provide information on sediment types to support activities and coastal management in Jakarta Bay. The multibeam echosounder is an underwater acoustic research instrument that generates depth data and seabed backscatter with wide coverage and high resolution. The backscatter values are used to determine the type and grain size of sediments through the backscatter values, which function through angular response. This study uses data from the Lattek (Practical Training) Dikspespa Hidros XXI survey conducted by the Naval Technology College (STTAL) in collaboration with the Hydro-Oceanographic Education Center of the Indonesian Navy (Pusdik Hidros TNI-AL). The instruments used include the Teledyne Reson T-50R Multibeam Echosounder and the sediment grab sampler. The acoustic multibeam data were processed using Caris and FMGT software to produce bathymetric profiles and backscatter mosaics at depths ranging from 5 to 9 meters. The backscatter intensity ranges from -40 dB to -27 dB with ten classification categories: clay, silty clay, sandy clay, sandy silt, very fine silt, fine silt, medium silt, coarse silt, sandy mud, and clayey sand. The acoustic data were linked with sediment samples to classify and determine the sediment types. The results of the sediment sample analysis were divided into empat classes based on grain size: coarse clay, coarse silt, fine sand, and very fine sand.
Karakteristik Tinggi Gelombang Laut di Perairan Halmahera Utara dan Morotai pada Periode Waktu ENSO Tahun 2012-2021 Mudho, Hendrik Trio; Azies, Ibnu Abdul; Setiyadi, Johar; Kisnarti, Engki Andri; Pranowo, Widodo Setiyo
Jurnal Kelautan Tropis Vol 28, No 1 (2025): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v28i1.25192

Abstract

North Halmahera and Morotai are strategic regions in the North Maluku Islands, Indonesia, rich in marine biodiversity and with great potential in the maritime, trade, and fisheries sectors. These regions serve as crucial routes for maritime transportation and regional trade, making accurate information about the physical conditions of the sea, particularly wave height, essential for ensuring the safety and security of shipping lanes. This study aims to analyze the impact of the El-Nino Southern Oscillation (ENSO) phenomenon on ocean wave heights in the waters of North Halmahera and Morotai during the period from 2012 to 2021. Additionally, the study measures the correlation between the Southern Oscillation Index (SOI) and Significant Wave Height (SWH). The data used in this study include wave data from the Marine Copernicus platform and SOI data obtained from http://www.bom.gov.au/climate/enso/soi/. Three observation stations were selected in the waters of North Halmahera and Morotai to monitor changes and variations in SWH during the ENSO phenomenon. A correlation analysis was conducted to determine the relationship between SOI values and SWH at each observation station. The results indicate that during the El-Nino phase, wave heights decreased significantly at several stations, particularly at stations 1 and 3, with a negative correlation between SOI and SWH. Conversely, during the La-Nina phase, wave heights increased, especially at stations 2 and 3, showing a stronger positive correlation. The relationship between SOI and SWH varied depending on location and time period. This study concludes that ENSO has a significant impact on the variation in wave heights in the waters of North Halmahera and Morotai. These findings are important for supporting maritime safety and managing maritime activities in the region.