Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Ritme Sirkadian dan Kesehatan Kulit Siahaan, Ade Gustina; Jusuf, Nelva Karmila
Media Dermato-Venereologica Indonesiana Vol 51 No 4 (2024): Media Dermato Venereologica Indonesiana
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33820/mdvi.v51i4.483

Abstract

   Ritme sirkadian mengacu pada ritme fisiologis, metabolisme dan perilaku 24 jam endogen tubuh. Ritme sirkadian dikendalikan oleh pengatur pusat atau jam utama yang terletak di nukleus suprakiasmatik hipotalamus anterior dan sangat dipengaruhi oleh cahaya dan lingkungan. Sinkronisasi jam biologis ritme sirkadian pada tubuh disebut sebagai osilasi. Ritme ini memperlihatkan hubungan fase tertentu dengan siklus terang-gelap atau aktivitas-istirahat melalui sinyal neurohumoral. Misalnya, melatonin yang membawa pesan waktu pada seluruh tubuh mengenai informasi tentang waktu dan musim (fotoperiode). Kulit terdiri atas tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis. Ketiganya berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan atau homeostasis yang diatur oleh ritme sirkadian. Ritme sirkadian pada kulit memiliki fungsi dalam pengaturan proliferasi berbagai jenis sel, yaitu: keratinosit, fibroblas, melanosit, kelenjar sebasea, dan folikel rambut. Sinar Ultraviolet (UV) dapat menyebabkan pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) berlebihan yang secara langsung dapat menyebabkan stres oksidatif dalam sel. Penuaan dikaitkan dengan perubahan dalam ritme sirkadian dan peningkatan akumulasi ROS. Perawatan kulit (skin care) berdasarkan ritme sirkadian merupakan hal yang penting untuk diketahui. Pemahaman mengenai ritme sirkadian pada kesehatan kulit sangat bermanfaat dalam menjaga kondisi kulit agar tetap sehat. 
HUBUNGAN ANTARA WARNA KULIT DENGAN DERAJAT KEPARAHAN STRIAE DISTENSAE BERDASARKAN SKOR INA Wiryadana, Michelle; Jusuf, Nelva Karmila; Putra, Imam Budi
Media Dermato-Venereologica Indonesiana Vol 52 No 1 (2025): Media Dermato Venereologica Indonesiana
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33820/mdvi.v52i1.458

Abstract

Pendahuluan: Terdapat berbagai faktor risiko terjadinya striae distensae (SD). Warna kulit merupakan pertimbangan penting dalam presentasi dan manifestasi kondisi kulit serta dalam menentukan pilihan terapi. Penelitian ini merupakan studi pertama yang mempelajari hubungan antara warna kulit dengan derajat keparahan SD. Mengetahui hubungan antara warna kulit dengan derajat keparahan SD. Metode: Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan sampel penelitian sebanyak 40 perempuan berusia 18–30 tahun dengan SD yang berobat di Poliklinik Dermatologi dan Venereologi RS Universitas Sumatera Utara pada bulan Maret–Mei 2023. Dilakukan pemeriksaan warna kulit dengan color bar tool dan derajat keparahan SD menggunakan skor Imam, Nelva, Alviera (INA). Analisis statistik menggunakan uji Kruskal Wallis dan dianggap signifikan apabila p<0,05. Hasil: Kelompok usia terbanyak pada studi ini berusia 22–25 tahun (65%). Riwayat keluarga ditemukan pada 38 subjek (95%). Warna kulit color bar tool 2 ditemukan pada 24 orang (60%) dengan derajat keparahan dalam kategori ringan ditemukan pada 23 orang (57,5%). Analisis dengan uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa warna kulit tidak berhubungan dengan SD (p=0,264). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara warna kulit dengan derajat keparahan SD. 
TINGKAT KESADARAN PENGGUNAAN TABIR SURYA PADA PENGUNJUNG POLIKLINIK KULIT KELAMIN RS. PROF. CHAIRUDDIN PANUSUNAN LUBIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dhillon, Jesryn; Jusuf, Nelva Karmila; Putra, Imam Budi
Media Dermato-Venereologica Indonesiana Vol 52 No 1 (2025): Media Dermato Venereologica Indonesiana
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33820/mdvi.v52i1.463

Abstract

Pendahuluan: Pajanan berulang sinar ultraviolet (UV) adalah salah satu faktor mayor yang berkontribusi dalam penuaan kulit. Penggunaan tabir surya pada kulit yang terpajan sinar matahari dapat membantu melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet, dan mencegah terjadinya kerutan halus, kelainan pigmentasi, dan telangiektasis. Studi ini bertujuan untuk menilai kesadaran penggunaan tabir surya pada pengunjung Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Prof. Chairuddin Panusunan Lubis Universitas Sumatera Utara. Metode: Studi potong lintang ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang sudah divalidasi dan dinilai realibilitasnya. Tingkat kesadaran dinilai dari hasil penjumlahan nilai pengetahuan, persepsi, dan perilaku penggunaan tabir surya pada kuesioner. Hasil: Pada studi ini dijumpai 139 (75,13%) subjek wanita, dengan usia terbanyak dalam rentang 26–35 tahun (67 subjek, 36,21%). Riwayat pendidikan paling tinggi yang dijumpai adalah SMA/Sederajat (110 subjek, 59,5%). Sebanyak 97 (52,43%) subjek bekerja di dalam ruangan, dan sebanyak 123 (66,43%) subjek sudah menikah. Pengetahuan dan perilaku penggunaan tabir surya dinilai baik, sementara persepsi penggunaan tabir surya dinilai cukup. Kesimpulan: Studi ini menjumpai bahwa tingkat kesadaran penggunaan tabir surya pada pengunjung Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Prof. Chairuddin Panusunan dinilai cukup. 
Prosedur Non Invasif untuk Body Contouring Tasmil, Adina Miltania; Jusuf, Nelva Karmila
Media Dermato-Venereologica Indonesiana Vol 52 No 1 (2025): Media Dermato Venereologica Indonesiana
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33820/mdvi.v52i1.473

Abstract

Konsep body contouring berkembang dalam mengoptimalkan definisi, estetika, kehalusan, dan bentuk tubuh manusia. Perangkat kontur noninvasif meningkatkan penampilan tubuh melalui pembuangan jaringan adiposa yang berlebihan, terutama di area di mana lemak tetap ada meskipun diet dan olahraga rutin sudah optimal. Teknologi ini juga dapat digunakan untuk mengencangkan kulit. Tindakan noninvasif body contouring ini telah muncul sebagai alternatif yang populer karenaprofil keamanan yang baik, waktu pemulihan yang minimal, dan biaya yang lebih murah. Lima modalitas body contouring noninvasif yang disetujui Food and Drug Administration (FDA) yaitu: cryolipolysis, laser, high intensity focused electromagnetic field (HIFEM), radiofrequency, dan high intensity focused ultrasound (HIFU). 
Combination of Subcision, Microneedling, and Platelet-Rich Plasma Therapy in Patient with Grade Four Atrophic Acne Scars Dhillon, Jesryn; Nasution, Khairina; Jusuf, Nelva Karmila
Indonesian Journal of Global Health Research Vol 7 No 5 (2025): Indonesian Journal of Global Health Research
Publisher : GLOBAL HEALTH SCIENCE GROUP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/ijghr.v7i5.6682

Abstract

Atrophic acne scars affect up to 75% of patients with a history of acne and are often associated with significant psychosocial distress. These scars are classified into three main types: ice pick, rolling, and boxcar. A multimodal therapeutic approach is often required for effective management, particularly in severe cases. This report presents a case of a 40-year-old married woman with a 10-year history of inflammatory acne lesions that progressed into grade 4 atrophic scars. The acne was suspected to be triggered by injectable contraceptive use, which contains progestins with androgenic activity. The patient frequently picked at her acne, leading to deep scarring predominantly on both cheeks. Based on clinical evaluation, dermoscopy, and skin analyzer assessment, the patient underwent a series of treatments combining subcision, microneedling, and platelet-rich plasma (PRP) therapy. Following treatment, the Self-Assessment of Clinical Acne-Related Scars (SCARS) score improved from 22 to 14, while the Facial Acne Scar Quality of Life (FASQoL) score improved from 32 to 16. This case highlights the effectiveness of a combination approach in remodeling scar tissue and improving quality of life in patients with severe atrophic acne scars. A tailored, comprehensive treatment plan is essential for optimal outcomes.