Claim Missing Document
Check
Articles

PEREMAJAAN KEMIRI ( Aleurites mollucana Wild.) PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG (SEBUAH TINJAUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH) Abd. Kadir W.; San Afri Awang; Ris Hadi Purwanto; Erny Poedjirahajoe
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 9, No 3 (2012): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Publisher : Centre for Research and Development on Social, Economy, Policy and Climate Change

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jakk.2012.9.3.176-189

Abstract

Pengelolaan sumberdaya alam dalam kawasan taman nasional tidak hanya cukup menyandarkan pada pendekatan teknis, tetapi bagaimana merumuskan dan menyusun kebijakan yang lebih terpadu (komprehensif), interdisiplin, dan berbasiskan kemampuan sumberdaya lokal dengan melibatkan semua stakeholder yang berkepentingan atas sumberdaya alam tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan penjelasan peluang diakomodasinya kepentingan masyarakat untuk meremajakan tanaman kemiri dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN Babul) sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Maros pada Kawasan TN Babul, Provinsi Sulawesi Selatan. Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dan wawancara kepada sejumlah informan kunci. Data dianalisis dengan teknik analisis isi (content analysis ) dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keinginan masyarakat untuk meremajakan tanaman kemiri dalam kawasan TN Babul sulit diakomodasi. Hal ini disebabkan oleh ketidak-konsistenan diantara kebijakan pemerintah yang ada (UU No. 5/1990, PP No. 28/2011 dan Permenhut No. P.56/2006). Untuk itu diperlukan revisi-revisi sehingga dapat diimplementasikan pada berbagai kondisi yang berbeda-beda.
KEANEKARAGAMAN DAN POLA SEBARAN JENIS MANGROVE DI SPTN WILAYAH I BEKOL, TAMAN NASIONAL BALURAN Ikhwanudin Rofi'i; Erny Poedjirahajoe; Djoko Marsono
Jurnal Kelautan Vol 14, No 3: Desember (2021)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v14i3.9293

Abstract

ABSTRACT           Mangroves in Baluran National Park are one of the natural mangroves on Java Island. Habitat conditions strongly influence mangrove preservation, so any changes can affect species composition. Along with global climate change, it can  directly or indirectly impact on mangroves and their habitat. The purpose of this study was to determine the diversity of species and distribution patterns of mangroves. The research was conducted in mangroves located in SPTNW 1 Bekol Baluran National Park with an area of ± 288.7 ha with a sampling intensity of 0.5% to obtain 145 measuring plots. Data collections of mangrove vegetation use a combination of pathway and sampling plot methods which are placed systematically. Diversity analysis uses the Simpson index and distribution patterns with the dispersion index/variance-mean ratio. The measurements obtained 22 types of mangroves with 13 species at the seedling level, 19 species at the weaning level, and 21 species at the tree level. The highest density was at the seedling level (8,347.32 individuals/ha). The diversity of mangrove species at the seedling level is moderate, while weaning and trees are in the high category. The majority of mangrove species found have a clustered distribution pattern, with the dominant species being Ceriops tagal and Rhizophora apiculata. Keywords: Mangrove, distribution pattern, diversity, species composition, national parkABSTRAKTaman Nasional Baluran memiliki salah satu mangrove alami yang tersisa di Pulau Jawa. Kelestarian mangrove sangat dipengaruhi oleh kondisi habitatnya, sehingga adanya perubahan dapat memengaruhi komposisi jenisnya. Seiring dengan terjadinya perubahan iklim global, maka berpotensi memengaruhi secara langsung atau tidak terhadap mangrove dan habitatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis dan pola sebarannya. Penelitian dilakukan pada mangrove yang berada di SPTNW 1 Bekol, Taman Nasional Baluran dengan luas ± 288,7 ha dengan intensitas sampling yang digunakan 0,5% sehingga diperoleh 145 petak ukur. Pengambilan data vegetasi mangrove menggunakan kombinasi antara metode jalur dan petak contoh serta diletakkan secara sistematis. Analisis keanekaragaman menggunakan Indeks Simpson dan Pola sebaran dengan Indeks Dispersi/ Rasio Varians-Mean. Hasil pengukuran, jenis mangrove di SPTNW I Bekol ada 22 jenis dengan rincian 13 jenis di tingkat semai, 19 jenis di sapihan, dan 21 jenis pada tingkat pohon. Kerapatan tertinggi pada tingkat semai (8,347.32 individu/ha). Keanekaragaman jenis mangrove pada tingkat semai termasuk sedang, sedangkan sapihan dan pohon berada pada kategori tinggi. Mayoritas jenis mangrove yang ditemukan memiliki pola sebaran mengelompok, dengan jenis dominan berupa Ceriops tagal dan Rhizophora apiculata.Kata kunci: Mangrove, pola sebaran, keanekaragaman, komposisi jenis, taman nasional
VALUASI EKONOMI POTENSI MANGROVE DI KABUPATEN BUTON UTARA (BERDASARKAN VOLUME TEGAKAN) Satya Agustina Laksananny; Erny Poedjirahajoe; Ris Hadi Purwanto; Much. Taufiq Tri Hermawan
Jurnal Ecogreen Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.658 KB)

Abstract

ABSTRAKHutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut, pantai berlumpur (Bengen, 2003 dalam Dhimas Wiharyanto, 2010). Indriyanto (2006); Poedjirahajoe, dkk (2017) juga mengatakan bahwa hutan mangrove mempunyai manfaat ganda, baik dari aspek , ekonomi, maupun ekologi. Penelitan ini ditujukan untuk mengetahui nilai atau valuasi ekonomi hutan mangrove di Desa Dampala Jaya, Kabupaten Buton Utara. Desa Dampala Jaya merupakan bagian Kecamatan Kulisusu Barat yang memiliki luas hutan mangrove 1.860,12 ha (Peta tutupan lahan, 2009; Peta Potensi Desa BPS, 2014).   Jenis data meliputi data ekologi dan ekonomi yang selanjutnya dianalisis menggunakan analisis vegetasi, Analisis Potensi Vegetasi Mangrove, Analisis Vegetasi, Analisis Biaya Penyusun Tegakan Pohon, Penentuan nilai ekonomi dari tegakan pohon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Desa Dampala Jaya terdapat 5 (lima) jenis mangrove, antara lain Tongke (Bruguiera gymnorrhyza), Lumbe (Rhizophora stylosa), Kontawu (Xylocarpus granatum), Tompira (Heriteria littoralis), Buli (Bruguiera parviflora). Nilai INP tertinggi yaitu Tongke (Bruguiera gymnorrhyza) yaitu 95,75; dengan volume 85,81m3/ha; dimana nilai tegakannya adalah Rp. 94.392.047,00. Keyword : : tegakan mangrove, hutan mangrove, valuasi ekonomi
Studi Intersepsi Hujan pada Hutan Tanaman Eucalyptus Pellita di Riau Agung Budi Supangat; Putu Sudira; Haryono Supriyo; Erny Poedjirahajoe
agriTECH Vol 32, No 3 (2012)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.741 KB) | DOI: 10.22146/agritech.9610

Abstract

The aim of this study is to know the magnitude of rainfall interception loss in E. pellita plantation forest, at PerawangRiau. In order to obtain the magnitude of interception loss, stemfl ow and throughfall were measured on E. pellita plants at ages of 2 to 6 years with replication of 3 times, respectively. The results showed that the magnitudes of interception loss, throughfall and stemfl ow were 13.3-18.7 %; 7.7-83.1 % and 3.6-4.1 % from rainfall, respectively. The canopy storage capacity was calculated at 0.8 mm. The relationships of rainfall against both throughfall and stemfl ow showed strong correlations with r2 values of 0.99 and 0.79, respectively; while rainfall against interception has moderate correlation with r2 value of 0.58.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kehilangan air melalui intersepsi di hutan tanaman E. pellita, di Perawang-Riau. Untuk menghitung besarnya nilai intersepsi, dilakukan pengukuran aliran batang (stemfl ow) dan lolosan tajuk (throughfall) pada umur tanaman 2, 3, 4, 5, dan 6 tahun, masing-masing 3 ulangan pohon. Hasil penelitian menunjukkan besaran kisaran nilai intersepsi, throughfall dan stemfl ow masing-masing 13,3-18,7 %; 7,7-83,1 % dan 3,6-4,1 % dari curah hujan. Kapasitas tampungan tajuk (canopy storage capacity) tanaman E. pellita rata-rata sebesar 0,8 mm. Hubungan curah hujan dengan throughfall dan stemfl ow menunjukkan korelasi yang kuat (r2 rata-rata 0,99 dan 0,79), sedangkan dengan intersepsi korelasinya kurang kuat (r2 rata-rata 0,58).
SEAGRESS COVERAGE AND ECOSYSTEM CONDITION AT THE COASTAL AREA OF MADASANGER, JELENGA AND MALUK, WEST SUMBAWA Erny Poedjirahajoe; Ni Putu Diana Mahayani; Boy Rahardjo Sidharta; Muhamad Salamuddin
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 5 No. 1 (2013): Elektronik Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.648 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v5i1.7744

Abstract

The increase of temperature might affect the distribution and reproduction of seagrass. This research aims to determine the seagrass bed coverage and the ecosystem condition. Three line transects were established perpendicular to the coastal line with the distance of 50-100 m, or up to the border of the intertidal area. In each transect, sampling points were determined with a distance of 10-20 m. At the sampling points, a plot of 50 cm x 50 cm was established to measure the coverage percentage of seagrass vegetation. The seagrass species were also observed and recorded along the line transects. The percentage of seagrass coverage was measured using a method from Saito and Atobe (1994). The results showed that the coastal area of Jelenga has the highest percentage of seagrass coverage (>60%, healthy) among other coastal areas. This may be caused by the characteristic of Jelenga coast which was relatively calm, few visitors, low water turbidity, and high light penetration. While, other transects have percentage coverage of less than 60% (less healthy). There was one transect on Maluk coast which has coverage percentage of less than 29% (lack of seagrass species). The small coverage percentage on Maluk coast can be caused by the high number of visitors and high activity of fishing boats around the coast which results in high turbidity. Keywords: coverage, ecosystem condition, seagrass bed, west Sumbawa.
Karakteristik Terumbu Karang di Zona Pemanfaatan Wisata Taman Nasional Karimunjawa (Coral Reef Characteristic of Tourism Zone, Karimunjawa National Park) Rohmani Sulisyati; Erny Poedjirahajoe; Lies Rahayu WF; Chafid Fandeli
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 19, No 3 (2014): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.452 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.19.3.139-148

Abstract

Karakteristik terumbu karang di suatu lokasi wisata perlu diketahui agar terumbu karang tetap dapat melangsungkan fungsinya dengan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik terumbu karang di zona pemanfaatan wisata Taman Nasional Karimunjawa. Dilakukan pada bulan November 2013 pada 14 lokasi. Pengamatan terumbu karang dengan metode line intercept transect untuk melihat substrat dasar berdasar lifeform. Transek dilakukan pada dua kedalaman yaitu 3 meter dan 6–8 m untuk mewakili perairan dangkal dan dalam. Analisis kualitatif dilakukan untuk melihat tutupan karang keras serta pengukuran nilai indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominasi. Hasil pengukuran kondisi fisik perairan termasuk dalam perairan produktif yang dapat menunjang kehidupan organisme di dalamnya. Kondisi terumbu karang pada daerah dangkal ditemukan 15 famili, 41 genus dan 104 species karang. Persentase tutupan karang keras termasuk kategori sedang – sangat baik. Keanekaragaman jenis yang melimpah sedang hingga tinggi dengan kondisi komunitas antara labil hingga stabil dan hampir tidak ditemukan dominasi jenis tertentu. Pada daerah dalam terdapat 15 famili, 39 genus dan 99 species. Tutupan karang keras sedang – baik, dengan keanekaragaman jenis melimpah tinggi dan stabil serta tidak ada jenis yang dominan. Genus Acropora dan Porites dapat ditemui pada seluruh lokasi. Karakteristik terumbu karang berkaitan dengan letak keberadaan pulau, terumbu karang pada pulau terlindung cenderung mempunyai komunitas yang stabil. Kata kunci: terumbu karang, tutupan karang keras, lifeform Coral  reef characteristic in the recreational area should be known to establish the function optimally. This study aims to quantify the characteristic of coral reef throughout tourism utilization zone of Karimunjawa National Park. Surveys were conducted  during November 2013 at 14 locations. Substrate cover was collected using line intercept transect methods. Transects were deployed at two depth i.e 3 meters and 6–8 meters to represent the shallow and the deep water. Qualitative analysis were done to measure the hard coral cover and diversity index, evenness index and domination. The result showed that physical condition of aquatic environment was productive water that can support living organisms. For shallow water there were 15 families, 41 generas and 104 species of hard coral. Hard  coral cover ranged from 36,5-82% and it was categorized as fair–excellent. Species abundance is moderate to high which a condition of community between unstable to stable and hardly found dominance of a specific species. While the deep water there were 15 families, 39 generas and 99 species corals. Hard coral cover ranged from 39,5-67,9% it was categorized as fair into good, with high species diversity and abundance of stable and there is no dominant species. Acropora and Porites genus can be found in all locations. Coral reef characteristic associated with the location where the island, the protected island tend to have stable community. Keywords: coral reef, hard coral cover, lifeform
Klasifikasi Habitat Mangrove Berdasarkan Kemiringan, Ketebalan Lumpur dan Salinitas di Kawasan Rehabilitasi Pantai Utara Jawa Tengah Erny Poedjirahajoe; Djoko Marsono; Setyono Sastrosumarto; Moch. Dradjat
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 16, No 1 (2011): February 2011
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v16i1.59

Abstract

Penyebab gagalnya rehabilitasi mangrove di Pantai Utara Jawa Tengah adalah faktor habitat. Oleh karena itu perlu kajian yang lebih mendalam terhadap habitat mangrove, antara lain upaya menyederhanakan komponen habitat yang rumit dengan cara membuat klasifikasi. Klasifikasi habitat mendasarkan pada delineasi tiga peta, yaitu peta kemiringan pantai, ketebalan Lumpur dan salinitas. Peta-peta tersebut difokuskan pada tiga tahun tanam (1997, 1999 dan 2000). Delineasi peta menghasilkan 32 unit ekologis. Tiap-tiap unit ekologis diukur kerapatan dan tinggi vegetasi, kepadatan plankton, hara pada lumpur dan oksigen terlarut. Klasifikasi menggunakan analisis tandan dengan koefisien jarak Mean Euclidean Distance (MED). Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi 32 unit ekologis menghasilkan 4 kelompok habitat berdasarkan komponen habitat yang dikaji. Pertama, pada jarak tandan 15 terdapat 2 kelompok besar, yaitu A (ada 13 unit ekologis) dan B (ada 19 unit ekologis). Kedua, pada jarak 10 kelompok A terbagi menjadi terdapat 2 kelompok, yaitu C (ada 15 unit ekologis) dan D (ada 4 unit ekologis). Ketiga, pada jarak 5, kelompok B terbagi menjadi 2, yaitu E (ada 6 unit ekologis) dan F (ada 7 unit ekologis). Keempat, pada jarak 4, kelompok C terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu G (ada 7 unit ekologis) dan H (ada 8 unit ekologis). Kelompok yang paling baik sebagai habitat mangrove adalah kelompok D yang meliputi daerah Pantai Utara Brebes dan Kendal. Secara umum faktor pembeda terbentuknya klas-klas tersebut adalah plankton. Pola pengelompokan ini dapat dijadikan acuan dalam menentukan lokasi yang baik untuk p enanaman khususnya di Pantai Utara Jawa Tengah.
Konservasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Jawa di Kebun Raya Baturraden di Kawasan Bekas Hutan Produksi Terbatas Herawikan Mandiriati; Djoko Marsono; Erny Poedjirahajoe; Ronggo Sadono
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 14, No 1 (2016): April 2016
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1073.289 KB) | DOI: 10.14710/jil.14.1.33-38

Abstract

ABSTRAK Pengeloaan Kebun Raya Baturraden di Kawasan Hutan Produksi terbatas dapat menimbulkan permasalahan surface run off apabila penanganan lokasi tidak dilakukan secara konservatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi problematika Perubahan ekositem Hutan Produksi Terbatas yang bersifat homogen menjadi Kebun Raya Baturraden merupakan hutan heterogen. Dengan cara membuat PU (Petak Ukur) di zona pemanfaatan keluasan 77,4 Ha, sebanyak 109 PU (Petak Ukur) dengan ukuran 20x20 m, intensitas 5,5, jarak antar PU 1, 3 m. Hasil pengamatan   parameter yang menjadi pertimbangan ketinggian tanah antara 1076-760 Dpl, kelerengan tanah 12⁰-30⁰, kedalaman tanah < 85 Cm – 90<, erodibilitas tanah 0,43, jenis tanah Latosol Coklat dan curah hujan rata-rata 5.600 mm per tahun. Dari hasil pengamatan kawasan Kebun Raya Baturraden tanah mudah sekali terjadi   proses surface run off. Mengatasi dan merubah ekosistem dari hutan homogeny menjadi heterogen (1) penjarangan harus bertahap sesuai lahan yang akan dikelola, (2) Dengan kondisi tegakan pohon sangat rapat untuk melakukan tebangan sebaiknya menggunakan tebangan penerangan atau penjarangan jangan sampai tanah terbuka mengingat mempunyai curah hujan rata-rata 5.600 mm per tahun. (3) pada lokasi tertentu yang rawan terjadi erosi harus dibuat terasering untuk mengurangi terjadinya surface run off. Kata Kunci: Kebun Raya, Hutan Produksi terbatas surface run off, ekosistem ABSTRACTManaging Baturraden Botanical Garden in the Limited Production Forest Area can cause problems of surface run off if the location is not handled conservatively. This study aims to overcome the problem of ecosystem changes of the homogeneous Limited Production Forest to become Baturraden Botanical Garden which is heterogeneous forest by making PU (sample plots) in the utilization zone of 77.4 hectares in breadth, a total of 109 PU (sample plots) with a size of 20x20 m, intensity of 5.5, the distance between PU’s 1, 3 m. The parameters taken into consideration, as a result of observation, are the height of land between 1076-760 above sea level, land slope between 30⁰ 12⁰, land depth <85 cm - 90 <, soil erodibility 0.43, Brown Latosol soil type and an average rainfall of 5,600 mm per year. From the observation of Baturraden Botanical Garden area, it was observed that land surface run off processes easily occur. To overcome and change the ecosystem of the forest, from homogeneous to heterogeneous: (1) thinning should be phased in accordance to the land to be managed, (2) with the condition of very tight tree stands to be felled, lighting felling or thinning should be done without exposing the land considering the rainfall average of 5,600 mm per year. (3) In certain locations that are prone to erosion terracing must be made to reduce the occurrence of surface run-off. Key words: Botanical Garden, limited production forest, surface run-off, ecosystem.Cara sitasi: Mandiriati, H., Marsono, D., Poedjirahajoe, E., Sadono, R. (2016). Konservasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Jawa di Kebub Raya Baturraden di Kawasan Bekas Hutan Produksi Terbatas. Jurnal Ilmu Lingkungan. 14(1),33-38, doi:10.14710/jil.14.1.33-38
Analisis Vegetasi Hutan Mangrove di Kabupaten Buton Utara (Studi Kasus di Kecamatan Kulisusu Barat, Kabupaten Buton Utara, Sulawesi Tenggara) Satya Agustina Laksananny; Erny Poedjirahajoe; Ris Hadi Purwanto; Muh Taufik Tri Hermawan
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 18, No 3 (2020): November 2020
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.18.3.515-521

Abstract

Kabupaten Buton Utara merupakan salah satu daerah yang potensial hutan mangrovenya dipengaruhi oleh kondisi ekologisnya. Lokasi penelitian ini di Desa Dampala Jaya dan Bumi Lapero, Kecamatan Kulisusu Barat, Kabupaten Buton Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : jenis vegetasi mangrove; struktur vegetasi penyusun hutan mangrove; Indeks Nilai Penting mangrove; Indeks keanekaragaman mangrove. Metode penelitian menggunakan kombinasi desain jalur dan metode garis berpetak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 (lima) jenis vegetasi mangrove, yaitu Bruguiera gymnorrhyza, Rhizophora stylosa, Xylocarpus granatum, Heriteria littoralis, Bruguiera parviflora. Indeks Nilai Penting di Desa Dampala Jaya yang tertinggi spesies Bruguiera gymnorrhyza di tingkat semai 100,05, tiang atau pancang 93,93 dan pohon 95,75; sedangkan terendah di tingkat semai Heriteria littoralis 12,71, tingkat tiang atau pancang dan tingkat pohon adalah spesies Bruguiera parviflora, masing-masing dengan nilai 17,71 dan 17,93. Indeks Nilai Penting tertinggi di Desa Bumi Lapero tingkat semai adalah Bruguiera gymnorrhyza  yaitu 82,28, tingkat pancang atau tiang Rhizophora stylosa yaitu 114,07, tingkat pohon Bruguiera gymnorrhyza 106,04, sedangkan yang terendah adalah spesies Bruguiera parviflora di tingkat semai 8, tingkat tiang atau pancang 12,66 dan tingkat pohon 22,78. Indeks keanekaragaman (H’) di Desa Dampala Jaya tertinggi di tingkat semai spesies Bruguiera parviflora 0,21, sedangkan tingkat tiang atau pancang dan pohon adalah spesies Bruguiera gymnorrhyza dan Rhizophora stylosa masing-masing 0,37, baik di tingkat pancang atau tiang dan pohon. Nilai Indeks Keanekaragaman di Desa Dampala yang tertinggi Rhizophora stylosa di tingkat semai 0,36, tingkat pancang atau tiang dan tingkat pohon spesies Bruguiera gymnorrhyza  dan Rhizophora stylosa yaitu 0,37. Indeks keanekaragaman di Desa Bumi Lapero tertinggi di tingkat semai spesies Rhizophora stylosa yaitu 0,36, di tingkat pancang atau tiang Bruguiera gymnorrhyza yaitu 0,37, di tingkat pohon Rhizophora stylosa yaitu 0,37. Nilai Indeks Keanekaragaman di Desa Dampala Jaya dan Desa Bumi Lapero rendah.ABSTRACTNorth Buton Regency is one of the areas where its mangrove forest potential impacted by its ecological conditions. The research was conducted at Dampala Jaya and Bumi Lapero village, Kulisusu Barat District, North Buton. The study aimed to determine the types of mangrove vegetation; the vegetation structure of the mangrove forest; Mangrove Importance Value Index; Mangrove diversity index. The research method used was a combination of path design and checkered line method. The results showed there were 5 types of mangrove vegetation, Bruguiera gymnorrhyza, Rhizophora stylosa, Xylocarpus granatum, Heriteria littoralis, Bruguiera parviflora. The Value Index in Dampala Jaya village showed Bruguiera gymnorrhyza has the highest index with 100,05 seedling level, 93.93 sapling level and 95.75 trees level; The lowest were Heriteria littoralis with 12,71 seedling level and Bruguiera parviflora with 17,71 saplings level and 17,93 trees level. The highest Importance Value Index in Bumi Lapero village were Bruguiera gymnorrhyza with 82,28 seedling level, Rhizophora stylosa with 114,07 sapling level, Bruguiera gymnorrhyza with 106,04 trees level; the lowest were Bruguiera parviflora with 8 seedling level, 12,66 sapling level and 22,78 trees level. The highest diversity index (H ') in Dampala Jaya village were Bruguiera parviflora with 0,21 seedling level, Bruguiera gymnorrhyza and Rhizophora stylosa both with 0,37 sapling level and trees level. The highest diversity index value in Dampala village were Rhizophora stylosa at the 0,36 seedling level, Bruguiera gymnorrhyza and Rhizophora stylosa both with 0,37 sapling level and trees level. The highest diversity index in Bumi Lapero village were Rhizophora stylosa with 0,36 seedling level, Bruguiera gymnorrhyza with 0,37 sapling level, Rhizophora stylosa with 0,37 trees level. The value of diversity index in Dampala Jaya and Bumi Lapero villages were low.
SEBARAN SPASIAL KONDISI LINGKUNGAN HUTAN MANGROVE DI PESISIR PANTAI KOTA KUPANG Jeriels Matatula; Erny Poedjirahajoe; Satyawan Pudyatmoko
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol. 9 No. 2 (2019): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Graduate School Bogor Agricultural University (SPs IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.9.2.467-482

Abstract

Mangrove is a specific ecosystem, which commonly is in the small wave beach or covered from wave beach area, affected by the sea tidal and water fill from the land. The purpose of this research is to know the spatial spread of the mangrove habitat environmental factor (salinity, mud thickness and slope) at the Kupang seashore  ( Paradiso, mangrove tourism and Oesapa). The salinity condition of  the mangrove forest at Paradiso is low up to medium category, the mud thickness is slight, thick and very thick. The slope is 2%-2,66%. At the mangrove tourism location, the salinity is varied from the dominant range value 23,33% and 24,66%, mud thickness is 10,88 cm up to 51,33 cm, and the slope of 1%-3%. At Oesapa mangrove forest location, the salinity is between 10%-18%, the mud thickness is 21,55 cm – 49,22 cm, and the slope is 2%-3%. The environmental condition of the mangrove forest which is at Kupang seashore must be a model for the planning and the management of the mangrove forest in Kupang.
Co-Authors Abd. Kadir W. Abd. Kadir W. Abd. W Kadir, Abd. W Abd. W. Kadir, Abd. W. Agung B. Supangat Agung Budi Supangat Agung Budi Supangat Astri Winda Siregar Batseba A. Suripatty Boy Rahardjo Sidharta Budiadi Budiadi Chafid Fandeli David Suwito Diah Irawati Dwi Arini Diah Irawati Dwi Arini Djoko Marsono Djoko Marsono Djoko Marsono Djoko Marsono Djoko Marsono Djoko Marsono Djumanto Djumanto Djumanto Dradjat , Moch. Frita Kusuma Wardhani Haryono Suprijo, Haryono Haryono Supriyo Haryono Supriyo Haryono Supriyo Haryono Supriyo Herawikan Mandiriati Herawikan Mandiriati Hermawan, Much . Taufik Tri Hermawan, Much. Taufik Tri Iin Sumbada Sulistyorini, Iin Sumbada Ikhwanudin Rofi&#039;i Imanuddin Imanuddin Jeriels Matatula, Jeriels Krisnawati Krisnawati Lies Rahayu WF Lies Rahayu Wijayanti Faida Lies Rahayu Wijayanti Faida Mariah Ulfa Moch. Dradjat Moehar Maraghiy Harahap Much. Taufiq Tri Hermawan Muh. Taufik Tri Hermawan Muhamad Salamuddin Muhammad Reza Pahlevi Muhammad Wahyudi Muli Edwin, Muli Musyafa Musyafa Ni Putu Diana Mahayani Putri, Adhe Viana Yulida Putu Sudira Putu Sudira Putu Sudira Putu Sudira Ragil Widyorini Ris Hadi Purwanto Rohmani Sulisyati Ronggo Sadono San Afri Awang San Afri Awang Saputra, Dimas Cahya Kurnia Satria, Ryan Adi Satya Agustina Laksananny satya laksananny Satyawan Pudyatmoko Satyawan Pudyatmoko Satyawan Pudyatmoko Satyawan Pudyatmoko Setyono Sastrosumarto Setyono Sastrosumarto, Setyono Sigit Heru Murti Suratman Wardhani, Frita Kusuma Yunita Lisnawati