Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

CHEMICAL BONDING DIAGNOSTIC TOOL (CBDT): INSTRUMEN EVALUASI PEMAHAMAN KONSEPTUAL MAHASISWA BERKONTEKS LAHAN BASAH Analita, Rizki Nur; Bakti, Iriani; Rohmah, Rosyidah Syafaatur; Pratiwi, Yunilia Nur
Jurnal Pendidikan Kimia Undiksha Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjpk.v6i1.39820

Abstract

Pemahaman konseptual yang benar dari peserta didik merupakan tujuan utama dalam setiap pembelajaran kimia, terutama pada materi ikatan kimia. Oleh karena itu, perlu adanya instrumen evaluasi untuk menganalisis sejauh mana pemahaman konseptual yang dimiliki peserta didik. Penelitian berikut berupa pengembangan instrumen evaluasi bernama Chemical Bonding Diagnostic Tool (CBDT) yang berkonteks lahan basah. Tujuan dari penelitian adalah menghasilkan suatu instrumen evaluasi yang valid dan reliabel, serta dapat memperkenalkan tentang pengertian lahan basah. Tahapan metode penelitian meliputi: (1) Peninjauan pustaka; (2) Pengembangan butir soal; (3) Uji validitas konstruk; (4) Revisi instrumen evaluasi; (5) Uji coba instrumen evaluasi; dan (6) Analisis butir soal dan instrumen evaluasi. Melalui penelitian yang dilakukan terhadap sampel 238 orang mahasiswa di enam perguruan tinggi negeri di Indonesia, diperoleh hasil berupa instrumen evaluasi yang sangat valid dan reliabel. Berdasarkan hasil tersebut, maka instrumen evaluasi CBDT dapat digeneralisasikan pada pembelajaran ikatan kimia di Indonesia.
KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN LAHAN BASAH: VALIDITAS MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN Arif Sholahuddin; Rizki Nur Analita; Rezky Fitriana; Ikhwan Khairu Sadiqin; Rani Widya Astuti
QUANTUM: Jurnal Inovasi Pendidikan Sains Vol 12, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/quantum.v12i2.11780

Abstract

Pengembangan karakter peduli lingkungan lahan basah pada siswa SD memerlukan model atau strategi yang tepat. Karakter peduli lingkungan tersebut meliputi kerja keras, menjaga kesehatan dan kebersihan, bertanggung jawab dan bijaksana terhadap lingkungan lahan basah. Penelitian ini mengembangkan model pendidikan karakter peduli lingkungan lahan basah (PKP-LLB). Penelitian pengembangan ini menggunakan model evaluasi formatif metode Tessmer yang terdiri dari atas evaluasi diri, prototyping, dan  uji lapangan. Uji coba model PKP-LLB dilakukan di SDN Pasar Lama I Banjarmasin. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model PKP-LLB dan perangkat pendukungnya yang valid untuk meningkatkan karakter peduli lingkungan terhadap lingkungan lahan basah. Penelitian ini menemukan bahwa (1) desain PKP-LLB sangat valid berdasarkan telaah ahli, (2) perangkat pendukung utama model PKP-LLB sangat valid untuk digunakan dalam menerapkan model PKP-LLB untuk membekali pengetahuan. dan karakter peduli lingkungan lahan basah (3) siswa tidak mengalami kesulitan dalam membaca dan memahami materi penunjang pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model PKP-LLB ini valid, namun memerlukan uji coba dan evaluasi lebih lanjut untuk mencapai kepraktisan dan keefektifannya.
CHEMICAL BONDING DIAGNOSTIC TOOL (CBDT): INSTRUMEN EVALUASI PEMAHAMAN KONSEPTUAL MAHASISWA BERKONTEKS LAHAN BASAH Rizki Nur Analita; Iriani Bakti; Rosyidah Syafaatur Rohmah; Yunilia Nur Pratiwi
Jurnal Pendidikan Kimia Undiksha Vol. 6 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjpk.v6i1.39820

Abstract

Pemahaman konseptual yang benar dari peserta didik merupakan tujuan utama dalam setiap pembelajaran kimia, terutama pada materi ikatan kimia. Oleh karena itu, perlu adanya instrumen evaluasi untuk menganalisis sejauh mana pemahaman konseptual yang dimiliki peserta didik. Penelitian berikut berupa pengembangan instrumen evaluasi bernama Chemical Bonding Diagnostic Tool (CBDT) yang berkonteks lahan basah. Tujuan dari penelitian adalah menghasilkan suatu instrumen evaluasi yang valid dan reliabel, serta dapat memperkenalkan tentang pengertian lahan basah. Tahapan metode penelitian meliputi: (1) Peninjauan pustaka; (2) Pengembangan butir soal; (3) Uji validitas konstruk; (4) Revisi instrumen evaluasi; (5) Uji coba instrumen evaluasi; dan (6) Analisis butir soal dan instrumen evaluasi. Melalui penelitian yang dilakukan terhadap sampel 238 orang mahasiswa di enam perguruan tinggi negeri di Indonesia, diperoleh hasil berupa instrumen evaluasi yang sangat valid dan reliabel. Berdasarkan hasil tersebut, maka instrumen evaluasi CBDT dapat digeneralisasikan pada pembelajaran ikatan kimia di Indonesia.
Penguatan Kompetensi Profesional Guru MGMP Kimia: Pengembangan Instrumen Evaluasi Diagnostik Multi–tier Arif Sholahuddin; Rizki Nur Analita; Syahmani Syahmani; Atiek Winarti; Abdul Hamid; Bambang Suharto; Iriani Bakti
Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/btjpm.v3i2.2809

Abstract

Pelaksanaan evaluasi pembelajaran merupakan salah satu kompetensi profesional guru yang penting untuk mengukur kualitas hasil belajar siswa. Pada mata pelajaran kimia, evaluasi pembelajaran tersebut perlu dilakukan secara detil hingga diketahui sejauh mana pemahaman konsep yang dimiliki siswa. Salah satu instrumen evaluasi pembelajaran yang dapat digunakan adalah tes diagnostik bentuk bertingkat atau multi–tier. Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan bahwa guru cenderung mengalami kesulitan dalam mengembangkan instrumen evaluasi yang berbasis diagnostic multi–tier. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) berikut bertujuan untuk membantu guru menjadi terampil dalam mengembangkan instrumen evaluasi diagnostik multi–tier. Peserta kegiatan adalah seluruh guru kimia dari MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Kimia Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Kegiatan PkM dilaksanakan sebanyak dua kali secara daring. Metode kegiatan meliputi: (1) Penyampaian materi oleh narasumber; (2) Diskusi dan tanya–jawab antara narasumber dengan peserta; (3) Penugasan kepada peserta; dan (4) Evaluasi hasil penugasan. Instrumen evaluasi diagnostik multi–tier yang telah dikembangkan oleh peserta kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat diharapkan dapat menguatkan kompetensi profesional guru Kimia Implementation of learning evaluation is one of the teacher's professional competence that is important to survey students' quality of learning outcomes. The evaluation in chemistry subject needs to be done detailly in determining how students understand the concepts. One of the learning evaluation instruments that can be used is multi-tier diagnostic. Several studies in Indonesia reported that teachers experience difficulties developing evaluation instruments based on multi-tier diagnostic. The following community service activities aimed to help teachers become skilled in developing multi-tier diagnostic evaluation instruments. Participants in the activity were all chemistry teachers from the MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) of Barito Kuala Regency, South Kalimantan. The activity was carried out twice online. Methods of activity included: (1) Delivering material by the speakers; (2) Discussions between speakers and participants; (3) Assigning participants; and (4) Evaluating the assignment's result. There was expected that the multi-tier diagnostic evaluation instruments developed by participants of community service could strengthen their professional competence.
Menggali Potensi Lokal Desa:Pelatihan Pengolahan Penyanitasi Tangan Aromaterapi dari Limbah Kulit Jeruk Siam Banjar Arif Sholahuddin; Rizki Nur Analita; Almubarak Almubarak; Noor Elfa
Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 4, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/btjpm.v4i2.5176

Abstract

Jeruk Siam Banjar (Citrus nobilis Lour. Var. microcarpa Hassk) merupakan varietas unggul asli pulau Kalimantan. Salah satu daerah yang membudidayakan jeruk Siam Banjar adalah Desa Karang Bunga, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Salah satu produk hasil budidaya tersebut berupa penyanitasi tangan aromaterapi dari limbah kulit jeruk. Program pelatihan ini ditujukan kepada pengelola unit usaha Rumah Jeruk dalam memproduksi penyanitasi tangan aromaterapi dari ekstrak kulit jeruk Siam Banjar dan mengetahui efektivitas produk tersebut dalam membunuh kuman. Metode yang digunakan terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) tahap maserasi; (2) tahap pengolahan penyanitasi tangan aromaterapi; dan (3) tahap uji angka kuman produk penyanitasi tangan aromaterapi. Kegiatan tersebut menghasilkan produk penyanitasi tangan aromaterapi yang dapat diolah secara mandiri oleh pengelola unit usaha Rumah Jeruk. Produk penyanitasi tangan aromaterapi memiliki beberapa persentase efektivitas membunuh kuman, tergantung dari bahan dasar yang digunakan. Penyanitasi tangan tanpa kulit jeruk (blanko) memiliki efektivitas 33,3%. Sementara itu, penyanitasi tangan dengan ekstrak kulit jeruk kering memiliki efektivitas 69,5%, sedangkan penyanitasi tangan dengan ekstrak kulit jeruk segar memiliki efektivitas 95%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kulit jeruk Siam Banjar dalam keadaan segar paling efektif dalam membunuh kuman. Siam Banjar Orange (Citrus nobilis Lour. Var. microcarpa Hassk) is the prime variety originally from Kalimantan island. One region that cultivates the Siam Banjar Orange is Karang Bunga Village, Mandastana, Barito Kuala, South Kalimantan Province. One cultivated product is the aromatherapy hand sanitiser from orange peel waste. The training program addressed the Rumah Jeruk business unit employees in producing aromatherapy hand sanitizer from Siam Banjar orange peel extract and finding out the effectiveness in killing germs of the product. The methods used consisted of three stages, namely: (1) maceration; (2) processing aromatherapy hand sanitizer; and (3) germ number testing of aromatherapy hand sanitiser. The activity produced aromatherapy hand sanitizer that can be processed independently by the Rumah Jeruk business unit employees. The aromatherapy hand sanitizer had several percentages of effectiveness in killing germs, depending on the basic substance used. Hand sanitizer without orange peel (blanko) has 33.3% effectiveness. Meanwhile, hand sanitizer with dried orange peel extract had an effect in killing germs by 69.5%, while hand sanitizer with fresh orange peel extract had 95% effectiveness. These results indicated that the Siam Banjar orange peel in a fresh state is the most effective in killing germs.
Pemberdayaan Perempuan Desa: Produksi dan Pemasaran Nata de Coco Arif Sholahuddin; Rizki Nur Analita; Rilia Iriani; Bambang Suharto
Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 1, No 2 (2019): NOVEMBER 2019
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.002 KB) | DOI: 10.20527/btjpm.v1i2.1806

Abstract

Desa Tamban Muara, Kecamatan Tamban, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan merupakan sebuah desa yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah berupa tanaman kelapa. Air dari buah kelapa yang ada seringkali tidak digunakan, sehingga pelaksana kegiatan pengabdian masyarakat bermaksud mengolah air kelapa tersebut menjadi Nata de Coco agar lebih bermanfaat. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar masyarakat Desa Tamban Muara dapat memanfaatkan dan mengolah air kelapa, serta memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang pengemasan dan pemasaran Nata de Coco hasil produksi rumah tangga. Metode kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan dan praktik tentang pembuatan Nata de Coco serta praktik pengemasan dan sosialisasi tentang pemasaran Nata de Coco kemasan. Peserta kegiatan adalah ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebagai perwakilan masyarakat Desa Tamban Muara. Hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut adalah peserta kegiatan mampu: (1) membuat Nata de Coco dari air kelapa yang diperoleh dari lingkungan sekitar; (2) mengemas Nata de Coco menjadi produk yang siap dijual, dan (3) memasarkan Nata de Coco untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas. Kegiatan pengabdian masyarakat tersebut diharapkan dapat mendukung pemberdayaan perempuan/ibu rumah tangga dan dan meningkatkan ekomomi keluarga. Tamban Muara Village in Tamban Subdistrict, Barito Kuala Regency, South Kalimantan, is a village that has a lot of coconut trees as natural resources. The availability of coconut water is typically unused, so the community service team decided to process the coconut water into Nata de Coco to be more useful. The aims of the activities are to pursue villagers of Tamban Muara in utilizing and processing coconut water and also in getting knowledge and skills in packaging and marketing of Nata de Coco from household production. Activities method that has been done are counseling and practicing about Nata de Coco production, alongside with packaging and marketing. The participants are representative of the Empowerment of Family Welfare of Tamban Muara Village. The result of this activity are the representative can: (1) produce Nata de Coco from coconut water of village; (2) package Nata de Coco become a product that ready to sell; and (3) market Nata de Coco to be consumed by the wider community. The community service activities are expected to support the empowerment of the women/housewife and to increase family economically.
Environmental chemistry course assisted problem-based learning in developing students’ higher-order thinking skills and characters. Wildan Wildan; Supriadi Supriadi; Dwi Laksmiwati; Rizki Nur Analita
Acta Chimica Asiana Vol. 4 No. 2 (2021)
Publisher : The University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/aca.v4i2.54

Abstract

Character development and higher-order thinking abilities are crucial in environmental chemistry courses because they can motivate students to care about the environment. Environmental chemistry courses can benefit from a problem-based learning approach. Students learn to think critically and analytically, as well as locate and use relevant learning resources, through problem-based learning. This was a quasi-experimental study that used a pre-test post-test design. The goal of this study was to describe how problem-based learning was implemented in environmental chemistry classes and how it influenced the development of higher-order thinking abilities and student personalities. Data was gathered through an essay test that required higher-order thinking skills, and students' personalities were determined through an inventory. ANOVA statistics were used to evaluate the data. The stages of concept presentation, presentation of factual problems in various forms, group discussions, and class discussions were used to implement problem-based learning in the Environmental Chemistry course; (2) problem-based learning can significantly improve students' higher-order thinking skills and characters; and (3) high-order thinking skills contribute significantly to character development.  
Analysis of Students’ Chemical Bonding Misconception with A Four-Tier Diagnostic Test Rosyidah Syafaatur Rohmah; Nikmatin Sholichah; Yunilia Nur Pratiwi; Rizki Nur Analita
Jurnal Tadris Kimiya Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Department of Chemistry Education, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jtk.v7i2.20343

Abstract

Students had difficulty understanding the chemical bonding concept because of its complex and abstract nature. This difficulty could lead to chemical bonding misconceptions. This study aimed to investigate basic chemistry students' misconceptions of chemical bonding. This study used a descriptive research design with a four-tier diagnostic test. The research’s subjects were basic chemistry students. Chemical Bonding Diagnostic Tool (CBDT) was used as an instrument to determine students' misconceptions. The results showed that students who had misconceptions about ionic, covalent, and coordinate covalent bonding were 48.90%, 53.00%, and 37.50%, respectively. The misconception in this course is that students need to learn about ionic bonds formed by electrostatic forces between cations and anions. As a result, students cannot determine the difference in electronegativity values in ionic and covalent bonds and the number of valence electrons of each atom in a chemical bonding. Therefore, the misconception is in the moderate category.
The learners’ conceptual understanding: Literature review of vapor-pressure lowering and boiling-point elevation Rizki Nur Analita; Iriani Bakti; Putranty Widha Nugraheni; Ester Noviyanti
Journal of Education and Learning (EduLearn) Vol 17, No 4: November 2023
Publisher : Intelektual Pustaka Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/edulearn.v17i4.20805

Abstract

The learners’ conceptual understanding has become one of the leading research areas conducted by educational researchers. Both students and current educators should actively work to improve their understanding of alternative conceptions and deepen their conceptual knowledge. One of the essential concepts in chemistry learning is colligative properties. This research is a literature review that discusses vapor-pressure lowering and boiling-point elevation, parts of colligative properties concept. The method used a meta-analysis review that combined the results of multiple studies that required a systematic approach to research of the literature. A preferred reporting items for systematic reviews and meta-analysis or known as PRISMA process was used for study selection. The following literature review was summarized based on various studies from Indonesia, United States of America (USA), Turkey, and Greece. The aims of this review were to provide important details from several previous studies to help researchers obtain complete sources. The findings were also expected to provide the learner with the correct understanding of chemistry, especially in vapor-pressure lowering and boiling-point elevation concepts.
PEMANFAATAN CANGKANG PUPA BLACK SOLDIER FLY (BSF) SEBAGAI KITOSAN PADA PRODUKSI HANDSANITIZER Dewi, Renie; Nur Analita, Rizki; Erlita, Isyana; Husada Noor, Zakiah; Musrifatuttazkiyah, Siti; Rudi Febrissa, Mohammad; Wardani, Ika Kusuma; Taufiqurrahman, Irham
Jurnal Sinergitas PKM & CSR Vol 8, No 1 (2024): APRIL
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/jspc.v8i1.7783

Abstract

Masyarakat di wilayah sekitar sungai Barito Kuala sebagian besar menjadikan air sungai sebagai sarana keperluan pemanfaatan air pada kehidupan sehari-hari salah satunya mencuci tangan. Tangan merupakan bagian tubuh yang sering kali berinteraksi sehingga dapat menjadi media penyebaran bakteri dan virus. Penggunaan cairan handsanitizer yang dapat digunakan oleh masyarakat pinggiran sungai Barito Kuala dapat digunakan sebagai alat sterilisasi tangan agar terhindar dari wabah penyakit yang disebabkan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Kitosan merupakan polisakarida alami nontoxic, biodegradable dan biocompatible. Kitosan memiliki sifat antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen termasuk bakteri Gram-positif dan Gram-negatif. Tujuan. Melatih pembudidaya BSF yang bekerjasma dengan CV Larvanesia Kalimantan Selatan dan guru sekolah Adiwiyata di Banjarmasin untuk membuat handsanitizer dari bahan limbah cangkang pupa BSF sebagai mitra. Metode. Pertama-tama memberikan materi tentang pemanfaatan limbah cangkang pupa BSF dibidang kesehatan kepada mitra kemudian mempersiapkan bahan dasar pembuatan handsanitizer yaitu kitosan cangkang pupa BSF yang sudah dilakukan tes uji antibakteri. Tahap berikutnya bersama mitra membuat handsanitizer agar dapat diproduksi dan dikomersialkan dikemudian hari. Hasil. Terdapat peningkatan pengetahuan mengenai pemfaatan limbah cangkang pupa BSF di bidang kesehatan dan meningkatkan keterampilan mitra tentang cara pembuatan handsanitizer untuk kesehatan.