Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENAMBAHAN SHELTER UNTUK PENGENDALIAN RESPONS FISIOLOGI DAN PRODUKSI KEPITING BAKAU Scylla serrata PADA SISTEM RESIRKULASI AKUAKULTUR Yuni Puji Hastuti; Priyo Handoyo Wicaksono; Wildan Nurusallam; Siska Tridesianti; Yuli Siti Fatma; Kukuh Nirmala; Iman Rusmana; Ridwan Affandi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 12 No. 1 (2020): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (632.563 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v12i1.30753

Abstract

Ketersediaan shelter (tempat perlindungan) pada kepadatan spesifik diharapkan dapat meningkatkan produksi kepiting bakau (Scylla serrata) dalam sistem resirkulasi. Shelter sebagai salah satu faktor abiotik berperan penting dalam mengurangi kematian yang disebabkan oleh kanibalisme kepiting dan menekan tingkat stres biota. Sistem Resirkulasi Akuakultur (RAS) dengan bak kotak kultur berkapasitas 60 L yang didukung oleh shelter diperkirakan menghasilkan respons fisiologis dan pertumbuhan kepiting bakau yang paling baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak penambahan shelter pada lingkungan dengan sistem resirkulasi terhadap respons fisiologis dan produksi kepiting bakau S. serrata dengan kepadatan 10 kepiting per satu bak kultur yang berisi 60 L air laut. Penelitian ini dilakukan dengan tiga perlakuan penambahan shelter, yaitu 2 shelter (S2), 4 shelter (S4), 6 shelter (S6), dan kontrol tanpa shelter (C). S6 adalah perlakuan terbaik dengan tingkat kelangsungan hidup 73,33±5,8%, laju pertumbuhan spesifik 0,886±0,014%, pertumbuhan lebar karapas 0,024±0,004 cm/hari, dan rasio konversi pakan terendah dibandingkan dengan perlakuan lain. Perlakuan S6 secara signifikan mempengaruhi jumlah hemosit total kepiting pada awal budidaya (P <0,05). Penambahan 6 shelter dapat mengoptimalkan pertumbuhan kepiting lumpur dengan kepadatan 10 kepiting dalam satu bak kotak kultur.
A Healthy Indonesian Traditional Food Against Methicillin Resistant Staphylococcus aureus Bacteria (MRSA) Masri, Mashuri; Hafsan, Hafsan; Ibrahim, Ibrahim; Maretha, Delima Engga; Tridesianti, Siska
Journal Of Biology Education Vol 4, No 2 (2021): Journal Of Biology Education
Publisher : Tadris Biologi IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/jobe.v4i2.12041

Abstract

Penjang Pangi merupakan makanan tradisional yang terdiri atas bawang putih (Allium sativum), sereh (Cymbopogon citratus), pangi (Pangium edule). Pada penelitian ini, Penjang pangi di ekstrak dengan pelarut n-heksan, etanol dan methanol, masing masing  pada konsentrasi 5%, 10%, dan 15%. Aktivitas antibakteri ekstrak Penjang Pangi di uji ke Bakteri Methicillin Resisten Staphylococcus aureus (MRSA) dengan menggunakan metode difusi agar kertas cakram. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Pelarut n-heksan dan etanol tidak memperlihatkan aktivitas antibakteri. Metanol 15% memperlihatkan aktivitas antibakteri dengan rata-rata zona hambat yang dibentuk 15 mm, 13.67 mm, dan 13 mm. Daya hambat yang dibentuk ekstrak Penjang Pangi tergolong sangat aktif, karena diatas >8 mm. Kata kunci: Aktivitas antibakteri, Penjang Pangi, Bakteri Methicillin Resisten Staphylococcus aureus.
Black Cumin (Nigella sativa) Against Mycobacterium tuberculosis Strain H37RV And MDR-TB Mashuri Masri; Cut Muthiadin; Masita Masita; Tri Cahyanto; Lianah Lianah; Rusny Rusny; Siska Tridesianti
Elkawnie: Journal of Islamic Science and Technology Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/ekw.v7i1.9335

Abstract

Abstract: Tuberculosis (TB) is a contagious infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. 10 million people suffer from TB Every year. Although TB is a preventable and treatable disease, 1.5 million people die every year due to TB. Alternative treatments continue to be pursued, and treatment with the latest TB drugs that are continuously being encouraged. Black cumin (Nigella sativa) seed contains essential oils with active compounds such as thymohydroquinone, Oleoresins, flavonoids, alkaloids, saponins, tannins, and terpenoids that act as antibacterial drugs. This study aims to determine the sensitivity of  N. sativa seed extract in inhibiting the growth of  M. tuberculosis strain H37RV and MDR-TB (Multidrug Resistance-TB). This research using Microscopic-Observation and Drug-Susceptibility Assay (MODS) method. Extraction of N. sativa was carried out by the maceration method using 70% methanol as a solvent. The results showed that the M. tuberculosis strain H37RV and MDR-TB were sensitive to N. sativa extract at concentrations of 5 and 10% but resistant to N. sativa extract at concentrations of 1 and 3%.Abstrak: Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menimbulkan dampak kematian yang cukup mengkhawatirkan.  Penyakit tersebut dapat dicegah dan diobati. Salah satu sumber pengobatannya menggunakan biji jintan hitam (Nigella sativa) yang mengandung minyak atsiri dengan senyawa aktif seperti timohidrokuinon, oleoresin, flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, dan terpenoid yang berfungsi sebagai obat antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas ekstrak biji N. sativa dalam menghambat pertumbuhan M. tuberculosis strain H37RV and MDR-TB (Multidrug-Resistance-TB). Penelitian ini menggunakan metode Microscopic-Observation and Drug-Susceptibility Assay (MODS). Ekstraksi N. sativa dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol 70%. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa bakteri M. tuberculosis strain H37RV dan TB-MDR, kedua  strain tsb sensitif terhadap ekstrak N. sativa konsentrasi 5 dan 10%,  tetapi resisten terhadap  ekstrak N. sativa konsentrasi 1 dan 3%.
A Healthy Indonesian Traditional Food Against Methicillin Resistant Staphylococcus aureus Bacteria (MRSA) Mashuri Masri; Hafsan Hafsan; Ibrahim Ibrahim; Delima Engga Maretha; Siska Tridesianti
Journal Of Biology Education Vol 4, No 2 (2021): Journal Of Biology Education
Publisher : Tadris Biologi IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/jobe.v4i2.12041

Abstract

Penjang Pangi merupakan makanan tradisional yang terdiri atas bawang putih (Allium sativum), sereh (Cymbopogon citratus), pangi (Pangium edule). Pada penelitian ini, Penjang pangi di ekstrak dengan pelarut n-heksan, etanol dan methanol, masing masing  pada konsentrasi 5%, 10%, dan 15%. Aktivitas antibakteri ekstrak Penjang Pangi di uji ke Bakteri Methicillin Resisten Staphylococcus aureus (MRSA) dengan menggunakan metode difusi agar kertas cakram. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Pelarut n-heksan dan etanol tidak memperlihatkan aktivitas antibakteri. Metanol 15% memperlihatkan aktivitas antibakteri dengan rata-rata zona hambat yang dibentuk 15 mm, 13.67 mm, dan 13 mm. Daya hambat yang dibentuk ekstrak Penjang Pangi tergolong sangat aktif, karena diatas >8 mm. Kata kunci: Aktivitas antibakteri, Penjang Pangi, Bakteri Methicillin Resisten Staphylococcus aureus.
Pelatihan Pembuatan Hand Sanitizer kepada Masyarakat Desa Tangguh di Kp. Pasir Honje, Ds. Sukawening Kec. Ciwidey Kab. Bandung Isma Dwi Kurniawan; Yani Suryani; Anggita Rahmi Hafsari; M. Agus Salim; Tri Cahyanto; Ayuni Adawiyah; Musa&#039;adah Musa&#039;adah; Siska Tridesianti
Jurnal Surya Masyarakat Vol 4, No 1 (2021): November 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jsm.4.1.2021.69-79

Abstract

The Covid-19 pandemic that has been attacked almost all countries in the world since 2020 has changed the lifestyle and habits of peoples globally. Since this outbreak until now, peoples in all countries including in Indonesia must implement the health protocols to reduce the rate of virus transmission. One of them is by maintaining hand hygiene by washing hands using soap or hand sanitizer (HS).  HS is used as an alternative in conditions which is difficult to washing hand. But, rural communities, especially in Tangguh Village in Kampung Pasir Honje, Sukawening, Ciwidey, Bandung Regency, are currently unable to use it due to limited access and economy. Training of making HS for the community can be a solution in overcoming this problem. Thie aims of this activity to provide skills to the people of Tangguh Village to make hand sanitizers made from alcohol and non alcohol. Method: conducted by lectures and do questions and answers about HS and then direct practice of making HS. Result: All participants can make hand sanitizers well. There are 2 types of HS that have been successfully made by the community, namely HS containing alcohol and HS free of alcohol. The alcohol content in the first type is around 60-70%, while the alcohol-free HS is made from betel leaf extract because it contains antibacterial compounds. The results of the evaluation show that 50% of the participants stated that they were very satisfied with the implementation of this activity and about 92% stated that this activity was very beneficial for them.
Pelatihan Pembuatan Hand Sanitizer kepada Masyarakat Desa Tangguh di Kp. Pasir Honje, Ds. Sukawening Kec. Ciwidey Kab. Bandung Isma Dwi Kurniawan; Yani Suryani; Anggita Rahmi Hafsari; M. Agus Salim; Tri Cahyanto; Ayuni Adawiyah; Musa&#039;adah Musa&#039;adah; Siska Tridesianti
Jurnal Surya Masyarakat Vol 4, No 1 (2021): November 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jsm.4.1.2021.69-79

Abstract

The Covid-19 pandemic that has been attacked almost all countries in the world since 2020 has changed the lifestyle and habits of peoples globally. Since this outbreak until now, peoples in all countries including in Indonesia must implement the health protocols to reduce the rate of virus transmission. One of them is by maintaining hand hygiene by washing hands using soap or hand sanitizer (HS).  HS is used as an alternative in conditions which is difficult to washing hand. But, rural communities, especially in Tangguh Village in Kampung Pasir Honje, Sukawening, Ciwidey, Bandung Regency, are currently unable to use it due to limited access and economy. Training of making HS for the community can be a solution in overcoming this problem. Thie aims of this activity to provide skills to the people of Tangguh Village to make hand sanitizers made from alcohol and non alcohol. Method: conducted by lectures and do questions and answers about HS and then direct practice of making HS. Result: All participants can make hand sanitizers well. There are 2 types of HS that have been successfully made by the community, namely HS containing alcohol and HS free of alcohol. The alcohol content in the first type is around 60-70%, while the alcohol-free HS is made from betel leaf extract because it contains antibacterial compounds. The results of the evaluation show that 50% of the participants stated that they were very satisfied with the implementation of this activity and about 92% stated that this activity was very beneficial for them.
Peningkatan Kadar Protein Terlarut pada Larutan Tepung Jagung Menggunakan Saccharomyces cerevisiae Siska Tridesianti
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience-Tropic) Vol 8 No 2 (2023): Januari 2023
Publisher : Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/e-jbst.v8i2.521

Abstract

Poultry livestock are generally given feed in the form of corn kernels where the corn kernels contain high carbohydrates but have deficiencies of several amino acids. Amino acid deficiency can be overcome by increasing the protein content in the corn kernels. One way to increase the protein content in corn kernels is to carry out a fermentation process in corn flour solution. Therefore, this study aims to determine the effect of corn starch solution to increase dissolved protein levels in Saccharomyces cerevisiae biomass through a fermentation process. This study used a completely randomized design consisting of 8 treatments and 3 replications. The treatment volumes of corn flour solution were 0 mL, 5 mL, 10 mL, 15 mL, 20 mL, 25 mL, 30 mL and 35 mL. Data analysis used the calculation of variance and the BJND test. The results showed that the highest average dissolved protein content and total cell biomass of S. cerevisiae in the 15 ml treatment were 13.52%/g and 15.63 x 107 CFU/mL, the lowest average was in the 35 ml corn flour solution treatment, namely 0. 90%/gr and 3.01 x 107 CFU/mL. Based on the research, it can be concluded that corn flour solution can increase the dissolved protein content in S. cerevisiae biomass up to volume 15 mL/2 mL fermenter through the fermentation process. Based on the results of this study, it can be used as a basis for considering the use of S. cerevisiae fermenters to increase the nutritional value of corn seed-based animal feed.
BIOBRIKET DARI KULIT BUAH KOPI (COFFEA ARABICA) DAN KAYU KALIANDRA (CALLIANDRA CALOTHYRSUS) DENGAN PEREKAT GETAH PINUS (PINUS MERKUSII) Siska Tridesianti; Adisty Virakawugi Darniwa; Musa’adah; Eneng Siti Aisyah; Yani Suryani
Gunung Djati Conference Series Vol. 47 (2024): Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) ke-9 Tahun 2024
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biomassa merupakan salah satu sumber energi yang melimpah dan dapat diperbarui. Salah satu pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi adalah biobriket menggunakan campuran kulit buah kopi dan kayu kaliandra dengan perekat getah pinus. Limbah kulit buah kopi di Indonesia pada tahun 2023 diperkirakan mencapai 777,12 ribu ton sedangkan kayu kaliandra merupakan tanaman dengan rasio pertumbuhan yang tinggi yaitu sebesar 97,2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi terbaik biobriket dari pencampuran kulit buah kopi dan kayu kaliandra berdasarkan pada nilai kalor dan laju pembakaran yang dihasilkan. Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan 2 kontrol (100% limbah kulit kopi dan 100% kayu kaliandra) dan 5 perlakuan perbandingan kulit buah kopi dan kayu kaliandra (B1 90:10, B2 70:30, B3 50:50, B4 30:70, dan B5 10:90). Pengujian yang dilakukan yaitu uji massa jenis (kerapatan), kadar air, nilai kalor dan laju pembakaran. Hasil pengujian yang didapatkan yaitu massa jenis (kerapatan) terbaik adalah 0,64 g/cm3 pada perlakuan B1 dan B2, kadar air terendah sebesar 3,13% pada perlakuan B1, nilai kalor tertinggi 6.750 kal/g pada perlakuan B5, dan laju pembakaran terlama yaitu 1,72 g/menit pada perlakuan B1. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa komposisi terbaik biobriket dari pencampuran kulit buah kopi dan kayu kaliandra terhadap nilai kalor yang dihasilkan yaitu perlakuan B5 (10:90) dengan nilai kalor 6.750 kal/g dan komposisi terbaik biobriket dari pencampuran kulit biji kopi dan kayu kaliandra terhadap laju pembakaran yang dihasilkan yaitu perlakuan B1 (90:10) dengan nilai laju pembakaran 1,72 g/menit.
Inventory of Macrofungi in Area of Taman Hutan Raya (TAHURA) Ir. H. Djuanda Bandung Suryani, Yani; Cahyanto, Tri; Akbar, Rahmat Taufiq Mustahiq; Dicky, Dicky; Madani, Pameila Qaulan Tsaqila; Meldania, Rindi; Tisnawati, Sophia Eka; Darniwa, Adisty Virakawugi; Musa’adah, Musa’adah; Fitriyyah, Ita; Tridesianti, Siska; Adawiyah, Ayuni
Journal of Tropical Biodiversity and Biotechnology Vol 9, No 4 (2024): December
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jtbb.89482

Abstract

Taman Hutan Raya (TAHURA) Ir. H. Djuanda Bandung is an integrated conservation area in which there are secondary natural forests that have various kinds of flora and fauna. Macrofungi are fungi whose fruiting bodies can be seen directly without the aid of a microscope, heterotrophic, and ecologically act as decomposers of organic matter (decomposers) and as biological control agents. Data related to research results on macrofungi in the Tahura area is still limited and need more comprehensive research. This study aimed to inventory, determine the growth factors, and potential utilization of macroscopic fungi. Observations were carried out during the period of November 2021 - April 2022 using exploration method. Sampling was done by purposive sampling method. Macrofungi identification process was carried out based on morphological characters such as cap, stalk, and lamella, The environmental factors observed included air humidity, soil pH, temperature, and type of substrate. The results showed that as many as 83 species were found in the Protection block, 50 species were found in the Collection block, and 99 species were identified in the Utilization block from the phyla Basidiomycota and Ascomycota. The macrofungi found have potential as biodegradation agents, food ingredients, non-food ingredients, drugs, antimicrobials, antioxidants, anticancer, and anti-inflammatory. 
Kandungan Senyawa Ekstrak Daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.) dan Potensinya sebagai Antibakteri Tridesianti, Siska; Kusumorini, Astuti; Putri, Alfi Malika
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience-Tropic) Vol 10 No 2 (2025): Januari 2025
Publisher : Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/ejbst.v10i2.614

Abstract

Tanaman jarak merah (Jatropha gossypifolia L) sejak dahulu dikenal sebagai tanaman obat-obatan. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa daun tanaman jarak merah dapat digunakan sebagai antibakteri. Aktivitas antibakteri dapat dihasilkan karena adanya kandungan senyawa fitokimia yang dihasilkan oleh daun tanaman tersebut. Tujuan penelitian ini mengetahui kandungan senyawa fitokimia daun ekstrak daun jarak merah dan mengkaji potensinya sebagai antibakteri. Metode penelitian ini adalah eksperimen yang menjelaskan proses ekstraksi, kandungan senyawa fitokimia dan potensi kandungan fitokimia tersebut sebagai antibakteri. Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol. Senyawa fitokimia diuji secara kualitatif terhadap kandungan alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan steroid atau terpenoid. Potensi senyawa fitokomia sebagai antibakteri dikaji melalui berbagai sumber literatur. Analisis data menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ekstrak daun jarak merah adalah sebesar 6,73%. Ekstrak daun jarak merah tersebut positif mengandung fitokimia alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin. Berdasarkan kajian literatur diketahui bahwa 1) alkaloid memiliki aktivitas antibakteri dengan menghambat sintesis peptidoglikan sel bakteri, 2) flavonoid sebagai antibakteri yang dapat mempengaruhi fungsi membran sel bakteri, 3) tanin sebagai antibakteri dengan cara menghambat enzim DNA transkriptase dan topoisomerase, dan 4) saponin sebagai antibakteri dengan merusak dinding sel bakteri.