Sasadara, Maria Malida Vernandes
Departemen Farmasi Bahan Alam, Fakultas Farmasi, Universitas Mahasaraswati Denpasar, Jl. Kamboja No.11A Denpasar, Indonesia, 80233.

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

PHYTOCHEMICAL PROFILING OF PURNAJIWA FRUIT (Kopsia arborea Blume.) EXTRACTS AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY AGAINST METHICILLIN-RESISTANT Staphylococcus aureus (MRSA) Sasadara, Maria Malida Vernandes; Cahyaningsih, Erna; Yuda, Putu Era Sandhi Kusuma; Apriliani, Ni Luh Putri; Dewi, Ni Kadek Dwi Purnama; Ni Luh Kade Arman Anita Dewi
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 10 No 3 (2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ahmad Dahlan Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v10i3.1767

Abstract

Purnajiwa (Kopsia arborea Blume.) contains diverse phytochemicals with notable antibacterial potential. This study aimed to characterize and quantify the phytochemicals of Kopsia arborea fruit extracts obtained by maceration and Soxhlet extraction with methanol and evaluate their antibacterial activity against MRSA through phytochemical screening, GC-MS analysis, spectrophotometric quantification of flavonoids, alkaloids, and phenolics, and disc diffusion assay at 100 ?g/mL concentration. The findings indicated that the Soxhlet extraction produced a superior yield (19.47 ± 0.58%) compared to maceration (11.09 ± 0.65%). Phytochemical analysis revealed the presence of alkaloids, flavonoids, phenolics, tannins, saponins, and triterpenoids, with no qualitative differences between the two extracts. Quantitative analysis demonstrated higher concentrations of alkaloids, flavonoids, and phenolics in the Soxhlet extract, with values of 88.58 ± 3.76, 46.50 ± 1.04, and 57.87 ± 0.44 ?g/mL, respectively, compared to the maceration extract (50.46 ± 3.86, 26.22 ± 0.27, and 30.49 ± 0.31 ?g/mL, respectively). GC-MS analysis identified 13 alkaloid compounds in the Soxhlet extract and 12 in the maceration extract. Antibacterial assays revealed that the mean inhibition zone diameter against MRSA was 11.69 ± 0.28 mm for the Soxhlet extract and 12.61 ± 0.27 mm for the maceration extract, respectively. In conclusion, Soxhlet extraction yielded higher concentrations of alkaloids, phenolic compounds, and flavonoids; however, GC-MS analysis revealed that the macerated extract exhibited a higher AUC of alkaloid compounds than that of Soxhlet extraction. Moreover, the macerated extract demonstrated superior antibacterial activity, indicating that maceration has greater potential for development as an antibacterial agent than Soxhlet extraction.
PDB DESA ANTIGA KELOD DALAM MEWUJUDKAN COASTAL-AQUA BUSINESS BERBASIS KERAKYATAN MELALUI OPTIMALISASI SENTRA GARAM RAKYAT (SEGARA) DAN GRIYA VCO Pandawana, I Dewa Gede Agung; Partama, I GD. Yudha; Sasadara, Maria Malida Vernandes; Prawitasari, Putu Putri; Joni, I Dewa Made Adi Baskara; Budayasa, I Putu Gede
Jurnal Widya Laksmi: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2025): Jurnal WIDYA LAKSMI (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) - Inpress
Publisher : Yayasan Lavandaia Dharma Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59458/jwl.v5i1.138

Abstract

Desa Antiga Kelod di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali, memiliki potensi besar dalam mengembangkan usaha berbasis sumber daya lokal melalui produksi garam dan minyak kelapa (VCO). Meski demikian, keterbatasan teknologi dan manajemen menjadi kendala bagi kelompok usaha setempat untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas produk sesuai kebutuhan pasar pariwisata. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mengoptimalkan Sentra Garam Rakyat (SEGARA) dan Griya VCO melalui transfer teknologi serta pelatihan manajemen usaha. Program ini mencakup instalasi Smart Greenhouse Salt Tunnel (SGST) untuk produksi garam dan penggunaan metode enzimatis dalam pembuatan VCO, yang diiringi pelatihan manajemen keuangan digital dan branding. Pemetaan potensi wisata berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) juga dilakukan untuk mendukung integrasi produk lokal dengan pariwisata edukatif. Hasil menunjukkan peningkatan signifikan dalam keterampilan teknis, efisiensi produksi, serta kesadaran pasar pada kelompok usaha desa. Selain itu, pengetahuan yang diperoleh memungkinkan mereka untuk mengembangkan pemasaran berbasis digital dan meningkatkan daya tarik produk secara visual dan komersial. Saran yang diusulkan adalah pengembangan pelatihan berkelanjutan yang meliputi strategi pemasaran digital dan pengelolaan wisata, guna mendukung keberlanjutan ekonomi desa secara menyeluruh.
Effect of Hydroxypropyl Methylcellulose Concentration Variations as a Gelling Agent on the Physical Quality of Hydrogel Formulations Containing Ethanol Extract of Impatiens balsamina L. Herb Buana, Komang Dirga Mega; Pebriani, Ni Luh Gede Wiwin; Suryani, Ade Irma; Mendra, Ni Nyoman Yudianti; Candraningrat, I Dewa Agung Ayu Diva; Sasadara, Maria Malida Vernandes
Indonesian Journal of Medicine Vol. 10 No. 4 (2025)
Publisher : Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26911/theijmed.2025.10.4.872

Abstract

Background: Impatiens balsamina L. herb is known to possess anti-inflammatory and antioxidant activities, making it a promising candidate for development as an active ingredient in topical formulations. Hydrogels are considered an ideal delivery system for topical wound treat­ment due to their ability to provide controlled drug release, with hydroxypropyl methyl­cellulose (HPMC) commonly employed as a stable gelling agent. This study aimed to evaluate the effect of varying HPMC concentrations on the physical quality of hydrogel formulations containing ethanol extract of Impatiens balsamina L. herb. Subjects and Method: This was an experimental study. Hydrogel formulations were prepared with varying concentrations of hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) at 1%, 2%, and 3% as the gelling agent. Each formulation was evaluated for physical quality parameters, including organo­leptic properties, homogeneity, spreadability, adhesiveness, and pH value, following standard topical formulation testing procedures. Results: The evaluation results showed that all formulations exhibited good homogeneity and pH values within the safe range for skin application. Increasing HPMC concentration did not visually affect the color of the formulations; however, it influenced the formulation consistency, decreased spreadability, and increased adhesiveness. Conclusion: Variations in HPMC concentration in hydrogel formulations containing ethanol extract of Impatiens balsamina L. herb significantly affected the physical quality parameters, particularly consistency, spreadability, and adhesiveness. The formulation with 2% HPMC concen­tration demonstrated the most optimal physical characteristics for topical application.
Potensi Sirih (Piper betel L.) Sebagai Anti-Asma Sasadara, Maria Malida Vernandes; Luh Putri Dianti Laksmi; Ni Luh Gede Erica Fridayana; Anak Agung Vivi Noviyanti; Ni Putu Arie Leony Kertita; Ni Kadek Jessica Agustin
Usadha Vol 1 No 3 (2022): Usadha: Jurnal Integrasi Obat Tradisional
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/usadha.v1i3.3510

Abstract

Asma merupakan peradangan saluran napas kronik dengan indikasi adanya mengi, batuk, dan rasa sesak yang timbul berulang .Studi epidemiologi menunjukkan hubungan yang kuat antara asma dan infeksi dengan patogen pernapasan, termasuk virus pernapasan umum seperti rhinovirus, human respiratory syncytial virus, adenovirus, coronavirus dan virus influenza, serta bakteri dan jamur. Salah satu upaya dalam pengobatan asma dapat menggunakan tanaman obat seperti tanaman sirih (Piper betel L.). Sirih menunjukan beberapa aktivitas farmakologis seperti antioksidan, antibakteri dan antihistamin sehingga berpotensi untuk digunakan dalam terapi asma. Tujuan penulisan artikel review ini untuk mempelajari aktivitas tanaman sirih sebagai tanaman obat dalam terapi asma. Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel review ini yaitu studi literatur melalaui beberapa basis data yang kemudian diskrining dengan beberapa kriteria. Hasil review menunjukan bahwa kejadian asma berkaitan erat dengan stress oksidatif yang terbentuk karena tingginya radikal bebas. Kandungan senyawa fenolik seperti chatecol dan allylpyrocatecol pada tanaman sirih berperan sebagai antioksidan yang menghambat timbulnya stress oksidatif. Selain itu tanaman sirih juga menunjukan aktivitas antibakteri terhadap bakteri pneumonia. Ekstrak etanolik dan minyak atsiri daun sirih juga secara signifikan menunjukan aktivitas penghambatan bronkospasme yang diinduksi histamine. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa tanaman sirih dapat digunakan sebagai kandidat alternatif untuk pengembangan obat dalam penatalaksanaan asma.
Pengaruh Pelarut dan Metode Ekstraksi terhadap Kandungan Metabolit Sekunder dan Nilai IC50 Ekstrak Umbi Bit (Beta vulgaris L.) Sasadara, Maria Malida Vernandes; Wiranata, I Gede
Usadha Vol 1 No 3 (2022): Usadha: Jurnal Integrasi Obat Tradisional
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/usadha.v1i3.5277

Abstract

Beetroot (Beta vulgaris L.) contains phenolic, flavonoid, and tannin, as well as anthocyanin and betacyanin pigments which are strong antioxidant compounds. The extraction process is needed to collect the phytochemical content in plant samples. Several factors affect the extract's phytochemical content, including the extraction method and solvent. This research was conducted to determine the effect of maceration and ultrasonic extraction methods and solvents on the levels of phenol, flavonoids, tannins, anthocyanins, and the IC50 value of beetroot extract. This research is experimental laboratory research. Extraction of beetroot was carried out by maceration (M) and ultrasonic (U) using water solvents (MA & UA), 50% ethanol (ME50 & UE50), and 96% ethanol (ME96 & UE96). Phytochemical quantification was carried out on phenols, flavonoids, tannins, and anthocyanins levels. The antioxidant activity test was carried out using the DPPH method to obtain the IC50 value. Data analysis was performed using one-way analysis of variance (ANOVA) with a 95% confidence level. The results showed that the selection of extraction methods and solvents affected the concentration of phenols, flavonoids, tannins, and anthocyanins, as well as the antioxidant activity of the extracts. The UE96 extract produced the highest concentrations of phenols, flavonoids, tannins, and anthocyanins compared to other extracts, with the lowest IC50. All results showed significant differences (p<0.05) except for the anthocyanin content produced by ME96 and UA extracts. In conclusion, the ultrasonic method with 96% ethanol solvent is considered the best method for extracting beetroot (Beta vulgaris L.), producing extract with good antioxidant activity and high levels of phenol, flavonoids, tannins, and anthocyanins.
AKTIVITAS GASTROPROTEKTIF KUNYIT (CURCUMA LONGA) SEBAGAI TERAPI ULKUS PEPTIKUM Sasadara, Maria Malida Vernandes; Dewi Ani Anjani; I Wayan Mahardika Saputra; Ni Nyoman Zelina Aswindari; Ni Nyoman Ita Trisnadewi; Dewa Ayu Arintini Kusuma
Usadha Vol 1 No 2 (2022): Usadha: Jurnal Integrasi Obat Tradisional
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ulkus peptikum merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan jaringan yang berupa lubang pada mukosa saluran cerna lambung hingga lapisan mukosa serta submukosa yang diikuti proses inflamasi. Penggunaan obat kimia anti-tukak lambung dinilai kurang baik karena memiliki efek kurang baik bagi tubuh. Bahan alami yang dapat digunakan salah satunya yakni kunyit (Curcuma longa). Artikel ini bertujuan untuk mereview efektivitas kunyit (Curcuma longa) dalam memberikan aktivitas perlindungan terhadap gangguan gastrointestinal terutama ulkus peptikum. Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel review ini yaitu studi literatur melalaui beberapa basis data yang kemudian diskrining dengan beberapa kriteria. Hasil review menunjukan bahwa, kunyit memiliki aktivitas gastroprotektif, antiinflamasi dan memiliki sifat melidungi pencernaan. Kurkumin merupakan komponen utama pada kunyit yang diprediksi mendominasi aktivitas perlindungan tersebut. Kunyi dapat memperbaiki fungsi dan lendir lambung, mengurangi asam lambung, dan mencegah pro-inflamasi sitokin IL-1b dan TNF-α. Kunyit juga menunjukan aktivitas antibakteri yang potensial terhadap bakteri Helicobacter pylori yang dibuktikan dalam berbagai penelitian secara in vitro maupun in vivo sehingga efektif dalam memperbaiki kondisi ulkus peptikum. Aktivitas antibakteri tersebut juga diprediksi merupakan aktivitas dari senyawa dominan kunyit yaitu kurkumin. Kurkumin mampu menekan sekresi enzim yang berperan pada proses inflamasi, meningkatkan penyembuhan denudasi daerah epitel gangguan pada mukosa lambung dan infiltrasi sel inflamasi yang diakibatkan oleh infeksi H. pylori. Berdasarkan review tersebut dapat disimpulkan bahwa kunyit berpotensi dan aman digunakan dalam terapi ulkus peptikum.