Claim Missing Document
Check
Articles

Management Of a 56 Year-Old Female Patient with Herpes Zoster Through a Family Medicine Approach in Panjang Primary Healthcare Center Itsa, Nando Abdila; Dian Isti Angraini
Medula Vol 15 No 2 (2025): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v15i2.1625

Abstract

Herpes zoster is a disease caused by reactivation of the Varicella Zoster Virus which remains latent. The incidence of shingles increases with age and the immune system weakens. Herpes zoster is a disease that can recur at any time, so it needs to be treated holistically. The purpose of this case report is to implement a holistic and comprehensive family doctor service by identifying risk factors, clinical problems, and patient management based on evidence-based medicine which are patient centred, family approach, and community oriented. This study is a case report study. Primary data were obtained through history taking (autoanamnesis from the patient and alloanamnesis from the patient's family), physical examination and home visits. Secondary data were obtained from the patient's medical record. Assessment was based on a holistic diagnosis from the beginning, process, and end of the study qualitatively and quantitatively. Patient Mrs. S, 56 year-old, complaints of small nodules in groups containing fluid accompanied by sensations of pain, heat and itchy on the right side of his back since 8 days ago. The complaint began with fever a day before. The patient has a previous history of chickenpox. Non-medical and medical interventions are performed on patients and their families. The result reveals that the patient can follow these recommendations. Management has been given according to management guidelines. Good progress has been seen in patients starting from a decrease in clinical symptoms to changes in behavior. The role and support of the family is needed in the care and treatment of patients.
Respon Antibiotik Salmonella typhi pada Anak dengan Demam Tifoid Febilla Naili Alfalah; Intanri Kurniati; Dian Isti Angraini; Oktadoni Saputra
Jurnal Riset Ilmu Kesehatan Umum dan Farmasi (JRIKUF) Vol. 3 No. 3 (2025): Juli : Jurnal Riset Ilmu Kesehatan Umum dan Farmasi (JRIKUF)
Publisher : LPPM STIKES KESETIAKAWANAN SOSIAL INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57213/jrikuf.v3i3.774

Abstract

Typhoid fever is a significant health issue worldwide, especially in developing countries. The highest incidence of typhoid fever occurs in the pediatric population, particularly among school-age children. Patients often resort to self-medication with antibiotics, where chloramphenicol is the primary choice for treating typhoid fever in Indonesia. However, reports of resistance to the chloramphenicol group have been documented in some locations. A total of 8 articles are included in this literature, revealing the existence of resistant isolates in the antibiotic susceptibility test for Salmonella thypi during the primary therapy. Several cases demonstrate resistance to various antibiotics such as ceftriaxone, cefuroxime, amoxicillin, ampicillin, ciprofloxacin, augmentin, fluoroquinolones, azithromycin, and nalidixic acid. However, some drugs have proven effective, including Cefixime, ceftriaxone, chloramphenicol, ofloxacin, cefepime, quinolones, and third-generation cephalosporins, which are considered sensitive to S. Typhi.
Dysmenorrhea Primer: Tinjauan Pustaka Ananda Felicia Aziza; Dian Isti Angraini; Ramadhana Komala; Rika Lisiswanti
Medula Vol 14 No 11 (2024): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v14i11.1330

Abstract

Dysmenorrhea is a common gynecological complaint among adolescent girls and young women, characterized by disruptive menstrual pain. This condition can affect health, social relationships, as well as school and work activities. The WHO in 2017 stated that 90% of women of reproductive age worldwide experience dysmenorrhea, while in the Southeast Asia region, the prevalence reaches 50.9% in Malaysia and 64.25% in Indonesia. Dysmenorrhea can be classified into primary dysmenorrhea, which occurs without any underlying pelvic pathology, and secondary dysmenorrhea, which occurs due to pelvic pathology such as endometriosis. The severity of primary dysmenorrhea can be classified as mild, moderate, and severe using the WaLIDD Score, a tool that helps measure the intensity and impact of pain. Management of dysmenorrhea can include NSAID medications, hormonal therapy, and alternative therapies such as exercise, although their effectiveness has not been consistently proven. Most teenage girls often consider dysmenorrhea to be a normal part of a menstrual cycle. However, dysmenorrhea that does not receive proper treatment will later impact cases of endometriosis in the future. With a better understanding of the causes and management of dysmenorrhea, it is hoped that patient awareness can be increased and they can be encouraged to seek appropriate medical treatment.
Korelasi Asupan Makan terhadap Kadar Trigliserida pada Mahasiswa Obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Septyne Rahayuni Putri; Dian Isti Angraini; Betta Kurniawan
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 4 No. 2 (2017): Jurnal Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Obesitas merupakan keadaan dimana terdapat akumulasi lemak yang berlebihan di jaringan adiposa. Pada penderita obesitas, kadar trigliserida dalam darah lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak obesitas. Faktor yang mempengaruhi kadar trigliserida adalah asupan makan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan asupan makan (karbohidrat, protein, lemak dan serat) terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari 44 responden yang diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Hasil penelitan menunjukan rata-rata asupan karbohidrat, protein, lemak, serat dan kadar trigliserida berturut-turut adalah 128,6 g, 46 g, 32,7 g, 3,3 g dan 70,3 mg/dL. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan karbohidrat terhadap kadar trigliserida dengan kekuatan korelasi sedang (r=0,410, p=0,006). Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein terhadap kadar trigliserida dengan kekuatan korelasi sedang (r=0,441, p=0,003). Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan lemak terhadap kadar trigliserida dengan kekuatan korelasi lemah (r=0,385, p=0,01). Tidak terdapat hubungan antara asupan serat terhadap kadar trigliserida (p=0,986). Asupan karbohidrat menyumbang sebanyak 26,5% pada peningkatan kadar trigliserida sehingga perlu perhatian khusus terhadap asupan karbohidrat pada remaja obesitas karena dapat mempengaruhi kadar trigliserida.Kata kunci: asupan makan, kadar trigliserida, obesitas
Hubungan Konsumsi Protein Kedelai serta Konsumsi Serat Makanan dengan Kadar Kolesterol Total pada Pasien Puskesmas Kedaton Bandar Lampung Sartika Safitri; Agustyas Tjiptaningrum; Dian Isti Angraini; Putu Ristyaning Ayu
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 4 No. 2 (2017): Jurnal Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peningkatan kadar kolesterol total merupakan salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Salah satu konsekuensi utama dislipidemia adalah terjadinya penyakit jantung koroner (PJK). Konsumsi protein kedelai dan serat makanan diyakini memiliki efek hipokolesterolisme. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan konsumsi protein kedelai serta konsumsi serat makanan dengan kadar kolesetrol total. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2015 sampai Januari 2016 di Puskesmas Rawat Inap Kedaton Bandar Lampung dengan metode observasional analitik dan pendekatan cross sectional, jumlah sampel sebanyak 40 orang, berusia 18-45 tahun.Pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling. Konsumsi protein kedelai dan serat makanan dinilai dengan SQFFQ, kadar kolesterol total puasa diukur dengan metode CHOD-PAP. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji korelasi Pearson dengan α=0,05. Rerata konsumsi protein kedelai, serat makanan dan kadar kolesterol total subjek penelitian berturut-turut adalah 15,35gram/hari, 7,34gram/hari, dan 178 mg/dL. Koefisien korelasi menunjukkan hubungan negatif kadar kolesetrol total serum dengan konsumsi protein kedelai dan serat makanan (p = 0,043, r = -0,321; p = 0,010, r = -0,402). Terdapat hubungan konsumsi protein kedelai serta konsumsi serat makanan dengan kadar kolesterol total. Semakin tinggi konsumsi protein kedelai dan konsumsi serat makanan maka semakin rendah kadar kolesterol total.Kata Kunci: kadar kolesterol total, protein kedelai, serat makanan
Tingkat Depresi dan Kontrol Kadar Gula Darah Puasa pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Bandar Lampung Mutiara Kartiko Putri; TA Larasati; Dian Isti Angraini
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 5 No. 1 (2018): Jurnal Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diabetes melitus adalah penyakit yang ditandai dengan kenaikan kadar gula darah. Bandar Lampung menjadi kota dengan penderita diabetes melitus tipe 2 terbanyak di Provinsi Lampung, yaitu sebanyak 1.063 orang. Banyak faktor yang mempengaruhi pengendalian diabetes melitus tipe 2, salah satunya adalah tingkat depresi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat depresi dan control kadar gula darah puasa pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian telah dilakukan pada 115 responden sejak bulan September hingga Desember 2017, di beberapa Puskesmas di Bandar Lampung. Penentuan puskesmas yang diteliti menggunakan teknik cluster sampling dengan kriteria jumlah penderita diabetes melitus tipe 2 terbanyak. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling. Sebelum dilakukan pengukuran kadar gula darah puasa, peneliti menginformasikan kepada responden untuk berpuasa sejak pukul 10 malam selama 8 jam. Pengukuran kadar gula darah puasa dilakukan setelah memastikan responden sedang berpuasa. Gula darah puasa diukur menggunakan glukometer melalui pengambilan darah perifer. Tingkat depresi responden dinilai melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner Beck Depresson Inventory-II dalam bahasa Indonesia. Kuesioner tersebut telah diuji validitas kembali dengan nilai Chronbach alfa 0,845. Hasil penelitian terdapat 90 responden (78,26%) mengalami depresi minimal, 11 responden (9,57%) mengalami depresi ringan, 8 responden (6,95%) mengalami depresi sedang dan hanya 6 responden (5,22%) mengalami depresi berat. Sebanyak 62 responden memiliki kadar gula darah puasa tidak terkontrol (53,9%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penderita diabetes melitus tipe 2 di Bandar Lampung mengalami depresi minimal ringan dan memiliki kadar gula darah yang tidak terkontrol.Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, kontrol kadar gula darah puasa, tingkat depresi
Vitamin C dan Selenium (Se): Pencegah Keracunan Pestisida Organofosfat Dian Isti Angraini; Arilinia Pratiwi
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 5 No. 1 (2018): Jurnal Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membasmi organisme atau hama yang mengganggu pada pertanian. Di Indonesia penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang tidak tepat telah menjadi ancaman serius di kalanganpetani terutama di sektor kesehatan. Sebanyak 12.000 kematian pertahun dilaporkan akibat keracunan pestisida di Indonesia. Bahan pestisida yang sering menimbulkan keracunan adalah golongan organofosfat dan golongan karbamat.Organofosfat bekerja sebagai kolinesterase inhibitor. Efek organofosfat dalam menginhibisi CheA bersifat irreversible dengan membentuk phosporilated enzyme (enzyme-OP-complex). Intoksikasi tersebut akan berhenti jika ada reaktivasikompleks CheA-OP dengan proses yang lambat. Selenium sangat berperan dalam mengaktifan kembali enzim kolinesterase melalui beberapa proses yaitu: (1) Pengaktifan AMP siklik yang pada akhirnya akan mengaktifkan kolinesterase secara langsung; (2) Menyeimbangkan NADP dan NADPH pada jalur glikolisis aerobik di dalam eritrosit sehingga mencegah eritrosit dari kerusakan yang dapat menurunkan produksi kolinesterase darah; (3) Sebagai antioksidan untuk melindungi sel termasuk eritrosit dari kerusakan akibat radikal bebas; (4) Sebagai kofaktor proses oksidasi dealkilasi ikatan organofosfat dengan kolinesterase darah. Sedangkan vitamin C berperan dalam mengurai radikal bebas, membersihkan racun(detoksifikasi) yang ada pada tubuh secara simultan bersama GPX dan berperan penting dalam menjaga kestabilan Selenium di dalam lambung serta memperbaiki fungsi sel. Penambahan Selenium 200 μg dan vit C 100 mg pada petani yangberesiko keracunan pestisida akan meningkatkan 2,14% kadar ChEA darah.Kata kunci: keracunan, organofosfat, selenium, vitamin c
Perbedaan Rerata Kadar Glukosa Darah Sewaktu pada Obesitas General dan Obesitas Sentral Pegawai Laki-Laki Dewasa di Lingkungan Universitas Lampung Uliana Nur Melin; Khairun Nisa; Dian Isti Angraini; Rizki Hanriko
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 5 No. 02 (2018): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit degeneratif yang menyebabkan peningkatan kadar gula darah yang tinggi di dalam tubuh. Obesitas merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus tipe II pada dewasa muda. Obesitas dapat menimbulkan resistensi insulin melalui peningkatan produksi asam lemak bebas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan rerata kadar gula darah sewaktu pada obesitas general dan obesitas sentral pegawai laki-laki dewasa di lingkungan Universitas Lampung tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan September–November 2016. Sampel dalam penelitian adalah pegawai laki–laki dewasa di lingkungan Universitas Lampung sebanyak 79 responden. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Penelitian dilakukan uji statistik menggunakan uji T tidak berpasangan. Hasil penelitian menunjukan responden rata–rata pada kelompok usia dewasa akhir (67,1%) dan responden terbanyak menderita obesitas sentral (55,7%). Rerata nilai kadar glukosa darah sewaktu pada penderita obesitas sentral sebesar 126,02 mg/dl dan pada penderita obesitas general sebesar 111,66 mg/dl dengan selisih sebesar 14,36 mg/dl. Hasil uji T perbedaan kadar glukosa darah sewaktu pada obesitas general dengan obesitas sentral dengan nilai p = 0,009. Kadar glukosa darah sewaktu lebih tinggi pada kelompok obesitas sentral dibandingkan dengan kelompok obesitas general.Kata Kunci: glukosa darah sewaktu, obesitas general, obesitas sentral
Hubungan Asupan Makan dengan Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Meriska Cesia Putri; Dian Isti Angraini; Rizki Hanriko
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 6 No. 1 (2019): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prevalensi KEK di Provinsi Lampung menurut profil kesehatan Provinsi Lampung tahun 2016 adalah sebesar 21,3% pada wanita hamil dan 17,5% pada wanita tidak hamil. Kurang energi kronik (KEK) adalah salah satu fokus dalam program 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan makan terhadap kejadian KEK pada WUS. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan metode cluster sampling. Responden penelitian berjumlah 61 WUS yang berusia 20-35 tahun. Data asupan makan didapatkan dari kuesioner food recall 2x24 jam dan data lingkar lengan atas (LILA) didapatkan melalui pengukuran langsung. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji fisher exact. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sebesar 4,9% responden menderita KEK dengan mayoritas responden memiliki asupan energi kurang (54,1%), asupan karbohidrat lebih (72,1%), asupan protein kurang (91,8%), asupan lemak kurang (98%), dan asupan zat besi kurang (100%), dengan hasil analisis bivariat fisher exact didapatkanbahwa asupan energi tidak berhubungan secara signifikan (p=0,589), asupan karbohidrat tidak berhubungan secara signifikan (p=0,455), asupan protein tidak berhubungan secara signifikan (p=0.230), asupan lemak berhubungan secara signifikan (p=0.049) dengan kejadian KEK, dan asupan zat besi tidak dapat diukur signifikansinya karena seluruh responden memiliki asupan zat besi yang kurang. Terdapat hubungan signifikan antara asupan lemak dengan kejadian KEK pada WUSdi Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah.Kata kunci: asupan makan, KEK, LILA, WUS
Pengaruh Pemberian Kombinasi Zink dan Tomat (Solanum lycopersium L.) terhadap Jumlah dan Viabilitas Sperma Tikus Putih (Rattus norvegicus.) Galur Sprague dawley yang Diinduksi Gelombang Elektromagnetik Ponsel Triola Fitria; Soraya Rahmanisa; Dian Isti Angraini; Anggraeni Janar Wulan
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 6 No. 1 (2019): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Radiasi yang dipancarkan oleh ponsel dapat menyebabkan stres oksidatif melalui peningkatan reactive oxygen species(ROS).Tomat dan zink berfungsi sebagai antioksidan dalam menangkal radikal bebas.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian kombinasi zink dan tomat (Solanum lycopersium L.) terhadap jumlah danviabilitas sperma tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague-dawley yang diinduksi gelombang elektromagnetik ponsel.Penelitian dilakukan 1 bulan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Sampel menggunakan 25 ekor ekor tikus yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu: kelompok kontrol 1(K1) yang diberi makan dan minum biasa, kelompok kontrol 2 (K2) yang hanya diberikan paparan ponsel, kelompok perlakuan (P1, P2, P3) diinduksi paparan ponsel 2 jam dan diberikankombinasi zink dan tomat berturut-turut dengan dosis zink 0,135 mg, 0,27 mg, dan 0,54 mg dan dosis tomat 1,85 mg, 3,7 mg, dan 7,4 mg. Hasil rerata jumlah spermatozoa didapatkan K1 76±18,166, K2 39±8,649, P1 182, 40±32,997, P2 189,60 ± 40,377 dan P3 197,60 ± 42,893 dan rerata viabiltas spermatozoa didapatkan K1 42,54±5,252, K2 27,66±8,770, P1 52,68±2,249, P2 54,40±18,518, dan P3 67,90±2,103. Uji One Way Anova menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antarkelompok dengan viabilitas (p=0,02) dan jumlah (p=0,00). Simpulan terdapat pengaruh pemberian kombinasi tomat dan zink terhadap viabilitas dan jumlah spermatozoa tikus putih yang diinduksiponsel.Kata kunci: ponsel, spesies oksigen reaktif, tomat, zink