Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

EKSISTENSI BENDUNGAN BILI-BILI SEBAGAI TEMPAT KEGIATAN WIRAUSAHA BAGI MASYARAKAT DI KABUPATEN GOWA Jafar, Riska; Firmiaty, Sri; -, Haeruddin
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 17 No. 3 (2017): Vol 17 No 3 (2017): September-Desember 2017
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masyarakat Kabupaten Gowa memanfaatkan Waduk Bili-Bili sebagai tempat kegiatan wirausaha. Kemiskinan, pengangguran dan pendapatan yang rendah merupakan bagian dari persoalan ekonomi yang menjadi permasalahan berkepanjangan dan sulit mencari jalan keluarnya. Demi kelangsungan hidup, tidak banyak alternatif yang dapat dipilih kecuali membuka kegiatan ekonomi di sektor jasa dan perdagangan dalam bentuk sektor informal. Kegiatan sektor informal muncul dan berkembang tanpa adanya modal, keterampilan dan pola usaha yang memadai, karena hadir sebagai respon atas segala kondisi ketidakberdayaan dalam masyarakat. Masyarakat bergerak dalam bidang sektor informal karena dalam wilayah tersebut dimungkinkan hanya bermodalkan keterampilan dan pendidikan yang minim. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis profil dan aktivitas pedagang di Bendungan Bili-Bili. Penelitian dilakukan dengan observasi mendalam dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat disekitar Bendungan Bili-Bili memanfaatkan waduk tersebut untuk melakukan kegiatan wirausaha dalam bentuk usaha sektor informal. Bendungan Bili-Bili menjadi tujuan tempat rekreasi bagi masyarakat dari kota Makassar, sehingga dengan banyaknya masyarakat yang berkunjung memberi peluang kepada masyarakat yang ada disekitarnya untuk melakukan wirausaha. Keberadaan waduk Bili-Bili dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Orientasi keberadaan bendungan Bili-Bili menjadi suatu kawasan usaha sektor informal, berkembangnya usaha kuliner, wisata air dan wisata lainnya.
Analisis Potensi Fermentasi Tepung Daun Binahong Anredera Cordifolia Dengan Metode Trial End Error Sebagai Pakan Tambahan Pada Ayam Petelur Salim, Andi Randi; Ansar, Muhammad; Al Hijazi, Alif Fachrur; Idrus, Muhammad; Firmiaty, Sri
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 21 No. 3 (2021): ECOSYSTEM Vol. 21 No 3, September - Desember Tahun 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v21i3.1075

Abstract

Ayam petelur merupakan ternak yang mudah stress dan rentan terhadap penyakit. Guna mengatasi keadaan tersebut perlu dicari alternatif bahan herbal yang tidak menimbulkan residu pada telur ayam yaitu dengan memberikan pakan tambahan fermentasi tepung daun binahong. Binahong merupakan salah satu tanaman yang dapat meningkatkan vitalitas dan daya tahan tubuh. Kandungan fitobiotik pada tepung daun binahong (fenol 85,30 mg/kg, total flafonoid 47,40 mg/kg, saponin 66,00 mg/kg, dan alkaloid 2,60 mg/kg). Unggas yang memiliki sistem pencernaan tunggal kurang baik dalam mencerna pakan berserat kasar tinggi. Kebutuhan serat kasar pada ayam petelur maksimal 7% maka, dilakukan analisis manfaat fermentasi menggunakan EM4. Dalam penelitian terdahulu menyebutkan bahwa EM4 menghasilkan sejumlah besar enzim mencerna serat kasar seperti selulase dan mannase. Keuntungan Lactobacillus dalam EM4 dalam mencerna serat kasar adalah karena bakteri tidak menghasilkan serat kasar dalam aktivitasnya, sehingga mereka lebih efektif dalam menurunkan serat kasar. Fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi dan juga palatabilitas. Pemberian pakan tambahan fermentasi tepung daun binahong  sebagai feed adiktif memiliki potensi terhadap peningkatkan sistem imun sehingga ayam sehat, maka produksi telur akan meningkat dan stabil. Laying hens are animals that are easily stressed and susceptible to disease. In order to overcome this situation, it is necessary to find alternative herbal ingredients that do not cause residues in chicken eggs, namely by providing additional feed with fermented binahong leaf flour. Binahong is one of the plants that can increase vitality and endurance. Phytobiotic content in binahong leaf flour (phenol 85.30 mg/kg, total flavonoids 47.40 mg/kg, saponins 66.00 mg/kg, and alkaloids 2.60 mg/kg). Poultry that has a single digestive system is not good at digesting high crude fiber feed. The need for crude fiber in laying hens is a maximum of 7%, so an analysis of the benefits of fermentation using EM4 was carried out. In previous studies, it was stated that EM4 produces a large number of enzymes digesting crude fiber such as cellulase and mannase. The advantage of Lactobacillus in EM4 in digesting crude fiber is that bacteria do not produce crude fiber in their activity, so they are more effective in reducing crude fiber. Fermentation can increase nutritional value and also palatability. The addition of fermented binahong leaf flour feed as an addictive feed has the potential to increase the immune system so that chickens are healthy, so egg production will increase and be stable.
Angka Kebuntingan Sapi Bali yang Diinseminasi Menggunakan Semen Beku Plus Sari Kopi Firmiaty, Sri; Basri, Muhammad; Idrus, Muhammad
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 22 No. 3 (2022): ECOSYSTEM Vol. 22 No 3, September-Desember Tahun 2022
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v22i3.1847

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fertilitas semen beku sapi Bali yang diberi sari kopi dalam pengencer dengan melakukan inseminasi buatan pada sejumlah akseptor betina, dilihat dari nilai Non Retur Rate, Service per Conceprtion, dan Angka kebuntingan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 ekor induk sapi yang sudah pernah beranak, kondisi fisiolgy normal, dibagi dalam 2 kelompok yaitu Kelompok I: diinseminasi menggunakan semen beku tanpa sari kopi (20 ekor) dan Kelompok II: diinseminasi menggunakan semen beku tanpa sari kopi (20 ekor). Hasil inseminasi buatan (IB) dianalisis pada 60 hari pasca IB menunjukkan Service per Conception berbeda nyata antara semen tanpa sari kopi vs semen plus sari kopi yaitu 1,53 vs 1.3 (P<.05), sedangkan Angka Kebuntingan pada IB pertama tidak menunjukkan perbedaan yaitu 11 ekor (55%) vs 14 ekor (70%). Dapat disimpulkan bahwa kafein dapat digunakan untuk meningkatkan motilitas spermatozoa semen afkir sapi Bali dengan fertiltas baik. Disarankan semen pejantan unggul yang mempunyai motilitas di bawah 70 persen atau minimal 60%, dapat dipertimbangkan untuk diproses menjadi semen beku dengan penambahan sari kopi. This study aims to determine the fertility of frozen semen of Bali cattle given coffee extract in diluent by performing artificial insemination on a number of female acceptors, seen from the values of Non-Return Rate, Service per Conception, and Pregnancy Rate. The material used in this study were 40 cows that had given birth, normal physiological conditions, divided into 2 groups, namely Group I: inseminated using frozen semen without coffee extract (20 cows) and Group II: inseminated using frozen semen without coffee extract (20 heads). The results of artificial insemination (IB) analyzed 60 days after IB showed a significantly different Service per Conception between semen without coffee extract vs semen plus coffee extract, namely 1.53 vs 1.3 (P <.05), while the Pregnancy Rate at the first IB showed no difference that is 11 heads (55%) vs 14 heads (70%). It can be concluded that caffeine can be used to increase spermatozoa motility of culled semen of Bali cattle with good fertility. It is recommended that superior male semen that has motility below 70 percent or at least 60%, can be considered for processing into frozen semen with the addition of coffee extract
PEMBUATAN BAKUL PISANG (BAKSO KULIT PISANG) SEBAGAI INOVASI DIVERSIFIKASI PANGAN Asriani; Parwati, Putu Yuni; Allo, Relvan Kalla; Firmiaty, Sri; Andini L, Ayu; Zainal, Nining Haslinda
TONGKONAN: JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 3 No 1 (2024): Tongkonan: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Publikasi dan UKI Press UKI Toraja.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47178/bt49pf80

Abstract

Di Indonesia produksi pisang tersebar di 34 provinsi dan meningkat setiap tahun. Menurut Badan Pusat Statistik (2020). Produksi pisang pada tahun 2020 sekitar 8.74 juta ton meningkat sekitar 6.82% dari tahun sebelumnya sebesar 8.18 juta ton. Pemanfaatan pisang sendiri tidak hanya terbatas pada olahan daging buah akan tetapi sampai dengan akar. Selain itu kandungan pisang baik pada daging maupun kulitnya memiliki pengaruh positif terhadap industri pangan. Pemanfaatan kulit pisang sebagai bahan pangan salah satunya pembuatan bakso dari kulit pisang. Bakso Kulit Pisang atau disingkat dengan BAKUL PISANG merupakan sebuah makanan berbahan utama kulit pisang dan di jadikan bakso atau yang disebut bakso kulit pisang. Bakul Pisang (Bakso Kulit Pisang) sendiri memberikan variasi menarik bagi masyarakat. Adapaun kandungan vitamin yang terdapat dikulit pisang meliputi vitamin B6 dan vitamin B12 serta Magnesium dan Kalium yang baik untuk jantung, kulit pisang juga mengandung senyawa Antioksidan berupa Karotenoid dan Polifenol serta kaya dengan serat.
The Role of GSH Supplements in Maturation Media in Improving the Bali Cattle Oocyte Fertility by in Vitro Technique Ary, Kana; Idrus, Muhammad; Sonjaya, Herry; Firmiaty, Sri
Jurnal Ilmu Ternak Vol 24, No 1 (2024): June
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jit.v24i1.49036

Abstract

In the in vitro oocyte culture process, oxidative stress often occurs, which produces free radicals, so it was necessary to add the antioxidant glutathione (GSH). This research aimed to determine the fertility level of Bali cattle oocytes by adding glutathione (GSH) to the medium maturation. The study was conducted at the In Vitro Embryo Production Laboratory, Institute for Research and Community Service (LPPM) Building, Hasanuddin University in March-May 2023. The study consisted of 4 treatments with the addition of GSH (0 mM, 0.5 mM, 1 mM, and 1.5 mM) with 6 repetitions. The mature oocytes were then subjected to in vitro fertilization. The results showed that the highest fertilization rate (2 PN/Pronucleus) was significantly higher (P <0.05) in the treatment with the addition of 1-1.5 mM GSH to medium maturation, compared to 0.5 mM and without GSH addition, whereas  fragmented oocytes (0 PN), (1PN) and (>2 PN) were not significantly different. This study concluded that adding 1.5 mM glutathione (GSH) to the maturation medium showed the best results, namely 72.26 % fertilized oocytes.
Quality of Bali Cattle Oocytes Post Vitrification with the Addition of Antioxidant Glutathione Sulfihydryl (GSH) in Maturation Media Hidayat, Taufik; firmiaty, sri; syarifuddin, syarifuddin; Sonjaya, h
Jurnal Ilmu Ternak Vol 24, No 1 (2024): June
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jit.v24i1.49095

Abstract

The success of oocyte maturation in vitro depends on several factors, namely the type of supplement used in the in vitro maturation medium, the quality of the oocytes used, and the risk of contamination and culture conditions. In vitro culture can cause oxidative stress, generating free radicals that can damage cells, so antioxidants are often added to overcome this problem. This study aimed to determine the effect of adding GSH to the maturation medium on the oocyte quality of Bali cattle after vitrification. This research was conducted at the Emryo In vitro Production Laboratory, Institute for Research and Community Service (LPPM) Building, Hasanuddin University, 2023. The study consisted of 4 GSH treatments: 0 mM, 0.5 mM, 1 mM, and 1.5 mM, with 6 replications. The research variables were viability, fractures of the zona pellucida, cytoplasmic shrinkage, and cytoplasmic lysis in post-vitrification and thawing oocytes. The results showed that adding GSH significantly affected oocyte viability (P<0.05). Oocyte viability in control (without GSH) was significantly lower (P<0.05) compared to the 0.5 mM, 1 mM and 1.5 mm treatments, but between the 0.5 mM, 1 mM and 1.5 mm treatments were not significantly different. The effect of treatment on the fractures of the zona pellucida variables, cytoplasmic shrinkage, and cytoplasmic lysis had no significant effect (P>0.05). It can be concluded that there was an increase in oocyte viability in line with the increase in GSH dose. 
Dimensi Ukuran Tubuh Pedet Sapi Bali Betina Polled Dan Sapi Bali Betina Non Polled Umur 6-8 Bulan: Body Dimensions Of Polled Bali Bali Cattle Cattle And Non Polled Bali Cattle Age 6-8 Months Parmadi, Gio; Sonjaya, Herry; Firmiaty, Sri; Syarifuddin, Syarifuddin
Jurnal Agrisistem Vol. 19 No. 2 (2023): Jurnal Agrisistem
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52625/j-agr.v19i2.277

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ukuran tubuh pedet betina sapi Bali polled dan betina sapi Bali non polled umur 6-8 bulan. Penelitian ini menggunakan pedet sapi Bali betina polled dan pedet sapi Bali betina non polled dengan umur 6-8 bulan milik  masyarakat sebanyak 30 ekor (15 ekor pedet sapi Bali polled  betina dan 15 ekor pedet sapi Bali betina non polled). Alat yang  digunakan dalam penelitian ini yaitu, pita ukur dan tongkat ukur yang  digunakan untuk mengukur panjang badan, lingkar dada, tinggi badan dan lebar kepala. Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan ukuran tubuh pedet betina sapi Bali polled betina dan sapi Bali betina non polled  secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.  Penelitian  menyimpulkan pertumbuhan panjang badan, lingkar dada dan lebar kepala pada sapi Bali polled betina sama  dengan ukuran tubuh sapi Bali betina  non polled.
Pengaruh Molasses Multi Nutrient Soft (Mms) Terhadap Upaya Mengatasi Silent Heat Pada Sapi Limousin: The Effect Of Multi Nutrient Soft (Mms) Molasses On Efforts To Overcome Silent Heat In Limousine Cow Asser, Andi; Rezkyanti, Andi; Ningsih, Dewi Wantika; Syarifuddin, Syarifuddin; Firmiaty, Sri
Jurnal Agrisistem Vol. 19 No. 2 (2023): Jurnal Agrisistem
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52625/j-agr.v19i2.283

Abstract

Sapi Limosin, suatu varietas sapi potong yang sedang dalam tahap pengembangan di Indonesia, asalnya berasal dari benua Eropa dan banyak ditemukan di Prancis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Molasses Multi Nutrient Soft (MMS) dalam mengatasi Silent Heat pada sapi limousin. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Paramputan Desa Biangkeke, Kecamatan Pajukukan, Kabupaten Bantaeng, pada periode Maret-Mei 2023. Dalam penelitian ini, digunakan metode kuantitatif dengan menganalisis data menggunakan uji T melalui perbandingan sebelum dan sesudah perlakuan, dengan bantuan SPSS. Hasil dari pengujian T menunjukkan bahwa pemberian pakan MMS tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap BCS (P > 0,5). Meskipun analisis statistik tidak menemukan perbedaan yang berarti, namun setelah 30 hari perlakuan, terdapat peningkatan yang dapat diamati. Dalam penelitian ini, Molasses Multinutrient Soft (MMS) terbukti menjadi pakan padat gizi dengan kandungan nutrisi tinggi, namun belum dapat mengatasi silent heat pada sapi limousin keturunan.
Performa Reproduksi Sapi Peranakan Limousin Betina Pada Paritas Berbeda Di Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone: Reproductive performance of Limousin crossbred cows at different parities in Awangpone District, Bone Regency. Asfar, A.M.Fajri; s, Syarifuddin; Firmiaty, Sri
Jurnal Agrisistem Vol. 19 No. 2 (2023): Jurnal Agrisistem
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52625/j-agr.v19i2.286

Abstract

Penurunan rataan produksi daging pada tahun 2021 adalah 70,37 juta ton dan 70,6 juta ton dari tahun 2018 hingga 2020. Hal ini juga tercermin dari data konsumsi yang turun sebesar 230.000 ton. Konsumsi rataan dari tahun 2018 hingga 2020 adalah 70,3 juta ton dan 70,1 juta ton pada tahun 2021. Upaya pemerintah dalam meningkatkan populasi sapi dan penyediaan daging secara nasional telah dilakukan secara terus menerus, salah satunya melalui pelaksanaan program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) yang dimulai sejak 2017 melalui  program Inseminasi Buatan (IB). Faktor yang mempengaruhi program Inseminasi Buatan keterampilan petugas inseminator. Petugas inseminator yang berpengalaman menginseminasi cukup lama, memiliki sertifikat inseminasi dan surat izin melakukan Inseminasi Buatan (SIMI) dan handling semen. Hasil penelitian menujukkan bahwa Paritas 1, Paritas 2 dan Paritas 3 masing masing: Nilai EPP 101,00 hari; 85,00 hari dan 78,87 hari. Untuk nilai (S/C) 1,60; 1,56 dan 1,46. Untuk nilai CR 43,33%; 60,00% dan 60,00%. Untuk nilai DO 129,40 hari, 106,63 hari dan 100,47 hari. Nilai CI 405,07 hari, 386,40 hari dan 376,73 hari. Pada penelitian ini menujukkan peranakan Limousin normal. Kesimpulan bahwa performa reproduksi sapi peranakan Limousin berbeda setiap paritas dan performa terbaik pada Paritas 3.
Perbedaan Ukuran Tubuh Pedet Jantan Sapi Bali Polled Dan Sapi Bali Non Polled: Differences In Body Size For Male Polling Bali Cattle And Non Polling Bali Cattle Febsrianti; Sonjaya, Herry; Firmiaty, Sri; Syarifuddin, Syarifuddin
Jurnal Agrisistem Vol. 19 No. 2 (2023): Jurnal Agrisistem
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52625/j-agr.v19i2.287

Abstract

Sapi Bali polled adalah sapi Bali yang tidak memiliki tanduk sebagaimana sapi Bali pada umumnya.   Sapi ini memiliki keunggulan dari aspek manajemen pemeliharaan.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan ukuran tubuh pada pedet jantan sapi Bali polled dan sapi Bali non polled umur 6-8 bulan. Penelitian ini menggunakan 30 ekor sapi Bali (15 ekor sapi Bali polled dan 15 ekor sapi Bali non polled) yang diukur panjang badan, lingkar dada, tinggi badan dan lebar kepala dengan menggunakan tongkat ukur dan pita ukur. Pengukuran dilakukan sebanyak 4 kali selama 8 minggu (1 kali 2 minggu). T test adalah alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi badan dan lebar kepala memperlihatkan perbedaan yang nyata (P<0,05) antara sapi bali polled dan non polled (9,1 vs 4,9 cm dan 1,60 vs 1.07 cm)  , sedangkan lingkar dada dan panjang badan tidak berbeda nyata antara kedua keompok sapi.  Penelitian menyimpulkan  bahwa dimensi tubuh dimensi tubuh sapi Bali polled lebih tinggi dibanding dengan sapi Bali non polled.