Pioneer of cognitive dissonance theory, Leon Festinger, proposed that inconsistencies between beliefs and actions can lead to psychological discomfort. In the context of Christian religious education in the era of Artificial Intelligence (AI), cognitive dissonance may arise when modern technology conflicts with traditional values. This study aims to explore how artificial intelligence affects cognitive dissonance in Christian religious education and to identify strategies to address these challenges. Using a descriptive qualitative method with a literature review approach, the research analyzes various academic sources and literature related to the interaction between AI technology and Christian religious education. The findings indicate that artificial intelligence can exacerbate cognitive dissonance if not carefully considered in the context of religious values, but also offers opportunities for designing more harmonious solutions. The discussion focuses on developing educational models that ethically integrate AI technology with Christian principles. In conclusion, the application of AI in Christian religious education must consider psychological aspects and core values to reduce cognitive dissonance and enhance learning effectiveness.AbstrakPelopor disonansi kognitif, Leon Festinger, mengemukakan bahwa ketidaksesuaian antara keyakinan dan tindakan dapat menyebabkan ketidaknyamanan psikologis. Dalam konteks pendidikan agama Kristen di era Artificial Intelligence (AI), disonansi kognitif dapat muncul ketika teknologi modern berbenturan dengan nilai-nilai tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana kecerdasan buatan mempengaruhi disonansi kognitif dalam pendidikan agama Kristen dan mengidentifikasi strategi untuk mengatasi tantangan tersebut. Menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi literatur, penelitian ini menganalisis berbagai sumber akademik dan literatur terkait mengenai interaksi antara teknologi AI dan pendidikan agama Kristen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa AI dapat memperburuk disonansi kognitif jika tidak dipertimbangkan dengan baik dalam konteks nilai-nilai agama, namun juga menawarkan peluang untuk merancang solusi yang lebih harmonis. Pembahasan berfokus pada pengembangan model pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi AI secara etis dengan prinsip-prinsip agama Kristen. Kesimpulannya, penerapan AI dalam pendidikan agama Kristen harus mempertimbangkan aspek psikologis dan nilai-nilai dasar untuk mengurangi disonansi kognitif dan meningkatkan efektivitas pembelajaran.